PROLAPSUS UTERI
Pembimbing
dr. Tantuko Adi Nartomo, Sp.OG
Disusun oleh:
Masrida Fatmawati
201210401011063
BAB 1
PENDAHULUAN
karena
hormonal
pada
usia
lanjut.
Trauma
persalinan, beratnya uterus pada trauma persalinan, beratnya uterus pada masa
involusi uterus, mungkin juga sebagai penyebab. 4,13
Di Indonesia prolapsus genitalis lebih sering dijumpai pada wanita yang
telah melahirkan, wanita tua yang menopause dan wanita dengan pekerjaan
yang cukup berat. Diperkirakan terjadi pada hampir setengah dari seluruh
wanita dan wanita yang telah melahirkan 50% akan menderita prolapsus
genitalia dan 20% dari kasus ginekologi yang menjalani operasi akan
mengalami prolapsus genitalia.11 Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian
dari prolapsus genetalia, dimana frekuensi prolapsus genetalia di beberapa
Negara berlainan, seperti di laporkan diklinik DGynecologie et Obtetrique
Geneva insidennya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%.
Dilaporkan di Mesir, India dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada
orang Negro Amerik dan Indonesia kurang. Pada suku Bantu di Afrika Selatan
jarang sekali terjadi, namun dewasa ini di Indonesia telah dilakukan penelitian
tentang prolapsus uteri dan hasilnya menujukkan peningkatan terhadap angka
kejadian prolapsus uteri. Djafar Sidik pada penelitiannya selama dua tahun
(1968-1970) mendapatkan 65 kasus prolapsus genitalia dari 5.371 kasus
ginekologi di RS dr. Pingardi Medan. Junizaf melaporkan ada 186 kasus
prolapsus uteri baru di RSCM pada tahun 1986. Sedangkan Erman
melaporkan kasus prolapsus genitalia di RS. M. Jamil Padang selama lima
tahun (1993-1998) sebanyak 94 kasus. Penelitian yang dilakukan di Rumah
Sakit umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan hasil terdapat
71 kasus prolapsus uteri selama 4 tahun (2007 sampai 2011), sedangkan di
Makkassar sendiri penelitian yang dilakukan di RSU Wahidin Sudirohusodo
dari tanggal 24 Jauari sampai 7 Februari 2011 di dapatkan hasil 67 kasus
prolapsus uteri. 4,7,8,9,10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pelvis spurium
Merupakan bagian yang terdapat di depan vertebrae lumbalis sebagai batas
dorsal; fossa iliaca dengan m. iliacus berada di sebelah lateral dan dinding
abdomen bagian bawah di sebelah ventral. Pelvis spurium ini juga merupakan
bagian rongga perut. Fungsinya menahan alat-alat rongga perut dan menahan
uterus yang berisi fetus pada wanita hamil sejak bulan ketiga.
Dasar panggul
Karena manusia berdiri tegak lurus, maka dasar panggul perlu mempunyai
kekuatan untuk menahan semua beban yang diletakan padanya, khususnya isi
rongga perut dan tekanan intaabdominal. Beban ini ditahan oleh lapisan otot-otot
dan fasia yang apabila mengalami tekanan dan dorongan berlebihan atau terusmenerus dapat timbul prolapsus genitalis.
Pintu bawah panggul terdiri atas diafragma pelvis, diafragma urogenital, dan
lapisan-lapisan otot yang berada diluar (penutup genitalia eksterna). Diafragma
pelvis merupakan penutup bagian bawah dari rongga perut, dan terbentuk oleh
muskulus levator ani dan muskulus koksigeus yang menyerupai sebuah mangkok
serta fasia endopelvik.
Muskulus levator ani ini terbagi menjadi iliokoksigeus, pubokoksigeus, dan
puborektalis,
walaupun
jauh
subdivisinya
disebut
pubouretralis,
dan
3.
4.
5.
6.
7.
1.3 Etiologi
Penyebab prolapsus uteri multifaktoria semakin berkembang dari tahun ke
tahun, namun pada dasarnya disebabkan oleh kelemahan pelvic floor yang
terdiri dari otot-otot fascia endopelvik dan ligamentum-ligamentum yang
menyokong organ-organ genitalia tersebut. Namun terdapat beberapa faktor
resiko, antara lain :4,5
1. Trauma Saat Melahirkan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit,
tarikan pada janin dimana pembukaan belum lengkap, pusat Crede yang
berlebihan mengeluarkan plasenta, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum
pembukaan
lengkap,
laserasi
dinding
vagina
bawah
pada
kala
dua,
10
kolagen telah dibuktikan antara ras, namun perbedaan tulang panggul dalam
settiap ras mungkin juga berperan. Misalnya, perempuan kulit hitam, umumnya
arcus pubis < 90 derajat dan umumnya Bentuk panggulnya adalah android atau
antropoid. Bentuk panggul ini mengurangi resiko untuk terjadinya prolapsus uteri
dibandingkan dengan ras barat dimana rata-rata bentuk panggulnya ginekoid. 4,5
4. Perubahan kadar estrogen
Pada menopause, hormone estrogen telah berkurang sehingga otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut
akan terjadi bertingkat-tingkat.14
5. Kelainan kolagen
Kelainan langka dalam jaringan ikat (kolagen) seperti penyakit marfan juga
telah dikaitkan dengan prolaps uteri. 14
6. Faktor lain
Peningkatan tekanan intra-abdominal yang berlangsung lama diyakini
mempunyai peranan dalam patogenesis Prolapsus uteri. Contohnya dalam kasus
ini adalah pasieen yang obesitas, konstipasi yang lama, sering mengangkat berat,
batuk kronis, dan berulang. Selain itu, merokok dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) 4,5
1.4 Gejala Klinis
Gejala-gejala prolapsus uteri sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu berbeda dengan yang lainnya dan prolapsus uteri
yang cukup berat dapat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita
lain dengan prolapsus yang ringan saja telah mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1.
11
2.
3.
b.
c.
4.
b.
5.
b.
6.
1.5 Klasifikasi
12
Salah satu baku emas untuk menentukan staging prolaps adalah Pelvic
Organ Prolapse Quantification (POPQ) yang mengukur hiatus genitalia, korpus
perineal, dan panjang vagina total. Hiatus genitalia diukur dari pertengahan
meatus uretra eksternal hingga posterior garis tengah himen. Badan perineal
diukur dari batas posterior hiatus genital hingga pembukaan mid anal. Panjang
vagina total adalah kedalaman terbesar dari vagina dalam centimeter saat apeks
vagina direduksi hingga posisi normal. Semua pengukuran kecuali panjang vagina
total diukur saat pasien mengedan. 3
13
-3 s.d. +3
-3 s.d. +tvl
+/-tvl
+/-tvl
-3 s.d. +3
-3 s.d. +tvl
tidak ada
batas
tidak ada
batas
tidak ada
batas
1. Stadium 0: titik Aa, Ap, Ba, dan Bp semuanya -3 cm dan titik yang lain
(C,D)<-(X-2) cm
2. Stadium I: kriteria stadium 0 tidak dipenuhi dan ujung prolaps yang terendah
<-1cm
3. Stadium II: ujung terendah prolaps > -1 cm, namun < +1 cm
4. Stadium III: ujung terendah prolaps >+1 cm, namun <+(X-2) cm
5. Stadium IV: ujung terendah prolaps > + (X-2) cm
X = panjang total vagina dalam cm pada stadium 0, III, dan IV.
1.6 Diagnosis
a.
Anamnesis
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat
berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat
siang hari. Gejala-gejala tersebut antara lain:1,7
- Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis
- Protrusi atau penonjolan jaringan
- Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan orgasme
- Nyeri punggung bawah
- Konstipasi
- Kesulitan berjalan
- Kesulitan berkemih
- Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih
- Nausea
- Discharge purulen
14
- Perdarahan
- Ulserasi
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk pemeriksaan
rektovaginal untuk menilai tonus sfingter. Alat yang digunakan adalah spekulum
Sims atau spekulum standar tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih
diperjelas dengan meminta pasien meneran atau berdiri dan berjalan sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan kandung
kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung kemih penuh
dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat dideteksi hanya jika
pasien meneran pada pemeriksaan bimanual. Evaluasi status estrogen semua
pasien. Tanda-tanda menurunnya estrogen:
o
Sekresi berkurang
15
d. Radiologi
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis. MRI
dapat digunakan untuk menentukan derajat prolaps namun tidak rutin dilakukan.6
1.9 Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan terutama pada saat kala pengeluaran dan kalau
perlu dilakukan tindakan (ekstraksi forceps dengan kepala sudah di dasar
panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan
jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar penderita
dihindari untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap adalah tindakan yang
benar, menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede),
mengawasi involusi uterus paska persalinan yang tetap baik dan cepat, serta
mencegah
atau
mengobati
hal-hal
yang
dapat
meningkatkan
tekanan
16
benda yang berat dan menganjurkan para wanita jangan terlalu banyak punya anak
atau terlalu sering melahirkan.4,5
1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanan pada prolapsus uteri bersifat individual, terutama pada mereka
yang telah memiliki keluhan dan komplikasi, namun secara umum penatalaksanan
dengan kasus ini terdiri dari dua cara yakni konservatif dan operatif.4,5
1. Pengobatan Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu para
penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada penderita
prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin
mendapatkan anak lagi atau penderita yang menolak untuk melakukan tindakan
operasi atau pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan
operasi.
Tindakan yang dapat diberikan pada penderita antara lain:
a.
pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian kontraksi otototot dasar panggul dapat diukur kekuatannya.
b.
c.
18
19
tes untuk menyatakan bahwa operasi harus dilakukan, penderita yang menolak
untuk dilakukan tindakan operasi dan lebih suka memilih terapi konservatif
serta untuk menghilangkan keluhan yang ada sambil menunggu suatu operasi
dapat dilakukan. 4,5
2.
jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri maka prolapsus vagina perlu
ditangani pula secara bersamaan. Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina
yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolapsus uteri atau prolapsus
uteri yang ada belum perlu dilakukan tindakan operasi. Indikasi untuk melakukan
operasi pada prolapsus uteri ialah jika didapatkan adanya keluhan pada penderita.
Di bawah ini akan dibicarakan terapi pembedahan pada jenis-jenis prolapsus
genitalis.
a. Sistokel
Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafi anterior. Setelah diadakan sayatan
pada dinding vagina depan lalu dilepaskan dari kandung kencing dan uretra, lalu
kandung kencing didorong ke atas dan fascia puboservikalis sebelah kiri dan
kanan dijahit di garis tengah. Sesudah dinding vagina yang berlebihan dibuang
maka dinding vagina yang terbuka ditutup kembali. Kolporafi anterior dilakukan
pula pada uretrokel. Kadang-kadang tindakan operasi ini tidak mencukupi pada
sistokel dengan stress inkontinensia yang berat.
b. Rektokel
Pada kasus ini operasi yang dilakukan disebut dengan kolpoperineoplastik. Di
mana mukosa dinding belakang vagina disayat dan dibuang berbentuk segitiga
20
dengan dasarnya batas antara vagina dan perineum dan dengan ujungnya pada
batas atas rektokel. Sekarang fascia rektovaginalis dijahit di garis tengah dan
kemudian muskulus levator ani kiri dan kanan didekatkan di garis tengah. Luka
pada dinding vagina dijahit, demikian pula otot-otot perineum superfisialis
sebelah kanan dan kiri, lalu dihubungkan di garis tengah dan akhirnya luka pada
kulit perineum dijahit.
c. Enterokel
Sayatan pada dinding belakang vagina diteruskan ke atas sampai ke serviks
uteri. Setelah hernia enterokel yang terdiri atas peritoneum dilepaskan dari
dinding vagina lalu peritoneum ditutup dengan jahitan setinggi mungkin. Sisanya
dibuang dan di bawah jahitan itu ligamentum sakrouterina kiri dan kanan serta
fascia endopelvik dijahit di garis tengah.
d. Prolapsus uteri
Seperti telah diterangkan di atas bahwa indikasi untuk melakukan operasi pada
prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita,
kemungkinannya
untuk
masih
mendapatkan
anak
lagi
atau
untuk
21
22
Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra dan pasca
tindakan operasi belum baik untuk perempuan tua yang seksual tidak aktif lagi
dapat dilakukan operasi sederhana dengan menjahitkan dinding vagina depan
dengan dinding bagian belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus
terletak di atas vagina. Akan tetapi tindakan operasi jenis ini
tidak akan
e. Purandare
Purandare adalah operasi yang ditujukan bagi nulipara yang mengalami prolaps
uteri. Yang mempunyai dinding abdomen yang baik. Pada operasi ini, uterus
digantungkan dari ligamentum latum ke fascia muskulus rektus abdominis
menggunakan pita mersilene. Operasi efektif selama dinding abdomen masih kuat.
Ketika dinding abdomen tidak kuat, prolaps uterus dapat terjadi kembali. 4,5
23
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama
: Ny. HS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 53 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Alamat:
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Tgl. Periksa
: 24 Maret 2014
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Timbul benjolan pada lubang kemaluan disertai nyeri perut kiri bawah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan pada lubang kemaluan disertai
nyeri perut kiri bawah. Timbul benjolan pada lubang kemaluan sejak 12 tahun
24
SMRS. Nyeri perut kiri bawah baru dirasakan baru 4 minggu ini, namun hilang
timbul. Timbul saat pasien merasa kelelahan saja, hilang saat dipakai istirahat.
Namun 5 hari ini nyeri perut timbul dan tidak kunjung hilang, sehingga pasien
datang ke poli RSU Haji Surabaya untuk periksa.
Awal mula timbul benjolan pasien tidak merasa terganggu karena tonjolan
tersebut kecil namum makin lama ukuran agak membesar. Pasien mengaku
benjolan tersebut tidak sakit, benjolan bertambah besar ketika pasien mengejan
saat BAB atau saat pasien batuk, namun benjolan tersebut dapat mengecil lagi
apabila pasien tidur/ istirahat atau dengan usaha pasien memasukkannya dengan
bantuan tangan.
Kaluahan lain seperti keputihan, keluar cairan atau lendir maupun darah dari
kemaluan disangkal oleh pasien. Pasien mengaku pernah melahirkan 4 orang anak
secara normal tetapi ia mengatakan tidak pernah ada kesulitan pada saat
melahirkan. Batuk lama disangkal oleh pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama, alergi disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal
E. Riwayat sosial:
Pasien bekerja sebagai PNS dan sebagai ibu rumah tangga sehari-hari sering
melakukan aktivitas berat, seperti mengangkat gallon dan perabotan rumah untuk
dibersihkan. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak ada riwayat
berbaganti-ganti pasangan.
F. Riwayat Menstruasi
Menarche usia : 13 tahun.
Siklus
: Teratur 28 hari/bulan
Lamanya
: 7 hari
Banyaknya
: 2 x pembalut/hari
25
G. Riwayat Persalinan
Anak pertama
Anak kedua
Anak ketiga
gram
Anak keempat: IUFD
H. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien selama ini menggunakan KB suntik 3 bulan / 1 bulan
I. Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah dioperasi
Status Generalis
Keadaan umum: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: 36,6 0 C
Mata
Pulmo
Jantung
Abdomen
Status Ginekologis
Genitalia
1.
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Tampak tonjolan portio merah muda dari vagina,discharge (-),
erosif (-)
26
: tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Dalam
Vaginal touchr : massa dapat dimasukkan, nyeri goyang (-), massa
adneksa (-), nyeri (-).
IV.Assesment
A. DIAGNOSA KERJA
V. Planning
Planning Diagnosis : (-)
Planning terapi : Pro Total Vagina Histerectomi
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Ilmu
edisi ke
3.2008
5.
27
6.
tanggal
April
2014).
Tersedia
di
URL:
http://www.emedicine.com
7.
8.
9.
Said, A.K. dkk. Prolapsus Uteri Pada RSU dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Selama 2007 sampai 2010. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syahkuala. Indonesia: 2011
10.
11.
12.
13.
14.
28