TINJAUAN PUSTAKA
pada sistem skeletal (Hamill et al., 2019). Vertebra lumbalis memiliki lima ruas
tulang belakang yang posisinya cekung ke depan (Saputra & Dwisang, 2014).
Setiap ruas tulang belakang tersusun atas , badan saraf, lengkungan saraf yang
terdiri atas dua pedikel, dua lamina, dua prosesus,satu prosesus spinosus dan
empat permukaan sendi. Vertebra lumbalis memiliki ukuran yang sangat besar
sacrales yang menyatu. Sacrum berbentuk segitiga dengan apex yang mengarah ke
berbentuk L, satu pada tiap permukaan lateralnya, untuk bersendi dengan tulang
terdiri atas annulus fibrosus di bagian luar, yang mengelilingi nucleus pulposus di
bagian tengahnya. Annulus fibrosus terdiri dari cincin kolagen pada bagian luar
mengelilingi area yang lebih luas yang tersusun atas jaringan fibrokartilago
dengan konfigurasi berupa lempengan-lempengan tipis atau lamellar. Susunan
seperti gel, dan berfungsi meredam kompresi antar vertebrae (Drake L et al.,
2014).
Sendi pada vertebrae diperkuat dan ditopang oleh sejumlah ligamenta, yang
eksentrik dan intrinsik. Otot ekstrinsik lapisan superfisial terdiri dari trapezius,
gerak atas dengan kolumna vertebralis. Otot pinggang intrinsik merupakan otot
yang terletak pada lapisan dalam yang yang terdiri dari kelompok otot pada pelvis
Pleksus lumbalis memiliki empat akar saraf lumbal yang terletak pada otot
psoas. Pleksus lumbalis memiliki dua cabang, yaitu saraf femoralis yang bergerak
di bawah ligamentum inguinale melalui sakrum untuk melayani otot depan paha
dan saraf obturatorius yang berada didalam hip melalui foramen obturator yang
L2 Fleksi Hip
L3 Ekstensi Knee
(Magee, 2014)
2.2 Biomekanik
berhubungan dengan tiga bidang gerak tubuh yaitu sagittal, frontal, dan
(Neuman, 2010).
2.2.1 Fleksi
Gerakan fleksi terjadi pada bidang sagital dan terjadi di daerah lumbal
antara L2 dan L3, inferior articular facet L2 kearah superior dan anterior
2.2.2 Ekstensi
lumbal antara L2 dan L3, inferior articular facet L2 kearah superior dan
anterior pada superior articular facet L3 sehingga terjadi perubahan bentuk
2.2.4 Rotasi
Gerakan rotasi terjadi pada bidang transversal dan terjadi pada L1-L2 ke
arah kanan yang terjadi pada articular facet bagian kiri inferior dari L1 yang
mengompresi articular facet bagian superior L2, secara bersamaan articular facet
pada bagian kanan inferior dari L1 mengalami sedikit ditraksi articular facet
yang lunak dan mirip gelatin terdorong melalui anulus fibrosus (Kowalak et al.,
2.3.2 Etiologi
Faktor penyebab dari HNP adalah proses perubahan degeneratif dan trauma.
menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan ukuran nukleus. (Kisner & Colby,
2017). HNP kebanyakan terjadi karena adanya suatu trauma derajat sedang yang
anulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala
ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tak terlihat selama beberapa bulan
dan tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medula
(Noor, 2016).
2.3.3 Patofisiologi
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, robekan tersebut menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radikal. Manifestasi dari robeknya anulus fibrosus
parsial sisi lateral dari medula spinalis. Kondisi secara progresif berlanjut pada
kondisi herniasi diskus menekan medula spinalis. Suatu gaya presipitasi gaya
berat, dan sebagainya memberikan respons sobeknya anulus fibrosus yang lebih
berat. Terjadinya herniasi pada nukleus pulposus bisa ke korpus vertebra di atas
berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi apabila terjadi penjebolan pada sisi
lateral. Apabila terjadi penjebolan pada bagian medial maka tidak ada radiks yang
sehingga dua korpora vertebrae bertumpang tindih tanpa ganjalan (Noor, 2016).
disk. Protrusi dapat terjadi ke arah tengah (sentral), medial atau paramedial.
diskus tapi masih ditutupi membran ventral epidural merupakan dislokasi grade
dan sebagian di luar"). Fragmen bebas (dislokasi grade V) terletak bebas di dalam
ruangan epidural dan tidak memiliki hubungan dengan diskus (Suyasa, 2018).
