Anda di halaman 1dari 44

REFARAT MIOMA UTERI Disusun Oleh : Jacob Trisusilo Salean (05-045) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 1

BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. MIOMA UTERI 1.1. Pendahuluan Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan jaringan ikat sekitarnya. Biasa ju ga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri b ukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan pene kanan pada pelvis. 1,3 Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih b anyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan se telah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan ins iden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri di temukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jara ng pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan denga n wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60 % mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 ka li. 2,3 Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim . Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberika n keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa 2

tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tu mor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjol an tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. 4 1.2. Defini si Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat ken yal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multip el. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, ata u uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubung an dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm, dan dalam uterus itu su dah ada mioma uteri yang masih kecil.1,5,6 1.3. Epidemiologi Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari selur uh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderi ta ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 3 5 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post me nopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berk embangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara. 2,3 3

1.4. Etiologi Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan did uga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tu mor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tu nggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada bebera pa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, y aitu : 3 1. Umur Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, dite mukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling seri ng memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. 2. Paritas Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini be lum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uter i yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. 3. Faktor ras dan genetic Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam , angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor i ni tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. 4. Fungsi ovarium Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuh an mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamila n dan mengalami regresi setelah menopause. 4

1.5. Patofisiologi Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perk embangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metapla stik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Peneliti an terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahw a pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24). Meyer d an De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschult z yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor f ibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibro matosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. P emberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat meng urangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan de ngan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan ep idermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderso n dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebi h banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkemba ngan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak men galami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.3 5

1.6. Klasifikasi mioma uteri Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapi san uterus yang terkena.3 1. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vag ina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gan gguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seri ngkali tanpa gejala. 2. Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai de ngan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Mioma Uteri Submukosa Mioma submukos a dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran ser viks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika te lah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepa san darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dar i sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibanding kan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaup un ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berart i. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluha n perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subseros a korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapa t berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mi oma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perleng ketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem per edaran darah diambil alih dari 6

tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga miom a akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritone um. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. Mioma Uteri Intramural Dise but juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tid ak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-be njol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberika n gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor d i daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa d an kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopi s terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan . Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lu nak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekros is iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung m engalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi se cara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi ata u transformasi maligna. 7

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. ( diunduh dari http://www.scribd.com/doc/7432 183/LAPORAN-KASUS-MIOMA ) 1.7. Gejala klinis Hampir separuh kasus mioma uteri di temukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak men gganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berad a serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan kompli kasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :6 1) Perda rahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, meno ragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab p erdarahan ini, antara lain adalah : Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsin oma endometrium. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. Atrofi en dometrium di atas mioma submukosum. 8

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. 2) Rasa nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena ga ngguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan pe radangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuh annya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. 3) Gejala dan tanda penekanan Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma u teri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat m enyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidrone frosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh dara h dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul . 4) Infertilitas dan abortus Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma me nutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memu dahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menya takan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma mer upakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilak ukan miomektomi. 1.8. Diagnosis 1. Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan utam a serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. 9

2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma ut eri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang t idak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaa n laboratorium Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdara han uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium ya ng perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pe meriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien. b. Imaging 1) Pemeriksaaa n dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri beruk uran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terli hat tumor dengan kalsifikasi. 2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil. 3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriks aan lebih mahal. 1.9. Diagnosis banding Ca Endometrium Ca Serviks 10

1.10. Penatalaksanaan Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penan ganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan u kuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara c epat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanga nan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gej ala. 3 Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adal ah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat d ikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabi la tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperol eh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 3050%. Histerektomi adal ah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilak sanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena ute rus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarny a. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi tot al umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis ut eri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.6 11

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.5 1.11. Komplikasi Perubahan sekunde r pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder terse but antara lain : 6 Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma ute ri menjadi kecil. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliput i sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan s atu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. Degenerasi kistik Dapat meliput i daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga te rbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Deng an konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suat u kehamilan. 12

Degenerasi membatu (calcereus degeneration) Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan g aram kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pa da foto rontgen. Degenerasi merah (carneus degeneration) Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai ganggua n vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging menta h berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah t ampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit de mam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan k linik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai. Degenerasi lemak Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 6 1. Degenerasi ganas. Mioma uteri ya ng menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta me rupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uter us apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang miom a dalam menopause. 2. Torsi (putaran tangkai). Sarang mioma yang bertangkai dapa t mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. D engan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-laha n, gangguan akut tidak terjadi. 13

