Vaginitis
Oleh:
Preseptor:
PAYAKUMBUH
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk suatu
atau reproduksi. Agar dapat menghasilkan keturunan yang sehat dibutuhkan pula
Homeostasis dari alat genitalia wanita dihasilkan dari interaksi antara host dan
mikroorganisme yang tumbuh pada mukosa vagina. Lingkungan pada alat genitalia
dunia dan masalah kesehatan masyarakat yang serius tetapi tersembunyi. Infeksi alat
mengganggu kehidupan sex. Infeksi saluran reproduksi dapat terjadi secara primer atau
ditularkan secara langsung melalui sexually transmitted disease (STD) atau infeksi
terjadi. Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi, ataupun efek dari perubahan
Vaginitis ditandai dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering disertai rasa
2
disertai dengan rasa terbakar serta iritasi merupakan akibat dari ketidakseimbangan
berikan, terutama untuk mencegah IMS jika vaginitis didapat dari penyakit IMS.
Pemberian tatalaksana yang tidak sesuai, akan menyebabkan vaginitis akan menetap
dan tidak terobati dengan baik, keadaan ini akan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya bagi penderita, termasuk dapat menularkannya ke orang lain. Oleh karena
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi, faktor
pada vaginitis
berbagai literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Vagina
berfungsi untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Batas dalam secara klinis yaitu forniks anterior, posterior dan
lateralis di sekitar cervix uteri. Vagina menghubungkan genitalia interna dan eksterna.
Panjang ukuran anterior vagina adalah 6,5 cm dan posterior vagina 9 cm. Sumbu vagina
embriologis 2/3 bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri (asal dari entoderm),
Epitel vagina terdiri dari atas epitel skuamosa, terdiri dari beberapa lapis epitel
gepeng tidak bertanduk dan tidak mengandung kelenjar, tapi dapat terjadi transudasi.
Mukosa vagina berlipat-lipat secara horizontal (rugae), di tengah dan bagian belakang
ada yang mengeras, disebut dengan kolumna rugarum. Di bawah epitel vagina terdapat
jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah. Dibawah jaringan ikat
terdapat otot-otot yang sususnannya serupa dengan otot-otot usus. Bagian luar otot
terdapat fasia (jaringan ikat) yang elastis dan akan berkurang keelastisitasannya sesuai
dengan pertambahan usia. Sebelah depan vagina terdapat uretra sepanjang 2,5-4 cm.
Bagian atas vagina berbatsan dengan vesika urinaria sampai ke forniks anterior
vagina.4
4
Gambar 1. Anatomi Vagina
2.2 Vaginitis
2.2.1 Definisi
terjadi. Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat disebabkan oleh
dalam tubuh. Vaginitis ditandai dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering
2.2.2 Epidemiologi
Vaginitis merupakan masalah ginekologis yang paling sering terjadi pada 90%
wanita remaja di dunia, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial (50%),
5
sebelumnya telah melaporkan angka kejadian vaginitis di beberapa negara, diantaranya
Vaginosis bakterial menyerang lebih dari 30% populasi. Dari penelitian pada
bakterial. Wanita dengan riwayat aktivitas seksual beresiko lebih besar mengalami
penyakit ini. Prevalensi meningkat pada wanita perokok, karena diketahui bahwa
mencegah tumbuhnya patogen secara berlebihan. Flora normal ini memiliki fungsi
lain untuk mendapatkan nutrisi dan menempel pada epitel vagina, mereduksi pH vagina
2.2.3 Klasifikasi
berperan penting dalam pemeliharaan ekologi vagina normal. Wanita yang menjalani
menopause, baik secara alami atau sekunder akibat operasi pengangkatan indung telur,
dapat menyebabkan vaginitis atrofi (inflamasi), yang mungkin disertai oleh pelepasan
sekret vagina yang meningkat dan purulen. Selain itu, dapat terjadi dyspareunia dan
6
Pemeriksaan menunjukkan atrofi genitalia eksterior, bersamaan dengan
hilangnya rugae vagina. Mukosa vagina mungkin agak gembur di daerah. Pemeriksaan
jumlah leukosit. Vaginitis atrofi diobati dengan krim vagina estrogen topikal.
dengan vaginitis eksudatif yang menyebar, pengelupasan kulit epitel, dan cairan vagina
temuan pewarnaan Gram menunjukkan tidak adanya bakteri gram positif normal
(lactobacilli).3
Wanita dengan gangguan ini memiliki cairan vagina purulen, vulvovagina rasa
terbakar atau iritasi, dan dispareunia. Gejala yang kurang sering adalah pruritus vulva.
Vagina eritema, dan mungkin ada eritema vulva, bintik-bintik di vulvovagina, dan
kolpitis macularis. PH sekretvagina lebih tinggi dari 4,5 pada pasien tersebut.Terapi
awal adalah penggunaan krim clindamycin 2%, satu aplikator penuh (5 g) intravaginal
satu kali sehari selama 7 hari. Rekurensi terjadi pada sekitar 30% pasien, yang harus
dipertimbangkan.3
7
I. Definisi
Penyakit ini ditandai dengan perubahan secara kompleks baik jumlah dan fungsi
dari flora normal. Jumlah dan konsentrasi hidrogen peroksida akan menurun
nonspesifik atau vaginitis Gardnella. Ini adalah perubahan flora bakteri vagina
II. Epidemiologi
Bentuk paling umum dari vaginitis di Amerika Serikat adalah BV. Bakteri
anaerob dapat ditemukan di kurang dari 1% flora wanita normal. Pada wanita
dengan BV, konsentrasi anaerob, serta G. vaginalis dan Mycoplasma hominis, 100
sampai 1.000 kali lebih tinggi daripada wanita normal. Lactobacilli biasanya tidak
ada.3
III. Etiologi
penyebab infeksi tunggal tetapi lebih merupakan pergeseran komposisi flora vagina
normal. Pada literatur lain, vaginosis bakterialis terjadi akibat adanya gardanela
vaginosis dan infeksi bakteri anaerob pada vagina. Faktor risiko vaginosis bakteria
8
adalah pemakaian IUD. Vaginosis bakteri merupakan salah satu faktor risiko untuk
terjadinya ketuban pecah dini, kelahiran prematur, dan PID (radang panggul).6,7
1. Dapat asimptomatis.
2. Rasa tidak nyaman sekitar vulva vagina (rasa terbakar, gatal), biasanya
Candida albicans.
3. Dispareunia.
V. Diagnosis
9
BV didiagnosis berdasarkan temuan berikut:1,3,6
1. Bau vagina yang mencurigakan, yang terutama terlihat setelah koitus, dan
4. Mikroskopi sekret vagina dengan NaCl 0.9% memperlihatkan banyak sel clue,
sel epitel vagina dengan kerumunan bakteri menempel pada membran sel
sehingga tepinya tidak terlihat jelas dan leukosit tidak ada. Pada kasus lanjut
kurangnya spesifisitasnya.
VI. Terapi
pengobatan BV.
a. Dosis 500 mg yang diberikan secara oral 2x/hari selama 7 hari harus
digunakan.
10
b. Metronidazol gel 0,75% satu kali aplikasi (5 gram) intravaginal 1-
antara 75-84%.
VII. Komplikasi1,3
2.2.3.4 Trikomoniasis
adalah organisme yang tahan dan mampu hidup dalam handuk basah atau
II. Epidemiologi
11
Tingkat transmisi tinggi, terjadi 25% pada semua kasus vaginitis infeksi. 70%
pria mengidap penyakit ini setelah terpapar dengan wanita yang terinfeksi, yang
Trikomoniasis sering ditemukan pada usia remaja dan dewasa yang aktif secara
dilakukan pada perempuan usia 14-49 tahun menemukan bahwa 85% wanita yang
Keluhan dan gejala bisa sangat bervariasi. Gatal-gatal atau rasa panas pada
vagina, rasa sakit dan perdarahan sewaktu berhubungan seksual. Jika terjadi
urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria dan frekuensi berkemih
meningkat.6
Cairan vagina biasanya berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan banyak.
Warnanya bisa abu-abu, putih, atau kuning kehijauan. Kadang terdapat eritema atau
udem pada vulva dan vagina dan dapat mengenai serviks sehinggan tampak eritem
dan rapuh.6
bintik makula eritematosa yang difus pada serviks. Namun, lesi ini hanya
12
terlihat pada 1-2% kasus tanpa menggunakan kolposkopi. Dengan
memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%.
IV. Diagnosis
Gejala dan tanda mungkin jauh lebih ringan pada pasien dengan inokulum kecil
muncul adalah:1,3
1. Cairan vagina yang banyak, purulen, berbuih, dan berbau busuk yang
13
3. Sekret dapat memancar dari vagina.
4. Pada pasien dengan konsentrasi organisme tinggi, eritema vagina dan colpitis
yang sedikit lebih besar di banding sel darah putih. Ia mempunyai flagella dan
jumlah leukosit.
8. Pasien yang terinfeksi tapi tidak ada keluhan dapat di diagnose dengan pap
smear.
V. Tatalaksana
95%.
b. Wanita yang tidak respon dengan terapi awal harus diobati lagi dengan
metronidazol, 500 mg, dua kali sehari selama 7 hari. Jika pengobatan
2-g satu kali sehari selama 5 hari atau tinidazol, 2 g, dalam dosis tunggal
selama 5 hari.
14
2. Rujuk jika pasien:
b. Kemungkinan reinfeksi
3. Dalam kasus refraktori yang tidak umum ini, bagian penting dari manajemen
VI. Komplikasi
berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Karena
infeksi ini harus diuji untuk penyakit menular seksual lainnya (PMS), terutama
dipertimbangkan.3
I. Definisi
(epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh spesies Candida. KVV merupakan
infeksi jamur oportunistik yang dapat terjadi secara primer atau sekunder dan dapat
15
bersifat akut, subakut maupun kronis episodik. Infeksi kronis bila berlangsung
yang mengalami kekambuhan 4 kali atau lebih dalam setahun. Pada umumnya
infeksi disebabkan adanya kolonisasi yang berlebihan dari spesies Candida yang
sebelumnya bersifat saprofit pada vulva dan vagina, dan jarang disebabkan karena
mendapat sumber infeksi dari luar (sumber infeksi dari tanaman, lingkungan, udara
dan tanah).2
II. Epidemiologi
terjadi pada banyak perempuan selama hidupnya, dengan persentase sekitar 70-
75% wanita mendapatkan setidaknya sekali infeksi KVV selama masa hidupnya,
kedua.1
Candida tropicalis. Penyakit ini bukan merupakan penyakit IMS, karena kandida
16
Faktor risiko terjadinya vaginitis vagina adalah imunodefisiensi atau
terapi antibiotika spektrum luas jangka panjang dan obesitas. KVV juga erat
hubungannya dengan lingkungan yang hangat dan lembab, pakaian rapat dan ketat,
IV. Patogenesis
Candida terdapat dalam 2 bentuk yaitu bentuk sel (spora) dan bentuk miselia
(hifa). Koloni jamur tumbuh secara aktif menjadi miselia dan umumnya ditemukan
dimulai dari perlekatan sel Candida pada epitel vagina dan selanjutnya menjadi
bentuk miselia. Hifa Candida kemudian tumbuh dan berkolonisasi pada permukaan
vagina. Percobaan in vitro menunjukkan proses perlekatan ini, hifa yang tumbuh
dan berkolonisasi lebih tinggi oleh adanya perubahan estrogen. Penemuan ini dapat
terjadi pada perempuan yang berada pada periode antara menarche dan
menopause.1,10
Selain itu Candida albicans dapat memproduksi enzim protease yang bekerja
optimal pada pH normal vagina. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan jamur yang
dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat merusak epitel vagina sehingga
jamur.1,10
17
Sejumlah kecil dari kelompok penderita kandidosis vulvovaginalis ini
mengalami episode kronis atau rekuren. Hal ini disebabkan oleh infeksi berulang
pada vagina, fase interseluler yang menetap dari organisme Candida, serta faktor
18
V. Gambaran klinis
Keluhan subjektif penderita dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala
yang ringan didapatkan pada infeksi karena Candida albicans, sedangkan Candida
relatif lebih resisten terhadap pengobatan dan sering terjadi rekurensi (KWR).6,7,11
1. Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal, gejala
yang lebih sering adalah pruritus vulva. Keputihan tidak selalu ada dan
2. Iritasi vagina.
rasa panas.
3. Vaginal trush yaitu bercak putih terdiri atas gumpalan jamur, jaringan
4. Dispareuni
5. Disuria.
6. Cairan vagina berwarna putih seperti susu, kental dan tidak berbau dapat
VI. Diagnosa
19
kadang dijumpai gambaran khas berupa vaginal trush yaitu bercak putih
terdiri atas gumpalan jamur, jaringan nekrosis sel epitel yang menempel
pada dinding vagina. Rasa sakit di daerah vagina, iritasi, rasa panas,
dispareuni dan sakit bila buang air kecil adalah gejala sering yang biasa
ditemukan. Sekret berwarna putih seperti krim susu/keju atau kuning tebal,
tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal dan tidak
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Mikroskopis : Deteksi sel-sel ragi atau hifa dengan pewarnaan gram dari
diberi larutan KOH 10-20% dan dipulas dengan pewarnaan Gram. Dengan
ditambahkan pada media. Kolonisasi jamur akan tumbuh dalam 24-48 jam
pada suhu 20-35oC. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, tepi seperti lensa
atau Nickerson Polysacharide Trypan Blue pada suhu 25oC, biakan akan
VIII. Tatalaksana
20
Berikut ini adalah yang penting dilakukan dalam pengobatan kandidosis
vulvovaginitis.12
3. Untuk infeksi rekuren sebaiknya selalu dilakukan kultur dan uji sensitivitas
antijamur.
21
Macam obat antijamur yang digunakan untuk terapi kandidosis
vulvovaginitis:12
100 mg cap
22
2.2.4 Diagnosis Banding1
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat disebabkan oleh
idiopatik).
2. Penegakkan diagnostik vaginitis didasarkan pada gejala klinis yang muncul, faktor
baik.
digunakan terapi metronidazol dan klindamisin baik oral maupun topikal, untuk
vulvovaginalis.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakimi M. 2011. Radang dan Beberapa Penyakit Lain Pada Alat Genital dalam
218-237.
2. Srinivasan S dan Fredricks DN. 2008. The Human Vaginal Bacterial Biota And
3. Berek, Jonathan S. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition. 2007. Lippincott
4. Gunardi ER, Wiknjosastro H. Anatomi Panggul dan Anatomi Isi Rongga Panggul
5. Lamont RF, Akins JD, Hassan SS, Chaiworapongsat, dan Romero. 2011. The
Beberapa Penyakit Lain Pada Alat Genital Wanita dalam Ilmu Kandungan.
7. Hakim L. 2009. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. In: Daili, S.F., et al.,Infeksi
th
Menular Seksual. 4 ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 3-16.
Gynecol. Vol.21(5):371-8.
25
9. Sutton M, Sternberg M, Koumans EH, McQuillan G, Berman S, dan Markowitz L.
Age Women In The United States, 2001-2004. Clin Infect Dis. Vol. 45(10):1319-
26.
11. Anderson DJ. 2008. Genitourinary Immune Defense. Dalam: Holmes KK, Sparling
PF, StammWE,Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, editor:
12. Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, dan Ross J. 2011. European Guideline For
26