Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG DAHLIA RS. TK. II PELAMONIA

OLEH
KELOMPOK 1

1. ST. NUREMA
2. MUH. ARDIA SYARIF
3. NURKAYA
4. DHEFALIA PUTI MANDENG
5. NAMIRAWATI
6. SHIHAB DAEN (14420191044)
7. NUR ANDANI (14420191045)
8. NUR INTAN (14420191046)
9. MARDIYAH ULFAH MT (14420191047)

CI. LAHAN CI. INSTUTUSI

( __________________________ ) ( __________________________ )
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
BRONKOPNEUMONIA

A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis panas yang
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta btuk kering
dan produktif (Hidayat, 2018)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi bercak-
bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat di sekitar
bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau bilateral (Putri, 2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen sampai
ke bronkus )Sujono dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai ,lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang disebbakan
baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang ditandai dengan
bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru (Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi paru yang disebabkan
agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan sekitar alveoli (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh bakteri atau
virus.

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3.  Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2010).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Penyebab paling sering
adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza, Proteus sp dan pseudomonas
aeruginosa (Putri, 2011).
C. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dan sedang. (Ngastiyah, 2015).
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

D. PEMERIKSAAN FOKUS
Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3
bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya
terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2015), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak, konsolidasi,
infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan organisme
penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.

F. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam
alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada
dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat
dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan
(eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi
di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada
bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri 2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya diawali dengan
infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan perjalanan penyakit maka
hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.
G. Pathway Kognitif terganggu
immbilitas
Jamur, virus, bakteri, protozoa Gangguan

- Penderita yang dirawat di RS Defisiansi stimulus Gangguan


- Penderita yang mengalami supresi Gangguan neurologis Tumbuh Kembang Ketegangan
sistem pertahanan tubuh peran
- Kontaminasi peralatan RS pemberi
- Lahir dengan kebutuhan khusus asuhan
Saluran pernapasan atas Gangguan Aspirasi

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
(bakteri/virus/jamur) pirogen stat
Pelepasan histamin endogen
Kuman terbawa di saluran cerna
Hipertermia
(36,4-37,50 C)
Proses peradangan Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus  Malabsorbsi
Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus
Peningkatan metabolisme

Diare
Akumulasi secret di bronkus

Mucus bronkus meningkat


Kehilangan cairan aktif
Bersihan Jalan nafas
Tidak efektif Bau mulut tidak sedap
Suara napas tambahan (+) Resiko luka tekan Infeksi saluran
(Ronkhi, crackles.) pernapasan bawah
Anoreksia
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


alveoli
Defisit Nutrisi
Gangguan pertukaran gs
Gangguan difusi dalam plasma PaO2 pada bayi: 45-95 mmHg
PaCO2 normal pada bayi : 27-40 mmHg

Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah


Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

Ketidakefektifan pola napas Kelemahan otot


RR normal : 40-60 x/menit

Resiko jatuh

(Nurarif dan Hardhi, 2013)


Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2010) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien bronkopneumonia
adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2018):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu antibiotic.
Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat inap. Makah al
yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic berdasarkan usia, keadaan
umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic yang mungkin diberikan adalah
penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin
atau eritromisin dan kloramfenikol dan sejenisnya.
1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
yaitu sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif.
b. Hipertemi
c. Defisit Nutrisi
d. Gangguan Tumbuh Kembang
e. Resiko aspirasi
f. Ketegangan peran pemberi asuhan
g. Resiko luka tekan
h. Resioko jatuh

2. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
yaitu sebagai berikut:
INTERVENSI KEPERAWATAN
NAMA : An “ N’ RUANGAN: Dahlia
UMUR : DIAGNOSA :
NO. RM : ALAMAT :

TANGGA DiagnosaKeperawatan RENCANA


L/JAM Luaran/Outcome Intervensi
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
tidak efektif selama 3X 24 jam maka Observasi
berhubungan dengan bersihan jalan napas meningkat 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
penumpukan secret dengan kriteria hasil: 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurlig, mengi, wheezing,
Produksi sputum menurun, ronkhi kering)
Mengi menurun, Wheezing 3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
menurun
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas drngan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal.
2) Posisikan semi-fowler atau flowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan intervensi manajemen hipertermia
penyakit selama 3X 24 jam maka status observasi :
(bronchopneumonia) nutrisi dengan kriteria hasil : 1. identifikasi penyebab hipertermia
1. menggigil membaik 2. monitor suhu tubuh
2. kulit merah membaik 3. monitor kadar elektrolit
3. suhu tubuh membaik Terapeutik :
4. berikan cairan oral
5. longgarkan atau lepaskan pakaian
edukasi :
6. anjurkan tirah baring
kolaborasi :
7. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika perlu

Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi manajemen nutrisi


ketidakmampuan selama 3X 24 maka status observasi :
mencerna makanan nutrisi dengan kriteria hasil : 1. identifikasi status gizi
1. porsi makanan yang 2. identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dihabiskan membaik 3. identifikasi makanan yang disukai
2. kekuatan untuk 4. monitor asupan makanan
menelan membaik 5. monitor berat badan
3. verbalisasi keinginan 6. monitor hasil pemeriksaan laboraterium
untuk meningkatkan
nutrisi membaik Terapeutik :
4. pengetahuan tentang 7. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
standar asupan nutrisi 8. berikas suolemen makanan (jika perlu)
yang tepat membaik Edukasi :
9. anjarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
10. kalaborasu alhi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

7 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan intervensi


kembang b.d efek selama 3X 24 maka status Promosi perkembangan anak
ketidakmampuan fisik, perekembangan dengan kriteria Observasi :
inkonsistensi respon dan hasil : 1. identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi
defisiensi stimulus akibat 1. keterampilan/perilaku anak
cerebral palsy sesuai usia membaik Terapeutik :
2. respon sosial membaik 2. dukung anak berinteraksi dengan anak lain
3. kemarahan menurun 3. dukung anak mengekspresikan perasaannya secara positive
4. regresi meningkat 4. bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai anak
Edukasi :
5. jelaskan nama-nama benda obyek yang ada dilingkungan
sekitar
6. ajarkan teknik asertif pada anak

Setelah dilakukan intervensi Dukungan perawatan diri makan/minum


Observasi :
Resiko aspirasi selama 3 X 24 jam maka 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
dibuktikan dengan tingkat aspirasi dengan kriteria
Terapeutik :
imaturitas dan gangguan hasil:
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
neurologis 1 Kemampuan mencari
3. Berikan kesempatan bertanya
informasi tentang faktor resiko
Edukasi :
meningkat
4. Jelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit
2 Kemampuan menghindari
5. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
faktor resiko meningkat
penyakitAnjurkan melapor bila tanda dan gejala memberat
atau tidak biasa

Setelah dilakukan intervensi


selama 3X 24 jam maka peran
Ketegangan peran
pemberi asuhan dengan kriteria
pemberi asupan hasil : Edukasi pada pengasuh
1. kemampuan memberi
dibuktikan dengan Observasi :
asuhan membaik
kronisnya penyakit 2. kemampuan 1. identifikasi dalam kesiapan menerima informasi kesehatan
menyelesaiakn tugas
penerima asuhan terapeutik :
merawat pasien
membaik 2. dukungan penampilan peran
3. dukungan keluarga dalam merencanakan perawatan
kemampuan merawat pasien 4. jelaskan dalam pemberian nutrisi pada anak
Resiko luka tekan d.d membaik
gangguan fungsi Setelah dilakukan intervensi Manajemen sensasi perifer
kognitif, imobilisasi selama 3X 24 jam maka Observasi :
fisik, dan hipertemia integritas kulit dan jaringan 1. dukungan mobilisasi
dengan kriteria hasil : 2. jelaskan pencegahan luka tekan
1. hidrasi meningkat terapeutik
2. perfusi jaringan 3. posisikan tirah baring
meningkat edukasi :
4. menganjurkan perawatan diri
5. manajemen eliminasi urine
kolaborasi :
6. kolaborasi pemberian obat kulit
Setelah dilakukan intervensi
Resiko jatuh d.d selama 3 X 24 jam maka tingkat
gangguan fungsi kognitif jatuh dengan kriteria hasil : pencegahan jatuh
jatuh dari tempat tidur menurun
dan lemahnya kekuatan jatuh saat di duduk menurun observasi :
jatuh saat dipindahkan menurun
otot 1. identifikasi resiko
2. identifikasi keamanan anak
terapeutik :
3. pertahankan mobilisasi
4. pertahankan keselamatan lingkungan
kolaborasi
5. pemberian obat
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap pelaksanaan semua rencana yang telah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi
klien. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif
dan efisien (Rohmah & Wahid, 2012)
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan
bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, intervensi keperawatan/ hasil pasien yang mungkin diperlukan. (Wahid, & Suprapto, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the
management of Common Childhood Illnesses 2th Edition. Switzerland: WHO.
http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book%20high
%20res_0.pdf
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Dwijaya, A. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian
Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan
Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan. Medan : Repository USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 05 Februari 2020 pukul 19.00 WITA
Ghofarina, Ruffaedah. 2011. Asuhan Keperawatan Anak pada An.Z dengan
Bronkopneumonia di R.Lukman RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Digilib
Unimus: Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-
ruffaedahg-6294-2-babii.pdf diakses pada tanggal 05 Februari 2020 pukul 19.30
WITA
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-2014.
Jakarta: EGC.
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions Classification
(NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Cotran
ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 . Mosby :
United States of America.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai