Pencegahan Hepatitis B Berbasis Faktor Resiko
Pencegahan Hepatitis B Berbasis Faktor Resiko
Oleh:
Riska Amalia
6411416068
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku
Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Pesantren X di desa Y kabupaten Z”
yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat
pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak
PENULIS
Riska Amalia
6411416068
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah semua jenis peradangan sel-sel hati, yang bisa
disebabkan oleh infeksi (virus), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak
yang berlebih dan penyakit autoimmune (Kemenkes RI, 2014).
Sedangkan menurut Smeltzer (2001), Hepatitis A adalah infeksi oleh
virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat
konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut. Virus
Hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum
gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit.
Secara khas, pasien dewasa muda akan terjangkit infeksi di sekolah
dan membawanya ke rumah dimana kebiasaan sanitasi yang kurang
sehat menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga.
2.1.2 Epidemiologi
Hepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es, dimana
penderita yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan lebih
sedikit dari jumlah penderita sesungguhnya. Menurut hasil Riskesdas
tahun 2013 bahwa jumlah orang yang terdiagnosis Hepatitis di fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan
peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan
2013. Pada tahun 2007, lima propinsi dengan prevalensi Hepatitis
tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh,
Gorontalo, dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima propinsi
dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Namun
Kejadian Luar Biasa Hepatitis A pada tahun 2014 terjadi di 3 propinsi
(Bengkulu, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur) dan di 4
kabupaten/kota sejumlah 282 kasus (Kemenkes RI, 2014). Di
Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).
Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan jumlah penderita 279, tahun 2011
tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni,
telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012).
2.1.3 Etiologi
Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa,
disebabkan oleh virus RNA dari family enterovirus. Masa inkubasi
virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan
rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4
minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam
waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikhterik kemungkinan
pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer, 2001).
1. Penatalaksanaan Farmakologi
e. Budaya
Keyakinan budaya dan nilai-nilai individu berpengaruh pada
kebiasaan perawatan kebersihan diri. Dengan latar belakang budaya
yang berbeda memiliki kebiasaan yang berbeda pula.
2.1.11 Macam-macam Personal Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene,
diantaranya :
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan.
b. Mandi
Mandi merupakan bagian perawatan hygiene total. Karena dalam
mandi terdapat beberapa tujuan diantaranya membersihkan kulit
untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri dan sel kulit mati,
yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan
infeksi, stimulasi sirkulasi dengan penggunaan air hangat dan
usapan yang lembut pada ekstremitas.
c. Perawatan Kaki dan Kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali
orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri.
d. Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,
gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dan partikel-
partikel makanan,plak, dan bakteri.
e. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara
perawatan rambut sehari-hari.
f. Perawatan tangan
Perawatan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan.
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan
tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih
yang sesuai dan dibilas dengan air untuk menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin.
Salah satu personal hygiene yang dapat mencegah terjadinya
penularan hepatitis A yaitu cuci tangan (Sari,2008).
Berdasarkan penelitian Badri (2007), beberapa tindakan dalam
melakukan personal hygiene yaitu :
a. Gosok gigi
Cara untuk menjaga kesehatan gigi diantaranya sikat gigi teratur
dan benar (minimal 2 kali sehari, pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur) dengan diberi pasta gigi yang
mengandung fluoride, hindari makanan yang manis dan lengket
. serta makanan yang terlalu panas dan dingin, serta banyak
makan buah-buahan yang berserat (Depkes).
Langkah-langkah untuk menggosok gigi diantaranya :
Bahan : sikat gigi milik sendiri, pasta gigi.
Langkah – langkah menggosok gigi :
1. Menuangkan pasta gigi ke dalam sikat gigi secukupnya.
2. Berkumur dengan air yang belum dipakai atau air mengalir.
3. Menyikat gigi dari atas ke bawah luar dan dalam geraham atas
dan bawah.
4. Berkumur dengan air mengalir.
b. Cuci tangan
Cara cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir karena kuman mudah menempel di
kedua telapak tangan, terutama di bawah kuku jari. Waktu yang
tepat untuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada saat
sebelum dan sesudah makan, sebelum memegang makanan,
sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata,
sesudah melakukan kegiatan (berolahraga, memegang uang,
memegang binatang, berkebun) dan memegang sarana umum
(seperti pegangan bis, gagang pintu, dll),sesudah buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) (Kemenkes RI). Selain itu,
mencuci tangan yang baik juga membutuhkan beberapa peralatan
yaitu sabun antiseptik, air bersih, dan handuk atau lap tangan.
bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan
selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD, 2010).
Langkah - langkah mencuci tangan diantaranya :
Bahan : Sabun, Air yang belum pernah dipakai atau mengalir,
handuk atau kain bersih.
1. Menggunakan air mengalir.
2. Membasahi tangan dengan air yang mengalir.
3. Menyabuni tangan.
4. Menggosok tangan satu sama lain sampai berbusa.
5. Mengalirkan air pada tangan sampai semua sabun dibersihkan.
6. Mengeringkan tangan.
2.3 PERILAKU
2.3.1. Definisi Perilaku
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas
manusia itu sendiri (Soekidjo, 1993:55 dalam Sunaryo, 2004). Secara
operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N.,
1993;58 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku manusia pada hakekatnya
adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai
manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan
Desiminiarti, 1990:1 dalam Sunaryo, 2004). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung (Sunaryo, 2004).
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
1. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau
modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu.
Faktor genetik berasal dari dalma diri individu (endogen), antara
lain:
a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik,
saling berbeda satu dengan lainnya.
b. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat
dari cara berpakain dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan.
c. Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda-beda
karena sifat fisikinya, misalnya perilaku individu yang pendek
dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi
kurus.
2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala
sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun
sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku.
b. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses
individu. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
Kegiatan pendidikanm formal maupun informal berfokus pada
proses belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjdai perubahan
perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
dan dari tidak dapat menjadi dapat.
c. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir
atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang
masuk ke dalam konstruksi kepribadaian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan
berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku
dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.
d. Sosial ekonomi. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial
budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan
sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial
ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala
fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Kebudayaan, diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau
peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
2.2 PESANTREN
Pesantren
Virus Hepatitis A
Institusi pendidikan islam
METODOLOGI PENELITIAN
kuesioner yang mengacu pada teori yang dibuat oleh peneliti. Instrumen
Pernyataan positif diukur dengan skor (4) selalu, sering (3), kadang-
Anggraini, dkk. (2014). Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi pada
Penyakit Hepatiits A di Kabupaten jember. Universitas Jember
Aini, R., & Susiloningsih, J. (2013). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim
Yogyakarta. Sains Medika, Vol.5, No.1, 30-33
Budiarti. (2012). Tingkat Keimanan Islam dan Status Karies Gigi. Poltekkes
Jakarta 1
Yogyakarta : Kanisius.