Askep Pasien Histerectomy Irfani
Askep Pasien Histerectomy Irfani
IRFANI JAHRO
037200311
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny. P DENGAN POST OPERASI HISTERECTOMY ATAS INDIKASI MIOMA UTERI DI RUANG
OK RUMAH SAKIT UMUM HERMINA KARAWANG”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pada profesi keperawatan serta bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang ada di sekitar uterus. Mioma
uteri merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari otot polos uterus dan
jaringan ikat yang menyertainya. Benih-benih keabnormalanotot polos
menyebar pada myometrium, yang kemudian secara lambat akan terus
membesar untuk membentuk suatu tumor yang bahkan beratnya bisa mencapai
10 kg atau melebihinya (Syahnaufal et al., 2017). Mioma uteri yang disebut
juga dengan fibroid uterus atau leiomyoma uterus adalah tumor jinak otot
polos uterus yang terdiri darisel- sel jaringan otot polos, jaringan pengikat
fibroid, dan kolagen ( Muzakkar, 2017 ).
World Health Organization (WHO) 2014 mencatat bahwa setiap tahun
jumlah penderita mioma bertambah mencapai 6,25 juta orang dalam 10 tahun
mendatang diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat
mioma di dunia akan berada dinegara-negara yang sedang berkembang.
Prevalensi mioma uteri sebanyak 44,41% pada wanita dengan usia 31-40
tahun dengan usia rata-rata terjadi pada wanita usia produktif. Di Indonesia
mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat dan paling sering ditemukan pada wanita umur 35- 45 tahun kurang
lebih 25%) serta jarang terjadi pada wanita umur 20 tahun dan pasca
menopause (Syahnaufal et al., 2017).
Mioma uteri memiliki gejala yang tidak terlalu menonjol dirasakan
penderitanya. Mioma uteri yang sampai menimbulkan gejala hanya dirasakan
oleh 35-50% dari penderita mioma uteri. Gejala yang umum ditimbulkan pada
penderita mioma uteri yaitu pendarahan yang berlebihan ,perdarahan secara
berlebihan ialah gejala yang paling sering dialami oleh 30% penderita mioma
uteri. Rasa nyeri yang menyiksa, dan tekanan pada sekitar panggul yang
menjalar hingga ke punggung. Mioma uteri menimbulkan masalah yang cukup
menggelisahkan karena etiologi dari mioma uteri belum begitu jelas. Walau
1
angka mortalitas mioma uteri cenderung rendah, namun morbiditas mioma
uteri cukup rendah karena terjadi perdarahan yang hebat, begitu pula dengan
penurunan kesuburan yang sangat mungkin terjadi pada penderita mioma uteri
(Syahnaufal et al., 2017).
Akibat kehilangan darah karena perdarahan dan terlalu banyaknya sel-sel
darah merah yang hilang dari tubuh seseorang yang menyebabkan penekanan
terhadap sel-sel darah merah dan perdarahan ini dapat menyebkan terjadinya
anemia. Anemia ini merupakan suatu penyakit yang mana hemoglobin
darahnya rendah yaitu kurang dari 11 g/dl.( Wylie, 2010). Penyebab anemia
dapat dibagi menjadi dua jenis. Penyebab yang pertama menjelaskan bahwa
hemoglobin dalam darah atau terjadinya gangguan dalam pembentukan sel
darah merah dalamtubuh. Berkurangnya sel darah merah secara signifikan
dapat disebabkan oleh terjadinya perdarahan atau hancurnya sel darah merah
yang berlebihan (Priyanto,2018).
Risiko mioma uteri meningkat pada wanita nullipara. Beberapa penelitian
menemukan hubungan antara obesitas dan menarche dini dengan peningkatan
insiden mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di
atas normal, dan menarche dini (<10 tahun) berkemungkinan lebih sering
menderita mioma uteri. Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia
reproduksi, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, pada
masa menopause mioma akan mengecil seiring dengan penurunan hormon
estrogen dalam tubuh(Syahnaufal et al., 2017).
Salah satu penanganan mioma uteri di Indoneisa pada umunya ialah
tindakan bedah berupa histerektomi (pengangkatan uterus) dan miomektomi
(pengangkatan mioma) pada wanita yang masih ingin memiliki keturunan.
Pada operasi miomektomi, beberapa peluang dapat menyebabkan mioma uteri
akan tumbuh lagi pada wanita tersebut. Mioma uteri sebenarnya akan tuntas
pengobatannya apabila seluruh Rahim dari penderita tersebut diangkat, namun
hal ini tentu menimbulkan kecemasan pada wanita karena harus merasakan
menopause dini (Syahnaufal et al., 2017).
2
Peran perawat adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk memenuhi kebutuhan pasien . Maka untuk masalah masalah tersebut
adalah tugas perawat melakukan tindakan memberi asuhan keperawatan dan
memberikan kenyamanan dari rasa nyeri, mencegah terjadinya cemas yang
berlebihan dan memonitor perdarahan serta memberikan penyuluhan kepada
pasien tentang penyakitnya.
B. Tujuan
Menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien
mioma uteri baik itu cara penanganannya maupun solusi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
Perawat mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan kegawat
daruratan pada pasien dengan mioma uteri dan perawat mampu menjelaskan
konsep metodologi asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri.
Peran perawat pada kasus mioma uteri meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung pada pasien yang mengalami mioma uteri, sebagai
pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta
sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan
kepada pasien mioma uteri melalui metode ilmiah.
3
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menopangnya (Unicef, 2013).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos jaringan fibroid dan kolagen (Nurarif & Hardi, 2013 :
445).
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih
sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya
tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot
rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis
tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30
tahun (Irianto, 2015).
2. Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut
teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor
yaitu insiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian
menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan yang uniselular. Transformasi neoplastik dari
miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium
normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor
lokal.
3. Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Hardi (2013) mioma uteri menurut letaknya dibagi
menjadi 3 yaitu :
4
a. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke
cavum uteri
b. Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut
myometrium
c. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa
c. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul
5
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, bisa
menyebabkan :
1) Infertilitas
2) Bertambahnya resiko abortus
3) Hambatan pada persalinan
4) Inersia atau atonia uteri
5) Kesulitan pelepasan plasenta
6) Gangguan proses involusi masa nifas
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien mioma uteri menurut
Nurarif dan Hardi (2013) adalah:
a. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. menurunnya
kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya kehilangan
darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang
simetrik menyerupai kehamilan atau terdpat bersama-sama dengan
kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu
d. Pyelogram intravena
Dapat membantu dalm evaluasi diagnostik.
1) Pap smear serviks
6
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks
sebelum histerektomi.
2) Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian
hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan
kelangsungan tuba falopi
6. Pathway
7
7. Penatalaksanaan medis
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan
secara konservatif dan penanganan secara operatif.
a. Penanganan konservatif
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap
3-6 bulan
2) Bila anemia, Hb <8 gr/dl transfuse PRC
3) Pemberian zat besi
b. Penanganan operatif
Dilakukan penanganan operatif bila ukuran tumor lebih besar dari
ukuran uterus 12-14 minggu, pertumbuhan tumor cepat, mioma
subserosa bertangkai dan torsi, bila dapat menjadi penyulit pada
kehamilan selanjutnya, hipermenorea pada mioma submucosa, dan
penekanan pada organ sekitarnya
1) Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil yang masih menginginkan
anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman , efektif, dan masih
menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarcoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan.tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit
dan diikat.
2) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan
penderita yang memiliki leiomyoma yg simptomatik atau
yang sudah bergejala
3) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan
8
miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%.
Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan
miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematika untuk
mengumpulkan data atau informasi dan menganalisanya sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien.
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan suatu faktor yang penting bagi petugas kesehatan
dalam menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien.
Nyeri pada daerah abdomen pada saat menstruasi, Kondisi fisik
ya, tidak bisa melakukan banyak aktivitas, tidak mual, tidak
muntah, dan nafsu makan menurun (Brunner & suddarth, 2002).
c. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan
mempengaruhi proses perawatan post operasi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mioma uteri bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan
tetapi adanya riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan
karena dapat mempengaruhi perawatan post operasi.
e. Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap nyeri
abdomen saat menstruasi.
f. Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya
karena merasa nyeri pada abdomen saat menstruasi (Doenges,
2000).
9
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai
secara berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
5) Aktifitas / istirahat
h. Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri,
Ansietas, Hipotensi, Tachikardi (respon stres, hipovolemi)
i. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri berat tiba-tiba pada saat menstruasi bahkan meringis
kesakitan sampai tidak bisa beraktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan pertumbuhan abnormal endometrium
ditandai dengan nyeri pada saat haid
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
prosedur pembedahan
Intra operasi
a. Cedera posisi operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi
pembedahan dan pemasangan elektromedik
Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
10
3. Intervensi keperawatan
TGL PERENCANAAN
N DITEGA
O DIAGNOSA K RASIONAL
KAN dan TUJUAN KRITER RENCAN
D
NAMA IA A
X
PERAW HASIL TINDAKA
AT N
I Pre operasi Setelah Nyeri Berikan Menurunk
Resti dilakukan hilang/ periode an aktifitas
Nyeri tindakaan berkura istirahat dan
berhubung keperawat ng selama konsumsi
an dengan an selama Kriteria hasil nyeri O2
Terputusnya ..... x Klien Ajarkan
kontinuitas ...... mengatakan klien teknik Meningkatk
jaringan jam nyeri hilang/ napas an asupan
efek incisi diharapka berkurang, dalam O2 ke
pembedahan n nyeri skala nyeri Ajarkan daerah
Spasme otot dap 2-3, klien klien nyeri
inflamasi at teratasi dapat massase di Meningkatkan
Ditandai beristirahat daerah kenyamanan
dengan : DS : dan tidur yang nyeri dalam tubuh
Klien
sehingga
mengatakan Kolabor menurunkan
nyeri asi nyeri
didaerah pemberi Analgetik
tertentu an memblok
DO : analgetik rangsang
Expresi
nyeri
wajah tampak Pantau
sehingga
tegang kondisi membantu
Tampak & TTV menghilang
klien klien kan nyeri
kesakitan tiap 2 Melihat
Skala nyeri jam keberhasilan
………… setelah intervensi dan
Sikap pemberi mencegah
tubuh yang an depresi
kaku analgeti pernapasan
Sulit tidur k akibat
/ istirahat
pemberian
analgetik
11
II Pre op Setelah Tanda Kaji tingkat Mendefinisik
Ansietas dilakukan vital ansietas, an masalah
berhubungan tindakan dalam catat dan pengaruh
dengan kurangnya keperawat batas perilaku pilihan
pengetahuan an selama normal klien intervensi
tentang prosedur ..... x Pasien (gelisah,
pembedahan ...... menunju tidak ada
Ditandai dengan : jam kk an kontak Menenangkan
DS : diharapka rileks mata) dan
...... n ansietas Melapork Berikan menurunkan
. DO : pasien an lingkunga ansietas
Tanda- dapat ansietas n yang
tanda berkurang dapat tenang Menenangkan
vital……. atau ditangani dan dan
Ekspresi hilang Pasien
wajah nyaman menurunkan
menyatak Berikan ansietas karena
an siap kesempata ketidaktahuan
untuk n untuk
klien dan
dioperasi
mengungk
ap
12
TGL PERENCANAAN
N DITEGA
O DIAGNOSA K TUJUAN KRITER RENCAN RASIONAL
D KAN dan IA A
X NAMA HASIL TINDAKA
PERAW N
AT
klien tampak kan atau takut
tegang pertanyaan menjadi
Klien kesepian
bertanya
tentang
operasi yang
akan
dilakukan
II Intra Operasi Setelah Pasien Kaji Mendefinisik
I Resti dilakukan bebas apakah an masalah
Cidera posisi tindakan dari pasien dan pengaruh
operatif keperawat cidera mempuny pilihan
berhubungan an selama selama ai factor intervensi.
dengan ..... x ...... operasi resiko
Kebutuhan jam pada seperti sebelumn
posisi fase intra luka ya, Menghindari
pembedahan operatif, bakar, terjadinya
dan diharapka injury, Pindahkan jatuh
pemasangan n resiko dislokasi pasien
elektro medik tidak sendi,dll dengan
Kehilangan terjadi brankart
sensori Menghindari
sesuai
protektif prosedur terjadinya
sekunder Pasang alat cedera
terhadap elektromed
anestesi. ik sesuai
Ditandai dengan Menghindari
dengan : DS : protocol terjadinya
… Selalu cedera
… DO : minta ijin
Adanya luka
kepada ahli
bakar anestesi,
pad untuk
a bagian memindahk
…………… an Pasien /
Kehilangan
merubah
sensori posisi Mengetahui
pada bagian pasien salah satu
.......... yang sudah resiko dari
Terdapat pembedahan
dianestesi
kelemahan Jelaskan ke
13
pada organ pasien efek
......... daripenekan
Keluar tahu
Terpasangny an yang
a alat- lama saat tentang kondisi
alat pembaringa pasien pasca
elektromedik n anathesi
Posisi klien Libatkan
saat operasi keluarga
saat
penjelasan
efek
anasthesi
14
TGL PERENCANAAN
N DITEGA
O DIAGNOSA K TUJUAN KRITER RENCAN RASIONAL
D KAN dan IA A
X NAMA HASIL TINDAKA
PERAW N
AT
□ inflamasi beristirahat Nyeri sehingga
Ditandai dan tidur menurunkan
dengan : DS : Kolabor nyerI
Klien asi Analgetik
mengatakan pemberi memblok
nyeri an rangsang
didaerah analgetik nyeri
tertentu sehingga
DO : membantu
Expresi menghilang
wajah tampak kan nyeri
Pantau
tegang Melihat
Tampak
kondisi
& TTV keberhasilan
klien intervensi dan
kesakitan klien
tiap 2 mencegah
Skala nyeri
jam depresi
………… pernapasan
Sikap setelah
pemberi akibat
tubuh yang pemberian
kaku an
analgeti analgetik
k
V Post op Setelah Tanda- Kaji tanda Untuk
Resti Aktual dilakukan tanda vital mengetahui
Infeksi tindakan vital klien perkembangan
berhubungan keperawat dalam secara kesehatan
dengan an selama batas rutin klien
prosedur ..... x ...... normal Observa Untuk
invasif jam Dapat si mengetahui
Ditandai diharapka mencapai adanya tanda-tanda
dengan : DS : n Risiko penyemb inflama infeksi
........... tinggi uh an si
... DO : terhadap luka Anjurkan Mencegah
Tanda-tanda infeksi sesuai klien untuk atau
vital tidak dengan memberi membantu
………… terjadi waktu tahu apabila mengobati
Tanda infeksi Bebas ada infeksi
pada drainase keluhan
luka operasi purulen tanda
Hasil atau infeksi
laboratori Beri Perawatan luka
edema
yang benar
15
um penjelasan mencegah
meningkat pada klien terjadinya infeksi
dan
keluarga
tentang
perawat
an luka
16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. P
b. No. CM : W144477
c. Tgl lahir/ Umur: 20-07-1974/ 47 tahun
d. Agama : ISLAM
e. Pendidikan : SMA
f. Suku/ bangsa : Indonesia
g. Alamat : Cikupa Asri Blok B4 No 3, Pasir Gadung
2. Identitas Orang Tua/ Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. I
b. Umur : 49 tahun
c. Agama : ISLAM
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Karyawan swasta
f. Hubungan dgn pasien : Suami
g. Alamat : Cikupa Asri Blok B4 No 3, Pasir Gadung
PRE OPERASI
Keluhan Utama/alasan masuk :
Pasien mengatakan nyeri pada saat menstruasi kurang lebih selama 1 tahun
dan takut menghadapi operasi. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma
Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ non reaktif
17
Hipertensi : tidak ada
Diabetes : tidak ada
Riwayat Operasi/anestesi : operasi kista pada tahun 2009
Komplikasi operasi yang lalu : tidak ada
Riwayat Alergi : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Indikasi Operasi : Mioma uteri
Jenis Operasi Histerectomy
Tanda-tanda Vital : Suhu: 36,5ͦ
C, Nadi: 89 x/mnt, Respirasi: 16 x/mnt, TD:
120/70 mmHg, BB: 61 kg, TB: 155 cm,
Golongan Darah: ORhesus (+) / positif
3. Riwayat Psikososial/Spiritual
a. Status Emosional
Tenang Bingung Kooperatif □ Tidak Kooperatif
□ Menangis □ Menarik diri
b. Data Kecemasan Pasien/Orang Tua terhadap kondisi pasien
Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas Cemas
Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
1 = Mengungkapkan kerisauan
2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik
c. Tingkat pengetahuan :
□ Ps jarang bertanya tentang kondisi pasien
Ps sering bertanya tentang kondisi pasien
□ Ps sering mengulang-ulang pertanyaan
□ Ps tampak terlihat bingung
18
d. Pengetahuan tentang penyakit :
Pasien atau keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan
perawatan
Pasien atau keluarga lupa dengan informasi yang pernah
didapat tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan
perawatan
19
INTRA OPERASI
( Sr. I )
20
POST OPERASI
Pasien pindah ke :
Kesadaran : CM
Perawat RR
( Sr. I )
B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pertumbuhan abnormal endometrium
2. Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Intra op
1. Cidera posisi operatif berhubungan dengan Kebutuhan posisi pembedahan
dan pemasangan elektro medic
Post op
1. Nyeri berhubungan dengan luka post op
21
C. Perencanaan Keperawatan
PERENCANAAN TGL
NO TERATA
DIAGNOSA TGL TUJUAN KRITERIA RENCANA SI
HASIL TINDAKAN dan
NAM
A
PERAWA
T
I Pre Operasi 12/08/20 Setelah Klien Berikan 12/08/20
Aktual 21 dilakukan menyatakan periode 21
Nyeri Sr. I tindakaan nyeri istirahat Sr.
berhubungan 13.00 keperawatan berkurang selama nyeri R
dengan selama 1 x Ajarkan klien 16.0
pertumbuhan 12 jam Klien teknik napas 0
abnormal diharapkan menunjukan dalam
endometrium nyeri dapat sikap santai/ Kolabor
ditandai dengan berkurang mampu asi
berpartisipasi pemberi
DS : dengan tepat. an
Klien Menunjukkan analgeti
mengatakan ketrampilan k
nyeri perut saat relaksasi Pantau kondisi
menstruasi dengan tepat. & TTV klien
tiap 2 jam
DO : setelah
Keadaan umum pemberian
sedang, kesadaran analgetik
Cm, TD:
120/70mmHg
N : 89x/mnt, RR
16x/mnt, skala
nyeri :4
Ekspresi wajah
tampak meringis
kesakitan
Pasien terlihat
memegang
daerah yang
sakit
Pasien terlihat
sulit istirahat
Hasil usg
tampak adanya
miom
22
II Pre Operasi 12/08/20 Setelah Tanda-tanda Kaji tingkat 12/08/20
Aktual 21 dilakukan vital dalam ansietas, catat 21
Ansietas Sr. tindakan batas normal. perilaku kliien Sr.
berhubungan I keperawatan (gelisah, tidak R
dengan prosedur 14: selama 1 x 4 Klien ada kontak 16:0
tindakan 00 jam menunjukkan mata) 0
pembedahan diharapkan rileks Berikan
ditandai dengan : ansietas atau lingkungan
kecemasan Klien yang tenang
DS : pasien dapat menyatakan dan nyaman
Pasien berkurang siap untuk Berikan
mengatakan atau hilang dioperasi kesempatan
kurang untuk klien
mengerti mengungkap
tentang kan pertanyaan
tindakan
pembedahan
yang akan
dilakukan
DO :
Pasien sering
bertanya
23
PERENCANAAN TGL
NO TERATA
DIAGNOSA TGL TUJUAN KRITERIA RENCANA SI
HASIL TINDAKAN dan
NAM
A
PERAWA
T
dengan
pertanyaan
yang sama
Skala cemas 2
TD:
120/70mmHg
Nadi:
89x/menit
Respirasi:
16x/menit
Suhu : 36.5 C
III Intra Operasi 12/08/20 Setelah Pasien bebas Kaji apakah 12/08/20
Resti 21 dilakukan dari cidera pasien 21
Cidera Sr. tindakan selama operasi mempunyai Sr.
posisi operatif I keperawatan ; seperti luka factor resiko R
berhubungan 15: selama 1 x bakar, injury, sebelumnya, 17:0
dengan 45 4 jam pada dislokasi mis : 0
Kebutuhan fase intra sendi,dll kedinginan,
posisi operatif, luka bakar,
pembedahan diharapkan injury.
dan resiko tidak Pindahkan
pemasangan terjadi pasien dengan
elektro medik brankart
Ditandai dengan : sesuai
prosedur
DS : Pasang alat
Pasien
elektromedi
mengatakan
k;
kaki tidak
eletrokoagul
bisa
asi sesuai
digerakkan
dengan
protocol
DO :
Selalu minta
Kehilangan ijin kepada
sensori pada ahli anestesi,
bagian untuk merubah
extremitas posisi pasien
bawah.
yang sudah
24
dianestesi
Terpasangnya Jelaskan pada
(patient plate) pasien efek
pembaringan
Posisi klien yang lama
saat operasi Libatkan
berlangsung keluarga saat
penjelasan efek
anasthesi
25
V Aktual 12/08/20 12/08/20
Intoleransi 21 Setelah TTV dalam Observasi TTV 21
Sr. I Sr. R 16:00
aktifitas 15:45 dilakukan batas normal, dan KU
berhubungan tindakan klien dapat libatkan
dengan keperawata mulai keluarga untuk
pembiusan n selama 1 x menggerakan membantu ps
(spinal) 12 jam anggota dalam
ditandai diharapkan tubuhnya kebutuhan
dengan Intoleransi sehari-hari
DS : aktifitas kolaborasi
Klien teratasi dengan tim
mengatakan sebagian medis jika
kakinya terjadi kegawat
kesemutan dan daruratan
tidak bisa
digerakan
DO :
Ektremitas
bawah klien tidak
dapat gerak
26
D. Implementasi Keperawatan
PERENCANAAN TGL
TERAT
NO DIAGNOSA TGL TUJUAN KRITERIA TINDAKAN ASI dan
HASIL KEPERAWATAN NAMA
PERA
WAT
1 Resti Aktual 12/08/20 Setelah Klien Mengkaji 12/08/20
Nyeri berhubungan 21 dilakukan menyatakan keluhan nyeri/ 21
dengan Sr tindakan nyeri berkurang. ketidak Sr
pertumbuhan I. keperawata nyamanan, .I
abnormal I13. n selama Klien perhatikan 16
endometrium 00 1 x 12 menunjukkan lokasi dan .0
DS : jam sikap lebih karakteristik 0
Klien mengatakan diharapka tenang nyeri, intensitas
nyeri berkurang n nyeri (skala 0-10)
DO : dapat Klien mampu Menganjurkan
Keadaan sakit berkurang melakukan klien tehnik
sedang, kesadaran teknik relaksasi relaksasi nafas
CM, TD: 123/78 dalam
mmHg, N: Megobservasi
75x/mnt, RR keadaan dan
:15x/mnt TTV klien
Wajah klien masih
tampak meringis
Skala nyeri : 3
DO : keluarga untuk
Pasien terlihat menemani klien
lebih tenang
Skala cemas 1
27
PERENCANAAN TGL
TERATASI
NO DIAGNOSA TGL TUJUAN KRITERIA TINDAKAN dan
HASIL KEPERAWATAN NAMA
PERAWAT
TD:
123/78mmHg
Nadi: 75x/menit
Respirasi:
15x/menit
Suhu : 36.5 C
III Intra Operasi 12/08/202 Setelah klien bebas dari mengkaji 12/08/2021
Resti 1 dilakuka cidera selama apakah pasien Sr. I
Cidera Sr. I mempunyai 17:00
posisi n operasi : seperti
15.00 tindakan luka bakar, factor resiko
operatif
keperawatan sebelumnya,
berhubungan selama injury, dislokasi mis : luka
dengan 1 x 4 jam sendi,dll bakar, injury.
Kebutuhan pada fase mengkaji
28
IV Post operatif 12/08/2021 Setelah TTV dalam mengobservasi 12/08/2021
Aktual Sr. I dilakukan batas TTV dan KU Sr. I 17:30
Nyeri akut 17:00 tindakan normal, Melibatkan
berhubungan keperawatan skala nyeri keluarga untuk
dengan luka selama 1 x berkurang, membantu
post op 6 jam klientampak pasien dalam
DS : Klien diharapkan merasa memberikan
mengatakan nyeri akut nyaman dan posisi nyaman
nyeri pada teratasi aman aman dan
luka post op sebagian melakukan
Teknik
DO : relaksasi nafas
KU sedang dalam
kesadaran berkolaborasi
CM Akral dengan tim medis
hangat, skala untuk pemberian
nyeri 5 dari analgetik
rentan 1 sd
10, pasien
tampak
meringis
kesakitan
DO :
K/U sedang,
kes CM,
TD: 115/65
mmHg,
N:84x/mnt
suhu: 36,5ͦC
RR:
15x/mnt
Ektremitas
bawah
belum bisa
29
gerak
Terdapat
balutan
luka post
operasi
hysterectomy
E. Evaluasi Keperawatan
S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang setelah operasi, luka operasi
belum mulai terasa nyeri, masih sulit untuk menggerakan kaki, tidak
ada keluhan nyeri pada abdomen seperti saat sebelum operasi
P : Lanjutkan Intervensi
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Setelah kita membahas antara pengkajian teori dan pengkajian dalam kasus,
tidak ditemukan kesenjangan.
B. Diagnosa keperawatan
Pada pembahasan diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa keperawatan
pada kasus ada 5 diagnosa, sedangkan diagnosa keperawatan pada teori ada 6
diagnosa, 2 diagnosa tidak muncul karena data pada kasus tidak mendukung
yakni :
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. Perencanaan
Pada perencanaan antara perencanaan teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang didapatkan di teori tidak ada kesenjangan karena dilakukan
sesuai dengan intervensi yang ada.
E. Evaluasi
Tidak semua masalah keperawatan dapat teratasi semua di kamar operasi.
Pada masalah keperawatan post operasi belum dapat teratasi di kamar operasi,
oleh karena itu dilanjutkan di ruang perawatan.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya
satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa
juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun
B. Saran
1. Penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya dapat melanjutkan dan
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Pasien dan keluarga diharapkan dapat mendukung proses keperawatan dan
pengobatan pada pasien dalam mematuhi pengobatan.
3. Untuk perawat
a. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pasien post op histerektomy,
perawat harus rutin merawat luka agar tidak terjadi infeksi.
b. Disarankan untuk memberi nutrisi yang mencukupi, misalnya makanan
tinggi protein karena dapat mempercepat proser penyembuhan luka.
4. Untuk keluarga / orang tua
a. Dukungan keluarga sangat bagus untuk meningkatkan kesehatan dan
memberikan motivasi pasien dengan banyak makanan yang
mengandung protein dan tidak dianjurkan untuk menghindari
makanan-makanan tertentu.
b. Melanjutkan perawatan mandiri setelah pulang dari rumah sakit
dengan mengontrol kesehatan secara rutin, dan mematuhi dalam
minum obat sesuai advis dari dokter.
5. Informasikan kepada para calon peserta diklat agar mempersiapkan semua
perihal yang dibahas pada saat diklat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma (2015), aplikasi Asuhan Keperawatan
Asagaf, S.M, Lumintang. N & Lampus, H (2015), gambaran mioma uteri pada pasien di Bagian Bedah Obgyn
(2014)
Diyani. N, Gambaran pada kasus perioperative di ruang bedah, (2019)
SDKI DPP PPNI, 2016 ( Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; definisi dan indicator diagnostic)
SIKI DPP PPNI, 2018 (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; definisi dan Tindakan keperawatan )
33
34
35
36
37
38