3. Nekrosis dan infeksi. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. B. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM Hiperplasia endometrium adalah keadaan dimana endomet rium tumbuh secara berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan te tapi pada sejumlah kasus dapat berkembang kearah keganasan uterus . Sejumlah wan ita berada pada resiko tinggi menderita hiperplasia endometrium. Tulisan ini aka n memberi penjelasan mengenai : 9 Pemeriksaan Diagnostik Terapi Pencegahan Fakto r Resiko Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang me miliki resiko tinggi :9 1. Obesitas ( konversi perifer androgen menjadi estrogen dalam jaringan lemak ) 2. Penderita Diabetes melitus 3. Pengguna estrogen dalam jangka panjang tanpa disertai pemberian progestin pada kasus menopause `Gejala Klinik Siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenor e) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalam i 14

plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak ber kelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil da n terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi p erdarahan yang cukup parah. 9 Terdapat 2 golongan : 1. Simple Hyperplasia 2. Com plex Hyperplasia dengan dua subgolongan : dengan atau tanpa atypia Complex Atypi cal Hyperplasia memiliki potensi keganasan paling tinggi dimana sekitar20 30% ta npa pengobatan akan mengalami perubahan ke karsinoma endometrium. 9 Pemeriksaan Pada penderita perdarahan uterus abnormal yang disertai dengan faktor resiko har us dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan hiperplasia endometrium :9 Pemeriksaan Ultrasonografi Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan ultrasonografi transvaginal kira kira < 4 mm. Untuk dapat melih at keadaan dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaa n hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam uterus. 9 15

Biopsy Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan bi opsi yang dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret. Meto de ini juga dapat menegakkan diagnosa keganasan uterus. 9 Dilatasi dan Kuretase Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan uterus. 9 H isteroskopi Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop ke cil kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus dengan peralatan ini selai n melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan pengambilan sediaan biopsi un tuk pemeriksaan histopatologi. 9 16

Simple, typical hyperplasia of endometrium. The hyperplastic endometrium consist s in proliferated epithelium with quasi-normal appearing (stratified, tall colum nar, or cuboidal) and proliferated cells in stroma. Often, the glands are dilate d (cystic "Swiss cheese" hyperplasia). (H&E, ob. x10). Diunduh dari http://repro duksiumj.blogspot.com/2009/10/hyperplasia-endometrium.html. Complex Hyperplasia. Diunduh dari http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/hype rplasia-endometrium.html 17

Terapi Pada sebagian besar kasus , terapi hiperplasia endometrium atipik dilakuk an dengan memberikan hormon progesteron. Dengan pemberian progesteron, endometri um dapat luruh dan mencegah pertumbuhan kembali. Kadang kadang disertai dengan p erdarahan per vaginam. Besarnya dosis dan lamanya pemberian progesteron ditentuk an secara individual. Setelah terapi , dilakukan biopsi ulang untuk melihat efek terapi.9 Umumnya jenis progesteron yang diberikan adalah Medroxyprogetseron ace tate (MPA) 5 10 mg per hari selama 10 hari setiap bulannya dan diberikana selama 3 bulan berturut turut. 9 Pada pasien hiperplasia komplek harus dilakukan evalu asi dengan D & C fraksional dan terapi diberikan dengan progestin setiap hari se lama 3 6 bulan. Pada pasien hiperplasia komplek dan atipik sebaiknya dilakukan h isterektomi kecuali bila pasien masih menghendaki anak. 9 Pencegahan hiperplasia endometrium Harus diambil langkah untuk menurunkan resiko hiperplasia endometri um : 9 Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi ter baik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi. Ubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan. 18

C. KURETASE Definisi Dilatasi serviks dan kuretase endometrium (D & C) adalah se buah prosedur pembedahan di mana leher rahim diperluas menggunakan dilator dan d inding rahim dikerok dengan kuret, dilakukan untuk diagnosis dan pengobatan berb agai kondisi rahim. 10 D & C adalah tindakan pembedahan ginekologi yang paling s ering. Jika D&C dikerjakan pada kecurigaan kanker endometrium atau serviks, haru s diambil spesimen dari endoserviks dulu (sebelum sondase dan dilatasi) dan dise rahkan terpisah dengan spesimen dari endometrium. Ini adalah kuretase fraksional (kuretase bertingkat).10 Tujuan D & C biasanya digunakan untuk memperoleh jarin gan untuk evaluasi mikroskopis untuk menyingkirkan kanker. Prosedur ini juga dap at digunakan untuk mendiagnosa dan mengobati pendarahan menstruasi berat dan men diagnosa polip endometrium dan uterus fibroid . D & C dapat digunakan untuk meng hapus jaringan kehamilan setelah keguguran, aborsi yang tidak lengkap, atau mela hirkan , atau sebagai teknik aborsi awal hingga 16 minggu. Polip endometrium dap at dihilangkan, dan kadang-kadang tumor jinak rahim (fibroid) dapat hilang.10 De skripsi D & C biasanya dilakukan di bawah anestesi umum, meskipun lokal atau ane stesi epidural juga dapat digunakan. Menggunakan lokal anestesi mengurangi 19

risiko dan biaya, tetapi pasien akan merasakan kram selama prosedur. Jenis anest esi sering digunakan tergantung pada alasan untuk D & C.10 Untuk memulai prosedu r (yang hanya beberapa menit untuk dilakukan), dokter memasukkan alat untuk teru s membuka dinding vagina , dan kemudian meluas pembukaan uterus sampai vagina ( serviks ). Hal ini dilakukan dengan memasukkan serangkaian batang runcing, masin g-masing lebih tebal daripada yang sebelumnya, atau dengan menggunakan instrumen khusus lainnya. Proses pembukaan leher rahim disebut dilatasi .10 Setelah servi ks dilatasi, dokter memasukkan perangkat berbentuk sendok yang disebut kuret ke dalam rahim. Kuret ini digunakan untuk mengikis lapisan rahim. Satu atau lebih s ampel jaringan kecil dari lapisan rahim atau saluran leher rahim akan dikirim un tuk analisis dengan mikroskop untuk memeriksa sel-sel yang abnormal. Walaupun se derhana, teknik yang sedikit lebih mahal seperti vakum aspirasi dengan cepat men ggantikan D & C sebagai metode diagnostik, masih sering digunakan untuk mendiagn osa dan mengobati beberapa kondisi, terutama bila dicurigai kanker.10 Indikasi l ain: perdarahan yang banyak (erratic bleeding), gagal pengobatan (failed medical treatment) atau ada temuan kelainan seperti polyp atau tumor rahim (fibroid).10 Dilatasi dan kuretase adalah teknik tradisional untuk mendapatkan sampel endome trium untuk pemeriksaan patologis. Namun D dan C telah terbukti menunjukkan hila ngnya sejumlah besar patologi termasuk:10 polip endometrium intrauterine mukus f ibroid sedikit daerah endometritis 20

hiperplasia atau kanker IUD yang tertinggal Persiapan Karena pembukaan leher rah im dapat menyakitkan, obat penenang dapat diberikan sebelum prosedur dimulai. Pe rnapasan yang dalam dan teknik relaksasi lainnya dapat membantu mengurangi kram selama dilatasi serviks .10 Rehabilitasi Seorang wanita yang telah dilakukan D & C di rumah sakit biasanya bisa pulang pada hari yang sama atau hari berikutnya. Banyak wanita mengalami sakit punggung dan kram ringan setelah prosedur ini dan mungkin akan mengeluarkan darah beku kecil dalam satu atau dua hari. Pewarnaan vagina atau pendarahan dapat terus berlangsung selama beberapa minggu.11 Kebanya kan ibu bisa melanjutkan kegiatan sehari-hari segera. Pasien harus menghindari h ubungan seksual, douching, dan tampon digunakan sedikitnya dua minggu untuk menc egah infeksi sementara serviks menutup dan untuk memungkinkan endometrium untuk sembuh sepenuhnya.10 Risiko Risiko utama setelah prosedur tersebut adalah infeks i. Tanda-tanda infeksi meliputi:10 Demam Perdarahan berat Bau cairan vagina seorang wanita harus dilaporkan gejalagejala tersebut ke dokter, yang dapat mengobati infeksi dengan antibiotik sebelu m menjadi serius. 21

D & C adalah operasi bedah yang membawa risiko tertentu yang terkait dengan anes tesi umum. Komplikasi jarang termasuk menusuk rahim (yang biasanya sembuh sendir i) atau menusuk usus atau kandung kemih (yang memerlukan pembedahan lebih lanjut untuk memperbaiki).11 Komplikasi jarang terjadi, antara lain:10 Perforasi uteru s. Hasil Normal Hasil yang dianggap normal jika tidak terdapat penebalan serta t idak terdapat pertumbuhan kanker. Penghapusan dinding rahim tidak menimbulkan ef ek samping, bahkan menguntungkan. Lapisan rahim biasanya segera tumbuh lagi, seb agai bagian dari siklus haid .10 Hasil Abnormal Beberapa jenis penebalan rahim, yang disebut hiperplasia , dianggap abnormal. Hiperplasia sederhana adalah suatu kondisi jinak di mana lapisan rahim menjadi lebih tebal dan terdapat lebih bany ak kelenjar endometrium . Pada hiperplasia kompleks, kondisi lain di mana lapisa n rahim telah menebal, juga kelenjar endometrium lebih padat. Dalam 80% kasus ko ndisi ini akan diperbaiki, dan ada sedikit risiko kanker. Hanya 1% dari hiperpla sia sederhana dan 3% dari hiperplasia kompleks akan menjadi kanker.10 Hiperplasi a atipikal ditemukan lebih serius. Dalam tipe ini endometrium menebal, sel-selny a abnormal. Dua puluh sembilan persen perempuan dengan atipikal hiperplasia berk embang menjadi kanker. Bahkan, dalam 17% sampai 22

25% dari perempuan dengan atipikal hiperplasia yang telah dilakukan histerektomi dalam waktu satu bulan setelah diagnosis, karsinoma ditemukan di te mpat lain dalam endometrium.10 D&C hampir selalu dikerjakan di ruang periksa ata u ruang pembedahan untuk pasien rawat jalan. Untuk D&C, pasien diletakkan pada p osisi litotomi. Meskipun paling sering digunakan anastetik lokal (misalnya blok paraserviks), kadang-kadang diperlukan anastesi umum.11 Langkah D&C yang biasa d ilakukan adalah sebagai berikut. Ulangi pemeriksaan panggul. Bersihkan vagina da n perineum dengan antiseptik dan pasang kain penutup. Masukkan spekulum yang ber at ke posterior vagina. Perlihatkan serviks dan kemudian jepitlah dengan tenakul um atau klem Allis. Kuretlah kanalis endoserviks dengan kuret Kevorkian atau yan g serupa. Sondase uterus.10 Untuk wanita yang berusia > 40 tahun wajib (mandator y) dilakukan kuretase jika mengalami PUD. Kuretase diagnostik memerlukan dilatas i serviks > 8mm dengan menggunakan kuret tajam kecil secara sistematis, menyelur uh, sampel yang baik dari semua bagian rongga rahim termasuk daerah ostium tuba. Kuretase bertingkat dilakukan kuretase pada endoserviks diikuti dengan kuretase endometrium dengan dua sampel diperiksa secara terpisah.10 D & C bukan sebuah p rosedur yang sangat mudah karena hanya sebagian lapisan rahim sebagai sampel. Ol eh karena itu, sangat mungkin untuk kanker yang akan dihilangkan. Karena itu, pa sien dengan hiperplasia atipikal harus dilakukan D & C lagi dalam tiga atau empa t bulan. Menggabungkan histeroskopi dengan D&C dapat meningkatkan ketepatan diag nosis dalam beberapa kasus. Namun, kombinasi ini tidak dianjurkan tuba .10 bila diduga karsinoma endometrium karena kemungkinan bahwa histeroskopi itu sendiri d apat membantu dalam penyebaran kanker melalui saluran 23

BAB II ILUSTRASI KASUS A. IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/bangsa Alam at : Ny. D : Perempuan : 43 tahun : SMP : Ibu Rumah Tangga : Islam : Jawa/Indone sia : Jl. Gotong Royong B. ANEMNESA : Tanggal 13 April 2010 1. Keluhan Utama Keluar darah dari kemaluan Keluhan Tambahan Lemas, batuk 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemalua n sejak tujuh hari yang lalu dan mengganti pembalut hingga 2 kali ( 100 cc). Hari ini darah yang keluar 24

disertai dengan gumpalan dan tidak terdapat nyeri perut. Sebelumnya pasien juga mengaku menstruasinya tidak berhenti. Sejak 1 tahun terakhir ini mengalami menst ruasi selama 14 hari. Setiap hari ganti 7x pembalut. Pasien juga mengeluh batuk sejak dua hari yang lalu, dan bila pasien batuk darah yang keluar semakin lama s emakin banyak. Untuk mengurangi keluhan tersebut pasien hanya memakai pembalut s aja. Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS UKI dengan keluhan yang sama. Selama ini bila haid banyak, lancar, nyeri haid ( + ). 3. Riwayat Penyakit Dahul u Pasien pernah dirawat di RS UKI dengan diagnosis uterus myiomatosus, hiperplas ia endometrium, kista fungsional ovarium kanan, anemia gravis, riwayat menometrh oragia. Terdapat riwayat maag, riwayat alergi, hipertensi dan diabetes melitus d isangkal. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien. 5. Riwayat Menstruasi Haid pertama umur 13 tahun Sirkula si haid : i. Siklus Lamanya : Teratur, 28 hari : Tujuh hari/bulan : 2-3 ganti kain/ 150 cc : (+) ii. iii. Banyaknya iv. Sakit saat haid 6. Riwayat Pernikahan Ini adalah pernikahan pertama pasien, pada waktu nikah pasien berumur 25 tahun d an telah berlangsung 18 tahun 7. Riwayat Obstetri 25

Pasien mempunyai 4 orang anak. Anak pertama lahir pada tahun 1994 dengan panjang 38 cm dan berat 2600 gram, jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan dok ter. Anak kedua lahir pada tahun 1995 dengan panjang 40 cm dan berat 3100 gram. jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan dokter. Anak ketiga lahir pada tahun 1998 dengan panjang 40 cm dan berat 2700 gram. jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan bidan. Anak keempat lahir pada tahun 2000 dengan panjang 4 0 cm dan berat 3000 gram. jenis kelaminnya lakilaki, lahir dengan bantuan bidan. 8. Riwayat Keluarga Berencana Pasien tidak menggunakan KB 9. Riwayat Operasi Di sangkal pasien 10. Riwayat Kebiasaan Psikososial Pasien tidak merokok dan minum alkohol C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Tanda-tanda Vita l Tekanan darah: 130/80 mmHg Frekuensi nadi Suhu Mata Frekuensi napas : 66 x/men it : 35,8 C : 20 x/menit : Tampak sakit ringan : Compos mentis : Conjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik 26

Thoraks Cor Pulmo Abdomen Ekstremitas Genitalia 2. Status Ginekologi Abdomen Gen ital Inspekulo : () : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) : BND vesikuler, Rhonki -/-, wheezi ng -/: Bising usus 4x/menit : Akral hangat, oedema tungkai -/: Keluar darah 25 c c, Fluor (-) Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Perut tampak datar : Supel, nyeri tekan (-), defence muscular (-) : Timpani, n yeri ketok (-) : Bising usus 4x/menit V-U-V : Rugae(+), massa(-), agak hiperemis, fluksus (+), fluor Portio : Portio s ebesar bola ping-pong, hiperemis (-), erosi (+), OUE menutup : Rugae (+),Portio lunak Ukuran uterus : sebesar telur bebek Adneksa parametrium ki-ka nyeri (-), m assa (-) Cavum douglasi tidak menonjol Nyeri goyang (-) VT 27

D. LABORATORIUM Hb Leukosit Ht Trombosit Masa perdarahan Masa pembekuan Masa pro trombin : 8,8 gr/dl : 5,8 ribu/l : 27,7 % : 415 ribu/ l : 3 menit : 15 menit : Kon trol : 12 detik Pasien : 15 detik E. PEMERIKSAAN PENUNJANG USG : 28

Uterus retrofleksi, 10,64 cm x 6,12 cm x 8,30 cm, GS (-), endometrium tebal ( 2, 42 cm ) Kesan : Uterus miomatosus, hiperplasia endometrium, kista folikel ovariu m kanan 29

F. RESUME Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak tujuh ha ri yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Genital Inspekulo V-U-V : Agak hiperemis, fluksus (+) Portio : Portio sebesar bola ping-pong, eros i (+), OUE menutup VT : Rugae (+),Portio lunak Ukuran uterus : sebesar telur bebek, Adneksa parametriu m ki-ka, nyeri (-), massa (-), Cavum douglasi tidak menonjol, Nyeri goyang (-) Dari pemeriksaan penunjang didapatkan : USG : Uterus retrofleksi, 10,64 cm x 6,1 2 cm x 8,30 cm, GS (-), endometrium tebal (2,42 cm) G. DIAGNOSIS Uterus miomatosus + hiperplasia endometrium + menometroragia H. PENATALAKSANAAN 1) Rawat inap 2) Periksa H2TL, MP 3 3) IVFD II RL II Dx 5 % dalam 24 jam 30

4) mm/ Biosanbe 2x1 tab Transamin 3 x 500 mg Becom- C 1x1 tab Amoxan 3 x 500 mg R/ Kuretase bertingkat Puasa 6 jam preoperatif 1 jam preoperatif diberi Taxegra 1 gram (IV) I. PROGNOSIS Ad Vitam : Bonam Ad Functionum : Dubia ad bonam Ad Sanationum : Dubia ad malam J. LAPORAN OPERASI Uraian Tindakan Operasi : 1. Pasien tidur terlentang dengan p osisi litotomi dan narkose 2. Dilakukan asepsis dan antisepsis pada genitalia ek sterna, vagina dan portio 3. Dipasang doek steril di kedua tungkai dan daerah la pangan operasi. 4. Dipasang spekulum sims pada vagina posterior dan anterior. Bi bir anterior portio dijepit dengan koegel tang pada arah jam 12.00. 5. Spekulum sims pada vagina anterior dilepas 31

6. Dilakukan sondasi uterus dan didapatkan cavum uteri 11 cm dan uterus pada pos isi retroflexi 7. Dilatasi canalis servikalis dengan busi hegar No VI-IX 8. Dila kukan kuretase endocervix secara sistematis searah jarum jam dimulai dari arah j am 12.00 dengan menggunakan sendok kuret tajam. Didapatkan jaringan dari endocer vix secukupnya. Endocervix tebal, putih, mengkilat dan tidak rapuh. Hasil jaring an endocervix dimasukkan dalam botol I berisi formalin untuk diperiksa ke PA. 9. Dilakukan kuretase endometrium secara sistematis searah jarum jam dimulai dari arah jam 12.00 dengan menggunakan sendok kuret tajam. Didapatkan jaringan dari e ndometrium secukupnya. Endometrium tebal, putih, mengkilat dan tidak rapuh. Hasi l jaringan endometrium dimasukkan dalam botol II berisi formalin untuk diperiksa ke PA. 10. Dilakukan sondase ulang panjang corpus 11 cm 11. Pendarahan 50 cc 12 . Koegel tang dan spekulum sims dilepaskan. 13. Dilakukan asepsis anti sepsis pada regio genitalia eksterna dan sekitarnya. 14. Perdarahan per vaginam pasca kuretase negatif. 32

K. FOLLOW UP Tanggal 13 April 2010, pukul 19.00 WIB S/ O/ Keluar darah dari kemalua n, lemas, pusing Status Generalis Kesadaran umum Kesadaran Tekanan darah Nadi RR Suhu Mata Thoraks : Tampak sakit ringan : Compos mentis : 120/80 mmHg : 72 x/me nit : 18 x/menit : 36,6 oC : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/: Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, whee zing -/Ekstremitas Status Ginekologi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitalia : Perut tampak datar : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-) : Timpani, Nyeri ketok (-) : Bising usus 4x/menit : Fluksus 10 cc, flour (-) : Akr al hangat, edema (-), cappilary refill < 2 33

A/ P/ Uterus miomatosus + hyperplasia endometrium + menometroragia Diet IVFD : TKTP : II RL II Dextrose 5 % Mm/ Amoxan Biosanbe Transamin Becom C 3 x 500 mg ( hari pe rtama ) 2x1 tab 3x 500 mg 1x 1 tab Rencana kuret bertingkat tanggal 14 April 2010, pukul 13.00 Puasa 6 jam pre op, 1 jam pre op diberi Taxegram 1 gr. Tanggal 14 April 2010, pukul 6.30 WIB S/ (+) O/ Status Generalis Kesadaran umum Kesadaran Tekanan darah Nadi RR Suhu Mata Tho raks : Tampak sakit ringan : Compos mentis : 120/90 mmHg : 69 x/menit : 20 x/men it : 36,3 oC : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/: Cor : BJ I dan II norm al, murmur (-), gallop (-) Keluar gumpalan darah sebanyak 3 x dari kemaluan, lem as, BAK lancar BAB 34

Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Ekstremitas Status Ginekologi Abdo men Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitalia A/ P/ : Perut tampak datar : S upel, nyeri tekan (-), defense muscular (-) : Timpani, Nyeri ketok (-) : Bising usus 2 x/menit : Fluksus 150 cc, flour (-) : Akral hangat, edema (-), cappilary r efill < 2 Uterus miomatosus + hyperplasia endometrium + menometroragia Diet IVFD : Puasa 6 jam pre OP mulai jam 7.00 : II RL II Dextrose 5 % Mm/ Amoxan Biosanbe Transamin Becom C 2x1 tab 3x 500 mg 1x 1 tab 24 Jam 3 x 500 mg ( hari kedua ) 1 jam pre op Taxegram 1 gr Hasil laboratorium tanggal 14 april 2010 Hb :9,8 gr/d l Leukosit : 4,900 / l Trombosit : 387 ribu / l Ht : 31,5 % 35

Tanggal 14 April 2010, pukul 14.00 WIB Telah dilakukan curetage bertingkat a.i u terus miomatosus + hyperplasia endometrium + menometroragia. Sebelum curet, sond ase cavum uteri 11 cm, retroflexi. Endoservix tebal, putih mengkilap, tidak rapu h ( botol 1 ). Endometrium tebal putih mengkilap, tidak rapuh ( botol 2 ). Sonda se pasca curettage cavum uteri 11 cm, retroflexi, perdarahan (-). Instruksi / pl anning : Ciprofloxan 2 x 500 mg Biosanbe 2 x 1 cap Besok boleh pulang : control Rabu 21 April 2010 Tanggal 14 April 2010, pukul 20.15 WIB S/ O/ Pusing, sakit tenggorokan karena ba tuk, BAK lancar, flatus (-), BAB (-), Status Generalis Kesadaran umum Kesadaran Tekanan darah Nadi RR Suhu Mata Thoraks : Tampak sakit ringan : Compos mentis : 110/70 mmHg : 68 x/menit : 25 x/menit : 36,4 oC : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) 36

Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Ekstremitas Status Ginekologi Abdo men Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitalia A/ : Perut tampak datar : Supe l, nyeri tekan (-), defense muscular (-) : Timpani, Nyeri ketok (-) : Bising usu s (-) : Tampon (+), rembesan darah (-) : Akral hangat, edema (-), cappilary refi ll < 2 Pasca kuretase bertingkat a.i uterus miomatosus + hyperplasia endometrium, menometroragia P/ Diet IVFD : Biasa : Aff 3 x 500 mg ( hari kedua ) 2x1 tab 3 x 500 mg Mm/ Amoxan Biosanbe Kalnex Hasil laboratorium tanggal 14 april 2010 Hb Leukosit Trombosit Ht :9,8 gr/dl : 4 ,900 / l : 387 ribu / l : 31,5 % 37

Tanggal 15 April 2010, pukul 6.30 WIB S/ O/ Pusing, BAB (-), flatus (+), BAK lan car Status Generalis Kesadaran umum Kesadaran Tekanan darah Nadi RR Suhu Mata Th oraks : Tampak sakit ringan : Compos mentis : 110/70 mmHg : 64 x/menit : 24 x/me nit : 36,3 oC : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Cor : BJ I dan II nor mal, murmur (-), gallop (-) Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Ekstre mitas : Akral hangat, edema (-), cappilary refill < 2 Status Ginekologi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Genitalia : Perut tampak datar : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-) : Timpani, Nyeri ket ok (-) : Bising usus 2 x/menit : Bercak darah (+) 38

A/ Pasca kuretase bertingkat a.i uterus miomatosus + hyperplasia endometrium, menometroragia P/ Diet : Biasa 2 x 1 gr 2x1 tab Biosanbe Mm/ Ciprofloxacin Tanggal 15 April 2010, pasien menyatakan menolak untuk melakukan pemeriksaan jar ingan PA. 39

BAB III DISKUSI Pada kasus ini hasil diagnosa yaitu uterus miomatosus dengan hiperplasia endomet rium dan menometrhoragia didapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan p emeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien mengaku keluar darah dari kemaluan s ejak tujuh hari yang lalu dan mengganti pembalut hingga 2 kali ( 100 cc) menandak an adanya suatu kelainan pada uterus yang kemungkinan besar disebabkan oleh hipe rplasia endometrium. Pasien juga berusia 43 tahun, hal ini sesuai dengan literat ur yang mengatakan bahwa pada kasus uterus miomatosus paling sering ditemukan pa da usia 35-45 tahun. Pada anamnesis juga didapatkan keluhan keluar darah dan hai d yang banyak dan memanjang (14 hari) sejak 1 tahun, hal ini sesuai dengan kepus takaan bahwa gejala yang paling sering ditemukan pada pasien uterus miomatosus a dalah menometrorhagia. Pada kasus ini pasien juga mengeluh lemas hal ini kemungk inan besar disebabkan oleh perdarahan yang keluar melalui kemaluannya. Berdasark an pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva anemis, hal ini disebabkan oleh ada nya perdarahan pervaginam yang banyak sehingga pasien mengalami anemia. Selain i tu juga pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb pasien 8,8 gr/dl yang juga d isebabkan oleh perdarahan uterus yang berlebihan, hal ini mendukung diagnosa ute rus miomatosus. Pada pemeriksaan dengan memakai sonde uterus didapatkan panjang cavum uterusnya adalah 11 cm, hal ini menguatkan diagnosa uterus miomatosus, kar ena ukuran uterusnya berada antara 9-12 cm. Pemeriksaan endometrium. penunjang y ang dilakukan adalah USG, didapatkan endometrium lebih tebal yaitu 2,42 cm yang menandakan adanya hyperplasia 40

Kemudian dilakukan tindakan curettage betingkat untuk mendapatkan diagnostik yan g pasti penyebab dari perdarahan pervaginam yang dialami oleh pasien, selain itu curettage bertingkat juga berguna sebagai terapi pada untuk menghentikan perdar ahan pada pasien ini. Sayangnya pasien tidak bersedia untuk dilakukan pemeriksaa n patologi anatomi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab terjadinya perdara han pervaginam yang abnormal pada pasien, apakah disebabkan oleh hiperplasia end ometriumnya atau adanya suatu keganasan pada uterus pasien. Hal ini disebabkan o leh masalah ekonomi yang dihadapi oleh pasien yang pekerjaannya seorang ibu ruma h tangga dan suami pasien telah meninggal dunia. 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post men opause. Salah satu gejala yang paling sering pada mioma uteri adalah menometrora gia. Diagnosis pasti mioma uteri dengan USG dan penanganan mioma utieri adalah d engan konservatif dan operatif. Keluhan utama hiperplasia endometrium adalah per darahan uterus yang abnormal. penatalaksanaan hyperplasia endometrium salah satu nya dengan curettage bertingkat Curettage bertingkat sangat bermanfaat dalam menentukan diagnostik dan terapi Saran Sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi karena sangat bermanfaat dalam menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya Memperbaiki gaya hidup Usahakan sela lu rutin kontrol ke dokter spesialis untuk mencegah komplikasi tindakan dan perk embangan penyakit yang diderita. 42

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. Yuad H., 2007. 2007. O, Miomectomi Mioma Mioma Pada Kehamilan. Diunduh dari : : : http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : March 01, 2008. Santoso, Jevuska Ut eri. Geburt. Diunduh Available dari from http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Ac cested : March 01, 2008. 2007. http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : M arch 01, 2008. Antoni S, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma) Rahim . Available f rom : http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : March 02, 2008. Suwiyog a K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelay anan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar. 201-206 6. 7. 8. 9. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandun gan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345 Marjono B. A, 2008. Tumor Ginekologi. Available from : http://www.geocities.com. Accested : M arch 02, 2008. Edward E, 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from : http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008. Widjanarko 200 7, Ginekologi, Kelainan April 2010 Uterus, Diunduh Dari: http://reproduksiumj.bl ogspot.com/2009/10/hyperplasia-endometrium.html, 16 10. Conrad, M.S, 2008, Dilation and Curettage (D&C), Diunduh dari : http://www.medic inenet.com/dilation_and_curettage/article.htm, 16 April 2010 43

Anda mungkin juga menyukai