PROLAP UTERI
1.1.2 Fisiologi
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium, diantarkan
melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal terjadi
di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum
yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di dalamnya.
Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40
minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih
kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga
abdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi (Pearce, 2009).
1.2 KONSEP PENYAKIT PROLAP UTERI
1.2.1 Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang
mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan
(Bobak, 2002).
Prolapsus uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke
dalam liang vagina. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat
yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan
normal menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau
hiatus genitalis. (Pajario, 2004).
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh
karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal
menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis (Wiknjosastro, 2007).
Prolapsus uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus
genitalis karena kelemahan otot atau fascia yang menyokongnya.
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua, dan wanita yang bekerja berat. Pertolongan
persalinan yang tidak terampil seperti memimpin meneran pada saat
pembukaan rahim belum lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat
menyebabkan lemahnya jaringan ikat penyangga vagina, seorang ibu
dengan multigravida sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor,
juga dapat memicu terjadinya prolaps uteri.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi
elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada
enterokel.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya.
KLASIFIKASI PROLAPSUS UTERI
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus
vagina
Tingkat II : Uterus sebagian keluar dari vagina
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai
dengan inversio vagina (PROSIDENSIA UTERI)
1.2.2 Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk
porolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada
pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk
mengeluarkan plasenta dsb. Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus
genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Asdites dan
tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya hal tersebut.
Bila prolapsus uteri dijumpai pada multipara, faktor penyebabnya adalah
kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.
(Wiknjosastro, 2007).
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penataksanaan pengeluaran
plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik. Pada
Menopause, hormon esterogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah (Wiknjosastro, 2007).
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara
lain (Hanifa, 2007):
1. Faktor bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga
mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka
mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan
tidak diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan
ligamen pada peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga
dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang agak rendah
dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang
dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.
2. Exercise
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan
melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang
memegang kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat
dihindari tetapi dapat. dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika
seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk
menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung.
Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting
untuk mencegah prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise
ini merupakan salah satu yang menyebabkan kekenduran atau
prolapsus uteri.
3. Usia/Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural
yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan
oleh karena penyakit seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan
hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan
ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka
panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah
sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat
kekurangan hormon karena menopause. Semakin bertambahnya
usia, otot-otot dasar panggul pun akan semakin melemah.
4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan
kerusakan otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar
panggul mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam
panggul bisa mengalami penurunan.
5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan
tekanan di perut menahun.
Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya tumor di
rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air
besar berkepanjangan.
1.2.4 Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam beberapa tingkat, dari yang paling ringan
sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya
persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-
kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik, dan
otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan
penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti
pada penderita dalam manopause (Wiknjosastro, 2007).
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita
tersebut, dan lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya
trauma obstetrik, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,
dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya, yang kurang lancar,
atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel.
Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum uretra. Pada divertikulum
keadaan uretra dan kandung kencing normal, hanya dibelakang uretra
ada lubang, yang membuat kantong antara uretra dan vagina
(Wiknjosastro, 2007).
Kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma
obstetrik atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum
kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol ke lumen
vagina yang dinamakan rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum
dauglasi. Dinding vagina atas bagian belakang turun dan menonjol
kedepan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum
(Wiknjosastro, 2007).
1.2.5 Pathway
PROLAP GANGGUAN
UTERI RASA
NYAMAN
Gesekan Portio
Uteri
RESIKO RESIKO
INFEKSI PERDARAHAN
1.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut (Wiknjosatro,
2007). adalah:
1. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitus
3. Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli
4. Gangguan miksi dan stress incontinence
5. Infeksi jalan kencing
6. Kemandulan
7. Kesulitan pada waktu partus
8. Hemoroid
9. Inkarserasi usus halus
1.2.7 Prognosis
Sebagian besar wanita dengan prolapsus uteri ringan tidak mengalami
gejala dan tidak butuh pengobatan. Pessarium vagina dapat sangat
efektif untuk banyak wanita dengan prolapsus uteri.tindakan operasi
selalu memberikan hasil yang memuaskan, meskipun beberapa wanita
mungkin membutuhkan pengobatan lagi di masa akan datang untuk
prolapsus dinding vagina yang berulang.
1.3.3 Perencanaan
Diagnosa 1:Gangguan Rasa Nyaman
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Mampu mengontrol kecemasaan
Status lingkungan yang nyaman
Mengontrol nyeri
Agresi pengendalian diri
Status kenyamanan meningkat
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
presepsi
Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Diagnosa 2: Resiko Infeksi
2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentanan terhadap infeksi