Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT KATARAK

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya

terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak

kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,

penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,

pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis

anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).

Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan

lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman

penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara

normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.

Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua

mata dan berjalan progresif.

Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang

normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh

berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.


A.FAKTOR RESIKO PENYAKIT KATARAK

Faktor resiko terjadinya Katarak sangat bervariasi bergantung dari proses

patogenesis. proses umur, genetik, makanan, Diabetes Melitus, radiasi ultra violet,

merokok merupakan faktor penyebab terjadinya Katarak.Katarak adalah penyakit

degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun

faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain adalah umur, jenis

kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara

lain adalah pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial

ekonomi dan status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam

hubungannya dengan paparan sinar ultraviolet.

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :


Gambar 1. Proses terjadinya katarak (dikutip Faktor Resiko Buta Katarak Usia

Produktif : Tinjauan Khusus Terhadap Enzim Glutation Reduktase dan Ribolflavin

Darah, 2000)

1. Pekerjaan

Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari.

Suatu penelitian yang menilai secara individual, menunjukkan nelayan

mempunyai jumlah paparan terhadap sinar ultraviolet yang tinggi sehingga


meningkatkan resiko terjadinya katarak kortikal dan katarak posterior

subkapsular.

2. Lingkungan (Geografis)

Katarak khususnya lebih banyak dijumpai di negara berkembang yang berlokasi

di khatulistiwa. Hampir semua studi epidemioologi melaporkan tingginya

prevalensi katarak di daerah yang banyak terkena sinar ultraviolet. Penduduk

yang tinggal di daerah berlainan tidak hanya berbeda dalam hal paparan sinar

ultraviolet, tapi juga dalam hal paparan oleh karena berbagai faktor lain. Ada

suatu penelitian dari Nepal dan Cina melaporkan variasi prevalensi penduduk

yang tinggal di ketingian berbeda. Dijumpai prevalensi katarak senilis yang lebih

tinggi di Tibet yakni 60% dibandingkan di Beijing.

3. Pendidikan

Dari beberapa pengamatan dan survei di masyarakat diperoleh prevalensi

katarak lebih tingi pada kelompok yang berpendidikan lebih rendah.

Meskipun tidak ditemukan hubungan langsung antara tingkat pendidikan

dan kejadian katarak, namun tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

status sosial ekonomi temasuk pekerjaan dan status gizi.

4. Nutrisi

Walaupun defisiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada hewan, tapi

etiologi ini sulit untuk dipastikan pada manusia. Beberapa penelitian

mendapatkan bahwa multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E,

niasin, tiamin, riboflavin, beta karoten, dan peningkatan protein

mempunyai efek protektif terhadap perkembangan katarak. Lutein dan

zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam lensa


manusia, dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan resiko

katarak dengan peningkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein

(bayam, brokoli). Dengan memakan bayam yang telah dimasak lebih dari

dua kali dalam semingu dapat menurunkan resiko katarak.

5. Merokok

Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif

dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan

karetenoid. Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen -3

hydroxykhynurine dan chromophores, yang menyebabkan terjadinya

penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan

terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

6. Diare

Dideskripsikan oleh Harding, diare berperan dalam kataraktogenesis

melalui 4 cara yaitu malnutrisi, asidosis, dehidrasi, dan tingginya kadar

urea dalam darah.


Gambar 2. Skema spekulatif yang menggambarkan 4 cara utama dimana

diare dapat berpengaruh dalam kataraktogenesis (dikutip dari Anatomy and

Phsysiology of Eye, 2005)

7. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi,

dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka

meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa

dari akuos masuk ke dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa

dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh


enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi

tetap berada dalam lensa

8. Alkohol

Peminum alkohol kronis mempunyai resiko tinggi terkena berbagai

penyakit mata, termasuk katarak. Dalam banyak penelitian alkohol

berperan dalam terjadinya katarak. Alkohol secara langsung bekerja pada

protein lensa dan secara tidak langsung dengan cara mempengaruhi

penyerapan nutrisi penting pada lensa.

9. Obat-obatan

Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang mempunyai

potensi kataraktogenik. Obat-obatan yang meningkatkan resiko katarak

adalah kortikosteroid, fenotiazin, miotikum, kemoterapi, diuretik, obat

penenang, obat rematik, dan lain-lain.

10. Gender

Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah terlalu

besar tetapi secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian.

Tinngginya prevalensi pada perempuan terutama untuk resiko terjadinya

katarak kortikal.
B.EPIDEMIOLOGI KATARAK

Frekuesi

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang

usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan

lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi

katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi

katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami

kebutaan akibat katarak.

Distribusi

1.umur

Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat

menggangu penglihatan dari penglihatan kabur sampai menjadi buta. penyakit

katarak di Indonesia banyak terjadi pada umur di atas 40 tahun padahal sebagai

penyakit yang degeneratif buta katarak umumnya terjadi pada usialanjut ( SKRT-

SURKESNAS 2001).

Salah satu teori menyatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran

dalam melindungi lensa dari degenerasi,jumlah enzim akan menurun dengan

bertambahnya usia. Katarak biasanya terjadi bilateral,namun mempunyai

kecepatan yang berbeda,Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan

matang “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.( Brunner &

Suddarth,KMB vol 3).

Di Indonesia ,katarak merupakan penyebab utama kebutaan prevalensi

buta katarak 0,78% dari prevalensi kebutaan 1,5% pertahun.walaupun katarak


merupakan penyakit usia lanjut ,namun 16-20% buta katarak telah dialami

penduduk indonesia pada usia 40-50 tahun,( Badan Biro Statistik BPS 2004)

Sedangkan di daerah maju seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan

Jepang, kasus katarak terjadi pada orang berusia 60 tahun. Artinya orang

Indonesia lebih awal megidap katarak.

2. Jenis kelamin

Kejadian pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria karena pada

wanita terjadi monopause. Saat itu biasanya ada gangguan hormonal sehingga ada

jaringan-jaringan tubuh yang mudah rusak.

Berdasarkan hasi penelitian yang dilakukan oleh Framingham eye

study (NHANES ) DiPunjab India ditemukan indikasi bahwa penderita katarak

wanita lebih tinggi dibandingakn laki-laki terutama diatas umur 60 tahun,tetapi

belum ada penjelasan yang mendasari ,mungkin karena umur harapan hidup

wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.

3. Tempat

Angka kejadian katarak memang paling banyak terjadi di daerah

ekuator, daerah yang panas dengan intensitas paparan sinar ultraviolet matahari

tinggi. Sedangkan Indonesia sendiri merupakan salah satu negara khatulistiwa.

(dikutip dari http://www.surabayapost.co.id )


Determinan

Seperti yang di jelaskan di faktor resiko yakni yang berpengaruh

adalah Nutrisi ,Merokok, Diare , Diabetes Mellitus, Alkohol,dan Obat-obatan tertentu.

C.PENCEGAHAN PENYAKIT KATARAK

Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda

pembentukan atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak

suplemen dapatmemperlambat pertumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya

bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi

dapat mencegah terjadinya katarak:

 Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok

dan sunar ultra violet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi

dosis jika mengalami diare. Vitamin E 200 IU dua kali sehari.

 Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.

 Billberry, membantu membuang racun dari lensa mata dan retina.

Kombinasi billbery dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan

pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang yang diteliti. Dosis yang tepat

adalah 80 mg dan dikosumsi 3 kali sehari.

 Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg

sehari (pafi sebelum makan).

 Ekstrak biji anggur (grape seed), menguatkan pembuluh darah halus di

bagian mata, 100 mg 2 kali sehari.


Kebiasaaan yang Perlu Anda Lakukan

 Stop merokok jika anda merokok.

 Lindungi mata dari cahaya matahari langsung dengan menggunakan

kacamata matahari.

 Gunakan topi yang lebar saat anda berada di luar.

 Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan

sayuran segar.

Anda mungkin juga menyukai