Oleh :
40220030
B. Klasifikasi
Menurut Wagner-Meggit klasifikasi ulkus diabetikum dibuat berdasarkan
kedalaman ulkus dan luasnya jaringan.
Tingkat Lesi
Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki
Derajat 1 Ulkus diabetes superfisial (partial atau full thickness)
Derajat II Ulkus meluas sampai ligament, tendon, kapsula sendi atau
fasia dalam tanpa abses atau osteomilitis
Derajat III Ulkus dalam dengan abses, osteomilitis atau sepsis sendi
Derajat IV Gangrene yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit
Derajat V Gangrene yang melas meliputi seluruh kaki
Sumber : Manaf, 2015
stase grade
0 I II III
A Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon kapsul kapsul sensi
epitelisasi atau tulang
sempurna
B Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon, kapsul kapsul sendi
epitelisasi atau tulang Mengalami Mengalami
sempurna Mengalami infeksi infeksi
Mengalami infeksi infeksi
C Lesi pre atau post Lesi superfisial Luka sampai Luka sampai
ulkus yang tidak sampai pada pada tendon atau tulang atau
mengalami tendon, kapsul kapsul sendi
epitelisasi atau tulang Mengalami Mengalami
sempurna dengan Mengalami iskemia infeksi
iskemia iskemia
C. Etiologi
Menurut Suriadi (2007) dalam Purbianto (2007); Robert (2000) penyebab
dari luka diabetes antara lain:
a. Diabetik neuropati
Diabetik neuropati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus
yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada kondisi ini sistem
saraf yang terlibat adalah saraf sensori, motorik dan otonom. Neuropati perifer
pada penyakit diabetes meliitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut
motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan
kelemahan otot, sensoris dan autonomy dan bersama dengan adanya neuropati
memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi
akibat rusakanya serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri
sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki.
b. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya arteriosklerosis dan
ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi penurunan elastisitas dinding arteri
sedangkan pada aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa; kolesterol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium.
Faktor yang mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan
hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya
trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang
berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus,
infeksi biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon
immunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang
masuk, selain itu iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang
menyebabkan antibiotik juga efektif sampai pada luka.
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes
mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan
terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan
syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek
otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi
jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Price, 2007).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan
yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika.
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak
terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram
basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat
terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah
ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan
HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di
jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu
sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan
yang selanjutnya timbul ulkus diabetika (Windharto, 2007).
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang
akan merangsang terjadinya aterosklerosis (Barbara, 2001).
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi
penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-
lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor
risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan
menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan
selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai. aerobik Staphylokokus atau Streptokokus
serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan
Clostridium septikum Patogenesis ulkus diabetika pada penderita (Soeparman,
2000).
F. Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa penatalaksanaan pada
pasien ulkus diabetikum, antara lain :
1. Pengobatan
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat
dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus
dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi
ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari
penatalaksanaan perawatan luka diabeti ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai antara lain:
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan kondisi klien atau host ( nutrisi, control diabetes melitus dan
control faktor penyerta )
d. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2. Perawatan luka diabetic
a. Mencuci luka
Merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjadinya
infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisi balutan yang digunakan dan sisa
metabolik tubuh pada permukaan luka.
b. Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka.
Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis,
karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan
jumlah bakteri.
c. Terapi antibiotikka
Pemberian antibiotic biasanya diberi peroral yang bersifat
menghambat kuman garam positi fan gram negatif.
d. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
penyembuhan luka. Penderita ganggren diabetik biasanya diberikan diet B1
dengan gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20 % kalori lemak, 20 % kalori
protein.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-),
kalus, claw toe. Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
b) Palpasi
Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal, klusi arteri dingin, pulsasi
(-), ulkus : kalus keras dan tebal
2. Pemeriksaan radiologis : ga s subcutan, benda asing, asteomielitis
3. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200mg/dl, gula darah puasa .
120mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedct ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
memalui perubahan warna urine ( hijau , kuning, merah , dan
merah bata )
c) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Konsep Kebutuhan Nutrisi
A. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat
sisa.
