Anda di halaman 1dari 59

i

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DI SEKOLAH DENGAN


KEPRIBADIAN ANAK DI SD 1 PASURUHAN LOR
KABUPATEN KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :

Vernanda Riftiani

820163106

PEMBIMBING :

1. Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med


2. Yulisetyaningrum, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019
ii

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal Skripsi Dengan Judul “Hubungan Lingkungan Sosial Di Sekolah


Dengan Kepribadian Anak Di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus” Telah
Disetujui Dan Diperiksa Oleh Pembimbing Skripsi Untuk Dipertahankan
Dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus, Pada :

Nama : Vernanda Riftiani


NIM : 820163106
Hari : Kamis
Tanggal : 9 Januari 2020

Pembimbing Skripsi :

Pembimbing I Pembimbing II

Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med Yulisetyaningrum, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med


NIDN: 0605127801 NIDN: 0618048103

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN: 0621087401
iii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

Proposal skripsi Dengan Judul “Hubungan Lingkungan Sosial Di Sekolah


Dengan Kepribadian Anak Di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus” Telah
Disetujui Dan Diseminarkan Dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Program
Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, Pada :

Nama : Vernanda Riftiani


NIM : 820163106
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med Yulisetyaningrum, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med


NIDN: 0605127801 NIDN: 0618048103

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN: 0621087401
iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Hubungan Lingkungan Sosial Di Sekolah Dengan Kepribadian
Anak Di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus“, Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat mencapai Gelar S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Kudus. Atas tersusunnya Skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid), selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus serta yang telah memberikan izin dan membantu terselesaikan
penelitian ini.
2. Yuli setyaningrum, S.Kep.,Ners.,M.Si.Med, selaku Ketua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus dan selaku pembimbing II
yang telah memberikan izin dan membimbing proposal ini.
3. M. Abdur Rozaq, M.Pdi selaku pembimbing akademik yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan di
Universitas Muhammadiyah Kudus.
4. Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med, selaku pembimbing I dan pembimbing
Askep angkatan dari semester 2 sampai semester 6 yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan dan arahan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Universitas Muhammadiyah Kudus serta staff yang telah
banyak memberikan bekal ilmiah selama penulis mengikuti pendidikan.
6. Kepala sekolah SD 1 Pasuruhan Lor kudus yang telah memberikan
kesempatan melakukan penelitian ini.
7. Adek-adek siswa/siswi kelas 5&6 SD 1 Pasuruhan Lor Kudus yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua penulis ayahanda Zahron dan ibunda tercinta Ferry
Rahmawati atas segenap kasih sayangnya yang telah memberikan jasa
terbesar dan terhebat kepada penulis mulai dari membesarkan, mendidik dan
memberikan perhatian, kasih sayang, doa dan pengorbanan baik berupa moril
maupun material yang telah mereka berikan.
9. Terima kasih kepada kakak tingkat BEM UMKudus dan khususnya
Muhammad Ainus Shofi dan Mahrita Diah Oktaviani yang telah memberikan
motivasi, arahan dan bimbingan.
v

10. Teman-teman S1 Keperawatan tingkat 4 dan Semua pihak yang telah


membantu terselesaikannya Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan tentang Hubungan Lingkungan Sosial Di
Sekolah Dengan Kepribadian Anak Di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam perbaikan selanjutnya.

Kudus,
Penulis

Vernanda Riftiani
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL ii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viiiiii

DAFTAR GAMBAR viiiiii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah .................................. Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined.

E. Keaslian Penelitian.................................. Error! Bookmark not defined.

F. Ruang Lingkup Penelitian ....................... Error! Bookmark not defined.

BAB II Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA Error! Bookmark not defined.

A.Kepribadian ................................................... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Kepribadian Error! Bookmark not


defined.

2. Struktur Kepribadian Error! Bookmark not


defined.

3. Unsur" Kepribadian 11
4. Perubahan dan Dinamika Kepribadian 13
5. Karakteristik Kepribadian 15
6. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian 16
vii

B. Anak Sekolah Dasar ................................... Error! Bookmark not defined.8

1. Pengertian Anak Sekolah Dasar Error! Bookmark not


defined.

C. Lingkungan Sosial ................................... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Lingkungan Sosial 20


2. Bentuk Lingkungan Sosial 21
3. Peranan Lingkungan Sekolah 24
4. Faktor" Sosial Lingkungan Sekolah 26
D. Penelitian Terkait .................................... Error! Bookmark not defined.

E. Kerangka teori....................................... Error! Bookmark not defined.8

BAB III 30

METODOLOGI PENELITIAN 30

A. Variabel penelitian................................................................................ 30

B. Hipotesis penelitian .............................................................................. 30

C. Kerangka konsep penelitian ................................................................. 31

D. Rancangan penelitian .......................................................................... 31

E. Definisi operasional variabel dan skala pengukuran ........................... 344

F. Instrumen penelitian ........................................................................... 354

G. Uji validitas dan reabilitas ................................................................... 388

H. Cara penelitian ................................................................................... 388

I. Teknik pengolahan data dan analisa data .......................................... 389

J. Etika penelitian................................................................................... 411

K. Jadwal penelitian ............................................................................... 411

DAFTAR PUSTAKA 42
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................... 8

Tabel 2.1 Data Kekerasan Anak ............................................... 20

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel .................................... 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Variabel Lingkungan Sekolah ........................ 37

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Variabel Kepribadian Anak .......................... 37

Tabel 3.4 Skor Kedua Variabel ................................................... 38

Tabel 3.5 Koefisien Dan Kekuatan Hubungan Antara Dua


Variabel ....................................................................... 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................ 29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................ 31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuesioner Lingkungan Sosial dan Kepribadian Anak
ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab pada perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang
tua, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. Usia sekolah
merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh ketrampilan tertentu.
(Wong,et al.,2009).

Menurut Feist dkk (2009), kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis
meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya
merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan
perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2010,


sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Perkembangan psikososial
pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan
dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah,
mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar
mereka tidak hanya terjadi di sekolah.

Harapan tentang anak sekolah dasar yaitu anak mencapai struktur logika,
mampu berfikir logis. Secara sosial, anak mulai mampu mengontrol emosi negatif,
semakin mandiri, mencapai relasi dengan teman, keluarga juga lingkungan
dengan baik dantidak melakukan tindakan agresi. Namun, kenyataan dari data
Komnas Perlindungan Anak dimana selama kurun waktu tahun 2009.

Masalah yang dihadapi siswa SD sangatlah kompleks dan banyak faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya masalah terutama dari kepribadian anak tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhikepribadian anak antara lain : -Faktor Bawaan,
2

Unsur ini terdiri dari bawaan genetik yang menentukan diri fisik primer (warna,
mata, kulit), selain itu juga kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penyesuaian
diri, -Faktor Lingkungan seperti Lingkungan sekolah, lingkungan sosial/budaya
seperti teman, guru. Dapat mempengaruhi kepribadian, -Interaksi antara bawaan
serta lingkungan. Interaksi yang terus menerus antara bawaan serta lingkungan
menyebabkan timbulnya perasaan AKU/DIRIKU dalam diri seseorang. Contoh:
Pengalaman pada masa kanak-kanak, anak sering dipukuli atau di keroyok oleh
temannya sendiri, maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis/kejam.
Lingkungan sosial disekolah sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak
karena sekolah merupakan lembaga formal pertama yang di dalamnya terdapat
berbagai macam interaksi. Peraturan dalam sekolah dapat menjadi penentu
kepribadian seseorang dengan guru sebagai pengawas dan pembimbing serta
teman sebaya sebagai individu yang paling berpengaruh terhadap kepribadian
anak tersebut.

Menurut Dalyono (2010) lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang
turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk
kecerdasannya. Lingkungan sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola
pikir anak, karena kelengkapan sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi
lingkungan yang baik sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan
belajar yang menyenangkan. Sedangkan lingkungan pendidikan adalah berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat
berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan
ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh
pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.

Fenomena sekarang ini banyak anak-anak yang berkepribadian tidak baik atau
berperilaku menyimpang sering terjadi pada anak SD yang berusia 10-12 tahun
karena pada umur itu anak mengalami transisi menuju kedewasaan, selanjutnya
yang memengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga kognitifnya. Dampaknya, anak
terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah yang tanpa memikirkan
bahaya bagi orang lain dan menata perilaku sosialnya. Perilaku sosial anak
tergantung dari lingkungan sosial anak di sekolah , di masyarakat dan di keluarga
yang tidak baik kemudian dibawa kesekolah. Bisa kita lihat perkembangan mental
anak-anak di era globalisasi, khususnya anak-anak yang berusia 10-12 tahun atau
anak yang sedang menjelajahi pendidikan di kelas 5-6 SD. Pada zaman kini pun
3

alat komunikasi berupa Handphone menjadi alat yang wajib (Kebutuhan Priner)
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak dengan mudahnya memprovokatori
temannya untuk mulai pengroyokan, dll. Menurut saksi mata Alfi Rahmi, mereka
seakan-akan kehilangan jati dirinya sendiri, jenjang usia 10-12 tahun merupakan
proses menuju remaja. Akan tetapi tingkah laku mereka tidak menunjukan
kepolosan anak-anak yang hendak beranjak pada keremajaan. Anak SD zaman
kini telah melakukan seperti halnya pengroyokan/melakukan kekerasan dengan
teman sendiri, berperilaku/menirukan orang dewasa yang belum saatnya dia
lakukan, melawan peraturan di sekolah, dan melawan guru. Permasalahan ini
benar-benar sudah sangat terlewat batas dan tidak wajar dialami oleh anak usia
10-12 tahun.

Faktor-faktor sosial lingkungan sekolah meliputi : Disiplin Sekolah (Kedisiplinan


sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan
belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar,
pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan
BP dalam memberikan layanan.Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan
bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin
sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar
lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-
lain) , Relasi guru dengan siswa (Proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi
guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai gurunya, juga akan
menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan
baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar), Relasi siswa
dengan siswa (Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri
atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini
semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar dan bias menyebabkan
perilaku kekerasan dengan teman sendiri. Siswa tersebut akan malas untuk
sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian,
siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang
baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa),
Fasilitas sekolah (Fasilitas/alat yang digunakan oleh siswa erat hubungannya
dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk
menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang
4

lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih
maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan
guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar).

Komnas Perlindungan Anak telah mencatat tindak kekerasan terhadap anak di


sekolah dengan jumlah yang cukup fantastis yaitu mencapai 382 jenis kekerasan
baik anak laki-laki maupun perempuan. Jenis kekerasan yang terjadi meliputi tiga
(3) jenis yakni fisik, seksual dan psikis dan kekerasan yang paling banyak
dilakukan adalah kekerasan psikis.

Menurut Setiawan (2013), Kejadian pada 6 Juni 2013 di salah satu Sekolah
Dasar di daerah Ngaliyang, Semarang. Seorang siswa berinisial K melapor ke
polisi karena dikeroyok oleh 7 teman sekelasnya, tidak hanya dipukul dan
ditendang, K juga diserang dengan paku hingga mengenai tangan.

Wakil komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI), Apong Herlina mengatakan,


tahun 2012 terjadi peningkatan kasus kekerasan anak di lingkungan sekolahan
hingga lebih dari 10%. Sementara itu, sebanyak 78,3% anak mengaku pernah
melakukan tindakan kekerasan dari yang ringan sampai yang berat. Kekerasan
tersebut dilakukan antar siswa maupun siswa lainnya seperti menghina, memukul,
mencubit, dll. Kasus ini juga terjadi merata, hampir diseluruh wilayah Indonesia.

Tingkat kenakalan anak-anak semakin mengkhawatirkan. Kasus di SD Negeri


12 Cipinang, di mana lima orang siswa menganiaya seorang temannya yaitu siswa
kelas tiga (Danang, 2010). Awal tahun 2012, siswa kelas VI SD Negeri I Cinere,
Depok, seorang siswa sekolah dasar tega menghabisi temannya dengan
menusukkan pisau ke tubuh korban berkali-kali. Pelaku berinisial Amn (13), tidak
terima ketika korban penusukan berinisial SM (12) meminta agar telepon genggam
yang dicuri Amn dikembalikan. Pelaku menjemput korban dan diajak ke Jalan Puri
Pesanggrahan 1 Perumahan Bukit Cinere Indah, Kecamatan Limo, Kota Depok.
Di sana pelaku menghabisi korban.Korban ditemukan kritis bersimbah darah di got
perumahan, Ujar Heru.

Dari jurnal penelitian yang sudah pernah diteliti oleh Endah Sri Wahyuni (2017)
yang berjudul “Peran Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Kepribadian
5

Remaja Di Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari” sangat berpengaruh. Karena


jika remaja berada dilingkungan sosial yang buruk maka akan memberikan
pengaruh yang buruk pula terhadap kepribadian remaja tersebut, dan sebaliknya
jika lingkungan sosialnya baik maka akan memberikan pengaruh yang baik pada
remaja tersebut. Dan jurnal penelitian yang sudah diteliti oleh Wildan Pratama
Siahaan (2017) yang ber judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa Di MAS Miftahussalam Kecamatan Medan petisih
Tahun Ajaan 2016/2017” menurutnya ada pengaruh yang signifikan antara
lingkungan sekolah dengan pembentukan karakter siswa di MAS Miftahussalam
Kecamatan Medan Petisih.

Berdasarkan hasil survei Pendahuluan di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten


Kudus pada tanggal 4 November 2019,beberapa orang tua yang di mintai
keterangan terhadap perilaku anak-anak memberikan informasi “bahwa saat diberi
tahu atau dimarahi kadang malah balik marah dengan orang tua, ngeyelan”.
Beberapa anak yang peneliti temui saat melakukan pengamatan di SD 1
Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus tersebut, terlihat bicara kasar atau jorok “istilah
jawanya misuh-misuh” seperti matamu i, pekok, goblog. Banyak juga dari mereka
yang pada saat kalah bermain kemudian melakukan tindakan yang tidak baik
seperti marah dengan teman bahkan memukul sampai mengroyok teman.

Wawancara yang dilakukan terhadap guru-guru wali kelas 5 dan 6 di SD 1


Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus, didapat keterangan 2 guru wali kelas. Wali kelas
mengungkapkan bahwa kebanyakan siswa yang berkepribadian tidak baik itu
berasal dari lingkungan keluarga (keluarga broken home), ada juga berasal dari
lingkungan masyarakat yang kebanyakan anak-anak di masyarakat tersebut tidak
bersekolah, dan dari lingkungan sosial di sekolah itu sendiri (banyak teman yang
mengejek, membuly, memukul,dll), anak-anak itu semakin bandel, suka menjahili
teman di kelas dan susah dinasehati, bertengkar sampai mengeroyok temannya
sendiri. Perilaku anak saat ini banyak ngomong di kelas, tidak menghargai guru,
tidak sopan, banyak yang melanggar peraturan sekolah: seperti baju tidak
dimasukkan, menyangkal bila dinasehati, lebih aktif dan menjengkelkan. Di dalam
kelas, ada juga yang membuat gaduh kelas saat pelajaran, ramai sendiri, bermain
di dalam kelas, mengerjakan PR saat istirahat. Pelanggaran yang sering dilakukan
antara lain, tidak mengerjakan PR, rambut meniru artis, tidak memakai sragam
dengan benar, baju tidak dimasukkan, bermain di kelas saat istirahat, membuat
6

gaduh kelas, biasanya sering mengejek teman dengan kata-kata yang menyakiti,
memanggil nama dengan ejekan misal iteng, oon, cebol. Kadang sampai
bertengkar garagara saling mengejek. Beberapa wali kelas menyatakan banyak
anak yang nakal dan cenderung meningkat dan terutama pada kelas 5 dan 6.
Tindakan agresi ada kecenderungan dari tahun ketahun semakin meningkat.

Berdasarkan data di SD , dari catatan di buku BK (bimbingan konseling), tahun


2017 terdapat siswa bermasalah sebanyak 4 anak, pada tahun 2018 ada 7 anak,
sedangkan tahun 2019-2020 didapatkan 11 anak yang bermasalah. Tahun ke
tahun, tingkat agresi siswa meningkat ± 50%. Peneliti menyimpulkan, bahwa anak-
anak sekolah dasar diharapkan mulai dapat bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri, belajar, bermain, berprestasi, mengembangkan hubungannya dengan
orang tua mereka, teman sebaya, orang lain dan tidak melakukan tindakan agresi.
Akan tetapi kenyataan yang ada di lapangan, perilaku agresi yang terdapat pada
SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus ada dan cenderung meningkat.
kebanyakan yaitu perilaku agresi verbal, karena siswa banyak bicara di kelas,
membuat gaduh kelas, mengejek teman sekelas dengan kata-kata tidak baik.

Berdasarkan hasil observasi data awal di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten


Kudus pada hari Senin, tanggal4 november 2019, dapat diketahui bahwa kelas 5
dan 6 yang di ambil 12 orang sebagai sampel dari 35responden didapatkan hasil
bahwa:3 anak saling mengejek yang mengakibatkan pertengkaran dengan teman
lain, 2 anak kadang mengikuti perilaku orang lain yang tidak baik, 2 anak ada yang
melawan guru dan orang tua, 3 anak melanggar peraturan disekolah, memukul
temannya, 2 anak pendiam tidak mau bergaul dengan temannya.
Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai “Hubungan Lingkungan Sosial di Sekolah dengan Kepribadian Anak di
SD 1 Pasuruan Lor Kabupaten Kudus “. Observasi di lakukan secara bergantian
observasi di lakukan dengan wawancara guru, observasi langsung dengan anak
kelas 5 dan 6, dan melihat aktifitas pembelajaran di kelas maupun luar kelas anak
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu


Bagaimana hubungan lingkungan sosial di sekolah dengan kepribadian anak di
SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus?
7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan lingkungan sosial di sekolah dengan kepribadian anak


Di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus.

Tujuan Khusus

1. Diketahuinya lingkungan sosial di Sekolah SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten


Kudus.

2. Diketahuinya kepribadian anak di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus.

3. Menganalisa Hubungan lingkungan sosial disekolah dengan kepribadian


anak di SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Bagi Peneliti

Diharapkan agar dapat dijadikan pengalaman belajar dilapangan dan


dapatmeningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan lingkungan sosial di
sekolah dengan kepribadian anak SD.

2. Manfaat Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus

Di harapkan dapat memberikan informasi kepada prodi SI Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Kudus dan dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk
merangsang minat peneliti selanjutnya dengan variabel dan metedologi yang
berbeda

3. Manfaat Bagi SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus

Diharapkan agar Siswa/Siswi SD 1 Pasuruhan Lor Kabupaten Kudus


khususnya kelas 5 dan 6 dapat mengetahui tentang hubungan lingkungan sosial
di sekolah dengan kepribadian anak SD.
8

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah khasanah ilmu tentang hubungan antara lingkungan sosial di


sekolah dengan kepribadian anak SD dan termotivasi untuk meneliti lebih lanjut
lagi.

E. Keaslian Penelitan

Penelitian sejenis judul “hubungan lingkungan sosial di sekolah dengan


kepribadian anak SD”, sebelumnya sudah pernah ada yang melakukan penelitian.

Table 1.1
Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Jenis Penelitian Hasil Perbedaan


Penelitian
(Tahun)
Firda Hubungan antara Jenis Penelitian Hasil penelitian Penelitian oleh
Luthfiana lingkungan sekolah yang digunakan menunjukkan Firda Luthfiana
(2016) dengan adalah terdapat (2016)
pembentukan penelitian hubungan menggunakan
kepribadian anak di Kuantitatif- antara cara observasi
TK GUGUSPAUD 3 Korelasional, lingkungan dan studi
KECAMATAN Populasi dalam sekolah dengan dokumentasi.
IMOGIRI penelitian ini pembentukan Data hasil tes
KABUPATEN berjumlah 331 kepribadian dianalisis
BANTUL anak. anak di TK dengan
YOGYAKARTA GUGUS PAUD menggunakan
3 Kecamatan teknik analisis
imogiri Etha.
Kabupaten
Bantul dengan
dibuktikan nilai
F hitung
sebesar
67,40445 dan F
table besar
3,06. Yang
berarti F hitung
lebih besar dari
F table dan
sebaliknya F
table lebih kecil
dari F hitung.

Dominika, Hubungan Tipe Jenis penelitian Hasil penelitian Penelitian data


Stefani Kepribadian yang dilakukan, menunjukkan dilakukan
Virlia. Ekstrovert-Intovert yaitu penelitian bahwa tidak ada dengan
(2018) dengan korelasional, hubungan menggunakan
yang bertujuan antara tipe dua skala, yaitu
9

Penerimaan Sosial untuk kepribadian skala Eysenck


Pada Siswa menyelidiki ekstrovert- Personality
sejauh mana introvert dengan Inventory
satu variabel penerimaan (EPI)dan skala
berhubungan sosial pada penerimaan
dengan satu siswa regular sosial.
atau lebih terhadap siswa
variabel yang difabel di
lain. sekolah inklusi
Responden SMKN 27
dalam Jakarta.
penelitian ini
yaitu sebanyak
105 siswa.

Endah Sri Peran Lingkungan Jenis penelitian Hasil Teknik


Wahyuni Sosial Terhadap yang dilakukan penelitian pengumpulan
(2017) Pembentukan adalah menunjukkan sata yang
Kepribadian penelitian peran dilakukan
Remaja Di Desa kualitatif. lingkungan adalah metode
Tamansari sangat observasi,
Kecamatan berpengaruh wawancara dan
Gunungsari terhadap metode
pembentukan dokumentasi.
kepribadian Responden dari
remaja penelitian
adalah remaja.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2020.

2.Ruang Lingkup Tempat

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di SD 1 Pasuruhan Lor


Kabupaten Kudus..

3.Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini dilakukan mengenai “hubungan lingkungan sosial di sekolah


dengan kepribadian anak di SD 1 Pasuruhan LorKabupaten Kudus”.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Bentuk berarti lengkung, bangun, gambaran, wujud, system, dan susunan.


Menurut bahasa pribadi manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri
sendiri), keseluruhan sifat yang merupakan watak seseorang (El Rais, 2012).

Menurut Zakiyah Drajat bahwa kepribadian adalah abstrak sukar dilihat


atau diketahui secara nyata dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam
tindakan, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap
persoalan ( Adang Hambali, 2013). Menurut Feist dkk (2009), kepribadian
mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran
yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan
sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses
serta struktur dan perkembangan.

Kepribadian adalah keseluruhan yang terdiri dari unsur fisik dan psikis,
maka seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan gambar dari
kepribadian orang itu. Oleh karena itu, bila seseorang itu memiliki kepribadian
dan perbuatan yang tidak baik menurut masyarakat. Maka dikatakan bahwa
orang itu tidak memiliki kepribadian dengan kata lain baik tidaknya citra
seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. “kepribadian merupakan terjemah
dari bahasa ingrris yaitu personality. Kata personality sendiri berasal dari
bahasa latin yaitu persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para actor
dalam suatu permainan aatau pertunjukkan. Disini para actor
menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai
dengan topeng yang digunakan” (Syamsu Yusuf, 2011).

Dalam ilmu psikologi, menurut Gorden W. Allport, kepribadian adalah suatu


organisasi yang dinamis dari system psikofisik individu yang menentukan
tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Istilah “organisasi dinamis”
menunjukkan integrasi atau saling berkaitan antar berbagai aspek kepribadian.
Kepribadian merupakan bukan suatu organisasi yang statis,melainkan tumbuh
11

secara teratur dan mengalami perubahan. Adapun istilah “psikofisik”


menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian.
Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang dan
bukan perilaku sederhana, melainkan menunjuk orang di balik perilakunya.

2. Struktur Kepribadian

Unsur kepribadian menurut skinner yang relative tetap adalah tingkah laku
dan dapat diklasifikasikan menjadi dua diantaranya (Syamsu Yusuf, 2011):
a. Tingkah laku dari responden (respondent behaviour) merupkan respon
yang dihasilkan untuk dapat menjawab sebuah stimulus yang memiliki
hubungan dengan spontan termasuk di didalamnya respon reflek.

b. Tingkah laku operan (operant behviour) merupakan sebuh respon


yang dimunculkan sebuah organisme dengan tidak adanya stimulus
yang secara langsung memaksa terjadinya suatu respon, di dalam
formulasi sistem tingkah laku, skinner juga meembedakan dua tipe
respon tingkah laku yaitu responden dan juga operan. tingkah laku
responden sendiri merupakan sesuatu yang spesifik dapat ditimbulkan
dengan stimulus yang dikenal.

3. Unsur-unsur kepribadian

1. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu merupakan suatu unsur yang mengisi akal dan


juga alam jiwa orang yang sadar. Di dalam alam sekitar manusia
mempunyai/terdapat berbagai macam hal-hal yang diterimanya lewat
panca inderanya yang masuk kedalam berbagi sel-sel pada bagian
tertentu dari otaknya. Serta didalam otak itu semuanya diproses menjadi
susunan-susunan yang dipancarkan oleh individu kealam sekitar, yang
dikenal dengan sebutan “persepsi” yaitu: “seluruh proses akal manusia
yang sadar”. Ada kalanya suatu persepsi dapat diproyeksikan kembali
menjadi suatu penggambaran yang berfokus tentang lingkungan yang
mengandung bagian-bagian.
12

Penggambaran yang terfokus dengan secara lebih intensif yang


terjadi sebab pemusatan secara lebih intensif di dalam pandangan
psikologi biasanya disebut sebagai “Pengamatan”. Penggambaran
mengenai lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling
menarik perhatianya seringkali diolah dengan sutu proses dalam akalnya
yang menghubungkannya dengan berbagai macam penggambaran lain
yang sejenisnya, sebelumnya pernah diterima & diproyeksikan oleh
akalnya, dan lalu muncul kembali sebagai kenangan. Dan juga
penggambaran yang baru dengan pengertian yang baru dalam istilah
psikologi sering disebut “Apersepsi”. Penggabungan & membandingkan-
bandingkan bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari
berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan
dengan asas-asas tertentu.

Dengan proses-proses kemampuan untuk membentuk suatu


penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tak mirip
dengan salah satu dari sekian macam-macam bahan konkret dari
penggambaran yang baru. Demikian manusia dapat membuat suatu
penggambaran mengenai tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia
tidak pernah melihat ataupun mempersepsikantempat-tempat itu.
Penggambaran abstrak yang tadi dalam ilmu sosial sering disebut dengan
“Konsep”. Cara-cara pengamatan yang menyebabkan bahwa
penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah
ataupun dibesar-besarkan, tapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil
pada bagian-bagian tertentu. Serta ada pula yang digabung dengan
penggambaran-pengambaran yang lain sehingga menjadi penggambaran
yang baru sama sekali, yang sebenarnya tak nyata. Dan penggambaran
baru yang seringkali tak realistis dalam Psikologi sering disebut dengan
“Fantasi”.

2. Perasaan

Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung


berbagai macam-macam perasaan. Sebaliknya,dapat juga digambarkan
seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara
yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi tersebut dapat menimbulkan
13

dalam alam kesadaranya perasaan negatif. Perasaan, disamping segala


macam-macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran
manusia setiap saat dalam hidupnya. Perasaan yaitu suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
yang positif/negatif.

3. Dorongan Naluri

Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan-perasaan lain


yang tak ditimbulkan karena diperanguhi dengan pengeathuannya, tapi
karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya di
dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah meruapakan naluri
sering disebut dengan “Dorongan”.

4.Perubahan dan dinamika kepribadian

Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian


seseorang di pengaruhi oleh banyak faktor. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya mengenai pengertian dari kepribadian di artikel sebelumnya
(klik disini untuk membacanya), maka, meskipun mengalami perubahan,
kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil.
Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh H. Jaali pada tahun 2009,
perubahan dalam kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi
merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial
budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu:

 Pengalaman Awal.
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa
kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran,
pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
 Pengaruh Budaya.
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang
ditentukan budayanya.
 Kondisi Fisik.
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
kepribadian seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat
14

dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak
langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga
dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang
mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi,
gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke
kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas,
curiga, dan sebagainya).
 Daya Tarik.
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih
banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang
dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik
menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
 Inteligensi
Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong,
dan anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan
orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang
kurang baik.
 Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang
tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung
dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
 Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap
konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari
bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya.
Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai
asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran
orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
 Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan
dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang
konsep diri itu.
 Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan
rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima
15

dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan


mudah tersinggung.
 Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu
terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan
sendi sendi dasar kepribadian.
 Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan
tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada klimakterium dengan
meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah
yang lebih buruk.

5. Karakteristik Kepribadian anak yang baik dengan kepribadian anak yang


kurang baik.

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian


terbagi menjadi Dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai
berikut :

1.Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.


2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak
kreatif.
3.Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar
(evasive), neurotik.
4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar,
tertekan, menyendiri, sedih.
6.Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8.Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,
tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
9.Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10.Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas,
mudah lelah.
11.Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
16

12.Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian


Secara garis besar ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika), faktor
lingkungan (environment), dan Interaksi antara bawaan serta lingkungan.

1. Faktor Genetika (Pembawaan)


Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk
dari 23 kromosom dari ibu, dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46
kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fisik
dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya.
Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau
mengurangi potensi hereditas tersebut.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara
langsung, karena yang dipengaruhi gen secara tidak secara langsung
adalah (1) kualitas sistem syaraf, (2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan
(3) struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam
kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber
bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan temperamen (2)
membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan
kepribadian.
Dalam kaitan ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa “kemampuan
belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren
dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik (perawakan,
energy, kekuatan, dan kemenarikannya), dan kapasitas intelegtual
(cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu batas-batas
perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
Contohnya: seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin
akan mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia
berkembang dalam kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai
keberhasilan atletik, dan merendahkan keberhasilan dalam bidang lain
yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita yang wajahnya kurang,
17

dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang sangat
menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
Ilustrasi diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat
mempengaruhi “konsep diri” individu sebagai dasar sebagai
individualitasnya, sehingga tidak ada orang yang mempunyai pola-pola
kepribadian yang sama, meskipun kembar identik.
Menurut C.S. Hall, dimensi-dimensi temperamen : emosionalitas,
aktivitas, agresivitas, dan reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen)
demikian halnya dengan intelegensi.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya
keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama dalam pembentukan
kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok
sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan (3) para anggota
keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian
anak.
Baldwin dkk., telah melakukan penelitian tentang pengaruh pola
asuh orang tua terhadap kepribadian anak. Pola asuh orang tua itu ternyata
ada yang demokratis dan juga authoritarian. Orang tua yang demokratis
ditandai dengan prilaku (1) menciptakan iklim kebebasan, (2) bersikap
respek terhadap anak, (3) objektif, dan (4) mengambil keputusan secara
rasional.
Anak yang dikembangkan dalam iklim demokratis cenderung
memiliki cirri-ciri kepribadian: labih aktif, lebih bersikap sosial, lebih
memiliki harga diri, dan lebih konstruktif dibandingkan dengan anak yang
dikembangkan dalam iklim authoritarian.
b. Kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur)
kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak
disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola
perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.
18

Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai faktor


penentu kepribadian, muncul pertanyaan: Bagaimana tipe dasar
kepribadian masyarakat itu terjadi? Dalam hal ini Linton (1945)
mengemukakan tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga
prinsip tersebut adalah (1) pengalaman kehidupan dalam awal keluarga,
(2) pola asuh orang tua terhadap anak, dan (3) pengalaman awal
kehidupan anak dalam masyarakat.
c. Sekolah
Thompkin mengemukakan bahwa adanya deng di sekolah sering
dikaitkan dengan peningkatan angka kekerasan di sekolah (American
Association of School Administrators, 2009).
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di antaranya sebagai berikut:
1) Iklim emosional kelas.
2) Sikap dan prilaku guru.
3) Disiplin.
4) Prestasi belajar.
5) Penerimaan teman sebaya.

3. Interaksi antara bawaan serta lingkungan.


Interaksi yang terus menerus antara bawaan serta lingkungan
menyebabkan timbulnya perasaan AKU/DIRIKU dalam diri seseorang.
Contoh: Pengalaman pada masa kanak-kanak, anak sering dipukuli atau
di keroyok oleh temannya sendiri, maka cenderung pada saat dewasa
menjadi sadis/kejam.

Contoh: Pengalaman masa kanak-kanak = anak yang sering


dipukul maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis/ kejam, Anak
yang sering di buly/dikeroyok = maka cenderung bisa mengakibatkan anak
tersebut depresi/trauma.

B. Anak Sekolah Dasar


1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab pada perilakunya sendiri dalam
19

berhubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh ketrampilan tertentu.
(Wong,et al.,2009).

Anak sekolah dasar adalah anak yang memiliki rentang usia dari 7
sampai 12 tahun. Pada usia ini menanamkan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan sangatlah muda, bahkan menurut Inhelder (2010), usia
sekolah dasar terdapat progresi berkesinambungan dari gerakan dan
refleks spontan ke kebiasaan yang diperoleh, dan dari kebiasaan itu
menuju kecerdasan.

Analoginya anak usia sekolah dasar adalah tunas yang akan


tumbuh menjadi pohon yang kokoh, maka budaya literasi harus diterapkan
sejak usia sekolah dasar, sehingga literasi bukan hanya menjadi kegiatan
membaca, menulis dan berdiskusi formalitas. Namun menjadi keterampilan
(lifeskill) yang akan terus diimplementasikan sepanjang masa.

Menurutnya, anak-anak di Usia sekolah dasar juga menyukai hal-


hal yang mampu membangkitkan imajinasi mereka. Mereka menyenangi
tempat belajar yang nyaman dan sesuai dengan dunia mereka sehingga
belajar menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Belajar akan
efektif ketika suasana belajar menyenangkan. Suasana, keadaan ruangan
akan menunjukkan arena belajar

Harapan tentang anak sekolah dasar yaitu anak mencapai struktur


logika, mampu berfikir logis. Secara sosial, anak mulai mampu mengontrol
emosi negatif, semakin mandiri, mencapai relasi dengan teman, keluarga
juga lingkungan dengan baik dantidak melakukan tindakan agresi. Namun,
kenyataan dari data Komnas Perlindungan Anak dimana selama kurun
waktu tahun 2009.
20

Tabel 2.1

Data Kekerasan Anak di Sekolah November 2009

Jenis Kekerasan Jumlah

Fisik 98
Seksual 108
Psikis 176
Total 382
Sumber: Komnas PA

Komnas Perlindungan Anak telah mencatat tindak kekerasan


terhadap anak di sekolah dengan jumlah yang cukup fantastis yaitu
mencapai 382 jenis kekerasan baik anak baik laki-laki maupun perempuan.
Jenis kekerasan yang terjadi meliputi tiga (3) jenis yakni fisik, seksual dan
psikis dan kekerasan yang paling banyak dilakukan adalah kekerasan
psikis. Kejadian pada 6 Juni 2013 di salah satu Sekolah Dasar di daerah
Ngaliyang, Semarang. Seorang siswa berinisial K melapor ke polisi karena
dikeroyok oleh 7 teman sekelasnya, tidak hanya dipukul dan ditendang, K
juga diserang dengan paku hingga mengenai tangan.

C. Lingkungan Sosial
1. Pengertian

Menurut Syamsu Yusuf (2009) menyatakan sebagai berikut:


Sekolahmerupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta
seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa
mengembangkan potensinya.

Lingkungan sosio kultural atau lingkungan masyarakat sekitar


sekolah yang kedudukannya sangat penting sekali bagi dunia pendidikan
atau sekolah, karena satu sama lain saling berhubungan dan saling
membutuhkan “secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
21

tujuan yang hendak dicapai yakni peningkatan mutu pendidikan, sehingga


pada gilirannya masyarakat akan merasakan dampak langsung dari
kemajuan sekolah tersebut (Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI,
2011). Demikian pula sebaliknya dari lingkungan yang kurang bagus,
kurang mendukung akan berakibat/berpengaruh buruk terhadap
perkembangan siswa dan sekolah.

Menurut Dalyono (2010) lingkungan sekolah merupakan salah satu


faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan sekolah sangat berperan
dalam meningkatkan pola pikir anak, karena kelengkapan sarana dan
prasarana dalam belajar serta kondisi lingkungan yang baik sangat penting
guna mendukung terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan.
Sedangkan lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat
berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah
kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan
pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.

2. Bentuk Lingkungan Sekolah

Dari pengertian lingkungan sekolah sebagaimana tersebut diatas


para ahli mengklasifikasikan bentuk-bentuk lingkungan sekolah sebagai
berikut :

a. Menurut Ki Hajar Dewantaro.


Ki Hajar Dewantoro adalah merupakan Bapak Pendidikan
Indonesia berpendapat tentang bentuk-bentuk lingkungan sekolah
atau lingkungan pendidikan yang dikenal istilah Filsafat Pendidikan
yaitu :
1. Lingkungan keluarga.
2. Lingkungan sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat.

b. Menurut Umar Tirtaraharja.

Umar Tirtaraharja sependapat dengan Ki Hajar Dewantara bahwa


lingkungan utama pendidikan Itu ada 3, yaitu :
22

1. Lingkungan keluarga.

2. Lingkungan sekolah.

3. Lingkungan masyarakat.

c. Pendapat yang lain menyatakan bahwa macam-macam lingkungan


pendidikan ada 3 macam, :

1. Lingkungan pendidikan keluarga.

2. Lingkungan pendidikan sekolah.

3. Lingkungan pendidikan masyarakat

Dari kesamaan pendapat diatas tentang bentuk-bentuk lingkungan


sekolah, berikut ini penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Lingkungan Keluarga.
Lingkungan keluarga adalah tempat yang utama dan pertama
seorang anak mendapatkan pendidikan sebelum mengenal
pendidikan dari yang lainnya, bahkan pendidikan lingkungan keluarga
diambil dari sejak dalam kandungan.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana anak berada dalam
lingkungan situasi belajar, dan lingkungan ini sangat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang kepribadian anak. Suasana lingkungan
sekolah yang bagus sangat mendukung tumbuh kembang kepribadian
yang bagus bagi siswa dan suasana belajar yang nyaman yang
membentuk kedisiplinan belajar dan kedisiplinan sekolah.
Menurut Nana Saodih Sukmadinata (2009), lingkungan sekolah
meliputi :
a. Lingkungan fisik sekolah, meliputi suasana dan prasarana,
prasarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar dan sarana
media belajar.
b. Lingkungan sosial, menyangkut hubungan siswa dengan
temantemannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain.
c. Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
23

Berkaitan dengan lingkungan sekolah Muhammad Surya (2004)


dalam galih Ariwaseso (2011) mengemukakan bahwa “Lingkungan
sekolah yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis
dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja
dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik
yang sebaik mungkin, misalkan kebersihan ruanagan, tata letak,
fasilitas dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosial psikologis.
Seperti kehidupan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan,
pengawasan, promisi, bimibingan, kesempatan untuk maju dan
kekeluargaan.
Pembahasan lingkungan sekolah memang sangatlah luas, namun,
pada dasarnya dapat diklasifikasi menjadi tiga kemlompok di atas
(Nana Saodih Sukmadinata). Tentang lingkungan sekolah yang berupa
sarana dan prasarana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan BAB VII tentang Standar Sarana dan Prasarana : Pasal 42
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi prabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat berolahraga, tempat rekreasi dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Lingkungan sosial yang menyakut hubungan antara siswa dengan
siswa disuatu sekolah, hubungan siswa/siswi dengan guru, hubungan
guru dengan guru, yang termasuk hubungan koordinasi antar guru
sejenis dan antar guru lain yang tidak sejenis, hubungan guru dengan
tenaga kependidikan, hubungan kepala sekolah dengan guru dan lain
sebagainya. Sedangkan lingkungan akademis adalah suasana yang
terkait dengan kegiatan belajar di sekolah, apakah kegiatan belajar
megajar di sekolah berjalan dengan disiplin dan tertib atau sebaliknya,
24

apakah kegiatan tersebut berjalan di sekolah atau tidak berjalan di


sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana anggota
masyarakat tinggal di lingkungan sekeliling sekolah di dekatnya. Bila
lingkungan masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh-
pengaruh yang baik, sebaliknya bila lingkungan masyarakatnya buruk,
seperti lingkungan masyarakat terminal atau lingkungan masyarakat
pasar atau lingkungan masyarakat pengangguran, anak nakal atau
preman, tentu akan memberikan pengaruh-pengaruh yang negative
terhadap sekolah dan para siswa siswinya.
Yang dimaksud pengaruh positif dari lingkungan masyarakat
adalah segala sesuatu yang membawa baik terhadap pendidikan dan
perkembangan anak yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada
hal-hal yang baik dan berguna bagi anak sendiri maupun baik dan
berguna bagi bersama. Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh
yang bersifat negative ini tidak terhitung banyaknya di dalam. Dan
anehnya pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima anak didik.

3. Peranan lingkungan sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa


Berdasarkan pengertian lingkungan dan macam-macam
lingkungan sekolah tersebut diatas peranan lingkungan sekolah dalam
bentuk fisik fasilitas penunjang terciptanya keamanan dan ketertiban
sekolah serta pengembangan fasilitas ruang belajar kebersihan dan
keindahan kelas serta lingkungan sangat besar perannya dalam
mengatasi kenakalan siswa.
Dari lingkungan pekarangan yang tertata dan tercukupi fasilitasnya
para siswa lebih betah disekolah, lebih betah belajar siswa lebih tertib
dan disiplin belajar, kenakalan” siswa / tertekan dan secara berangsung
akan berkurang dan semakin hilang dan ini indikasi kenakalan yang
teratasi, sebaliknya jika lingkungan pekarangan buruk, siswa bebas
keluar masuk pekarangan pekarangan sekolah demikian pula yang
tidak ada kepentingan dengan pendidikan juga bebas keluar masuk
pekarangan sekolah. Maka sekolah menjadi tidak tertib, disiplin belajar
25

terganggu. Dalam suasana demikian justru merangsang tumbuhnya


kenakalan-kenakalan siswa dengan banyak melakukan pelanggaran-
pelanggaran tata tertib dan peraturan sekolah.
Demikian pula peran masyarakat lingkungan sekolah sangat besar
dalam mengatasi kenakalan siswa. Dalam hal ini sosiolog berpendapat
masyarakat mempunyai peran penting dalam pembentukan moral.
Sehingga ketika seorang individu bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, hal itu akan berpengaruh besar terhadap dirinya kelak
dikemudian hari. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya
kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi
tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.
Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan
nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang
peranan penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang
berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan
berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh
seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Dalam hal ini
lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang
berfungsi sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat
lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula
pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang
sesuai.
Lingkungan sekolah merupakan bagian dari pembentuk moral anak
dikemudian hari. Sehingga peranan lingkungan sekolah dalam
menciptakan generasi yang manusiawi juga sangat diharapkan.
Terlebih dengan adanya pembinaan dan arahan dari pihak sekolah
baik itu kepala sekolah, guru BK, guru agama maupun guru yang
mencakup dalam pengertian umum yang mereka semua dapat
mengarahkan kepada peserta didiknya agar mempunyai kepribadian
yang luhur. Namun sebaliknya, jika lingkungan sekolah kurang bagus
ditambah para pendidik dalam hal ini adalah guru maka akan
melahirkan penyimpangan sosial yang serius. Dalam kalangan sekolah
dinamakan dengan kenakalan siswa/siswi. Yakni ketika seorang siswa
dianggap nakal atau menyimpang tatkala telah melanggar aturan tata
26

tertib sekolah dan nilai yang telah disepakati bersama dalam suatu
masyarakat atau komunitas tertentu. Siswa dapat saja
melakukan kenakalan baik pada saat kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung ataupun diluar kegiatan belajar mengajar yakni
saat istirahat sekolah dan lain sebagainya yang akan menimbulkan
gangguan-gangguan proses pembelajaran atau ketidak disiplinan
belajar.

4. Faktor-faktor sosial lingkungan sekolah


Faktor-faktonya meliputi :
a) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam
bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP
dalam memberikan layanan.Seluruh staf sekolah yang
mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa
disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan
untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar
lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah,
di rumah dan lain-lain.
b) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut.
Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya
sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.Guru
yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.
c) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan,
rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan
dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat
terganggunya belajar dan bias menyebabkan perilaku
kekerasan dengan teman sendiri. Siswa tersebut akan malas
27

untuk sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak.


Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan
dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa
d) Fasilitas sekolah
Fasilitas/alat yang digunakan oleh siswa erat hubungannya
dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut
dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai
guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan
lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang
baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar
kegiatan belajar-mengajar.

D. Penelitian-Penelitian Yang Terkait

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Endah Sri


Wahyuni (2017) Peran Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan
Kepribadian Remaja Di Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari,
dengan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan peran lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian remaja Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah metode observasi,
wawancara dan metode dokumentasi. Responden dari penelitian
adalah remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Wildan Pratama Silahan


(2017) yaitu Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa Di MAS MIFTAHUSSALAM Kec
Medan Petisah Tahun 2016/2017, dalam penelitian ini instrument
pengumpulan data yang digunakan berupa angket dan observasi.
Hasil penelitian adalah signifikan atau hipotesis yang telah diajukan
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan
sekolah dengan pembentukan karakter siswa Di MAS
MIFTAHUSSALAM Kec Medan Petisah Tahun 2016/2017.
28

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuniartiningtyas


mahasiswa dari Universitas Negeri Malang yaitu Hubungan Antara
Pola Asuh Orang Tua Dan Tipe Kepribadian Dengan Perilaku
Bullying Di Sekolah Pada Siswa Smp, dari hasil analisis yang
diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua dan tipe kepribadian dengan perilaku bullying di sekolah.
Nilai koefisien korelasi R = 0,664 mampu menjelaskan jika nilai R
semakin mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan kuat antara variabel pola asuh orang tua, variabel tipe
kepribadian dengan variabel perilaku bullying di sekolah. Nilai ini
signifikan, ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Firda Luthfiana yaitu


Hubungan Antara Lingkungan Sekolah Dengan Pembentukan
Kepribadian Anak Di TK Gugus Paud 3 Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul Yogyakarta, penelitian ini adalah kuantitatif-
korelasional. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi
dan studi dokumentasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan
pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan
Bantul Yogyakarta.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka kerangka


teori dalam penelitian ini adalah : Hubungan Lingkungan Sosial di
Sekolah Dengan Kepribadian Anak SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
29

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Karakteristik kepribadian
anak:
Lingkungan Sosial meliputi:
Kepribadian yang baik dan
1. Lingkungan fisik sekolah
kepribadian yang kurang
2. Lingkungan sosial baik:1. Mudah menyesuaikan
diri, baik hati, ramah, hangat
3. Lingkungan akademis VS dingin.
2. Bebas, cerdas, dapat
dipercaya VS bodoh, tidak
sungguh-sungguh, tidak
kreatif.

Faktor yang mempengaruhi 3. Emosi stabil, realistis, gigih


VS emosi mudah berubah,
lingkungan social di suka menghindar (evasive),
sekolah: neurotik.
4. Riang, tenang, mudah
1. Disiplin sekolah
bergaul, banyak bicara VS
2. Relasi guru dengan mudah berkobar, tertekan,
siswa menyendiri, sedih.

3. Relasi siswa dengan 5. Dipercaya VS curiga,


bermusuhan.
siswa
4. Fasilitas sekolah

kepribadian anak disekolah


meliputi:
1) Iklim emosional kelas.
2) Sikap dan prilaku guru.
Sumber : Nana Saodih S (2009) dan
3) Disiplin.
H. Jaali.(2009). 4) Prestasi belajar.
5)Penerimaan teman sebaya.
: Diteliti

: Tidak diteliti
30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel penelitian
Variabel adalah karakteristik atau atribut dari individu atau
organisasi yang dapat diukur atau di observasi yang bisa bervariasi antara
individu dan organisasi yang diteliti. Variabel dapat diteliti sehingga dapat
menghasilkan data yang bersifat kategori (data diskrit/nominal) atau data
kontinum (ordinal,interval,rasio) Creswell,(2012) dalam buku
(Sugiyono,2018).
Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel, yaitu variabel bebas
atau variabel independen dan variabel terikat atau dependen.
1. Variabel independen (bebas)
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Putra,
2012). Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu
kecerdasan emosional.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Putra, 2012).
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu kepatuhan pada
peraturan.

B. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka
kegiatan ilmiah dengan mengikuti kaidah-kaidah berpikir biasa, secara
sadar, teliti, dan terarah (Putra, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Hipotesa alternatif
Hipotesa alternatif biasa dinyatakan dalam kalimat positif
Ha : Terdapat hubungan antara Lingkungan sosial di sekolah dengan
kepribadian anak di SD 1 Pasuruhan lor Kudus.
2. Hipotesa nol
Hipotesa nol dinyatakan dalam kalimat negatif
31

H0: Tidak terdapat hubungan antara Lingkungan sosial di sekolah


dengan kepribadian anak di SD 1 Pasuruhan Lor Kudus

C. Kerangka konsep penelitian


Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independent (Bebas) Variabel Dependent (Terikat)

Kepribadian anak di SD 1
Lingkungan sosial di sekolah Pasuruhan Lor Kudus

D. Rancangan penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif
menurut Notoatmodjo (2010), yaitu suatu metode penelitian yang
menganalisa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
guna mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel
tersebut. peneliti tidak hanya mendeskripsikan saja tetapi juga
menganalisis hubungan antar variabel. Dalam hal ini peneliti ingin
melihat hubungan antara lingkungan sosial di sekolah dengan
kepribadian anak SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
2. Pendekatan waktu pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan “cross sectional”,
yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat itu juga. Cara
ini dilakukan dengan melakukan survei, wawancara, atau dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian (Putra, 2012).
3. Metode pengumpulan
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya
dilakukan sendiri oleh peneliti
32

secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian


angket (kuesioner) (Widoyoko, 2012).
Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung
dengan cara mengisi angket (kuesioner) yang diberikan kepada
anak kelas 5 dan 6 SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua. Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain,
dengan kata lain bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti (Widoyoko, 2012).
Data sekunder dari penelitian ini didapatkandari rapot siswa
yang didalamnya ada nilai perilaku/kepribadian anak tersebut dan
wawancara dari wali kelas, guru yang mengajar, dan orang tua.
4. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Saryono, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah murid siswa/siswi kelas
5 dan 6 SD 1 Pasuruhan Lor Kudus yang pada tahun 2020
sejumlah 46 siswa/siswi.
5. Prosedur sampel dan Sampel penelitian
a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu
(Sugiyono, 2018). Menurut Notoatmodjo (2010), dalam
menentukan besar sampel untuk skala untuk skala kecil (<
10.000) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑁
𝑛 = 1+𝑁(𝑑2 )

Keterangan :
n ∶ jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian.
33

N ∶ jumlah populasi dalam penelitian.


d ∶ taraf kesalahan dalam penelitian (0,05).
1 ∶ angka mutlak.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )

46
= 1+46(0,052 )

46
= 1+46 (0,0025)

46
=
1+0,115
46
= 1,115

= 41,2 dibulatkan menjadi 41 siswa/siswi

(Berdasarkan hasil tersebut, maka sampel penilitian


adalah : 41 siswa/siswi SD 1 Pasuruhan Lor Kudus).
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling adalah merupakanteknik pengambilan
sempel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian (Sugiyono, 2018).
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability
Sampling. Probability sampling meliputi, sampel random,
proporstionate stratified random, disproportionate stratified
random, dan area random. Nonprobability sampling
meliputi,sampling sistematis, sampling kuota,sampling
incidental, purposive sampling, sampling jenuh, snowball
sampling, dan sensus (Sugiyono, 2018).
Teknik sampling Non Probability yang digunakan
berupapurposive sampling. purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2018).
c. Kriteria sampel
1. Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian
dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi
34

syarat sebagai sampel (Hidayat, 2010). Kriteria inklusi


dalam penelitian ini adalah :
a) Siswa/siswi yang bersekolah di SD 1 Pasuruhan Lor
Kudus.
b) Siswa/siswi kelas 5 dan 6 SD 1 Pasuruhan Lor Kudus
tahun 2019.
c) Siswa/siswi yang berusia 10-12 tahun.
2. Enklusi
Adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian (Hidayat, 2010). Pada penelitian ini
kriteria eksklusi adalah :
a) Siswa/siswi yang tidak bersekolah di SD 1 Pasuruhan
Lor Kudus.
b) Siswa/siswi yang sedang tidak berada dikelas 5 dan 6
tahun 2019.
c) Siswa/siswi yang berusia <10 tahun dan >12 tahun.
d) Tidak bersedia menjadi responden dan tidak
menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.

E. Definisi operasional variabel dan skala pengukuran


Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan
untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2010).
35

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel merupakan Kuesioner Hasil dikategorikan


Dependen: keadaan dalam diri menjadi :
Kepribadian seseorang yang 1) Rendah : jika Ordinal
Anak SD menentukan interval nilai
bagaimana total <45,08
penampilannya 2) Sedang : jika
dalam interval nilai
menyesuaikan diri total 45,08-
dengan 55,72
lingkungannya. 3) Tinggi : jika
(Euis W,2013) interval nilai
total >55,72

Variabel adalah kesatuan Kuesioner Hasil dikategorikan Ordinal


Independen: ruang dalam menjadi :
Lingkungan lembaga pendidikan 1) Rendah : jika
Sosial di formal yang interval nilai 23-
Sekolah memberikan 44.
pengaruh 2) Sedang : jika
pembentukan sikap interval nilai 45-
dan pengembangan 66.
potensi siswa. 3) Tinggi : jika
interval nilai>67-
88.

F. Instrumen penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010) “Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Menurut Sugiyono
(2009) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai “suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner.
Skala atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner sendiri
merupakan istilah lain dari skala atau angket, kuesioner adalah suatu
bentuk instrumen pengumpulan data yang fleksibel dan relatif sangat
mudah (Azwar,2009). Metode kuesioner ini digunakan untuk mengukur
lingkungan sosial di sekolah dan kepribadian anak . Metode kuesioner
36

digunakan dengan modifikasi dari skala linkert, mengingat variabel-


variabel yang disertakan dalam penelitian ini dapat diungkap dengan skala.
Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selajutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
sekala linkert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan (Sugiyono,2018).

1. Lingkungan sosial di sekolah


Kisi-kisi instrument untuk mengukur lingkungan sosial disajikan dalam
bentuk tabel, yang terdiri dari kisi-kisi konsep instrument yang akan
digunakan untuk mengukur variabel lingkungan sosial.selain itu juga
memberikan gambaran sebeapa jauh instrument ini mencerminkan
indicator-indikator lingkungan sosial.
Indicator tersebut diukur dengan Skala Linkert kemudian di uji cobakan
kepada 30 orang siswa/siswi yang tidak terpilih dalam sample, dan
sesuai dengan karakteristik populasi yaitu siswa kelas 5 dan 6. Kisi-
kisi yang mengukur lingkungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut:
37

Tabel 3.2
Kisi-kisi variabel lingkungan sekolah

No. Item Jumlah


No Indikator
(+) (-) Butir
1. Keadaan siswa
dilingkungan
sekolah 1,2,13 3,6,7,10,12,14,18 10

2. Sarana dan
prasarana 5
5 11,15,17,20
disekolah
3. Kegiatan belajar
mengajar 19 4,8,9,16 5

Jumlah 20

2. Kepribadian
Sementara untuk indicator variabel kepribadian siswa diambil dari
gaya kepribadian siswa. Berikut ini adalah kisi-kisi variabel kepribadian
siswa:

Tabel 3.3
Kisi-kisi variabel kepribadian

Variabel Sub Variabel Jumlah Total


Butir
Kepribadian 1. Gaya kepribadian siswa,
siswa meliputi:
3
a) Kepribadian yang
mudah 3
1,2,3
menyesuaikan diri 3
b) Kepribadian yang
4,5,6
berambisi 3
7,8,9
c) Kepribadian yang 3
mempengaruhi 3
10,11,12
d) Kepribadian yang 2
13,14,15
sabar
16,17,18
e) Kepribadian yang
19,20
perseptif
f) Kepribadian yang
disiplin
g) Kepribadian yang
peka

Untuk keperluan analisis kuantitaif, maka jawaban itu dapat


diberi skor :
38

Tabel 3.4
Skor variabel lingkungan sekolah dan kepribadian

Standar penilaian Skor penilaian


Selalu Kadang- Pernah Tidak
kadang pernah
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4

G. Uji validitas dan reabilitas


Instrumen penelitian ini, baik variabel lingkungan sosial di sekolah
maupun variabel kepribadian anak SD diambil dari kuesioner baku, yaitu
kuesioner yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu Ratri
Isnayanti yang berjudul “Hubungan Perhatian Orang Tua dengan
Kepribadian Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Mudalrejo Tahun Ajaran
2014/2015” dan Repository FKIP Universitas Jambi yang berjudul
“Pengaruh Lingkungan Social Sekolah Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA N Kabupaten Tebo”,
yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas, sehingga penelitian ini tidak
perlu untuk dilakukan uji validitas dan reabilitas.

H. Cara penelitian
Cara penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengurus segala perijinan baik dari Universitas Muhammadiyah
Kudus dan SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
2. Mengadakan pendataan calon responden dan menghitung jumlah
sampel serta melakukan teknik sampling (purposive sampling).
3. Melakukan pengumpulan data dengan teknik angket (menghemat
waktu, tenaga dan biaya).
4. Melakukan analisis data yang sudah dikumpulkan.

I. Teknik pengolahan data dan analisa data


1. Teknik pengolahan data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting (Notoatmodjo, 2010). Data yang telah
dikumpulkan masih dalam bentuk data mentah (raw data) harus diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian (Riyanto, 2010). Menurut
39

Notoatmodjo (2010) dan Riyanto (2010), pengolahan data terdiri dari 5


tahap, yaitu :
a. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi
kuesioner sudah diisi lengkap, jelas jawaban dari responden,
relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten.
b. Coding (Pemberian Kode)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka / bilangan. Tujuannya adalah
mempermudah pada saat analisis data dan juga pada saat
memasukkan data.
1) Variabel lingkungan sosial di sekolah
1) rendah : kode 1
2) sedang : kode 2
3) tinggi : kode 3
2) Variabel kepribadian anak SD
1) rendah : kode 1
2) sedang : kode 2
3) tinggi : kode 3
c. Processing (Memasukkan Data)
Setelah merubah data menjadi angka, selanjutnya data dari
kuesioner dimasukkan ke dalam program komputer.
d. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
2. Analisa data
Data yang telah diolah tidak akanada maknanya tanpa
dianalisis.Tujuan dari analisis data adalah untuk memperoleh
gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, data yang sudah diperoleh
kemudian dianalisis dengan :
40

a. Analisa univariat
Menurut Notoatmodjo (2010) analisa univariat adalah analisa yang
dilakukan pada tiap variabel. Analisa ini menghasilkan data
numerik dan kategorik berupa distribusi frekuensi atau
persentase, akan menghasilkan analisis dalam bentuk sebagai
berikut :

Rumus :
𝑓
𝛴% = 𝑥 100%
𝑁
Keterangan :
Σ = Persentase hasil
f = Frekuensi yang dihasilkan
N = Jumlah seluruh sampel
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat adalah analisa pada dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
lingkungan sosial disekolah dengan kepribadian anak SD 1
pasuruhan Lor Kudus yang diolah secara statistik menggunakan
program komputer dengan uji statistic Rank Spearman.

Rumus :
6d 2
  1
N ( N 2 1)

Keterangan :
 : Spearman rho
d : Jumlah ranking
N : Jumlah sampel
1 dan 6 : angka mutlak
Interpretasi hasil penelitian :
a) Apabila p value> 0,05, Ha ditolak berarti tidak ada hubungan
antara lingkungan social disekolah dengan kepribadian anak
SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
41

b) Apabila p value< 0,05, Ha diterima berarti ada hubungan


antara antara lingkungan social disekolah dengan
kepribadian anak SD 1 Pasuruhan Lor Kudus.
c) Selain itu dalam uji Spearman Rho harus dicari kekuatan
kedua hubungan dua variabel.
Tabel 3.5
Koefisien dan Kekuatan Hubungan antara Dua Variabel

Koefisien Kekuatan Hubungan


0,00 Tidak ada hubungan
0,01-0,20 Lemah
0,21-0,40 Moderat
0,41-0,70 Kuat
0,71-1 Sangat kuat
Sumber: Swardjana, 2010
J. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2010), masalah dalam etika penelitian
keperawatan yang harus diperhatikan adalah:
a. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Tujuan
Informent consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon responden.
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.

K. Jadwal penelitian
Terlampir
42

DAFTAR PUSTAKA

Adang, H. (2013). Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustakasetia.

American association of School Administrators. (2009). Bullying at School and


Online. (Online), http://www.education.com/topic/school-bullying-
teasing/htm, diakses pada tanggal 5 Desember 2014.

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, S. (2009). Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta:


Pustaka belajar.

Creswell, J. W. (2012). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan


mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dalyono, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dominika, dan Virlia, S. (2018). Hubungan Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert


Dengan Penerimaan Sosial Pada Siswa. Open access Journal:
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

Feist, dkk, (2009). Theories of Personality, 7th edition. New York: McGraw-Hill.

Feist, dan Feist Georgy. (2010). Teori Kepribadian. Buku a dan b. Jakarta:
Salemba

H. Jaali. (2009). Buku Psikologi Pendidikan. Jakarta:EGC.

Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Analisa Data. Jakarta:


Salemba Medika.

Luthfiana, Firda. (2016). Hubungan Antara Lingkungan Sekolah Dengan


Pembentukan Kepribadian Anak Di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 10
Tahun Ke-5.

Isnayanti, R. (2015). Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Kepribadian Siswa


Kelas Tinggi Sd N 1 Mudalrejo Tahun Ajaran 2014/2015. Program Studi
43

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan


Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab


IV. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar

Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Piaget, Jean dan Bärbel Inhelder. (2010). Psikologi Anak (Terjemahan). Jakarta:
Pustaka Pelajar.

Rais, El. (2012). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Randy J. Larsen & David D. (2009). Buss, Personality Psikology: Domain of


Knowledge About Human Nature. Newyrok:McGraw-Hill.

Repository. FKIP Universitas Jambi (2019). Kisi-Kisi Angket Pengaruh Lingkungan


Social Sekolah Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negri 8 Kab. Tebo

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: Nuha


Medika.

Robison, Kathy. (2010). Bullies and Victims: A Primer fo Parents. National


Association of School Psychologists.

Saryono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung:Alfabeta

Syamsu, Yusuf dan Nurihsan, Juntika. (2011). Teori kepribadian. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
44

Wahyuni, Endah S. (2017). Peran Lingkungan Social Terhadap Pembentukan


Kepribadian Remaja Di Desa Taman Sari Kecamatan Gunungsari. Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Wakil Komisi Perlingdungan Anak Indonesia. (2012). Peningkatan Kasus


Kekerasan Pada Anak.

Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Wildan, P.S. (2017). Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan


Karakter Siswa Di Mas Miftahussalam Kecamatan Medan Petisah. Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Wong, et al. (2009). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (alih


bahasa:AndryHartono, dkk). Jakarta. EGC.

Yuniartiningtyas, Fitri. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Tipe
Kepribadian Dengan Perilaku Bullying Di Sekolah Siswa SMP.
(Online)http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel59EF2430DFEFD31300B179B6C95C4F
5A.pdf
45

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon responden penelitian
ditempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Vernanda Riftiani


NIM : 820163106
Alamat : Loram Wetan Rt 04/02 Jati Kudus

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas


Muhammadiyah Kudus yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Lingkungan Sosial di Sekolah Dengan Kepribadian Anak SD 1
Pasuruhan Lor Kudus”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara
sebagai responden dan kerahasiaan informasi akan dijaga serta hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden,
maka tidak ada ancaman bagi saudara. Bila saudara bersedia menjadi responden
dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, saudara boleh
tidak ikut sebagai responden dalam penelitian ini.
Apabila saudara menyetujui bersedia untuk menjadi responden, maka saya
mohon kesediaanya untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden.
Atas perhatiannya dan kesediaan saudaramenjadi responden saya
ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Peneliti

Vernanda Riftiani
46

Lampiran 2
47

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

I. Petunjuk Pengisian Kuesioner :


1. Tulislah identitas Anda pada tempat yang sudah disediakan.
2. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan baik dan teliti.
3. Pililah jawaban dengan memberi tanda chek list (√) untuk pilihan jawaban
yang benar – benar sesuai dengan penilaian atau pendapat Anda.
4. Keterangan disetiap item (nomor) pernyataan tersebut ada 4 (Empat) pilihan
jawaban yaitu :
SL : Selalu
SR : Sering
K : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
5. Jika ada hal – hal yang belum jelas, mohon ditanyakan kepada peneliti.

Kode responden : Tanggal :

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
TTL :
Usia : Tahun
Lama tinggal : Bulan

Variabel Lingkungan Sosial

No Pernyataan S KK P TP
1. Lingkungan sekolah sangat
nyaman bagi siswa/siswi.
2. Banyak teman-teman yang kurang
baik dilingkungan sekolah ini.
3. Jika ada yang berkelahi
guru/petugas sekolah lain
membiarkannya.
4. Siswa/siswi tidak kondusif/bicara
sendiri saat pembelajaran dimulai.
48

5. Sekolah tidak menyediakan kantin


untuk siswa/siswi sehingga
mereka jajan diluar dan ketika bel
masuk pada telat.
6. Ketika istirahat siswa laki-laki
banyak yang merokok.
7. Siswa/siswi mencontoh/meniru
perbuatan temannya yang tidak
baik.
8. Siswa/siswi tidak mau sekolah
karena dimusuhi temannya.
9. Ada geng/kelompok didalam satu
kelas.
10. Suka keroyokan ketika sedang
berkelahi.
11. Guru BK kurang bertindak tegas
dalam menangani siswa/siswi
yang nakal.
12. Siswa/siswi dari lingkungan
keluarga yang broken home.
13. Siswa/siswi yang tidak baik akan
mempengaruhi siswa lainnya yang
sudah baik.
14. Siswa/siswi banyak yang
melanggar peraturan sekolah.
15. Guru/petugas sekolah tidak
pernah menasehati siswanya.
16. Ketika kegiatan belajar mengajar
dimulai siswa/siswi bicara sendiri.
17. Sarana dan prasarana di sekolah
sangat kurang.
18. Dilingkungan sekolah ini banyak
siswa/siswi yang berpacaran.
49

19 Pembelajaran yang diajarkan guru


membuat murid mudahmemahami
dan mengerti.
20. Tidak adanya pendidikan karakter
yang diajarkan oleh guru agama.

Variabel Kepribadian Anak

No Pernyataan S KK P Tp
1. Saya senang berteman dengan
siapa saja.
2. Ketika berada di lingkungan baru
saya merasa tidak nyaman.
3. Saya senang mencoba hal-hal
baru.
4. Ketika ada PR, saya
mengumpulkan tepat waktu.
5. Saya menyelesaikan tugas
dengan tuntas.
6. Ketika saya berbicara, teman-
teman memperhatikan apa yang
saya bicarakan.
7. Teman-teman sering meniru apa
yang saya lakukan.
8. Teman-teman tertarik dengan
mainan baru yang saya miliki.
9. Saya marah apabila ada orang
yang mengolok-olok.
10. Ketika mendapat nilai jelek, saya
menerima dan belajar lebih giat
lagi.
11. Apabila teman sakit, saya
menjenguknya.
50

12. Apabila teman melakukan


kesalahan, saya memaafkan
dengan senang hati.
13. Ketika teman sedih, saya
menghibur.
14. Ketika teman sedang bercerita,
saya mendengarkan dengan
sepenuh hati.
15. Ketika sampai dirumah, saya
mengulang kembali pelajaran
yang diberikan oleh guru.
16. Saya mempelajari materi
pelajaran sebelum diajarkan oleh
guru.
17. Saya selalu disiplin dalam
berpakaian dan tidak pernah telat
berangkat sekolah.
18. Ketika ada teman yang
bertengkar, saya berusaha
mendamaikan.
19. Teman-teman kena hukuman
karena suka membantah.
20. Teman-teman sering mengejek
yang berhubungan dengan
bentuk tubuh.

Anda mungkin juga menyukai