Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ICU RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Oleh :
Muhammad Ainus Shofi
62019040039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019/2020
A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oelh
bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis panas yang tinggi,
gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta btuk kering dan
produktif (Hidayat, 2008)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan parenkim
paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi bercak-bercak
(patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat di sekitar bronkus yang
mengalami peradangan multifocal atau bilateral (Putri, 2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen sampai ke bronkus )
Sujono dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan inflamasi
akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan mengenai ,lobuslus
terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang disebbakan baik
mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang ditandai dengan bercak-
bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru (Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi paru yang disebabkan
agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan sekitar alveoli (Nurarif dan
Kusuma, 2013).

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.  Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

D. PEMERIKSAAN FOKUS
Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.

c. Riwayat penyakit sekarang


Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2
tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajanpada polusi kimia/
iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret),
debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra
klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung / takikardi
berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen,
tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup
( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema),
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk, Berkeringat, Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktifitas
sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat istirahat
atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan masa
otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak, konsolidasi,
infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan organisme
penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.
F. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui
saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke
alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding
bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara
progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi
dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat
masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di
dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan
dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium  Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada
struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri 2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang meluas
peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya diawali dengan infeksi
ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan perjalanan penyakit maka hal itu
akan menyebabkan peradangan parenkim.
G. Pathway
Jamur, virus, bakteri, protozoa

- Penderita yang dirawat di RS


- Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS

Saluran pernapasan atas

Penge- Naiknya
Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh
luaran termo-
peredaran darah pirogen eksogen
pirogen stat
(bakteri/virus/jamur)
endogen
Pelepasan histamin
Kuman terbawa di saluran cerna
Hipertermia
Proses peradangan Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus  Malabsorbsi

Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus

Diare
Akumulasi secret di bronkus

Mucus bronkus meningkat


Kehilangan cairan aktif
Ketidakefektifan
Bau mulut tidak sedap
bersihan Infeksi saluran
jalan napas Resiko kekurangan pernapasan bawah
Anoreksia volume cairan
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


alveoli
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Gangguan
kebutuhan tubuh Gangguan difusi dalam plasma pertukaran gas

Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah


Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

Fatique
Ketidakefektifan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
(Nurarif dan Hardhi, 2013)
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien bronkopneumonia
adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu antibiotic.
Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat inap. Makah al
yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic berdasarkan usia, keadaan
umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic yang mungkin diberikan adalah
penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin atau
eritromisin dan kloramfenikol dan sejenisnya.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
5. Hipertermia b.d proses penyakit
6. Resiko Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
7. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
J. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d mucus Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
dalam jumlah Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
berlebihan patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara napas 3. Informasikan kepada klien dan
yang bersih, tidak ada keluarga tentang suctioning
sianosis dan dispneu 4. Minta klien napas dalam
(mampu mengeluarkan sebelum melakukan suctioning
sputum, mampu bernapas 5. Berikan O2 dengan
dengan mudah, tidak ada menggunakan nasal
pursed lip) 6. Anjurkan pasien untuk istirahat
2. Menunjukkan jalan napas dan napas dalam setelah kateter
yang paten (Klien tidak dikeluarkan dari nasotrakeal
merasa tercekik, irama 7. Monitor status oksigen pasien
napas, frekuensi 8. Anjurkan keluarga bagaimana
pernapasan dalam rentang melakukan suction
normal, tidak ada suara 9. Hentikan suction dan berikan
napas abnormal) oksigen apabila psien
3. Mampu mengidentifikasi menunjukkan bradikardi,
dan mencegah factor yang peningkatan saturasi O2, dll
dapat menghambat jalan Airway Management (3140)
napas. 1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift atau
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
5. Keluarkan secret dengan batuk
atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status O2
2. Gangguan NOC NIC
pertukaran gas b.d Respiratory status : Gas Airway Management (3140)
ventilasi-perfusi. Exchange (0402) 1. Buka jalan napas
Respiratory status : menggunakan teknik lift atau
ventilation(0403) jaw thrust bila perlu.
Vital sign status (0802) 6. Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Klien mampu 7. Identifikasi pasien perlunya
mendemonstrasikan pemasangan alat jalan napas
peningkatan ventilasi dan buatan.
oksigenasi yang adekuat 8. Lakukan fisioterapi dada bila
2. Memelihara kebersihan perlu.
paru-paru dan bebas dari 9. Keluarkan secret dengan
tanda-tanda distress batuk atau suction
pernapasan 10. Auskultasi suara napas, catat
3. Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan.
efektif dan suara napas 11. Berikan bronkodilator bila
yang bersih, tidak ada perlu
sianosis dan dispneu 12. Atur intake cairan untuk
(mampu mengeluarkan mengoptimalkan
sputum, mampu bernapas keseimbangan.
dengan mudah, tidak ada 13. Monitor respirasi dan status
pursed lip) O2
4. Tanda-tanda vital dalam Respiratory Monitoring (3350)
rentang normal 1. Monitor rata-rata kedalaman,
irama dan usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunana
otot tambahan, retraksi otot
subklavikular dan
interkostal.
3. Monitor suara napas seperti
dengkur
4. Monitor pula pola napas
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi,cheyne stoke
5. Monitor otot diafragma
(gerakan paradoksis)
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
7. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crackels dan ronkhi pada
jalan napas.
8. Auskultasi suara paru untuk
mengetashui hasil tindakan
3. Intoleransi NOC NIC
aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
ketidakseimbanga Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan tenaga
n antara suplai Self care: ADLs (0300) rehabilitasi medik dengan
dan kebutuhan Kriteria hasil : merencanakan program yang
oksigen 1. Berpartisipasi dalam tepat.
aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan.
RR 3. Bantu memilih aktivitas yang
2. Mampu melakukan konsisten sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi
(ADLs) secara mandiri. dan social
3. Tanda-tanda vital normal 4. Bantu untuk mengidentifikasi
4. Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
5. Level kelemahan yang diperlukan untuk
6. Mampu berpindah: dengan aktivitas yang diinginkan.
atau tanpa bantuan alat 5. Bantu klien membuat jadwal
7. Status kardiopulmonari latihan di waktu luang.
adekuat 6. Bantu keluarga untuk
8. Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan
9. Status respirasi: pertukaran dalam beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management (1100)
dari kebutuhan fluid intake (1008) 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh b.d Nutritional status: nutrient 2. Kolaborasi dengan hali gizi
ketidakmampuan intake (1009) untuk menentukan jumlah
menelan makanan Weight control (1006) kalori dan nutrisi yang
Kriteria hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan protein dan
tujuan vitamin C
2. Berat badan ideal sesuai 4. Berikan subtansi gula.
dengan tinggi badan 5. Yakinkan diit yang dimakan
3. Mengidentifikasi mengandung tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda-tanda mal 6. Ajarkan pasien/keluarga
nutrisi untuk membue=at catatan
5. Menunjukan peningkatan makanan harian
fungsi pengecapan dari 7. Berikan informasi tentang
menelan. kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan 8. Kaji kemampuan pasien untuk
BB yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah.
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
11. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Catat adanya edema,
hipereremik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral.
13. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
5. Hipertermia b.d NOC: NIC
proses penyakit - Thermoregulation (0800) Penanganan Demam (3740)
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu setiap 4 jam
keperawatan selama 3x24 jam sekali
klien menunjukan 2. Monitor kehilangan cairan
Thermoregulasi yang baik 3. Monitor warna kulit dan suhu
dengan criteria hasil sebagai 4. Monitor tekanan darah, denyut
berikut : jantung, dan respirasi, jike
1. HR klien dalam rentang dibutuhkan
normal (Neonatus 120-140 5. Monitor level kesadraan
rpm) 6. Monitor nilai WBC, Hgb, dan
2. Suhu tubuh klien dalam HCt
batas normal (36,5 – 37,50 C 7. Monitor masukan dan keluaran
untuk aksila) cairan
3. Tidak ada perubahan warna 8. Beri obat antiseptik, jika
kulit dibutuhkan
4. RR dalam batas normal 9. Beri obat penurun panas
(30-60 rpm) 10. Ganti pakaian pasien dengan
pakaian tipis
11. Kaji peningkatan pengeluaran
dan masukkan dari cairan
12. Beri cairan IV
13. Aplikasikan compress hangat
dengan handuk di lipatan paha
dan ketiak
6. Resiko NOC : Fluid Management (4120)
Kekurangan - Fluid Balance (0601) 1. Kaji cairan yang disukai klien
Volume Cairan - Hydration (0602) dalam batasan diet.
b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi 2. Rencanakan target pemberian
volume cairan selama 3 x 24 jam klien asupan cairan untuk setiap sif,
aktif terbebas dari resiko misalnya siang 1000 ml, sore
kekurangan cairan dengan 800ml, dan malam 200ml.
kriteria hasil sebagai berikut : 3. Kaji pemahaman klien tentang
1. Mempertahankan urine alasan atau pentingnya
output sesuai usia dan BB mempertahankan hidrasi yang
2. Tanda-tanda vital dalam adekuat dan metode yang dapat
batas normal digunakan untuk
3. Tidak ada tanda-tanda mempertahankan hidrasi yang
dehidrasi (elastisitas kulit adekuat.
baik, mukosa lembab, dan 4. Catat asupan dan haluaran.
tidak ada rasa haus 5. Pantau asupan cairan per oral,
berlebihan). minimal 1500ml/24 jam.
6. Pantau haluaran cairan,
minimal 1000-1500ml/24 jam.
Pantau penurunan berat jenis
urine.
7. Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama dan
dengan mengenakan pakaian
yang sama. Penurunan BB 2% -
4% menunjukkan dehidrasi
ringan; penurunan BB 5% - 9%
menunjukkan dehidrasi sedang.
8. Pantau kadar elektrolit urine
dan serum, BUN, dan
osmolalitas, kreatinin,
hematrokit, dan hemoglobin.
9. Jelaskan bahwa kopi, teh, dan
jus buah anggur merupakan
diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan
cairan.
10. Pertimbangkan pengeluaran
cairan lain akibat demam,
diare, dan drainase tubuh.
7. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas b.d - Respiratory Status : - Airway Management (3140)
hiperventilasi Airway Pattency(0410) 1. Buka jalan napas
- Vital Sign Status (0802) menggunakan teknik lift atau
Setelah dilakukan intervensi jaw thrust bila perlu.
selama 3 x 24 jam klien akan 2. Posisikan pasien untuk
menunjukkan pola napas yang memaksimalkan ventilasi
efektif, dengan KH : 3. Identifikasi pasien perlunya
1. TTV dalam batas normal pemasangan alat jalan napas
2. Irama dan frekuensi napas buatan.
dalam rentang normal 4. Lakukan fisioterapi dada bila
3. Tidak suara napas perlu.
tambahan 5. Keluarkan secret dengan batuk
4. Tidak ada pernapasan bibir atau suction
dan cuping hidung 6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilusi
5. Monitor adanya kecemasan
klien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR klien
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan
abnormal.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions Classification
(NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America
Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Cotran
ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 . Mosby :
United States of America.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC –
NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed.1. Graha Ilmu :
Jogjakarta.
Soemantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sisem Pernapasan. Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai