Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI PELVIS

Pelvis manusia meliputi sakrum, tulang ekor, dan dua os coxae. Setiap os coxae terdiri dari tiga
bagian: ischium, ilium, dan pubis. sendi di dalam pelvis adalah: di inferior antara sakrum dan tulang
ekor (simfisis sacrococcygeal), di posterior antara sakrum dan masing-masing ilium (sendi
sacroiliac(SI)), dan di anterior antara badan pubis (simfisis pubis). Sendi SI memberi beberapa
gerakan selama masa kanak-kanak, namun bertransisi ke sendi synarthrodial yang berkembang,
yang memungkinkan sedikit atau tidak ada gerakan saat dewasa. Simfisis pubis adalah sendi
synarthrodial tulang rawan dengan diskus interpubik fibrokartilaginosa. sendi ini memungkinkan
sedikit gerakan dan rotasi. Karena cincin pelvis membentuk rantai tertutup, pergerakan pada simfisis
pubis memerlukan gerakan simultan pada sendi SI, dan sebaliknya.

perbedaan pelvis perempuan dan laki-laki

Perbedaan spesifik jenis kelamin terlihat pada keseluruhan struktur pelvis manusia. pelvis
wanita cenderung lebih lebar dan luas, dengan tulang belakang ischial yang kurang menonjol. pelvis
pria biasanya memiliki sakrum yang lebih panjang dan melengkung, serta lengkungan sub-pubis yang
lebih sempit (antara rami ischiopubic kiri dan kanan). Sedangkan pelvis wanita lebih lebar jika diukur
di antara spina ischial (lebar bispinous), lebar biacetabular tidak berbeda secara signifikan antara
perempuan dan laki-laki. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh kepala femoralis pria yang lebih
besar yang menggeser pusat sendi pelvis ke samping.

Perbedaan pelvis berdasarkan jenis kelamin memungkinkan bukaan pelvis lebih lebar pada
wanita yang berfungsi sebagai jalan lahir, memfasilitasi perjalanan neonatus berotak besar. Pada
wanita, jalan lahir melebar akibat anatomi termasuk sakrum yang lebih lebar, sudut subpubik yang
lebih lebar, dan tulang belakang ischial yang kurang menonjol. Jalan lahir yang lebih besar menjadi
penting dengan adanya ensefalisasi kepala neonatal pada manusia.

Perbedaan pelvis antara pria dan wanita mungkin disebabkan oleh pengaruh hormonal terhadap
pertumbuhan tulang. Hormon spesifik jenis kelamin selama pertumbuhan, seperti testosteron dan
estrogen, diduga mempengaruhi morfologi pelvis. Terdapat tingkat dimorfisme seksual yang lebih
besar seiring bertambahnya ukuran tubuh pada manusia, dimana laki-laki sedikit lebih besar
dibandingkan perempuan, lintasan pertumbuhan antar jenis kelamin bervariasi. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa hormon wanita pada masa pubertas mempengaruhi dimensi obstetri panggul
B. GANGGUAN DAN PENYEBAB YANG SERING TERADI PADA PELVIS

1. Gejala Utama Pelvis


Gejala dapat bervariasi, dan semua tergantung dari penyebab nyeri. Endometriosis kadang-
kadang disertai dengan gejala-gejala seperti nyeri panggul saat ovulasi, kejang-kejang sebelum
atau selama menstruasi, nyeri panggul saat berhubungan s3ksual, nyeri saat buang air besar dan
pendarahan dubur saat menstruasi.

Jika nyeri panggul terjadi yang disertai dengan satu atau lebih dari gejala berikut, segera
dapatkan bantuan medis. Adapun Gejala penyakit pelvis yaitu:

 Kram saat menstruasi


 Pendarahan, tinja abnormal, noda di antara periode menstruasi
 Kesulitan atau sakit saat buang air kecil
 Diare atau sembelit
 Feses berdarah
 Rasa sakit saat berhubungan s3ks
 Demam
 Panas dingin
 Nyeri pada pangkal paha
 Pembengkakan
 Gas yang berlebihan
 Nyeri pada selangkangan.

2. Macam macam gangguan pada pelvis

Osteoartritis Panggul

Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan timbulnya nyeri dan disabilitas
gerakan pada populasi usia lanjut. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas padapasien
sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang berat.
Osteoartritis (OA) panggul dan lutut merupakan gangguan sendi yang umum dijumpai, ditandai
nyeri, krepitasi, dan morning stiffness pada sendi lutut.

Femoroacetabular Impingement (FAI)

Femoroacetabular Impingement (FAI) adalah kondisi patologis pinggul yang ditandai dengan
kontak abnormal antara acetabulum dan persimpangan kepala leher femoralis. FAI disebabkan
oleh mikrotrauma kronis pada tulang rawan dan labrum. Berdasarkan diagnosis klinis, FAI
sering terjadi pada populasi dewasa muda. (Fani Setiawa, 1810505002 and Anshor Nugroho,
S.Kom and Annisa Fauzia, S.Tr.Rad. (2021)).

Disfungsi Dasar Panggul

Otot dasar panggul adalah otot yang terletak pada pintu bawah panggul yang terdiri dari tiga
lapisan otot. Lapisan yang terdalam disebut levator ani yang sangat besar perannya, berasal dari
kedua sisi pelvis dan menyatu di tengah dengan menyisakan tiga saluran pengeluaran yakni
rektum, vagina dan uretra. (Psik et al., 2017). Setiap kelahiran dapat menyebabkan kerusakan
pada otot dasar panggul. prevalensi terjadinya kerusakan otot levator ani berkisar antara 15-30%
pada wanita yang mengalami persalinan pervaginam. Kehamilan, melahirkan dan mengejan
sewaktu melahirkan bersamasama dengan laserasi dan episiotomi pada waktu melahirkan
menyebabkan hipermobilitas uretra, trauma pada persarafan dan disfungsi dasar panggul. Proses
yang terjadi pada wanita dapat melatarbelakangi resiko terjadinya nyeri, posture, keseimbangan,
inkontinensia urine pada wanita (Psik et al., 2017) Fungsi utama otot dasar panggul adalah
memberi topangan terkoordinasi bagi semua organ-organ panggul. Ketika otot dasar panggul
tidak dalam keadaan baik , disfungsi buang air kecil dan penurunan organ (prolapse) bisa terjadi
pada individu-individu yang sehat (Lestari, 2011).

Pelvis Inflammatory Disease (PID)

Penyakit radang panggul (PRP) atau pelvis inflammatory disease (PID) dikenal sebagai suatu
kelainan yang manifestasinya dapat merusak system kesehatan reproduksi wanita. PRP
merupakan syndrome klinis yang disebabkan oleh naiknya mikroorganisme dari vagina dan
endoserviks ke endometrium, tuba fallopi, ovarium, dan organ sekitarnya, sehingga spektrumnya
merupakan kelainan inflamasi dari truktus genitalis bagian atas termasuk endometriosis,
salpingitis, abses tuboovarial, dan pelvis-peritonitis (Prawirohardjo, 2011; h.219)

Fraktur Pelvis

Fraktur menurut Price,2005 adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik,kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak
di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur ossa pelvis adalah terputusnya hubungan tulang pelvis ,baik tulang pubis
atau tulang ilium yang disebabkan oleh suatu trauma.(Noor,zairin,2016).
Etilogi fraktur pelvis adalah sebagai berikut (Price,2005)
•Kecelakaan lalu lintas atau kecelakan kerja
•Trauma iatrogenik, seperti operasi ginekologik dan operasi daerah pelvis atau akibat tindakan
endoskopik, seperti operasi transurethral
•Trauma tumpul
•Trauma tajam akibat luka tusuk atau tembak

3. Pengobatan Pelvis
Pengobatan panggul dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik kepada pasien yang masih
dalam tahap awal penyakit.
Pasien biasanya akan menerima antibiotik metronidazole, ofloxacin, doxycycline atau
ceftriaxone selama setidaknya 14 hari untuk mengobati infeksi bakteri.

Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen
dan parasetamol jika pasien mengalami sakit perut atau panggul. Untuk pasien hamil disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum minum antibiotik.

Sebagian besar pasien dengan kasus radang panggul berat dapat menerima antibiotik melalui
infus rumah sakit.

Perawatan dengan antibiotik harus diselesaikan dengan hati-hati sesuai dengan durasi konsumsi
yang disarankan oleh dokter, sehingga infeksi bakteri benar-benar hilang.

Bagi penderita radang panggul yang memakai alat kontrasepsi IUD, dokter dapat
merekomendasikan penghapusan kontrasepsi jika gejala tidak membaik setelah beberapa hari.

Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain selama periode perawatan dengan penyakit
radang panggul, pasangan seksual pasien juga disarankan untuk menjalani pemeriksaan dan
perawatan, walaupun gejalanya tidak sama.

Dokter juga akan menyarankan pasien dan pasangannya untuk tidak berhubungan seks selama
proses perawatan.

Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ yang terinfeksi dan ada bekas
luka yang menyebabkan rasa sakit.

Operasi dapat dilakukan dengan membuka perut (laparotomi) atau dengan bedah invasif minimal
(laparoskopi) untuk menghilangkan atau mengeringkan abses dan memotong jaringan parut.
C. TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS

Pelvis atau Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: a) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) b) os
sacrum dan c) os coccigeus.

1. OS COSAE

Os Coxae terdiri dari 3 buah tulang penyusun, yaitu Os Ilium, Os Ischium, dan Os Pubis.

A. Os Ilium

Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa
iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior superior dan spina
Iliaca posterior superior. Terdapat tonjolan memanjang di bagian dalam os ilium yang membagi pelvis
mayor dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis).

B. Os Ischium

Terdapat disebelah bawah os ilium. Merupakan tulang yang tebal dengan tiga tepi di belakang foramen
obturatorius. Os Ichium merupakan bagian terendah dari Os Coxae. Memiliki tonjolan di bawah tulang
duduk yang sangat tebal disebut Tuber Ischii berfungsi penyangga tubuh sewaktu duduk.

C. Os Pubis

Terdapat disebelah bawah dan depan os ilium. Dengan tulang duduk dibatasi oleh foramen obturatum.
Terdiri atas korpus (mengembang ke bagian anterior). Os Pubis terdiri dari ramus superior (meluas dari
korpus ke asetabulum) dan ramus inferior (meluas ke belakang dan berat dengan ramus ischium). Ramus
superior os pubis berhubungan dengan dengan os ilium, sedangkan ramus inferior kanan dan kiri
membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium.

Pertemuan os ilium, os ischium dan os pubis yang bertemu pada suatu cekungan disebelah lateral disebut
accetabulum. Di bawah accetabulum terdapat lubang besar disebut foramen obturatorium yang pada
orang dewasa tertutup oleh membrane obturatoria.

2. OS. Sacrum

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang
kelangkang terletak di antara kedua tulang pangkal paha yang terdiri dari dan mempunyai ciri : Sakrum
berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan.
Permukaan sacrum berbentuk konkaf.

A. Permukaan ventral disebut facies pelvina, berbentuk konkaf dan menghadap ke kavum pelvis. Di
bagian medial terdapat garis-garis trasversal yang merupakan sisa dari batas masing-masing ruas disebut
linea trasversae. Pada ujung masing-masing garis terdapat lubang-lubang yang disebut foramina sacralis
ventralis.
B. Permukaan dorsal disebut facies dorsalis. Pada bagian medial terdapat satu rigi yang disebut crista
sacralis media. Disebelahnya terdapat suatu crista lagi yang disebut crista sacralis intermedia. Disebelah
lateral dan crista sacralis intermedia terdapat 4 pasang lubang yang disebut foramen sacralis posterior.
Cornu sacrale yang terdapat di daerah apex membatasi suatu lubang yang disebut hiatus sakralis. Garis-
garis di lateral foramen sacralis posterior disebut crista sacralis lateralis.

C. Permukaan ventrocranial yang disebut basis ala sacralis. Ke arah dorsal dari ala sacralis terdapat suatu
tonjolan yang disebut processus articularis superior. Kearah medialnya terdapat suatu teknik yang disebut
incisura vertebralis superior.

