Anda di halaman 1dari 8

1

B. Pembahasan Kasus

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.”F” Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan : Demam Typhoid Di Ruang Elizabhet Rumah

Sakit Misi Lebak selama 5 hari, 2 hari di rumah sakit pada tanggal 13-14 Juni

2016 dan dilanjut home care 3 hari pada tanggal 15-17 Juni 2016 yang dimulai

dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Penulis akan melakukan pembahasan

antara teori dan kasus untuk mencari kesenjangannya. Pembahasan ini akan

mencari kesenjangan dimulai dari konsep medis dan konsep asuhan keperawatan

dengan kasus dilapangan.

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Menurut Deden & Rahayuningsih (2010), definisi Typhoid Adominalis

(demam typoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

terjadi pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu

minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Pada

kasus Ny. “F” juga mengalami typhoid yang dibuktikan dengan hasil

laboratorium menunjukan widal positif.

b. Anatomi Fisiologi

Menurut teori anatomi fisiologi pada demam typhoid adalah sistem

pencernaan yaitu khususnya pada usus halus. Pada kasus Ny.”F” yang

terkena adalah sistem pencernaan khususnya usus halus hal ini ditandai

dengan nyeri perut. Hal ini menunjukan pada teori dan kasus tidak

menunjukan kesenjangan.
2

c. Etiologi

Menurut Rudy Haryono (2012), etiologi salmonella thypi dapat ditularkan

melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan),

Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui

Feses. Pada kasus Ny.”F” penyebab dari demam typhoid adalah

kemungkinan disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat yaitu banyak

lalat dirumahnya dan lingkungan yang kurang sehat. Ini menunjukan

etiologi typhoid antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan.

d. Tanda dan Gejala

Menurut Suratun & Lusianah (2010), demam typhoid yang disebabkan

oleh Salmonella Paratyphi lebih ringan daripada Salmonella Typhi. Masa

inkubasi berlangsung 7-21 hari, walupun pada umumnya adalah 10-14

hari. Pada masa awal penyakit, tanda gejala berupa anoreksia, rasa malas,

sakit kepala bagian depan, batuk, demam, nyeri otot, lidah kotor (putih

ditengah dan tepi lidah kemerahan, kadang disertai tremor lidah), serta

nyeri perut. Sedangkan tanda dan gejala yang muncul pada kasus Ny.”F”

adalah mual, muntah, nyeri perut, lemas, tidak nafsu makan, lidah kotor,

batuk-batuk disertai gatal ditenggorokan, tidak ada demam, trombosit

menurun 93.000 Mm3. Ini menunjukan tanda dan gejala typhoid antara

teori dan kasus terdapat kesenjangan karena dalam kasus tidak terdapat

demam dan pada teori tidak ada penurunan trombosit.


3

e. Tes Diagnostik

Pada teori tes diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan typhoid

adalah pemeriksaan darah tepi, biakan empedu, hematologi, pemeriksaan

fungsi hati SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT

(Serum Glutamic Pyruvate Transaminase), uji widal. Sementara pada

pasien Ny.”F” yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi,

pemeriksaan widal, pemeriksaan fungsi hati SGOT (Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvate

Transaminase), dan pemeriksaan serologi, biakan empedu tidak dilakukan

karena dengan uji widal saja sudah membuktikan hasil positif.

f. Penatalaksanaan Medis

Pada teori penatalaksanaan pasien dengan tiphoid adalah bed rest, diet dan

terapi penunjang, pemberian antibiotik, Anti radang (antiinflamasi),

meningkatkan sanitasi lingkungan dengan penyediaan air minum yang

memenuhi syarat (melalui proses chlorinasi), pembuangan kotoran

manusia yang benar, pemberantasan lalat, usaha terhadap manusia dengan

meningkatkan personal hygine misalnya dengan gerakan mencuci tangan.

Sementara pada pasien Ny.”F” yang dialakukan adalah menganjurkan bed

rest, pemberian antibiotik, Anti radang (anti inflamasi), meningkatkan

sanitasi lingkungan, pembuangan kotoran manusia yang benar, mencuci

tangan sebelum makan dan sesudah makan.


4
5

g. Komplikasi

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), komplikasi pada pasien

typhoid adalah perdarahan usus, diketahui dengan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Dapat terjadi melena, disertai nyeri perut dengan tanda

renjatan. Perforasi usus biasa terjadi pada minggu ketiga bagian distal

illeum. Merupakan komplikasi yang sangat serius terjadi 1-3% pada

pasien terhospitalisasi. Peritonitis gejala akut abdomen yang ditemui nyeri

perut hebat, dinding abdomen tegang (defence musculair), dan nyeri

tekan. Luar usus halus terdapat lokalisasi peradangan akibat sepsis

(bakterinemia) seperti meningitis, osteomielitis, glomeruloneftitis,

hepatitis, pnemonia, miokarditis dan tromboflebitis. Masukan nutrisi

kurang : dehidrasi dan asidosis, serta perspirasi : suhu tubuh tinggi. Pada

kasus Ny.”F” tidak terjadi komplikasi dikarenakan segera mendapatkan

penanganan. Hal ini pada teori dan kasus terdapat kesenjangan.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pada teori pengkajian yang dilakukan pada pasien typhoid adalah

mengalami demam, anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak

diperut, pucat (anemia), nyeri kepala/pusing, nyeri otot, lidah kotor,

gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma. Sementara pada

kasus Ny.”F” pengkajian yang ditemuka adalah pasien mengeluh nyeri

diseluruh abdomen skala nyeri 7(0-10), pasien tampak meringis kesakitan


6

saat ditekan bagian abdomen, pasien mengatakan batuk-batuk disertai

gatal ditenggorokan, tenggorokan terasa kering, pasien tampak batuk

kering, RR : 24 x/ menit, pasien mengatakan mengeluh mual, dan tidak

nafsu makan, pasien tampak mual dan lemas, makan hanya habis ½ porsi

yang diberikan rumah sakit, pasien mengatakan badan terasa lemas, pasien

tampak lemas dan hanya berbaring ditempat tidur, semua kebutuhan

dibantu oleh keluarga dan perawat. Hal ini menunjukan hasil pengkajian

antara teori dan kasus terdapat kesenjangan.

b. Diagnosa Keperawatan

Pada teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan

typhoid adalah : Nyeri akut berhubungan dengan Proses Peradangan,

Ketidkseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan Intake yang Tidak Adekuat, Resiko Kekurangan Volume Cairan

berhubungan dengan Intake yang Tidak Adekuat dan Peningkatan Suhu

Tubuh, Konstipasi berhubungan dengan Penurunan Mortilitas Traktus

Gastrointestinal (penurunan motilitas usus). Ketidakefektifan Termogulasi

berhubungan dengan Fluktuasi Suhu Lingkungan, proses penyakit.

Sementara pada kasus Ny.”F” diagnosa keperawatan disesuaikan dengan

keadaan umum dan keluhan pasien yang muncul adalah : Nyeri akut

berhubungan dengan proses peradangan salmonella thypi,

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan proses

peradangan saluran nafas, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Dalam


7

hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Karena dalam kasus

tidak muncul diagnosa Resiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan

dengan Intake yang Tidak Adekuat dan Peningkatan Suhu Tubuh,

Konstipasi berhubungan dengan Penurunan Mortilitas Traktus

Gastrointestinal (penurunan motilitas usus).

c. Intervensi

Pada teori mengacu pada diagnosa NANDA (North American Nursing

Diagnosa Association) dan intervensi pada kasus mengacu pada teori,

yaitu untuk mengatasi masalah : Nyeri akut berhubungan dengan proses

peradangan salmonella thypi, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan proses peradangan saluran nafas, Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang ada, serta implementasi dilakukan dengan kerja sama

antara perawat, pasien dan keluarga. Implementasi yang dilakukan antara

lain : Implementasi yang dilakukan adalah : mengajarkan teknik nafas

dalam, menganjurka untuk minum air hangat, menganjurkan untuk bed

rest, menganjurkan untuk tidak beraktivitas selama penyembuhan,

menganjurkan untuk makan tinggi kalori dan protein, menganjurkan untuk

menghindari makanan yang merangsang (ubi, durian, nangka, makanan

pedas).
8

e. Evaluasi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan selama 5 hari, 2 hari di rumah

sakit dan dilanjut 3 hari home care, dari 4 diagnosa keperawatan yang

muncul penulis dapat melakuakan implementasi dengan baik. yaitu nyeri

akut berhubungan dengan proses peradangan salmonella typhi teratasi

pada tanggal 16 Juni 2016, ditandai dengan pasien sudah tidak mengeluh

nyeri pada bagian abdomen. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan proses peradangan saluran nafas teratasi ditandai

dengan pasien tidak mengeluh batuk dan sesak. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat teratasi pada tanggal 16 Juni 2016, ditandai dengan pasien

tidak mengeluh mual, dan nafsu makan meningkat. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi ditandai dengan pasien tidak

mengeluh lemas, dan dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai