PENDAHULUAN
A. Definisi
Prolaps (dari kata latin Prolapsus) atau dikenal juga dengan desensus atau
prosidentia adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis (Barsoom, 2013).
B. Anatomi Panggul
Dasar panggul mempunyai 3 lapisan fungsional (Junizaf, 2011):
Fasia (fasia endopelvik), yang melekat dan mengelilingi semua organ
pelvis (kandung kemih, uterus, rektum).
Otot (levator ani dan koksigeus atau juga disebut difragma pelvis)
berbentuk otot yang terus menerus berkontraksi, terutama bila ada
tekanan abdominal yang meningkat.
Membrana perineal (terdiri dari diafragma urogenital dan otot-otot yang
membentuk badan perineal dan sfingter uretra). otot yang aktif sebagai
penggantung ini dengan syaraf-syarafnya penting untuk mempertahankan
posisi organ pelvis dan merupakan penyangga yang aktif. Dengan kata
lain, penyangga beban dilakukan oleh otot-otot pelvis. Di sisi lain
jaringan ikat (fasia) berfungsi untuk mempertahankan dan menstabilkan
organ pelvis.
Jaringan – jaringan penyangga yang mempertahankan posisi dan
letak uterus dan vagina terdiri dari (Manuaba, 1998):
Tulang Panggul
o 2 tulang pangkal paha (os coxae)
o 1 tulang Kelangkang (os Sacrum)
o 1 tulang tungging (os coccygis)
Ligamentum latum dan ligamentum rotundum (teres uteri)
Ligamentum latum merupakan lipatan peritoneum kanan dan
kiri uterus meluas sampai dinding panggul,ligamentum latum seolah-
olah tergantung pada tuba fallopii. Tempat dimana terdapat banyak
pembuluh darah dan pembuluh limfe. ligmentum ini tidak berfungsi
dalam menyangga uterus untuk tetap dalam posisinya (tidak prolaps)
kecuali bila terdapat fibrosis atau radang.
Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labium mayus. Ligamentum rotundum yang
termasuk dalam ligamentum latum ini berfungsi terutama untuk
mempertahankan uterus dalam anteflexsi serta memberikan
stabilisasi pada sumbu dengan sudutnya yang relatif sempit di atas
vagina.
Ligamentum kardinale dan ligamentum sacro-uterinum
Terdiri dari serabut otot yang kuat dan merupakan bagian
yang penting untuk mempertahankan kedudukan serviks dan vagina
bagian atas. Ligamentum ini menggantung serviks dan vagina bagian
atas pada dinding samping panggul. Sementara itu, ligamentum
sakrouterina menggantung serviks setinggi ostium uteri internum ke
daerah tulang sakrum. Di dalam kedua ligamentum ini terdapat
pembuluh darah dan saluran limfe.
Kedua ligamentum dapat mengalami hipertrofi akibat
tekanan intraabdominal yang terus-menerus hingga menyebabkan
lemahnya kedua ligamentum ini.
Diafragma Pelvis
Diafragma ini dibentuk oleh otot-otot pubokoksigeus dan otot
iliokoksigeus. Otot ini berawal pada tulang pubis bagian dalam dan
menyebar ke arah panggul dan terus ke belakang dan berakhir di
tulang koksigeus. Sebagian menyebar ke vagina sehingga disebut
juga pubovaginalis, sedangkan yang menyebar ke rektum disebut
puborektalis.
Diafragma urogenital
Otot pubokoksigeus kanan dan kiri bersatu dibelakang
rektum seperti membentuk huruf “U”. Tugas otot ini adalah menarik
uretra, vagina dan rektum ke arah atas, ke daerah simfisis.
Perineum (perineal body)
Otot iliokoksigeus berasal dari arkus pubis tendinius, berjalan
ke belakang, bersama-sama dengan otot puborektalis, sebagian
serabut-serabutnya kanan dan kiri, terus berjalan menuju mediorafe
dan ikut membentuk perineum (perineal body). Otot levator ani
berfungsi membuat keseimbangan tekanan intrabdominal dan
tekanan luar. Bila otot ini melemah atau rusak, maka tekanan
abdominal akan lebih tinggi dari pada tekanan luar, dan ini akan
menjadi faktor pendorong timbulnya prolapsus uteri atau turunnya
uterus ke dalam vagina.
D. Klasifikasi
Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli ginekologi. Friedman dan
little (1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi, tetapi klasifikasi
yang dianjurkan adalah sebagai berikut (Junizaf, 2011) :
Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih dalam vagina.\
Prolaps uteri tingkat I, uterus turun, dengan serviks uteri turun paling
rendah sampai introitus vagina.
Prolaps uteri tingkat II,sebagian besar uterus keluar vagina
Prolaps Uteri tingkat III atau prosidensia uteri, uterus keluar seluruhnya
dari vagina, disertai dengan inversio vaginae.
E. Patofisiologi
Uterine Prolaps terjadi ketika otot-otot dasar panggul dan ligamen
meregang menjadi rusak dan lemah, sehingga mereka tidak lagi dapat
mendukung organ-organ panggul, memungkinkan uterus jatuh ke dalam
vagina. Penyokong utama viseral panggul terdiri atas kompleks otot
levator ani dan jaringan ikat pelekat organ-organ panggul (fasia
endopelvic). Kerusakan atau disfungsi dari satu atau kedua komponen ini
dapat menyebabkan terjadinya prolaps. Kompleks otot levator ani
berkontraksi dengan kuat saat istirahat dan menutupi hiatus genitalis serta
memberikan dasar yang stabil untuk viseral panggul. Penurunan tonus otot
levator ani yang disebabkan oleh denervasi atau kerusakan otot secara
langsung menimbulkan pembukaan hiatus genitalis, kelemahan levator
plate dan pembentukan konfigurasi seperti mangkok. Defek yang nyata
pada daerah puboviceral dan iliococcygeal dari kompleks otot levator ani
sesudah melahirkan pervaginam terjadi pada 20% wanita primipara
dengan pemeriksaan MRI, sedangkan pada wanita nulipara tidak terjadi.
Hal ini membuktikan bahwa melahirkan pervaginam berkontribusi untuk
terjadinya prolaps melalui cedera pada otot levator ani (Barsoom, 2013).
Cedera neuropati dari otot levator ani juga dapat disebabkan oleh
melahirkan pervaginam. Wanita yang pernah melahirkan pervaginam
memiliki resiko lebih tinggi mengalami defek neuropati dibandingkan
dengan yang melahirkan melalui seksio sesaria tanpa cedera. Mengedan
terlalu sering saat BAB juga dihubungkan dengan denervasi otot-otot
panggul. Mengedan berlebihan dapat menyebabkan cedera peregangan
saraf pudendal sehingga menimbulkan neuropati (Putra, 2010).
Fasia endopelvic merupakan jaringan ikat yang membungkus semua
organ-organ panggul dan menghubungkannya dengan otot-otot penyokong
dan tulang-tulang panggul. Jaringan ikat ini menahan vagina dan uterus
pada posisi normalnya sehingga memungkinkan pergerakan visceral untuk
menyimpan urin dan feses, berhubungan seksual, melahirkan, dan BAB.
Kerusakan atau peregangan jaringan ikat ini terjadi pada saat melahirkan
pervaginam atau histerektomi, dengan mengedan terlalu sering atau
dengan proses penuaan normal. Bukti tentang abnormalitas jaringan ikat
dan proses perbaikannya pasca cedera menjadi faktor predisposisi
beberapa wanita mengalami prolaps. Wanita yang mengalami prolaps
dapat menunjukkan adanya perubahan metabolisme kolagen, meliputi
penurunan kolagen tipe I dan peningkatan kolagen tipe III (Putra, 2010).
G. Diagnosis
1. Anamnesis (POGI, 2013) :
H. Penatalaksanaan
1. Observasi
Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala.
Mempertahankan prolaps tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang
lebih tepat. Beberapa wanita mungkin lebih memilih untuk mengobservasi
lanjutan dari prolaps. Mereka juga harus memeriksakan diri secara berkala
untuk mencari perkembangan gejala baru atau gangguan (seperti buang air
kecil atau buang air besar terhambat, erosi vagina) (Putra, 2010).
2. Terapi Konservatif
Latihan otot dasar panggul (kegel exercises)
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, Tujuannya untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi
miksi. Caranya dengan menahan otot-otot panggul seolah-olah sedang
mencoba untuk menahan urin. Tahan posisi ini selama sepuluh
hitungan, kemudian lepaskan perlahan-lahan. Lakukan selama sepuluh
kali, empat kali sehari (George, 2013).
Pemasangan pessarium
Pada Kehamilan awal untuk mencegah gejala penyempitan dari
10 sampai 14 minggu akibat prolaps uterus digunakan pesarium
(pesary) yang sesuai dan digunakan sampai bulan ke 4. Apabila dasar
panggul terlalu lemah hingga pessarium terus jatuh maka pasien di
anjurkan istirahat rebah sampai bulan ke 4. Pernah dilaporkan
keberhasilan kehamilan dan pelahiran per vagina setelah fiksasi
uterosakrum sakrospinosum yang dilakukan sebelum kehamilan
(Cunningham, 2012).
Prisip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut membuat
tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina
tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian
bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolaps genitalia ialah
pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah
dapat digunakan pessarium Napier (Doshani, 2007).
3. Terapi Bedah
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah (Badash, 2011) :
Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai
dengan keluarnya dinding vagina (inversio); karena itu mukosa vagina dan
serviks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan.
Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser
dengan paha dan pakaian dalam; hal itu dapat menyebabkan luka dan
radang, dan lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian,
perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita
berusia lanjut
Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke
dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih
kuat, karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta
pembendungan pembuluh darah, serviks uteri mengalami hipertrofi dan
menjadi panjang pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli.
Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus
vaginae atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi
kehamilan.
Infeksi Saluran Kemih
Hemoroid
J. Prognosis
Pada prolaps uteri jika dilakukan management konservatif dan terapi operatif
yang tepat dapat membuat prognosis jangka panjang yang baik (Barsoom,
2013).
BAB III
KESIMPULAN
Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. Clinical Review
2007. [database on the NCBI]. [cited on mei 25, 2015]; 335:819-823.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-
cr-00819.pdf.
Khailullah SA, Masnawati, Saputra RW, dan Hayati M. 2011. Prolapsus Uteri
pada Rumah Sakit Umum DR.Zainoel Abidin Banda Aceh, Indonesia selama
2007 sampai 2010. Departemen Obsgyn FK Univ Syiahkuala.
Manuaba I.B.G. 1998. Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi. Dalam : Ilmu
Kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan
bidan. Jakarta : EGC.
Putra IGM, Pratiwi KY. 2010. Prolaps Organ Panggul. Bagian Obsgyn FK
Udayana / RSU Pusat Sanglah. Denpasar.