Oleh
Debby Amanda 1840312295
Rahmeidia Audya Yusmi 1840312295
Preseptor :
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus di
didapatkan oleh masyarakat dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) TAHUN
1945. Setiap individu mempunyai hak atas kesehatan, baik dalam memperoleh akses
di perlukan.1
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Oleh karena itu, setiap
yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan
termasuk upaya kesehatan reproduksi di masa kritis, seperti kesehatan reproduksi saat
terjadinya bencana.3
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan case session science ini membahas mengenai tinjauan pustaka dan laporan
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klini di bagian
Obstetric dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khusunya
kalangan medis
Makalah ini disusun dengan metode tinjaun kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Oleh karena itu,
kesehatan reproduksi berarti dapat mempunyai kehidupan seks yang aman, dan memiliki
kemampuan untuk bereproduksi termasuk hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga berencana yang aman, efektif
dan terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh
menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk memiliki
perorangan.2
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak
buruk bagi keseshatan reproduksi :2
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi,
serta lokasi tempat tinggal yang terpencil)
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena
saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb)
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
keluarga sebagai pintu masuk utama upaya promosi pelayanan kesehatan reproduksi.2
Peraturan pemerintah RI No 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi :3
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian Ibu. Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam
Tantangan penurunan AKI telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Oleh
karena itu, pada tanggal 1 Agustus 2012, presiden memberikan instruksi agar terkait
bersama lintas program dan lintas sektor terkait telah merumuskan sasaran strategis
Ada 2 indikator dalam pemenuhan komponen kesejahteraan Ibu dan anak yaitu:4
b. Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan :
1. Backlog fighting
Adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun,
dilakukan setiap dua tahun sekali.
2. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi cepat karena
masalah khusus, seperti :
a. Angka kematian bayi tinggi, angka kematian PD3I tinggi
b. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c. Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum
mendapatkan pada saat imunisasi rutin
3. Imunisasi dalam penanganan Kejadian Luar Biasa (Outbreak respons)
4. Kegiatan-kegiatan imunisasi massal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang luas
dan waktu tertentu, dalam angka rangka pemutusan mata rantai penyakit. Antara lain :
a. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Suatu upaya untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio
importasi dengan memberikan vaksin polio kepada setiap balita termasuk
bayi baru lahir tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.
Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali, masing-masing 2 tetes dengan selang
waktu 1 bulan. Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN, disamping untuk
memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi
ulangan polio.
b. Sub PIN
Suat upaya untuk memutus rantai penelaran polio bila ditemukan satu kasus
polio dalam wilayah terbatas (kabupaten) dengan pemberian dua kali
imunisasi polio dalam interval waktu satu bulan secara serentak pada
seluruh sasaran berumur kurang dari satu tahun.
c. Catch up campaign Campak
Suatu upaya untuk pemutusan transmisi penularan virus campak pada anak
sekolah dan balita. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi
campak secara serentak pada anak SD tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada saat catch up
campaign campak di samping untuk memutus transmisi, juga berguna
sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
Berbagai cara untuk ber-KB telah ditawarkan dan berbagai kotrasepsi disediakan
oleh pemerintah, mulai dari cara tradisional, barier, hormonal (pil, suntukan, susuk KB),
dan sebagainya. Bahkan saat ini juga telah tersedia kontrasepsi permane atau yang
disebut debgan kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi). Dari segi hak-hak asasi
manusia, segala jenis kontrasepsi yang ditawarkan haruslah mendapat persetujuan dari
Upaya pencegahan dan penanggulangan ISR di tingkat pelayanan dasar masih jauh
dari yang diharapkan. Upaya tersebut baru dilaksanakan secara terbatas di beberapa
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) HIV-AIDS dan NAPZA pada kelompok
beresiko tinggi, petugas kesehatan, anak sekolah, Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP), tokoh masyarakat, Karang Taruna.
b. Bekerjasama dengan institusi pendidikan untuk Penyuluhan HIV pada generasi muda
c. Pembinaan di Panti Rehabilitasi
d. Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) pada pengguna Napza suntik.
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa,
dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif
cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya
jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses
tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan
remaja (PKPR). Ciri khas pelayanan kesehatan peduli remaja adalah pelayanan
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi usia lanjut ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat
usia lanjut dapat dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan dasar serta rujukannya di
rumah sakit.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia :
kesehatan reproduksi itu sendiri, keluarga berencana, PMS dan pencegahan HIV/AIDS,
seksualitas hubungan manusia dan hubungan gender, dan remaja. Berfungsinya sistem
reproduksi dipengaruhi oleh aspek-aspek dan proses-proses yang terkait pada setiap
tahap dalam lingkungan hidup. Masa kanak-kanak, remaja, pra-nikah, reprodukstif baik
menikah maupun lajang, dan menopause yang pada masa tersebut akan terjadi
Pada saat yang bersamaan dimungkinkan adanya faktor-faktor non klinis yang
menyertai perubahan itu, seperti faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik yang
pembuatan berbagai program yang berlaku secara massal terkait kesehatan reproduksi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA