Disusun Oleh:
Ayik Sisma
Nim : 1711011047
Penulis berharap semoga makalah ini dapat pembaca dalam mempelajari materi tentang
“Analisis Jurnal Evaluasi Pelaksanaan Surveilans Kasus Demam Berdarah Dengue Di
Puskesmas Putat Jaya Berdasarkan Atribut Surveilans” Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan penulis lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
B. Peneliti....................................................................................................... 1
C. Ringkasan Jurnal........................................................................................ 1
D. Tujuan Penelitian....................................................................................... 1
E. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
F. Metode Peneliti.......................................................................................... 2
A Pengertian Obesitas.................................................................................... 3
B. Patofisiologi............................................................................................... 3
C. Etiologi...................................................................................................... 3
D. Gejala Obesitas.......................................................................................... 4
E.Jenis-Jenis Obesitas.................................................................................... 4
G. Penanganan Obesitas................................................................................. 6
A. Kesimpulan................................................................................................ 8
B. Saran.......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
B. Peneliti :
C. Ringkasan Jurnal
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap
orang.Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh
melebihi berat yang diinginkan.
D. Tujuan Peneliti
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membahas jauh
lebihdalam dan memahami mengenai pengertian obesitas, faktor dan penyebab serta
caramenanggulangi masalah obesitas
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode narasi, adapun teknik
yangdigunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku, browsing internet dan
sumberlain untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan obesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Obesitas
Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan adalah dampak dari konsumsienergy
yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalamtubuh sebagai
lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu badan akan bertambah beratdisamping faktor
kelebihan konsumsi energi, faktor keturunan juga mempunyai andil dalamkegemukan
(muchatadi, 2001).
Obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi,
penyebabnya ada yang bersifat Eksogenetis dan Endogenous. Penyebab Eksogenetismisalnya
kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan tinggi kalori tanpadiimbangi oleh
aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus energinya disimpan sebagai lemaktubuh (khomsan,
2004).
Dari segi obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbundalam
jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang kadang terjadi peluasankedalam
jaringan organnya, dari segi ilmu gizi obesitas, penimbun trigliseida yang berlebihandi jaringan-
jaringan tubuh.
B. Patofisiologi
Metode menentukan apakan ada obesitas
1. Perbandingan berat dengan tabel berat badan yang diinginkan menurut tinggi
2. Indeks masa tubuh (BMI) > 27,8 untuk laki-laki / 27,3 untuk wanita.Formula BMI adalah
berat (kg) : tinggi (m)
3. Pengukuran lemak supkutan, lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki, 25,1 mm untuk
wanitatelah dipergunakan sebagai indikator obesitas.
C. Etiologi
1. Genetik : Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkandari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh
orangtua kandung.
2. Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak
bolehmakan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis).
Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
3. Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,
berduka/depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar, ex:
Iklanmakanan/kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.
4. Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini
seringmenyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan, Ex: kelainan
endokrin / sepertiHipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsikalori yang
berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney moore, 1994).
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yangkeluar.
Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh danolah raga.
Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung
berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar iniditentukan oleh genetik atau
keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapatmeningkatkan jumlah penggunaan kalori
keseluruhan.
D. Gejala Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saattidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung
bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangankaki).
Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebihsempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas
tubuh tidak dapat dibuangsecara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering
ditemukan edema(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuhmenggunakan
alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentumenggunakan alat
kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur denganmenggunakan meteran. Secara
sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitungIndeks Massa Tubuh, yaitu membagi
berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2)atauIMT = Perhitungan ini tidak berlaku
bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak.
E. Jenis-Jenis Obesitas
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat badan
ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 3 derajat obesitas yaitu:
Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya kegemukan baiksebagai
penyebab tunggal maupun penyakit lainnya. Ketidakseimbangan antara masukankaliori dan
pemakaian dapat disebabkan banyak faktor, antara lain:
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebabgenetik. Tetapi
anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaangaya hidup,
yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-
ratafaktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.2.
©2018. Sofa. Open access under CC BY – SA license.
G. Penangan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang
paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting
dalammempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan
perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.Langkah
awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita danresiko kesehatannya
dengan cara menghitung BMI.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda
dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
©2018. Sofa. Open access under CC BY – SA license.
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yangharus
dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin,
mineraldan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil.
3. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan
kesehatansecara menyeluruh.
4. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat
badantercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian
berat badan.Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan
aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu
menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan
perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan
rencana jangka panjang untuk mengatasimasalah berat badan.
BAB III
PENUTUP
B. Saran
Untuk mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara kelebihan dankeluaran
kalori yang digunakan oleh tubuh.
Untuk para pembaca agar selalu menjaga keseimbangan tubuh sesuai denganlingkungan
dan aktifitasnya sehari-hari
The Incidence of Obesity, Central Obesity, and Excessive Visceral Fat among
Elderly Women
ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas, obesitas sentral, dan lemak viseral merupakan penumpukan lemak
tubuh yang berlebihan dan berisiko untuk menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti
jantung iskemi dan stroke serta dapat meningkatkan risiko kerusakan tulang pada lansia.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko obesitas, obesitas
sentral, dan kelebihan lemak viseral pada lansia wanita.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif.
Sampel dari penelitian ini adalah 81 lansia wanita yang menjadi anggota posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Jagir, Wonokromo, Surabaya. Pengumpulan data menggunakan food
recall 3 x 24 jam, antropometri (berat badan, tinggi badan, dan lingkar perut), lemak viseral
menggunakan Bio Impedance Analysis (BIA), serta kuesioner terkait data diri subjek. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menujukkan rata-rata usia subjek adalah 67,12±5,97. Sebagian besar
subjek memiliki riwayat pendidikan rendah (71,6%) dan sebanyak 87,7% subjek tidak bekerja.
Rata-rata asupan zat gizi subjek lebih rendah jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Sebanyak 34,6% subjek mengalami obesitas; angka kejadian obesitas sentral yaitu
17,3%; dan 28,4% subjek memiliki lemak viseral tubuh berlebih. Uji statistik menunjukkan
hubungan signifikan antara usia dengan obesitas (p-value = 0,042), usia dengan obesitas sentral
(p-value = 0,009) tetapi usia dengan lemak viseral tidak memiliki hubungan signifikan (p-
value = 0,163). Asupan makanan harian, pendidikan, dan pekerjaan tidak menunjukkan
hubungan signifikan dengan obesitas, obesitas sentral, maupun lemak viseral (p-value > 0,05).
Kesimpulan: Pada lansia, risiko mengalami obesitas maupun obesitas sentral semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia. Lemak viseral tidak berhubungan dengan usia.
ABSTRACT
Background: Obesity, central obesity, and visceral fat is an excessive fat that can release
various types of diseases such as cardiovascular disease, stroke and can increase the risk of
bone damage in the elderly.
Methods: This was an observational analytic study with cross sectional design. The samples of
the study were 81 elderly women registered as member of Posyandu Lansia in the working area
of Puskesmas
Results: The results showed that the mean age of the subjects were 67.12±5.97 years old. Most
of the subjects have low education (71.6%) and 87.7% of subjects didn’t work. The mean value of
daily energy intake was 1074.31±298.67 kcal. There were 34.6% obese subjects, only 17.3%
subjects didn’t experience central obesity, and 28.4% of subjects had excess body visceral fat.
The statistical test showed significant correlation between age with obesity (p-value=0.042), age
with central obesity (p-value=0.009) but age with visceral fat had no significant correlation (p-
value=0.163). Daily food intake, education, and occupation did not show significant correlation
with obesity, central obesity, or visceral fat (p-value>0.05).
Conclusions: The risk for obesity and central obesity was decreased with aging in elderly but not
with visceral fat.
*Koresponden:
iramayasofa16@gmail.com
wiraswasta, petani, nelayan, atau buruh. karbohidrat, dan serat lebih rendah (<
Rata- rata indeks masa tubuh (IMT) 80%)26 dibandingkan dengan Angka
responden yaitu sebesar 25,47±4,48 kg/m 2 Kecukupan Gizi untuk lansia wanita (65 – 80
dan termasuk ke dalam kategori berat tahun) yaitu energi 1550 kkal; protein 56
badan lebih. Penelitian yang dilakukan di gram; lemak 43 gram; karbohidrat
Brazil terkait peningkatan berat pada lansia
wanita, rata-rata IMT subjek yaitu 25,6
kg/m2 25. Rata-rata subjek penelitian ini
mengalami obesitas sentral jika
dibandingkan dengan standar lingkar perut
perempuan normal. Persentase lemak
viseral tubuh dari subjek penelitian rata-
rata masih tergolong normal yaitu kurang
dari sama dengan 9,5 persen. Untuk rata-
rata asupan harian, asupan energi, protein,
252 gram; dan serat 22 gram. Hal ini menyukai makanan berlemak karena
kemungkinan disebabkan oleh penurunan memiliki rasa yang lebih enak sehingga
nafsu makan yang dialami oleh lansia asupan lemaknya lebih banyak jika
karena perubahan fisiologis seperti dibandingkan dengan zat gizi lain28. Prevalensi
perubahan sistem pencernaan dan lansia wanita yang
hormonal atau dapat juga disebabkan mengalami obesitas pada penelitian ini adalah
karena penyakit yang diderita27. Asupan sebanyak 34,6%. Pada penelitian yang
lemak dari subjek penelitian ini rata- rata dilakukan di Korea ditemukan 37,8% lansia
sudah mencukupi kebutuhan berdasarkan mengalami obesitas28. Sebagian besar
AKG yaitu 104,28% kebutuhan lemak subjek
(44,84 gram). Lansia lebih cenderung
mengalami obesitas sentral dan hanya Pada Tabel 2 dapat dilihat hubungan
17,3% yang memiliki lingkar perut normal. antara usia, asupan harian, pendidikan, dan
Penelitian yang dilakukan pada komunitas pekerjaan (variabel independen) dengan
Ahmedabad, India juga menunjukkan obesitas, obesitas sentral, dan kelebihan
prevalensi obesitas sentral yang lebih dari lemak viseral (variabel dependen). Dari
50% pada jenis kelamin wanita29. Namun, tabel tersebut, dapat diketahui bahwa
penelitian yang dilakukan di Padang asupan harian, pendidikan, dan pekerjaan
menemukan sebanyak 46,5% lansia wanita tidak menujukkan hubungan yang
mengalami obesitas sentral30. Sebanyak signifikan terhadap obesitas, obesitas
28,4% subjek memiliki persentase lemak sentral, maupun kelebihan lemak viseral (p-
viseral tubuh yang berlebih. Kelebihan value > 0,05). Tetapi, pada penelitian ini
lemak viseral pada lansia dapat hanya usia yang memiliki hubungan
meningkatkan risiko untuk terjadinya signifikan dengan obesitas dan obesitas
resistensi insulin 19. sentral (p-value < 0,05).
90
80
70
60
50
40 Normal
30
20 Kelebihan
10
0
Status ObesitasStatus ObesitasStatus Lemak
SentralViseral
Gambar 1. Persentase Status Obesitas, Status Obesitas Sentral, dan Status Lemak Viseral
Gambar 2. Hubungan antara Usia dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Gambar 3. Hubungan antara Usia dengan Lingkar Perut
Usia berhubungan memiliki hubungan lingkar perut pada saat penuaan ini juga
signifikan dengan status obesitas (OR = 0,904; terjadi karena faktor psikososial (depresi dan
95% CI = 0,821 – 0,996; P = 0,042) dan demensia) yang dapat mengakibatkan
status penurunan nafsu makan dan
obesitas sentral (OR = 0,839; 95% CI =
0,735 – 0,957; P = 0,009). Pada Gambar 2
dan Gambar 3 menunjukkan hubungan
antara usia dengan Indeks Masa Tubuh
(IMT) serta lingkar perut. Semakin
bertambahnya usia maka IMT akan semakin
menurun sehingga kejadian obesitas juga
semakin menurun. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan pada
lansia terkait faktor obesitas bahwa seiring
dengan bertambahnya usia prevalensi
obesitas semakin menurun31.
Selain itu, penelitian yang dilakukan
di Jakarta juga mengemukakan bahwa
usia memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian obesitas sentral6.
Obesitas dan obesitas sentral pada lansia
dapat disebabkan karena rendahnya aktivitas
fisik dan perubahan hormonal sehingga dapat
terjadi penumpukan lemak dalam tubuh32.
Namun ketika memasuki usia lanjut, terjadi
perubahan komposisi tubuh seiring dengan
penuaan dimana massa tubuh tanpa lemak
(lean body mass) menurun sehingga berat
badan mengalami penurunan tetapi terjadi
peningkatan lemak tubuh33,34.
Lingkar perut juga semakin
menurun seiring dengan bertambahnya
usia sehingga kejadian obesitas sentral
semakin menurun35. Penurunan berat badan
yang berkibat pada menurunnya IMT dan
penurunan motivasi untuk membeli dan Dalam penelitian ini ditemukan
menyiapkan makanan33 serta faktor bahwa asupan zat gizi (energi, protein,
penyakit yang diderita seperti penyakit lemak, karbohidrat, dan serat) tidak
pada ginjal, saluran pencernaan, memiliki hubungan yang signifkan
ataupun penyakit pernafasan36. dengan kejadian obesitas maupun obesitas
Penurunan metabolisme basal juga dapat sentral (p-value > 0,05). Pada penelitian
mempengaruhi penurunan berat badan dengan desian studi case control menunjukkan
pada masa penuaan karena lansia hal yang berbeda yaitu terdapat perbedaan
merasa kenyang lebih lama sehingga yang siginifikan antara asupan energi,
asupan makanannya lebih sedikit33. Selain protein, lemak, dan karbohidrat pada subjek
itu, lansia wanita cenderung mengalami wanita yang tidak mengalami obesitas
penurunan nafsu makan sehingga asupan zat sentral dan yang mengalami obesitas
gizi ke dalam tubuh juga menurun27. sentral37. Kejadian obesitas sentral pada
Meskipun kecenderungan obesitas dan penelitian ini dapat dikarenakan faktor
obesitas sentral semakin menurun seiring lain yang tidak diteliti seperti aktivitas
bertambahnya usia, status gizi tetap harus fisik. Penelitian yang dilakukan pada lansia di
diperhatikan dan ditingkatkan agar lansia Inggris menunjukkan bahwa subjek yang
dapat terhindar dari berbagai risiko melakukan aktivitas fisik lebih sedikit
penyakit degeneratif dan kualitas hidup cenderung memiliki
semakin meningkat.
IMT yang lebih tinggi38. Riwayat semakin bertambahnya usia, persen lemak
pendidikan tidak memiliki hubungan yang tubuh juga semakin meningkat34. Berbagai
signifikan dengan obesitas dan obesitas penelitian tersebut
sentral. Penelitian yang dilakukan pada menunjukkan hal yang berbeda dengan hasil
subjek yang memiliki riwayat pendidikan penelitian yang dilakukan pada lansia wanita
rendah (tidak sekolah hingga SMP) juga ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
menunjukkan hal yang sama dengan rata-rata persen lemak viseral tubuh subjek
penelitian ini dimana pendidikan dengan penelitian ini masih tergolong normal. Aktivitas
obesitas sentral tidak memiliki hubungan fisik dapat membantu mengoptimalkan persen
yang signifikan (p-value = 0,087)6. Hubungan lemak viseral tubuh41, namun dalam penelitian
yang tidak signifikan antara riwayat ini aktivitas fisik tidak diidentifikasi sehingga
pendidikan dengan obesitas maupun menjadi keterbatasan dalam menganalisis
obesitas sentral ini dapat dikarenakan hubungannya dengan lemak viseral dan
sebagian besar subjek memiliki riwayat variabel dependen lain.
pendidikan yang rendah (71,6%). Selain itu, Penelitian ini menggunakan food
faktor yang lebih berhubungan dengan recall 24 jam sebanyak 3 kali secara tidak
kejadian obesitas yaitu dapat dikarenakan berurutan (2 kali dilakukan penilaian pada
konsumsi makanan yang tidak sehat dan hari biasa dan
aktivitas fisik39. Pekerjaan yang dilakukan 1 kali penilaian dilakukan pada hari libur)
oleh subjek juga tidak memiliki hubungan sehingga dapat menggambarkan tingkat
yang signifikan dengan obesitas dan obesitas asupan lansia wanita yang ada di wilayah
sentral dikarenakan sebagian besar subjek kerja Puskesmas Jagir. Keterbatasan dari
sudah tidak bekerja. penelitian ini adalah aktivitas fisik dari
Lemak viseral dalam penelitian ini respon den tidak diukur sebagai salah satu
tidak memiliki hubungan yang signifikan variabel independen.
dengan variabel independen (usia, asupan
makanan harian, pendidikan, dan
pekerjaan). Berbagai penelitian menemukan
bahwa lemak viseral memiliki hubungan
yang signifikan dengan asupan zat gizi40
dan usia34. Suatu penelitian terkait komposisi
lemak tubuh menunjukkan hasil bahwa
KESIMPULAN Overweight, obesity and other
hyperalimentation. Tersedia pada:
Asupan zat tidak gizi, pendidikan, www.icd9data.com/2009/Volume1/240
dan pekerjaan tidak memiliki hubungan -279/270-279/278/default.htm.
yang signifikan dengan obesitas, obesitas (Diakses: 22 Juni 2018)
sentral, maupun lemak viseral. Pada 2. Thomsen, M. & Nordestgaard, B. G.
lansia, usia memiliki hubungan yang Myocardial Infarction and Ischemic Heart
signifikan dengan obesitas dan obesitas Disease in Overweight and Obesity With and
sentral dimana semakin bertambahnya Without Metabolic Syndrome. J. Am. Med.
usia, makan kecenderungan untuk Assoc. 174, 15–22 (2015).
mengalami obesitas dan obesitas sentral 3. Haley, M. J. & Lawrence, C. B. Obesity and
semakin menurun. Usia tidak memiliki
stroke : Can we translate from rodents to
hubungan yang signifikan dengan lemak
patients? (2016).
viseral.
doi:10.1177/0271678X16670411
ACKNOWLEDGEMENT 4. WHO. WHO | Projections of mortality and
causes of death, 2015 and 2030. WHO
Terima kasih penulis berikan (2017).
kepada Bakesbangpol Kota Surabaya, 5. Rontoyanni, V. G., Avila, J. C., Kaul, S., Wong,
Dinkes Kota Surabaya, Puskesmas Jagir R. & Veeranki, S. P. Association between
Wonokromo Surabaya, dan para kader obesity and serum 25(OH)D concentrations in
posyandu lansia yang telah membantu older Mexican adults. Nutrients 9, 1–12
dalam pelaksanaan pengambilan data. (2017).
6. Sugianti, E., Hardinsyah & Afriansyah, N. Faktor
REFERENSI Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa
dI DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data RISKESDAS
1. 2009 ICD-9-CM Diagnosis Codes 278.* : 2007. Gizi Indon
32, 105–116 (2009). 12. Sartorius, B. et al. Carbohydrate intake, obesity,
metabolic syndrome and cancer risk? A two-part
7. WHO. Waist Circumference and Waist- Hip systematic review and meta-analysis protocol
Ratio: Report of a WHO Expert to estimate attributability. BMJ Open 6,
Consultation. World Heal. Organ. 8–11 (2016).
(2008). doi:10.1038/ejcn.2009.139 13. Rodríguez Martín, A., Ruiz, J. P. N., Nieto,
8. Després, J. P., Arsenault, B. J., Côté, M., J. M. M. & Jiménez, L. E. Life-style
Cartier, A. & Lemieux, I. Abdominal factors associated with overweight and
obesity: The cholesterol of the 21st obesity among Spanish adults. Nutr.
century? Can. J. Cardiol. 24, 7–12 (2008). Hosp. 24, 144–151 (2009).
9. Tatsumi, Y. et al. Risk for metabolic diseases 14. Sinha, R. & Jastreboff, A. M. Stress as a
in normal weight individuals with visceral fat common risk factor for obesity and
accumulation: A cross- sectional study in Japan. addiction. Biol. Psychiatry 73, 827–835
BMJ Open 7, 1– 8 (2017). (2013).
10. Sandeep, S., Gokulakrishnan, K., Velmurugan, 15. Sen, J., Mondal, N. & Dutta, S. Factors
affecting overweight and obesity among urban
K., Deepa, M. & Mohan, V. Visceral &
adults: A cross-sectional study. Epidemiol.
subcutaneous abdominal fat in relation to
Biostat. Public Heal. 10, 1–11 (2013).
insulin resistance & metabolic syndrome in
16. Gadekar, T., Dudeja, P., Basu, I., Vashisht, S. &
non-diabetic south Indians. Indian J. Med.
Mukherji, S. Correlation of visceral body fat
Res. 131, 629–635 (2010).
11. Bertin, B., Desreumaux, P. & Dubuquoy, with waist–hip ratio, waist circumference and
L. Obesity , visceral fat and Crohn ’ body mass index in healthy adults: A cross
s disease. (2010). sectional study. Med. J. Armed Forces
doi:10.1097/MCO.0b013e32833cf0f4 India 1–6 (2018). doi:10.1016/j.mjafi.2017.12.001
17. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap. Nas. 2013 1–384
345–349 (2008).
37. Rahmandita, A. P. & Adriani, M. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Aktivitas Fisik pada Wanita (20-54
Tahun) Obesitas Sentral dan Non Sentral. Amerta Nutr. 1, 266–274 (2017).
38. Bradbury, K. E., Guo, W., Cairns, B. J., Armstrong, M. E. G. & Key, T. J. Association between physical activity
and body fat percentage, with adjustment for BMI: a large cross- sectional analysis of UK Biobank. BMJ
Open 7, e011843 (2017).
39. Shankar, A., Sabanayagam, C., Saw, S. M., Tai, E. S. & Wong, T. Y. The association between socioeconomic
status and overweight/obesity in a malay population in Singapore. Asia- Pacific J. Public Heal. 21,
487–496 (2009).
40. Guyenet, S. J. & Schwartz, M. W. Regulation of food intake, energy balance, and body fat mass: Implications for
the pathogenesis and treatment of obesity. J. Clin. Endocrinol. Metab. 97, 745–755 (2012).
41. Irving, B. a et al. Body Composition. Med Sci Sport. 40, 1863–1872 (2009).