D. Permukaan caudal disebut apex.

E. Permukaan lateral disebut partex lateralis yang terletak disebelah lateral dari foramina sacralia.

3. OS.COCCGIEUS

Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

Anatomi pelvis wanita berbeda dengan pelvis pria. Adapun perbedaan pelvis pria dan wanita yaitu pintu
atas panggul (PAP) wanita berbentuk bulat sedangkan PAP pria berbentuk segitiga / berbentuk hati,
Arcus pubis wanita lebih luas (>90) sedangkan arcus pubis pria lebih sempit (<90), dan cavum pelvis
wanita lebih luas sedangakan pada pria cavum pelvis lebih curam.

Tulang panggul berfungsi sebagai penyambung antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Tulang
panggul juga berfungsi sebagai penyangga organ dalam bagian perut. Organ tersebut antara lain usus
halus dan usus besar.

Patologi Pelvis

A. Osteomielitis

Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang ilium dan dapat meluas ke
sendi sacro iliaca. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuknya tak beraturan,
biasanya dengan sekwester yang multiple. Sering terlihat skerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering
disertai abses dan fisura. Bedanya dengan tuberkolosis ialah destruksi berlangsung lebih cepat dan pada
tuberkolosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu diperkirakan
kemungkinan keganasan.

B. Osteosarkoma

Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk kebanyakan
penderita berumur antara 10-25 tahun. Jumlah kasus meningkat lagi setelah berumur 50 tahun yang
disebabkan oleh adanya degenerasi maligna, terutama penyakit paget. Pada kebanyakan tumor ini terjadi
penulangan (ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran radiologinya variable bergantung pada
banyak sedikitnya pada penulangan yang terjadi pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan
dengan osteomielitis.

C. Sarkoma Ewing

Merupakan jenis tumor ganas yang pembesarannya terjadi dengan cepat, biasanya dalam beberapa
minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena infiltrasi
tumor ke jaringan sekitar tulang. Kadang- kadang tumor ini pada metafisis tulang panjang sehingga sulit
di bedakan dengan osteosarkoma. Tumor ini kadang-kadang memberikan gambaran radiologik yang
sukar dibedakan dengan osteomielitis.

D. Klasifikasi fraktur pelvis

Fraktur pelvis sulit untuk diklasifikasikan karena banyak sekali pola fraktur yang terjadi. Beberapa
penulis mengklasifikasikan fraktur pelvis tersebut berdasarkan pola fraktur, mekanisme trauma dan
anatomi.

Conolly dan Hedberg mengklasifikasikan fraktur pelvis dalam dua jenis :

1. Fraktur Mayor

Jika fraktur mengakibatkan garis transmisi berat badan dari tulang punggung menuju acetabulum atau
fraktur melibatkan ramus pada kedua sisi dari simphisis pubis. Fraktur mayor meliputi fraktur dari
acetabulum, fraktur dari hemipelvis, fraktur bilateral dari rami pubis, pemisahan simphisis pubis, dan
fraktur dari sacrum.

2. Fraktur Minor

Fraktur minor meliputi fraktur unilateral dari rami pubis, fraktur ilium yang terisolasi, dan avulse dari
pelvis. Conology dan Hedberg mendapatkan bahwa dari 109 pasien dengan fraktur mayor 28 diantaranya
meninggal. Ternyata klasifikasi sederhana ini mempunyai dampak prognosis yang nyata.

Key dan Cowell mengklasifikasikan fraktur pelvis menjadi 4 tipe, dimana klasifikasi ini mempunyai
makna yang penting dalam prognosa dan telah digunakan selama lebih dari tiga decade yaitu sebagai
berikut :

A) Tipe I : fraktur tulang tunggal tanpa diskontinuitas cincin pelvis terdiri dari:

(1) Fraktur avulse :

- Spina Iliaca Anterior Posterior

- Spina Iliaca Anterior posterior

- Tuberositas Ichium

(2) Fraktur pubis atau ischium


(3) Fraktur alae os ilium (Duverney)

(4) Fraktur os sacrum

(5) Fraktur atau dislokasi coccyx

B) Tipe II : Patahan tulang pada cincin pelvis meliputi

(1) Fraktur kedua ramus ipsilateral

(2) Fraktur di dekat atau subluksasi symphisis pubis

(3) Fraktur didekat sendi sakroiliaca atau subluksasi sendi sacroiliaca

C) Tipe III : Patahan ganda (2) pada cincin pelvis

(1) Dua buah fraktur vertical atau dislokasi pubis

(2) Dua buah fraktur vertical atau dislokasi pelvis

(3) Fraktur multiple yang berat

D) Tipe IV : Fraktur acetabulum

(1) Tanpa peranjakan (undisplaced)

(2) Dengan peranjankan (displaced)

a. Kompresi antero posterior

Cedera ini biasanya tekanan yang kuat dari anterior ke posterior, terjadi fraktur ramus pubis atau
terbukanya tulang inominata (menjauh satu sama lain dan rotasi external), dan disrupsi simfisis yang
disebut open book frakture. Di posterior ligamentum sacroiliaca robek atau terjadi fraktur ilium bagian
posterior.

b. Kompresi Lateral

Tekanan dari samping menyebabkan pelvis mengalami endorotasi dan mengalami fraktur. Biasanya
terjadi pada kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Di anterior ramus pubis pada satu atau dua
sisi terjadi fraktur. Di posterior terjadi regangan sacroiliaca yang hebat atau fraktur ilium pada sisi trauma
atau sisi yang berlawanan. Jika cedera pada sacroiliaca menyebabkan peranjakan yang hebat dapat
menyebabkan fraktur instabil.

c. Vertical Shear

Terjadi vertical displacement pada satu tulang inominata, fraktur ramus pubis dan regio sacroiliaca.
Biasanya terjadi pada orang yang jatuh pada ketinggian dalam keadaan menumpu pada satu kaki. Fraktur
yang diakibatkannya terutama instabil dan berat, dengan robekan jaringan lunak serta pendarahan
retroperitorial.

d. Kombinasi Kompresi lateral dan rotasi

Fraktur ini menyerupai gagang ember (bucket handle), dimana terjadi fraktur ramus pubis pada sisi yang
berlawanan dengan traumanya, sedang tepi sacrum atau ilium remuk dan terbelah pada sisi trauma. Jika
terjadi frakur pada os sacrum, maka pleksus sacralis mungkin terkena.

Persiapan Pemeriksaan:

1. Alat dan Bahan

• Pesawat sinar-X

• Film 30 x 40 cm,

• Kaset 30 x 40 cm,

• Bucky table

• Marker

• Processing otomatis

2. Pasien

Pasien harus menanggalkan benda-benda yang dapat mengganggu radiograf, misalnya : ikat pinggang dan
resleting pada celana.
D. PROYEKSI PEMERIKSAAN PADA PELVIS

1. Proyeksi AP

Tujuan pemeriksaan : Menampakkan pelvis dan Memperlihatkan fraktur, dislokasi, penyakit degeneratif
dan lesi tulang

Posisi pasien : Pasien supine, kedua lengan ditempatkan disisi dan menyilang di atas dada, untuk
kenyamanan letakkan bantal dibawah kepala pasien.

Posisi obyek : Kaset diatur melintang,tepi kaset di atur sedikit di atas crista iliaca,sehingga gambaran
Krista tidak akan terpotong. Tepi bawah kaset menyesuaikan atau sedikit di bawah symphisis pubis. MSP
tubuh pasien di atur segaris pada pertengahan kaset. Kedua tungkai lurus, kaki dirotasi kea rah internal
sejauh 15-20 derajat (collum femoris tampak dalam posisi paling panjang (true AP). pastikan bahwa
pelvis tidak terjadi rotasi.