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Pada
umumnya tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi
organ dan pergerakan badan. Ketika energi tunuh dipenuhi lengkap oleh asupan
kalori pada makanan. Ketika energy tubuh dipenuhi lengkap oleh asupan kalori
pada makanan, maka berat badan tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi
kebutuhan energi, maka berat seseorang akan bertambah, begitu juga sebaliknya.
(Potter Perry, 1997).
B. Fungsi Nutrisi
Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh
karena itu kita memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh
zat-zat yang diperlukan tubuh. Zat-zat ini disebut nutrisi yang berfungsi
membentuk dan memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur
pekerjaan didalam tubuh, dan melindungi tubuh terhadap, serangan
penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah memberikan
energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan
tubu serta mengatur berbagai proses kimiawi tubuh (Jauhari dan Nasution,
2013).
C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Fisiologis (intake nutrient)
a. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
b. Pengetahuan
c. Gangguan menelan
d. Perasaan tidak nyaman setelah makan
e. Anoreksia
f. Nausea dan vomitus
g. Intake kalori dan lemak yang berlebih
2. Kemampuan mencerna nutrient
a. Obstruksi saluran cerna
b. Malaborbsi nutrient
c. Diabetes Mellitus
3. Kebutuhan metabolism
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
d. Kanker
4. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
5. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
6. Sumber ekonomi
7. Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak
untuk menyediakan makanannya.
8. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
9. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
D. Jenis Nutrisi
Nutrisi yang terkandung dalam suatu makan sebagian besar terdiri dari enam
kategori, yaitu :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama dalam diet. Tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Karbohidrat diperoleh terutama dari
tumbuhan, kecuali laktosa. Tanaman menyimpan karbohidrat seperti tepung.
Zat tepung dibuat dari biji yang tertutup oleh dinding sel. Karbohidrat sendiri
punya peranan dalam nutrisi manusia karena bias menambah serat untuk diet.
Serat berguna pada pencegahan dan penyembuhan penyakit ketika pemberian
makanan melalui selang.
Karbohidrat memiliki fungsi utama yaitu sebagai sumber energy yang
murah, sumber energy utama pada otak dan saraf, cadangan untuk tenaga
tubuh, berperan dalam pengaturan metabolism lemak, memberikan rasa
kenyang dan dapat mengurangi penggunaan protein.
b. Protein
Protein berfungsi pada tubuh untuk mensitesis jaringan tubuh dalam
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan. Dalam bentuk albumin berperan
dalam keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotic
kloloid serta keseimbangan asam basa. Portein juga berfungsi sebagai
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sumber energy disamping
karbohidrat dan lemak. Serta didalam bentuk kromoson, protein berperan
sebagai tempat menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan.
Protein yang lengkap terdiri dari semua asam amino essensial dalam
kualitas yang cukup untuk pertumbuhan dan mempertahankan keseimbangan
nitrogen dalam tubuh. Ketika tubuh dalam keadaan nitrogen lebih, maka maka
tubuh dalam keseimbangan nitrogen positive. Nitrogen yang berlebih akan
digunakan untuk pembangunan, perbaikan, dan penempatan kembali jaringan
tubuh.
c. Lipid
Lipid atau lemak merupakan bentuk penghasul energy tubuh utama.
Monogliserida dari porsi lipid yang dicerna dapat diubah menjadi glukosa
dalam proses glukoneogenesis. Semua sel tubuh kecuali sel darah merah dan
neuron dapat mengoksidasi asam lemak dari energi. Lemak mempunyai fungsi
sebagai sumber energy, melarutkan vitamin, penyusun hormone seperti
biosintesis hormone steroid serta untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid.
d. Air
Air merupakan komponen kritis dalam bentuk cairan dalam tubuh karena
fungsi sel bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 % - 70 % dari
seluruh berat badan. Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak
lebih
dari beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang
sangat
terlindungi. Kebutuhan cairan dipenuhi oleh konsumsi cairan dan makanan
padat yang tinggi kadar air, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Orang
yang sakit mengalami peningkatan kebutuhan cairan seperti penderita demam.
e. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang
essensial untuk metabolisme normal. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin terbagi menjadi 2
jenis yaitu vitamin larut air yang terdiri dari vitamin C dan B, sedang vitamin
yang lainnya masuk kedalam klasifikasi vitamin larut lemak seperti vitamin
A,D,E, dan K.
1. Vitamin B1
Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan seperti padi,
kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti, sereal, jaringan, tubuh hewan,
ginjal, hati dan ikan. Fungsinya adalah mencegah terjadinya penyakit beri-
beri, neuropati perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati
wernicke.
2. Vitamin B2
Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju, kacang
almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah memperbaiki kulit, mata serta
mencegah terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang
mendapatkan fototerapi.
3. Vitamin B3
Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan dari hewani dan
nabati seperti sereal, beras, dan kacang- kacangan. Fungsi vitamin ini
adalah menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak,
memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim.
4. Vitamin B5
Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis makanan, baik
di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang terjadi kekurangan vitamin B5.
Fungsinya sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan koenzim A
yang berperan dalam pembentukan energy (ATP).
5. Vitamin B6
Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan, daging, telur,
pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam proses metabolism asam amino,
proses glikogenesis pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah
merah.
6. Vitamin B12
Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan, kepiting,
telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu pembentukan sel darah
merah, mencegah kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein.
7. Vitamin C
Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah saperti jeruk,
mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, ikan, dan hati.
Fungsinya membantu pembentukan tulang,otot, dan kulit, membantu
penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu
penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas.
8. Asam Folat
Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran hijau, kacang-
kacangan, fungsinya dalam membantu metabolisme, khususnya asam
amino, pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit
jantung bawaan.
9. Vitamin D
Vitamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging, susu, keju, tahu,
dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor
untuk kekuatan tulang dan gig, pengaturan produksi hormon, serta
pengaturan kadar kalsium darah.
10. Vitamin A
Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati, susu, wortel,
labu, dan bayam. Fungsinya membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel
retina dari kerusakan.
11. Vitamin E
Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur, alpukat, kacang
kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan. Manfaat vitamin ini adalah
sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai reaksi rantai radikal
bebas.
12. Vitamin K
Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan tanaman, sayuran,
dan hewan sebagai bahan makanan, produksi oleh bakteri usus. Fugsinya
adalah membantu dalam proses pembekuan darah dan jika terjadi
kekurangan dapat mengakibatkan penyakit perdarahan.
f. Mineral
Mineral adalah elemen essensial nonorganic pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Kenutuhan mineral sehari-hari adalah 100 mg. ketika
berkurang maka elemen renik juga akan berkurang dari kadar kebutuhan
sehari-hari. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy, tetapi merupakan
elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
E. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas, maka
nutrisi dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas
akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau
pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan,
pencernaan, absorbsi, metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit
fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada
penyakit-penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi, gangguan
tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbs nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada
kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu
yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
F. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolism.
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit,
membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain
5. Diabetes mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
7. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit
jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/ Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Alamat :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Q = Quality
..............................................................................................................
c. R = Regio
..............................................................................................................
d. S = Severity
..............................................................................................................
e. T = Time
..............................................................................................................
berubah
Tidak
TD :
ND :
SH :
RR :
BB :
TB :
2. Keadaan Umum
..................................................................................................................
3. HEAD TO TOE
KEPALA
KULIT
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak
PENGLIHATAN
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Perdarahan ya tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Perdarahan ya tidak
MULUT
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama / tidak sama ), lebih
bergetar pada sisi........................
Perkusi
Auskultasi
Suara nafas :
Suara tambahan :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
c. CRT :.............detik
ABDOMEN
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Lesi ya tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidak
Kekuatan otot
Oedem
3 Pantangan /
Alergi
4 Kesulitan
makan dan
minum
5 Usaha untuk
mengatasi
masalah
b. Pola Eliminasi
2 Warna
3 Bau
4 Konsistensi
5 Masalah
eliminasi
6 Cara
mengatasi
masalah
3 Upaya mengatasi
masalah
gangguan tidur
4 Hal yang
mempermudah
tidur
5 Hal yang
mempermudah
bangun
1 Frekuensi
mencuci rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok
gigi
4 Memotong kuku
5 Ganti pakaian
e. Merokok ya tidak
f. Alkohol ya tidak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
Kebiasaan beribadah
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
C. Analisa aelektrolit
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
........................................................................
1. ..............................................................................................................
2. .............................................................................................................
3. ..............................................................................................................
4. ..............................................................................................................
5. ..............................................................................................................
................ , ........................
( .............................................)