Oleh :
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab
1057 ] tahun 2018 terdapat sebanyak 9,6 juta jiwa terjangkit penyakit
penelitian yang dilakukan oleh (Uppe, Sharma, Sawant, Gupta, & Nair,
menempati urutan ketiga dengan 80% pasien dari seluruh dunia. Hasil
2
tahun 2018 sebesar 1.436 dengan jumlah kematian sebesar 4 jiwa (Dinas
kedalam paru-paru karena individu dengan BTA positif yang batuk, tertawa
dan terhirup oleh individu yang lain (Smeltzer & Bare, 2013). Dimulai dari
napas tidak efektif pada klien tuberkulosis paru yaitu dengan cara
memberikan banyak minum air hangat jika tidak ada kontra indikasi serta
penelitian (Sitorus, Lubis, & Kristiani, 2018) yang dilakukan di RSUD Kota
Jakarta Utara klien dengan TB paru yang mendapat terapi batuk efektif dan
pada klien yang mengalami Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada kasus
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada kasus Tuberkulosis Paru di RSUD
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada kasus Tuberkulosis Paru di RSUD
Pasuruan
1.5 Manfaat
a) Bagi Puskesmas
b) Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini
dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan
luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
parenkim paru paru. Penyakit ini dapat juga menyerang ke bagian tubuh lain
6
7
serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh
tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe Human bisa
berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita
BTA positif.
(2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
kuman TB positif.
negative.
pengobatan.
9
menjadi:
a) Kasus baru (new case) adalah klien yang belum pernah mendapat
bulan.
(hapusan atau kultur). Bila BTA negatif atau biakan negative tetapi
dievaluasi
(1) Klien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
akhir pengobatan)
paru tidak menunjukan tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring
Selain itu klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan
gejala TB paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala respiratorik
dan sistemik.
11
a) Batuk
b) Batuk darah
c) Sesak nafas
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
d) Nyeri dada
a) Demam
timbul pada sore dan malam mirip dengan influenza, hilang timbul
b) Malaise
makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-
droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan.
Menurut (Andra & Yessie, 2013) individu yang beresiko tinggi untuk
HIV)
8) Petugas kesehatan
yang buruk sebanyak 56,7% dan lebih sedikit kepadatan hunian yang baik
sebanyak 43,3%.
dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun
terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar
udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas.
bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas
adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-
paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
paru-paru.
2.1.7 Patofisiologi
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan
baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup
dari massa tersebut disebut ghon tubercle.Materi yang terdiri atas makrofag
(nekrotizing chaseosa).
respon sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih
18
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.Pada kasus ini,
meradang, membentuk tuberkel. Proses ini berjalan terus dan basil terus
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
Micobacterium
Tuberculosa
Droplet
infection
Menempel pada paru
Pembentukan tuberkel
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS
Hemaptoe
2.1.9 Komplikasi
Poncet’s arthropathy.
pneumothoraks.
a) Pemeriksaan kontak
kemoprofilaksis.
pesantren.
c) Vaksinasi BCG
d) Kemoprofilaksis
primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA
kelompok berikut :
(1) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberculin positif
yang menular.
22
2.1.11 Penatalaksanaan
3x/minggu
kali seminggu
seminggu
(1) Empat OAT dalam satu tablet yaitu rifampisin 150 mg,
(2) Tiga OAT dalam satu tablet yaitu rifampisin 150 mg,
(3) KDT penderita hanya minum obat 2-4 tablet sehari selama
Berat Badan tiap hari selama 56 hari RHZE 3 kali seminggu selama
16 minggu
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
untuk BTA
3) Skin test (PPD, mantoux,tine, and vollmer patch): reaksi positif (area
6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-
paru-paru.
2.2.1 Pengertian
Menurut sumber lain yang dimaksud bersihan jalan napas tidak efektif
2009)
bersihan jalan napas tidak efektif adalah kondisi ketika individu mengalami
secara paten.
pasien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif memiliki beberapa
1) Data mayor : meliputi batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
individu lain sebagai perokok pasif dimana asap yang terlalu sering
mendadak.
kurang terpenuhi.
jalan napas tidak efektif yaitu adanya alergi pada jalan nafas, penyakit
menurun meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5
Produksi sputum 1 2 3 4 5
Mengi 1 2 3 4 5
Wheezing 1 2 3 4 5
Dispneu 1 2 3 4 5
Ortopneu 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
c) Edukasi
jika perlu.
b) Terapeutik
(1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin
lift
a) Observasi
paru-paru)
b) Terapeutik
penumpukan sputum
perlu
c) Edukasi
2.3.1 Pengkajian
1) Identitas
3:1. Angka kejadian TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,
makrofag, sel epitel, sel dendrik, dan sel natural killer sehingga
(Muttaqin, 2012)
f) Agama
2) Keluhan Utama
3) RiwayatPenyakit Sekarang
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam
hari tanpa sebab. Pada atelectasis terhadap gejala sianosis, sesak nafas,
dan kolaps.
Warna darah Merah lebih terang dan Merah lebih tua dan Darah
segar karena bercampur gelap kaena berwarwa
dengan oksigen di jalan bercampur dengan merah
napas asam lambung segar
beristirahat?
dirasakan pasien.
4) Riwayat PenyakitDahulu
dikonsumsi oleh klien dimasa lalu, obat-obat meliputi obat OAT dan
6) Genogram
7) Pemeriksaaan B1-B6
a) B1 (Breathing)
37
b) B2 (Blood)
klien apakah hangat, kering, basah atau pucat, ictus cordis, CRT,
c) B3 (Brain)
d) B4 (Bladder)
39
e) B5 (Bowel)
12x/menit)
f) B6 (Bone)
otot
(2) Palpasi: Adakah nyeri tekan pada sendi atau tulang akibat dari
8) Pemeriksaan penunjang
40
b) Pemeriksaan laboratorium:
(1) Darah: Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang
Penyebab(Etiol Masalah
Data (Symptom)
No ogi) (Problem)
DO:
(Somantri, 2009)
Ha
ri /
N Ja
tan Implementasi Ttd
o. m
gga
l
n
g
a
n
m
a
s
al
a
h
y
a
n
g
s
u
d
a
h
te
ri
d
e
nt
if
ik
a
si
d
al
a
m
f
o
r
m
at
di
a
g
n
o
s
a
k
e
p
er
a
w
at
a
n
2.3.6 Evaluasi
Ha
ri/ Catatan
Ja
No Ta Perkemban Ttd
m
ngg gan
al
Tuli Beri Ber S: Informasi berupa Tuliskan paraf
slah si isi ungkapan yang dan nama terang:
nom hari, ja didapat dari klien Menyediakan
or tang m setelah tindakan bukti untuk
diag gal eva diberikan kepentingan
nosi eval lua proses
s uasi si O: Informasi yang pengadilan/hukum
kepe kepe kep didapat berupa
rawa rawa era hasil pengamatan,
tan tan wat penilaian,
sesu an pengukuran yang
ai dilakukan oleh
deng perawat setelah
an tindakan
mas keperawatan
alah
yang A: Membandingkan
suda antara informasi
h subjektif dan
terid objektif dengan
entif tujuan dan kriteria
ikasi hasil, kemudian
dala diambil kesimpulan
m bahwa masalah
form teratasi, teratasi
at sebagian, atau tidak
diag teratasi
nosa
kepe P: Rencana keperawa
rawa tan lanjutan yang
tan akan dilakukan
berdasarkan hasil
analisa
METODE PENELITIAN
pada study kasus diantararanya 1). Desain penelitian, 2). Batasan istilah, 3).
Partisipan 4). Lokasi dan waktu penelitian 5). Pengumpulan data 6). Uji
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. (Setiadi, 2013).
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok dan
yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif memiliki beberapa gejala
46
47
1) Data mayor : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
berubah
tumbuh lambat serta cepat asam dengan kapsul luar berlilin, yang meningkat
bicara, atau bernyanyi. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar di udara
3.3 Partisipan
bersihan jalan napas. Kriteria klien sadar dan kooperatif (mau dijadikan
dengan metode wawancara kepada klien, serta orang - orang yang terdekat
triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan klien yang
Teknik analisa data yang digunakan dalam study kasus ini di peroleh dari
1) Pengumpulan data
2) Mereduksi data
3) Penyajian data
berupa hasil data wawancara dan observasi dalam bentuk data sesuai
4) Kesimpulan
dengan hasil penelitian study kasus secara teoritis dari data pengkajian,
2) Anonimity (tanpanama)
3) Confidentiality (kerahasiaan)
3.9 Keterbatasan
maka penelitian tetap akan dihentikan sesuai dengan apa yang telah peneliti
dapat di tiga hari tersebut. Hal ini dikarenakan partisipan dengan masalah
bersihan jalan napas pada klien tuberkulosis paru masih mengeluhkan batuk
Selain itu juga terhalang waktu, pada saat ditentukan waktu penelitian
BAB 4
4.1 Pengkajian
4.1.2 Pengkajian
Tuberkulosis paru
1) Identitas Klien
2) Riwayat Penyakit
4) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Composmentis
DO:
Inspeksi: Klien tidak mampu batuk efektif,
tidak mampu batuk, dahak tidak dapat keluar,
klien tampak ngos-ngosan, bentuk dada
simetris, Sputum (+), hemaptoe (+), terdapat
55
5) Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI
Darah lengkap
Leukosit (WBC) 10,51 4,5-11
Neutrofil 9,7 1,5-8,5
Limfosit 0,65 1,1-5,0
Monosit 0,1 0,14-0,66
Eosinofil 0,000 0-0,33
Basofil 0,02 0-0,11
Neutrofil % 60,0 35-66
Limfosit % 3,5 24-44
Monosit % 3,0 3-6
Eosinofil % 0,0 0-3
Basofil % 0,1 0-1
Eritrosit (RBC) 4,910 4,5-5,9
Hemoglobin (HGB) 12,65 13,5-17,5
Hematokrit (HCT) 40,0 37-53
MCV 81,36 80-100
MCH 26,02 26-34
MCHC 31,66 32-36
RDW 15,32 11,5-13,1
PLT 335 150-450
MPV
KIMIA KLINIK
FAAL GINJAL
BUN 20,0 7,8-20,23
Kreatinin 0,9 0,6-1,0
GULA DARAH
Gula Darah Sewaktu 133 <200
Hasil :
Kesan : TB Paru
6) Terapi medis
58
+ +
+ +
10. Hasil foto rontgen
Kesan: Tuberkulosis paru
11. Hasil lab TCM
MTB Detected medium
12. Klien MRS dengan dx medis
Tuberkulosis paru pada tanggal 30
desember 2019
13. Terapi yang telah diberikan :
Infus 20tpm, inj. Moxifloaxin, inj.
Santagesik, resfar, PO codein, PO
ambroxol, nebul combiven 2,5mg
klien tidak mampu batuk efektif, dahak nampak sulit keluar, klien tampak
dangkal, terdapat suara nafas tambahan ronkhi pada seluruh lapang paru.
Diagnosa
Pukul Implementasi Paraf
keperawatan
hangat
berhubungan O:
dengan sekresi Terdengar ronkhi , RR 22x/menit, irama
yang tertahan nafas reguller, sesak, terpasang O2, posisi
ditandai dengan klien semi fowler, SPO2 99% (terpasang
klien oksigen), mengelurkan dahak hijau kental
mengatakan tidak berbau terdapat bercak darah
batuk berdahak A:
namun dahak Masalah belum teratasi
sulit P:
dikeluarkan. Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi semifowler
2. Anjurkan pasien minum air
hangat ±2000ml/hari
3. Berikan penguapan (nebulizer)
dengan ventolin 2,5mg dioplos
dengan cairan nacl 0,9% 2 cc
4. Berikan oksigen jika perlu
5. Observasi kemampuan untuk
mengeluarkan sputum, catat
karakter, jumlah sputum, adanya
hempotysis
6. Observasi frekuensi pernafasan,
irama pernafasan dan suara nafas
tambahan
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
5.2 Pembahasan
maksud memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat
5.2.1 Pengkajian
study kasus ini dilakukan dengan cara pengambilan pada 1 partisipan yaitu
Ny P 47 tahun.
Hasil study kasus klien atas nama Ny. R memiliki keluhan utama
mengatakan batuk berdahak terus menerus sejak 1 minggu yang lalu. Sehari
sebelum dibawa ke IGD RSUD Bangil klien sesak napas dan batuk
berdahak sulit dikeluarkan, ketika dahak dapat keluar disertai bercak darah
serta tidak mengkonsumsi OAT secara rutin dan akhirnya putus obat hingga
sekarang.
dengan Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak, batuk darah dan nyeri
dada. Pada gejala sistemik klien mengalami demam dan penurunan nafsu
dari beberapa faktor resiko Tuberkulosis Paru yaitu mereka yang kontak
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV) serta individu
tahan tubuh klien, berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk,
KU klien lemah, Klien tidak mampu batuk efektif, tidak mampu batuk,
dahak tidak dapat keluar, klien tampak ngos-ngosan, bentuk dada simetris,
vocal fremitus sama kanan kiri, pergerakan dinding dada sama kanan kiri,
tidak terdapat massa, suara paru sonor, irama nafas regular, pernafasan
dangkal, terdapat suara nafas tambahan yaitu ronkhi pada seluruh lapang
paru.
menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah batuk tidak efektif,
memiliki data subjektif yaitu klien mengatakan batuk berdahak serta susah
untuk mengeluarkan dahak dan dari data objektif terdengar suara nafas
didahulukan karena jika ada sumbatan pada jalan nafas dan tidak segera di
posisi klien semi fowler/fowler, ajarkan dan anjurkan klien untuk latihan
nafas dalam dan batuk efektif, anjurkan minum air hangat dan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017) selain dilakukan napas
dalam dan batuk efektif juga dapat dilakukan fisioterapi dada, namun di
Berikut ini merupakan tindakan serta hasil yang dilakukan pada Ny. P
diposisi semifowler
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur napas dalam dan batuk efektif serta
2011)
Pemberian intervensi nafas dalam dan batuk efektif sangat efektif. Klien
(Taufan, 2011)
dahak klien
mengeluarkan dahak).
Sesak yang terjadi oleh klien merupakan salah satu cara tubuh untuk
ini harus dilakukan sebagai bahan evaluasi dan intervensi lebih lanjut.
2011).
lanjut.
jam pada Ny. P bersihan jalan napas tidakefektif belum teratasi hal ini dapat
di buktikan dari kriteria hasil yang belum tercapai, Ny. R mengatakan masih
batuk tapi jarang dan masih sesak, dari hasil pemeriksaan secara objektif
pada paru sudah lebih luas. Hal ini karena terjadi lesi pada saluran
pada paru akan menutup dan akan meninggalkan jaringan parut. Pada
yang ditunjukkan Ny. P berbeda. Hal itu dapat terjadi karena banyak faktor,
beberapa faktor yang dapat ditinjau untuk dijadikan penyebab adalah karena
dan kambuh lagi dimana pada pengobatan yang kedua klien tidak patuh
minum obat saat menjalani program OAT dan memilih putus obat.
untuk sembuh, serta sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan
5.1 Kesimpulan
bersihan jalan napas pada kasus tuberkulosis paru, maka peneliti dapat
BAB 4 tentang perbandingan antara teori dan kasus nyata pada Ny. P dengan
sesak napas, hingga batuk disertai bercak darah. Pada pengkajian tidak
2) Diagnosa keperawatan yang ada di teori dapat ditemukan pada kasus nyata
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
adanya hemoptysis
77
78
lebih lama dan dalam pengobatan rawat jalan tidak patuh dan memilih
putus obat.
5.1 Saran
yang cepat dan tepat pada pasien Tuberkulosis paru dengan bersihan jalan
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Aning Fitrotun Khalimatus S
NIM : 201704051
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Aning Fitrotun Khalimatus S
NIM : 201704051
2
2
2 Mei 2020 ACC
Lanjutkan membuat PPT
82