Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY.S DENGAN MIOMA UTERI


DIRUANG MATAHARI RSU KARSA HUSADA BATU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan maternitas

Oleh:

Dini Yulianti
NIM. 2114314901024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MAHARANI

MALANG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PROFESI NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. DENGAN MIOMA UTERI

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui


Hari/Tanggal : Kamis / 14 Juli 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Ns. Lilla Maria., M.Kep) (Dwi Chorniyati.,S.Tr.Keb)


NIDN. 0720028301 NIP. 19700309 199703 2 003
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. Pengertian

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif
tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani,
2017).

2.1. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan yang
khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam
uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh
lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium,
sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat
ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai
daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007)
Pathway Keperawatan

(Carpenito, Lynda Juall, 2001 & Price, Sylvia A, 2005)


3.1. TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja
mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dar
ipenelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala
perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita
dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.

Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih,
ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%),
keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai
pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii.
Abortus spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).

1. Massa di Perut Bawah

Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian


bawah.

2. Perdarahan Abnormal

Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi,


menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang
menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan
endometrium atau kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang
menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi
perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang menyebabkan
terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin
dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini
dan aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi
interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau
relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri dapat
menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi potensial.
Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting
factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan
uterus yang abnormal.

3. Nyeri Perut

Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang
akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi
mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa
nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan, 2006).

4. Pressure Effects ( Efek Tekenan )

Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ


di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk
dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing,
pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae.
Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri
saat defekasi.

5. Penurunan Kesuburan dan Abortus

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih


belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup
atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk
kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa
tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan
mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi
untuk dilakukan miomektomi.

4.1. Masalah Keperawatan


1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi

3. Ansietas

4. Resiko defisit nutrisi

5.1. Pemeriksaan Penunjang


1. USG : Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi
uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma sudah dikenal karena pola gunanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus,
lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tidak teratur.

3. Foto BNO/ IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa dirongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
5. Laporaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap gula arah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
8. D/K (Dilatasi dan Kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hiperplasia atau
adenokarsioma endometrium). (Nikmatur, 2009)
6.1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu
penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.

1. Penanganan konservatif sebagai berikut :


a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b) Bila anemia , Hb < 8 g% tranfusi PRC.
c) Pemberian zat besi.
d) Pengunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Tetapi agonis GnRH ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan : mengurangi kebutuhan akan tranfusi darah. Namun
obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan
osteoporosis pada wanita tersebut. (Mansyoer, 2001)
2. Penanganan operatif, bila :
a) Ukuran tumor lebih basar dari ukuran uterus 12 - 14 minggu
b) Pertumbuhan tumor cepat
c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e) Hipermenorea pada mioma submukosa.
f) Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berubah :

a) Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita interfil atau yang masih menginginkan


anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.
Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan
terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat
dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan
berikutnya dengan seksio sesarea.

Kriteria pre operasi menurut American College of Obstetricians


Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :

1) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.


2) Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
3) Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.
b) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang
sudah bergejala.

Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

1) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang


dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan :
a. Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau berulang
– ulang selama lebih dari 8 hari.
b. Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman dipelvis akibat mioma meliputi :

a. Nyeri hebat dan akut


b. Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
c. Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang –
ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
c) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30
– 50 %. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan
miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.

Lama perawatan :

1) 1 hari pasca diagnosa keperawatan


2) 7 hari pasca histerektomi / miomektomi
Masa pemulihan :

1) 2 minggu pasca diagnosa perawatan


2) 6 minggu pasca histerektomi / miomektomi
d) Penanganan radioterapi
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3) Bukan jenis submukosa.
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. (Achadiat,
2004)

7.1. Asuhan keperawatan


1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,


suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
alamat.

2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,


hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,


misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat


dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan,
manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun
yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri,
intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan


jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri,
tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat
alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan
dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.

d. Riwaya Penyakit Keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga


mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.

e. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang


perlu diketahui adalah

1) Keadaan haid

Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab


mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana


mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.

f. Faktor Psikososial

1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,


faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.

2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga


diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian
dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran
atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien
mioma uteri dengan orang lain.

g. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang


harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan
nafsu makan yang terjadi.

h. Pola eliminasi

Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB


terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah
frekuensi, warna, dan bau.

i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain

Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan


frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi

j. Pola Istirahat dan Tidur

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat


siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri

b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.

c. Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan


rambut.

2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata


simetris

3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya


pembengkakan konka nasal/tidak

4) Telinga : lihat kebersihan telinga.

5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat


kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.

6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya


pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.

7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,


jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.

8) Abdomen

Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen

Perkusi: timpani, pekak

Auskultasi: bagaimana bising usus

9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada


ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

8.1. Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum
(D.0077) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah.
b. Ansietas b.d tanggung jawab menjadi orang tua (D.0080) d.d.
merasa bingung, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak
tegang, sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa
tidak berdaya,frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat,tremor, muka tampak
pucat, sering berkemih, diaphoresis.
c. Resiko infeksi b.d luka episiotomi post partum spontan
(D.0142) d.d peningkatan paparan orgasme pathogen
lingkungan.
d. Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism,
factor, psikologis (D0032) d.d Mobius syndrome, cerebral palsy,
cleft lip, cleft palate, infeksi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam tingkat nyeri menurun dengan Observasi (I08238)
agen pencedera kriteria hasil (L08066): - Identifikasi
 Keluhan nyeri menurun lokasi,
fisik, luka karakteristik,
 Meringis menurun durasi, frekuensi,
episiotomi post
 Gelisah menurun kualitas,
partum (D.0077)
 Kesulitan tidur menurun intensitas nyeri
d.d mengeluh - Identifikasi skala
 Perineum terasa tertekan menurun
nyeri, tampak nyeri
 Frekuensi nadi membaik
- Identifikasi
meringis, bersikap  Pola nafas membaik respon nyeri non
protektif, gelisah,  Tekanan darah membaik verbal
frekuensi nadi  Nafsu makan membaik - Identifikasi
Kriteria Meningkat Cukup sedang Cukup Menurun faktor yang
meningkat, sulit memperberat dan
hasil Meningkat Menuru
tidur, tekanan memperingan
n
darah meningkat,
nyeri
Keluhan 1 2 3 4 5
- Identifikasi
pola nafas nyeri pengetahuan dan
Meringis 1 2 3 4 95 keyakinan
berubah, nafsu
tentang nyeri
makan berubah. Gelisah 1 2 3 4 5 Terapeutik
- Berikan teknik
Kesulitan 1 2 3 4 5 non farmakologis
tidur untuk
Perineum 1 2 3 4 5 mengurangi rasa
terasa nyeri
tertekan - Kontrol
lingkungan yang
Frekuensi 1 2 3 4 5 memperberat
nadi rasa nyeri
Pola nafas 1 2 3 4 5 - Fasilitasi
istirahat dan
Tekanan 1 2 3 4 5 tidur
darah Edukasi
- Jelaskan
Nafsu 1 2 3 4 5
penyebab,
makan
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan stretegi
pereda nyeri
- Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tingkat ansietas menurun dengan kriteria Observasi
tanggung jawab (I09314)
hasil (L09093):
- Identifikasi
menjadi orang tua  Verbaliasasi kebingungan penurunan
(D.0080) d.d tingkat energi,
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun perilaku gelisah menurun
merasa bingung, ketidakmampuan
 Keluhan pusing menurun berkonsentrasi,
sulit atau gejala lain
berkonsentrasi,  Frekuensi pernafasan menurun yang menggau
tampak gelisah,  Orientasi kemampuan
kognitif
tampak tegang,  Konsentrasi membaik - Identifikasi
sulit tidur, teknik relaksasi
mengeluh pusing,  Pola tidur membaik yang pernah
anoreksia, efektif digunakan
 Pola berkemih membaik - Identifikasi
palpitasi, merasa kesedaan,
Kriteria Meningkat Cukup sedang Cukup Menurun
tidak berdaya, hasil meningkat menuru kemampuan dan
frekuensi nafas n penggunaan
teknik
meningkat, Verbalisasi 1 2 3 4 5
sebelumnya
kebingungan
tekanan darah - Monitor respons
Verbalisasi 1 2 3 4 5 terhadap terapi
meningkat, khawatir relaksasi
tremor, muka Perilaku 1 2 3 4 5 Terapeutik
gelisah - Ciptakan
tampak pucat,
Perilaku 1 2 3 4 5 lingkungan yang
sering berkemih, tegang tenang dan tanpa
diaphoresis. Keluhan 1 2 3 4 5 gangguan dengan
pusing pencahayaan dan
Frekuensi 1 2 3 4 5 suhu ruang yang
pernafasan nyaman
Orientasi 1 2 3 4 5 - Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan nada
Konsentrasi 1 2 3 4 5
suara lembut
dengan irama
Pola tidur 1 2 3 4 5 lambar dan
berirama
Pola 1 2 3 4 5 - Gunakan
berkemih relaksasi sebagai
strategi
penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis
relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi

3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tingkat infeksi menurun dengan kriteria Observasi
luka episiotomi (I14539)
hasil (L14137):
- Monitor tanda
post partum  Kebersihan tangan meningkat dan gejala lokal
spontan (D.0142) dan iskemik
 Nafsu makan meningkat
d.d peningkatan Terapeutik
 Demam menurun - Batasi jumlah
paparan orgasme pengunjung
pathogen  Kemerahan menurun - Berikan
lingkungan.  Nyeri menurun perawatan kulit
pada area edema
 Bengkak menurun - Cuci tangan
sebelum dan
 Kadar sel darah putih membaik
sesudah kontak
 Kultur area luka meningkat dengan pasien
dan lingkungan
 Sel darah merah meningkat pasien
- Pertahankan
Kriteria hasil Meningkat Cukup sedan Cukup Menurun teknik aseptik
meningkat g menurun pada pasien
Kebersihan 1 2 3 4 5 beresiko tinggi
tangan Edukasi
Nafsu 1 2 3 4 5 - Jelaskan tanda
9
makan dan gejala
Demam 1 2 3 4 5 infeksi
- Ajarkan cara
Kemerahan 1 2 3 4 5 mencuci tangan
Nyeri 1 2 3 4 5 dengan benar
- Ajarkan cara
Bengkak 1 2 3 4 5 memeriksa luka
atau luka opersai
Kadar sel 1 2 3 4 5 - Anjurkan
meningkatkan
darah putih
asupan nutrisi
Kultur area 1 2 3 4 5 - Anjurkan
luka meningkatkan
Kadar sel 1 2 3 4 5 asupan cairan
darah merah Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian anti
biotik, jika perlu

4. Resiko deficit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam status nutrisi meningkat dengan kriteria Observasi (I.03119)
nutrisi b.d hasil (L03030): - Identifikasi status
nutrisi
ketidakmampuan  Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dan
menelan  Serum albumin meningkat intoleransi makanan
 Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
makanan,  Berat badan membaik - Identifikasi makanan
ketidakmampuan  IMT membaik yang disukai
 Frekuensi makan membaik - Identifikasi kebutuhan
mencerna
 Nafsu makan membaik kalori dan jenis
makanan, nutrient
 Membrane mukosa membaik
ketidakmampuan - Identifikasi perlunya
Kriteria Cukup Cukup penggunaan selang
mengabsorbsi Menuru Sedan Meningka
Hasil Menuru Meningka nasogastric
nutrient, n g t - Monitor asupan
n t
peningkatan makanan
Porsi makan 5 - Monitor berat badan
kebutuhan
yang 1 2 3 4 - Monitor hasil
metabolism, dihabiskan pemeriksaan
factor, laboratorium
Serum 5
1 2 3 4 Terapeutik
psikologis albumin
- Lakukan oral hygiene
(D0032) d.d Verbalisasi 5 sebelum makan
Mobius keinginan - Fasilitasi menentukan
syndrome, untuk 1 2 3 4 pedoman diet
meningkatka - Sajikan makanan
cerebral palsy, n nutrisi secara menarik dan
cleft lip, cleft suhu yang sesuai
palate, infeksi. - Berikan makanan
Kriteria Cukup Cukup
Memburu Sedan Membai tinggi serat untuk
Hasil Memburu Membai
k g k mencegah konstipasi
k k
- Berikan makanan
Berat 5 tinggi kalori dan
1 2 3 4
badan tinggi protein
- Beri suplemen
IMT 1 2 3 4 5 makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
Frekuensi 5
1 2 3 4 makanan melalui
makan
nasogastric jika
Nafsu 5 asupan oral dapat
1 2 3 4
makan ditoleransi
Edukasi
Membran 5
1 2 3 4 - Anjurkan posisi
e mukosa
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
1. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

2. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil di capai. Meskipun tahap evaluasi di letakkan pada
akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan proses integral pada setiap
proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam


mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien.

Format evaluasi menggunakan :

S. :Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya


terhadap data tersebut

O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat,
termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit
pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga
kesehatan).

A. :Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan


objektif.

P. :Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang


untuk mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat,Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC. pp : 3; 63
Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda Nic-
Noc. Jakarta : CV Trans Info Media.
Carpenito, L.J., (2001), Diagnosa Keperawatan ; Buku Saku, Edisi 6, Alih Bahasa :
Monica, Ester, EGC, Jakarta.
Goodwin, N.J. 2009. Keperawatan Maternitas USA John Wiley & Sons, inc.
Hutahaean, 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : Trans info media.
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Pradhan P, Acharya N, Kharel T, Manjim M. Myoma Rahim sebuah profil para
wanita. 2006. 2 : 47-50
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Rohmah,Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan. Jakarta : Arruz Media.
Stovall, T., 2007. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. In : J. Berek, ed and
Novak’s gynecology 14th edition chapter 18. Baltimore : Lippincot William &
Wilkins.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai