Anda di halaman 1dari 4

Faktor risiko

Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, didugahal berikut
dapat menjadi faktor risiko terbentuknya katarak senilis yaitu :
1. Usia
Hasil uji statistik yang dilakukan oleh Miranty (2016) menunjukkan bahwa risiko untuk
menderita katarak bagi responden yang berusia 45 tahun adalah 14,397 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang berusia <45 tahun. Dengan semakin meningkatnya
usia maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru. Serat-
serat yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong kearah tengah membentuk nucleus. Nucleus
ini akan memadat dan mengalami dehidrasi sehingga tejadi sklerosis. Sklerosis ini
menyebabkan lensa tidak elastis, menjadi kompak dan kesanggupan akomodasi menjadi
turun. Perubahan ini secara nyata dimulai dari usia 40 tahun, kemudian meningkat hingga 2
kali lipat saat usia 65 tahun, dan mencapai 3 kali lipat pada usia 77 tahun ( Van den Berg et
al., 2007).
2. Jenis Kelamin
Hasil uji statistic yang dilakukan oleh Miranty (2016) menunjukkan bahwa risiko untuk
menderita katarak bagi responden yang berjenis kelamin perempuan adalah 4,354 kali lebih
besar dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Penelitian terkini
menunjukkan bahwa kataraktogenesis pada perempuan dapat dicegah karena ada sifat
mitogenik dan antioksidatif 17 -estradiol terhadap sel epitel lensa manusia pada kondisi
yang fisiologis, yaitu sebesar 0,1-10 nM (Younan C, 2002).
3. Jenis Pekerjaan
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) terdapat beberapa pekerjaan yang cukup berisiko
untuk terjadinya katarak di antaranya adalah petani, buruh dan nelayan. Hal ini sejalan
dengan pekerjaan responden pada saat penelitian yang dilakukan oleh Miranty (2016) dengan
responden kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai petani, buruh dan pedagang keliling, jenis
pekerjaan yang berada diluar gedung dikaitkan dengan paparan sinar ultraviolet langsung.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa risiko untuk menderita katarak bagi responden
dengan risiko tinggi mempunyai pekerjaan di luar gedung adalah 2,935 kali lebih besar
dibandingkan responden dengan risiko rendah bekerja di dalam gedung. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan yang berada diluar gedung
dengan kejadian katarak senilis.
Dalam penelitiannya Ulandari (2014), apabila dalam waktu yang lama bekerja diluar
gedung dan terpapar sinar matahari, akan sangat berbahaya karena radiasi sinar ultraviolet
dari matahari akan diserap oleh lensa, sehingga akan menyebabkan lensa menjadi keruh.
Masuknya radiasi sinar ultraviolet secara langsung kedalam mata dapat dikurangi dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti topi saat bekerja diluar gedung. Bahaya akan sinar
ultraviolet ini belum banyak diketahui oleh responden sehingga perlu diadakannya
penyuluhan atau promosi kesehatan untuk menggunakan alat pelindung diri saat berada
diluar gedung.
4. Paparan Sinar Matahari
Dari hasil uji statistik yang dilakukan oleh Didik (2013) diketahui ada hubungan yang
bermakna antara tingkat kematangan katarak senilis dengan pekerjaan responden di rumah
sakit William Booth Semarang. Dapat disampaikan bahwa pekerjaan responden yang berada
diluar ruangan (lapangan) tingkat kematangan kataraknya terlihat meningkat. Responden
pada kelompok pekerja lapangan dengan tingkat kematangan katarak matur persentasenya
lebih tinggi (62%) dibanding dengan responden pada kelompok pekerja dalam ruangan
(41.9%) demikian juga untuk tingkat kematangan katarak imatur.
Sinar ultraviolet yang berasal dari matahari akan diserap oleh protein lensa terutama asam
amino aromatic, yaitu triptofan, fenil alanin dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi
fotokimia dan menghasilkan fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti anion
superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida yang semuanya
bersifat toksik. Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi patologis dalam
jaringan lensa dan senyawa toksik lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus
sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein lensa sehingga terjadi
cross link pada intra protein dan menambah jumlah high molecular weight protein sehingga
terjadi agregasi protein tersebut, kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut
katarak. Jika terpapar sinar matahari selama 12 jam sama dengan meningkatkan risiko
terjadinya katarak sebanyak 3,8 kali. (Pujiyanto, 2004).

5. Faktor Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Echebiri, dkk (2010) menyebutkan bahwa risiko katarak
sangat terkait pada responden dengan pendidikan yang rendah, dimana responden yang
berpendidikan mempunya risiko 2,42 kali menderita katarak. Pendidikan yang rendah pada
masyarakat juga akan berdampak pada tidak adanya pemahaman dan kesadaran akan
penyakit katarak tersebut ditambah lagi dengan sangat kurangnya informasi atau penyuluhan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendidikan rendah tidak terkait langsung dengan
terjadinya katarak, tetapi biasanya berhubungan dengan pekerjaan. Seseorang dengan tingkat
pendidikan rendah, biasanya akan bekerja sebagai petani, nelayan atau buruh kasar sehingga
kecenderungan untuk terpapar oleh sinar ultraviolet akan lebih sering.
6. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu risiko untuk terjadinya katarak. Diet kaya laktosa
atau galaktosa dapat menyebabkan katarak. Begitu juga diet rendah riboflavin, triptofan dan
berbagai macam asam amino lain. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya, bahwa
konsumsi sayur dan buah yang banyak mengandung antioksidan seperti askorbat, karotenoid,
vitamin E dan enzim antioksidan dapat memproteksi protein dan unsur lain yang dapat
melawan stress oksidatif (Lutfah et, al, 2009).
7. Merokok
Hasil uji statistic yang dilakukan oleh Miranty (2016) menunjukkan bahwa risiko untuk
menderita katarak bagi responden yang memiiki kebiasaan merokok adalah 2,771 kali lebih
berisiko terkena penyakit katarak dibanding responden yang tidak merokok sama sekali.
Mekanisme aksi dari merokok pada katarak senilis tidak sepenuhnya diketahui, tapi ada
beberapa kemungkinan mekanisme biologis. Pertama, merokok menyebabkan adanya proses
oksidatif melalui aktivitas radikal bebas didalam tubuh yang berlebihan sehingga
menyebabkan oksidasi dan peroksidasi dari lipid. Disisi lain, merokok bisa menyebabkan
stress oksidatif pada lensa secara tidak langsung melalui penipisan dari antioksidan endogen,
seperti vitamin C, vitamin E dan -karoten. Kedua, tembakau mengandung logam berat
seperti kadmium, timah dan tembaga yang akan terakumulasi dan menyebabkan toksisitas
langsung. Ketiga, level sianida dan aldehid akan meningkat didalam darah perokok, sehingga
terjadi perubahan pada protein lensa, yang menyebabkan opasitas lensa secara in vitro
(Khurana, 2007).
Penelitian lain menyebutkan bahwa jumlah rokok juga mempengaruhi peningkatan risiko
terjadinya katarak, dilaporkan perokok dengan jumlah lebih 20 batang sehari akan
meningkatkan risiko menjadi katarak hampir 2 kali lipat lebih tinggi (WHO, 1996).

Anda mungkin juga menyukai