CP : pada MSP setinggi 2” (5cm) dibawah SIAS

CR : Tegak lurus kaset

FFD : 100 cm

Ekspose : saat pasien tidak bergerak

Kriteria radiograf :

• Tampak tulang-Tulang pelvis

• Tampak L5, Sacrum, dan Coccygis

• Tampak Caput femur dan trochanter mayor

2. Proyeksi AP Bilateral “Frog Leg”

Tujuan Pemeriksaan : Menampakkan pelvis, Memperlihatkan non trauma hip atau perkembangan
dysplasia pada hip (DDH) yang diketahui sebagai dislokasi congenital hip (CHD)

Posisi Pasien : Pasien di atur supine, kedua lengan di tempatkan di sisi dan menyilang diatas dada,kepala
pasien diberi bantal

Posisi Objek : Mid sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR, pastikan bahwa
pelvis tidak terjadi rotasi (ASIS berjarak sama terhadap meja), Kedua knee Fleksi sekitar 90 derajat.
Kedua plantar (telapak kaki) ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45 derajat.

CP : 7,5 cm di bawah level SIAS atau kira-kira 2,5 di bawah symphisis pubis
CR : tegak lurus kaset

FFD : 100 cm

Kriteria Radiograf :

1. Tampak caput dan colum femur ,Acetabulum, trochanter,

2. Tampak pada radiograf.

3. Proyeksi AP Axial “ Outlet”

Tujuan Pemeriksaan : Menampakkan bilateral pubis dan

ischia,pada trauma pelvis untuk fraktur dan dislokasi.

Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, kepala diberi bantal supaya nyaman, kaki ekstensi
dan supaya nyaman lutut diganjal dengan spon.

Posisi Obyek : MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi dari pelvis,sisi kedua
SIAS berjarak sama dengan meja pemeriksaan.

CR : Sinar menyudut cephalad 20-35 derajat (laki –laki) dan 30-45 derajat (wanita).

CP : Pertengahan titik pada 3-5 cm distal ke superior border sympisis pubis atau trochanter mayor

FFD : 100 cm

Ekspose : pada saat tahan nafas.

Kriteria radiografi :

• Tampak Body dan superior ramus pubis

• Tidak terjadi pergerakan objek ditandai dengan ketajaman dari trabecula dan tepi tulang dari pubis dan
tulang ischial.

4. Proyeksi AP Axial “Inlet”

Tujuan pemeriksaan : untuk menentukan daerah dislokasi pada trauma pelvis dibagian posterior dan
untuk melihat adanya rotasi kedalam atau keluar dari pelvis anterior.

Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan / brankard kepala diberi bantal supaya nyaman,
kaki ekstensi dan supaya nyaman lutut diganjal dengan spon.
Posisi Obyek : MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi dari pelvis, kedua sisi
SIAS berjarak sama.

CR : Sudut sinar 40 ° kearah Caudad

CP : pada MSP setinggi SIAS

FFD : 100 cm

Ekspos : pada saat tahan nafas.

Kriteria radiografi :

• Tampak lingkaran pelvis

• Sekitar pelvis inlet

5. Proyeksi Oblique Posterior Acetabulum (Methode Judet)

Tujuan Pemeriksaan : Memperlihatkan tulang pelvis khususnya acetabulum dan untuk mengevaluasi
fraktur acetabulum atau dislokasi hip joint.

Posisi Pasien : Posisi Posterior Oblik, dengan pasien semi supine, dan kepala di berikan bantal dan
diposisikan up side atau down (oblik menjauhi atau mendekati obyek yang diperiksa), tergantung anatomi
yang akan diperlihatkan.

Posisi Obyek : Tempatakn pasien 45 derajat posterior oblique kemudian daerah panggul di ganjal, Caput
femoris dan acetabulum ditempatkan pada tengah meja atau kaset, kaset longitudinal segaris CR pada
level caput femur.

CR : tegak lurus kaset

CP : dari MSP 2” inferior dan 2 “ medial.

FFD :100 cm

Eksposi : pada saat tahan nafas.

Kriteria Radiografi :

pada saat downside acetabulum (oblik mendekati obyek yang difoto), tampak sisi anterior acetabulum dan
columna posterior ilioischial, Iliac wing juga tampak dengan baik .( RPO Downside).Pada saat upside
acetabulum (oblik menjauhi obyek yang difoto) tampak sisi posterior acetabulum dan columna anterior
iliopubic, foramen obturator juga tampak. ( LPO Up side)

Anda mungkin juga menyukai