KASUS EMERGENCY
SNAKE BITE
Oleh :
dr. Masrida Fatmawati
Pembimbing :
Dr. Totok Mardiyanto, Sp.B
Pendamping:
dr. Sofie Giantari
dr.Yuliawaty Soetio
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PPSDM KESEHATAN
2016
Peny
Tinjauan Pustaka
Keilmuan
Ketrampilan
egaran
Man
Istimewa
Diagnostik
ajemen
Masalah
Ne
onatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Bahan
Tinjaua
Bahasan :
n Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara
Presentasi dan
Membahas :
Diskusi
Diskusi
Email
Pos
Data Pasien :
Nama :
No. Registrasi : 274056
Tn. HM
Nama Klinik : RSUD Waluyo
Telp : Terdaftar: Jati
Data utama untuk bahan diskusi :
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Tn. HM
Jenis kelamin
: Laki- laki
Umur
: 33 tahun
Alamat
Suku
: Madura
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pemeriksaan
: 22 Desember 2015
No Register
: 274056
ANAMNESA
Keluhan utama
Sakit pada kaki kanan setelah digigit ular.
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sakit pada kaki kanan setelah digigit ular
1 jam SMRS. Saat itu pasien sedang mencari rumput untuk makan ternaknya,
tanpa ada tanda- tanda pasien langsung tersentak akibat merasakan ada sesuatu
yang melukai kakinya, saat dilihat tampak ada bekas gigitan seperti gigian ular
pada kaki kanannya, namun pasien tidak mengetahui jenis ular apa yang
menggigitnya karena ular cepat menghilang. Nyeri yang dirasakan terus menerus
dan terasa seperti ditusuk-tusuk, makin lama nyeri menjalar sampai ke paha.
Keluhan lain seperti demam, sesak nafas, nyeri kepala, mual atau muntah
disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit dahulu
: Compos Mentis
Tanda Vital
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Pulmo
(-/-)
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: distended (-)
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Status lokalis
Regio cruris dextra
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah lengkap
Hb :16,9 mg/dl
Leukosit :10.800 mg/dl
Trombosit : 221.000 mg/dl
HCT : 47,8 %
GDA : 97 mg/dl
DIAGNOSIS
Snake Bite ( Vulnus Morsum Serpentis)
PLANNING
Planning Diagnosis : Planning Terapi :
-
Infus RL 20 tpm
Injeksi ATS 1500 IU per IM
Drip Serum Anti Bisa Ular (Crotaline Polyvalent Immune Fab
{ovine}Antivenon) atau disebut juga serum Fab, 15 vial (75 cc) diencerkan
Planning Monitoring
-
Tanda-tanda vital
Keluhan pasien
Komplikasi yang mungkin akan terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Snack Bite atau Gigitan Ular adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
gigitan ular baik yang berbisa ataupun tidak berbisa. Gigitan ular ini akan
berbahaya jika ularnya tergolong jenis berbisa.
ETIOLOGI
Jenis ular dibagi menjadi dua, ular berbisa dan tidak berbisa. Ular berbisa
yang terkenal adalah ular tanah, bandotan puspa, ular hijau, dan ular laut.
Sedangkan ular berbisa lain adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya
bersifat neurotoksik. Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk
segitiga dan bekas gigitannya berbentuk dua lubang yang jelas akibat dua gigi
taring atas.
Jenis-jenis ular adalah sebagai berikut :
1. Ular tidak berbisa
a) Suku Typhlopidae : Ular kawat
b) Suku Cylindrophidae : Ular kepala dua
c) Suku Pythonidae : Ular sanca kembang
d) Suku Acrochordidae : Ular karung
e) Suku Xenopeltidae : Ular pelangi
f) Suku Colubridae : Ular tambang
2. Ular berbisa
a) Suku Elapidae : Ular sendok, Ular cobra, Ular welang
b) Suku Viperidae/Crotalidae : Ular laut, Ular bandotan puspa, Ular
tanah
Bisa ular terdiri atas bermacam protein, enzim dan polipeptida, yaitu
fosfolipase A, hialuronidase, aminoacid esterase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin
esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, dan DNA-ase.
Ular Tanah
Bandotan Puspa
Ular Hijau
Ular Cobra
Ular Laut
Ular Welang
Perbedaan
Bentuk
Kepala
Segitiga
Gigi kecil
Gigi Taring
Bekas
disepanjang
gigitan
halus
gigitan
yang berbisa
EPIDEMIOLOGI
Penderita gigitan ular di kota besar jarang dijumpai, sebab habitat ular
terutama di tempat yang rimbun, berair, dan tertutup. Dari 2500 3000 spesies
ular yang tersebar di dunia, 500 spesies diantaranya adalah ular berbisa. Pada
umumnya korban gigitan ular adalah laki-laki, seringkali dalam kondisi mabuk,
sedang melakukan aktifitas berkebun, atau sedang menangkap bahkan bermain
dengan ular. Malik dkk pada tahun 1992 melakukan penelitian terhadap korban
gigitan ular, mendapatkan tempat gigitan pada tungkai atau kaki 83,3% dan
lengan atau tangan 17,7%.
KLASIFIKASI
Derajat berat kasus gigitan ular berbisa umumnya dibagi dalam 4 skala,
derajat 1 (minor) tidak ada gejala, derajat 2 (moderate) gejala local, derajat 3
(severe) gejala berkembang ke arah regional, derajat 4 (major) gejala sistemik.
Klasifikasi gigitan ular berbisa :
Fa
Fa
mili
mili
Crotalida
Elapidae
e
D
erajat
De
rajat
1
.
Gejala
Tanda
Mi
nor
dan
Der
ajat
Terdapat tanda
Gejala dan
Tanda
Riwayat
digigit
ular,pembengkakan
nyeri,
ada
tidak
ada koagulopati
2
.
Mo
derate
3
.
Terdapat tanda
ditambah
neurologis
disertai
ada koagulopati
mual,
Terdapat tanda
bekas
gigitan,edem severe
euphoria,
muntah,
parestesia,
ptosis,
kelemahan
otot,
paralisis, sesak
Gejala pada
derajat 1,ditambah
pernapasan dalam
ekstremitas),
terdapat
jor
atau
dari
gejala
paralisis
Ma
regional (2 segmen
nyeri yg tidak teratasi
neurologis
Derajat
1-
Sev
ere
gangguan
tanda
koagulopati
Terdapat tanda
bekas gigitan, edem
yang luas terdapat
tanda
sistemik
(muntah,
sakit
dan
dada,
thrombosis
36 jam pertama
otot
PATOFISIOLOGI
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata.
Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang
atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik)
yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak
gigitan terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. jumlah
bisa yang akan dikeluarkan.
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih
pendek. Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
menyuntikan bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih
dekat dan lebih mirip mengunyah daripada menyerang seperti dikenal pada ular
jenis viper.
Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk
mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri
dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya.
Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase,
ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase,
DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik
terhadap saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul
reaksi anafilaksis. Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah
diidentifikasi pada bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada
ular koral. Detail spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini:
1
otot; dan
Enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah,
dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan
koagulopati konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.
jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan
toksisitas sistemik. Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian
dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.
Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik
dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati
bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain, edema lokal,
meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial di paru. Mekanisme
pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal,
meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status volume
dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade
neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal jantung
merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis.
GEJALA KLINIS
Manifestasi gigitan ular berbisa tergantung pada komposisi penyusun bisa
tersebut yang berbeda-beda antar spesies. Gejala umumnya adalah terdapat bekas
gigitan sebagai tanda luka, bengkak sekitar gigitan dan berwarna merah, daerah
sekitar gigitan nyeri (setelah 6-30 menit), terdapat eritema, ptekie (bintik merah
akibat perdarahan di epidermis atau mukosa), ekimosis (bercak perdarahan pada
kulit atau mukosa), bula, dan tanda nekrosis jaringan disekitar gigitan. Adapun
gejala klinis menurut pedoman pengobatan dasar di puskesmas depkes RI dibagi
3, yaitu :
1. Efek Lokal
Edema
Melepuh
Perdarahan
Memar
Nekrosis
2. Efek Sistemik
Nyeri Kepala
Mual
Muntah
Diare
3. Efek Sistemik Spesifik
Dibagi atas :
anggota tubuh
Miotoksisitas : biasanya disebabkan oleh ular laut, gejalanya terdiri
dari nyeri otot, nyeri tekan di bekas gigitan, mioglobinuria, gagal
ginjal, hiperkalemia, kardiotoksisitas
DIAGNOSIS
Diagnosis gigitan ular berbisa ditegakkan berdasarkan identifikasi ular
yang menggigit dan adanya manifestasi klinis.
Dari Anamnesa didapatkan adanya riwayat gigitan disertai gejala atau
tanda gigitan ular berbisa baik berupa efek lokal, sistemik atau sistemik spesifik.
Hal ini dapat diketahui melalui waktu yang berlalu sejak ular menggigit karena
dapat memberikan penilaian mengenai efek yang timbul apakah bersifat lokal atau
apakah tanda-tanda sistemik sudah berkembang. Ular yang menggigit sebaiknya
dibawa dalam keadaan hidup atau mati baik sebagian atau seluruh tubuh ular.
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan gejala dan tanda bekas gigitan
ular, dari luka bekas gigitan ular dapat ditentukan apakah ular yang menggigit
berbisa atau tidak. Bila tidak dapat dilakukan identifikasi terhadap ular yang
menggigit, manifestasi klinis menjadi hal yang utama dalam menegakkan
diagnosis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
Bleeding Time, Cloting Time, PT, APTT, D-dimer, Uji faal hepar.
Pemeriksaan urin : Hematuria, glukosuria, proteinuria (mioglobinuria)
EKG
Foto Rontgen Thorax
DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding untuk snake bite (gigitan ular) antara lain :
Anafilaksis
Trombosis Vena Dalam
PENATALAKSANAAN
Rencana penatalaksanaan :
a) Pertolongan pertama
Pertolongan pertama bertujuan untuk memperlambat absorpsi sistemik
racun, mencegah komplikasi sebelum pasien sampai ke RS, serta
mengawasi gejala keracunan awal yang berbahaya.
Hal ini meliputi menenangkan korban, imobilisasi ekstremitas yang
tergigit dengan balutan atau bidai. Setiap gerakan atau kontraksi otot akan
meningkatkan absorpsi racun ke pembuluh darah dan limfe. Hindari
intervensi apapun pada bekas gigitan karena dapat menyebabkan infeksi,
meningkatkan absorpsi racun dan meningkatkan perdarahan. Penderita
juga diistirahatkan dalam posisi horizontal. Jika timbul gejala sistemik
yang cepat sebelum pemberian antibisa, daerah proksimal dan distal dari
gigitan diikat, tujuannya adalah untuk menahan aliran limfe. Pengikatan
ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan.
Pengawasan gejala keracunan awal yang berbahaya dengan
mengobservasi:
Oedem yang bertambah dengan cepat pada tempat gigitan
Pembesaran limfonodi lokal yang menunjukkan bahwa racun telah
menyebar melalui aliran limfe
Gejala sistemik seperti syok, mual,muntah, nyeri kepala hebat,
mudah mengantuk ataupun ptosis
Urin yang berwarna coklat gelap
b) Segera kirim ke RS
c) Resusitasi dan penanganan klinis segera, meliputi :
Penatalaksanaan jalan nafas
Penatalaksanaan fungsi pernafasan
Penatalaksanaan fungsi sirkulasi dengan pemberian infus cairan
kristaloid
Pada luka gigitan dapat diberikan verband ketat dan luas diatas
luka serta imobilisasi dengan menggunakan bidai
pemotongan
fasia
otot
untuk
dilakukan
dengan
membuat
insisi
panjang
untuk
sebatas paha sebab lebih dari 50% kasus gigitan ular terjadi pada daerah
paha bagian bawah sampai kaki.
b) Ketersediaan SABU untuk daerah yang sering terjadi kasus gigitan ular
c) Hindari berjalan di malam hari terutama di daerah berumput dan
bersemak-semak
d) Apabila mendaki tebing berbatu harus mengamati sekitar dengan teliti
e) Jangan membunuh ular bila tidak terpaksa karena banyak penderita yang
tergigit akibat kejadian semacam itu.
KOMPLIKASI
Komplikasi luka
Sindrom kompartemen (keadaan iskemik berat pada tungkai yang
mengalami revaskularisasi dan timbul edem karena peningkatan
PROGNOSIS
Rata-rata pasien yang mengalami snake bite akan sembuh dengan baik
asalkan pertolongan yang diberikan cepat dan tepat, di USA angka kematian
akibat snake bite 1: 5000
DAFTAR PUSTAKA
Arlina, P dan Evaria. 2013. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12. PT.
Medidata Indonesia; Jakarta
John C. Vanatta dan Morris J. Fogelman. 2010. Buku Saku Moyer Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit dengan Aplikasi Klinik. Binarupa Aksara Publisher;
Tangerang
Nia, N dan Abdul, L. 2003. Gigitan Ular Berbisa. Sari Pediatri, Vol.5 No.3:92-98
Prihatini, Trisnaningsih, Muchdor, dan U.N Rachman. 2007. Penyebaran
Gumpalan Dalam Pembuluh Darah (Disseminated Intravasular Coagulation)
Akibat Racun Gigitan Ular. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory Vol.14 No.1:37-41
Sjamsyuhidayat, R dan de Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta
www.nlm.nih.gov/medlineplus/article
www.snakebiteinitiative.org
www.academia.edu/Manajemen_Gigitan_Ular