HNP ditandai dengan adanya nyeri punggung yang menjalar dari gluteus
hingga ke kaki. Apabila herniasi terjadi sesudah trauma maka yang akan terjadi
adalah terdapat rasa nyeri yang dapat timbul tiba-tiba, kemudian mereda dalam
waktu beberapa hari lalu timbul kembali dengan interval yang lebih pendek serta
intensitas yang bertambah secara progresif. Setelah itu, terjadi nyeri iskiadiku
(iskialgia) yang dimulai sebagai nyeri tumpul di area gluteus. Intensitas nyeri
bertambah pada saat batuk, bersin, atau membungkuk disertai dengan adanya
spasme otot. HNP dapat menyeb abkan gangguan sensorik serta motorik diarea
yang dipersarafi oleh radiks saraf spinal yang terkompresi sehingga dapat
2.3.6 Komplikasi
2.3.7 Prognosis
kebanyakan dialami oleh laki-laki (Kowalak et al., 2017). HNP juga dapat
beresiko pada orang yang melakukan pekerjaan dan aktivitas duduk yang terlalu
lama, mengangkat atau menarik barang yang terlalu berat, sering membungkuk
atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang terlalu berat, paparan
pada vibrasi yang konstan seperti pekerjaan seorang supir. Kebiasaan merokok,
untuk menyerap nutrient yang diperlukan dari dalam darah. Berat badan yang
berlebihan bisa juga menjadi pemicu faktor resiko karena adanya beban ekstra
pada daerah perut yang dapat menyebabkan strain pada punggung bawah
1) Pemeriksaan Subjektif
siapakah penderita , dan masalah apakah yang mungkin ada. Identitas pada pasien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, dan pekerjaan (Widiarti, 2016). Pada
pasien dengan kondisi HNP biasanya kebanyakan terjadi pada laki – laki yang
berusia dibawah 45 tahun (Kowalak et al., 2017). Pekerjaan dan aktivitas seperti
duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang – barang yang berat ,
sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang
terlalu berat, dan paparan vibrasi yang konstan seperti pekerjaan seorang supir
dilakukan atas indikasi tertentu yang bertujuan untuk memperleh keterangan yang
(1) Mielografi
lumbal dan pemotretan dengan sinar tembus jika diketahui adanya penyumbatan
atau hambatan pada kanalis spinalis yang mungkin disebabkan oleh HNP
(Muttaqin, 2012).
(2) CT scan
(3) MRI
tidak didapatkan pada MRI, pemeriksaan CT scan dan mielogram dengan kontras
(Muttaqin, 2012).
seperti ditusuk-tusuk, berdenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-
meningkat pada saat mencoba bangun dari tempat tidur di pagi hari atau saat
pertama kali berdiri. Gejala biasanya memburuk saat melakukan aktivitas seperti
duduk, membungkuk ke depan, batuk, dan menggeliat (Kisner & Colby, 2017).
2012).
Riwayat yang pernah dialami oleh pasien dengan kondisi HNP adalah
adanya riwayat trauma seperti kecelakaan, jatuh dari ketinggian (Mahadewa &
Maliawan, 2019).
pada proses degerasi pada diskus lumbalis dengan karakteristik nyeri punggung
6) Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat atau
dilakukan pada saat pasien datang. Pada pasien yang mengalami HNP seringkali
berjalan dengan susah payah. Raut muka mungkin mencerminkan rasa nyeri yang
sangat. Terlihat berjalan dengan satu tungkai sedikit difleksikan dan kaki pada
satu sisi jinjit karena cara ini dapat mengurangi nyeri. Saat inspeksi statis terlihat
bila duduk maka pasien akan terlihat duduk pada sisi yang sehat. Pada saat berdiri
satu tangan biasanya akan memegang pinggang dan tungkai yang sakit sedikit
difleksikan pada sendi lutut. Bila saat membungkuk maka tungkai yang sakit akan
(2) Palpasi
tubuh yang terlihat tidak normal (Widiarti, 2016). Pada klien yang mengalami
HNP saat dilakukan palpasi adanya spasme pada otot paralumbal, nyeri tekan
pada area otot-otot pada area yang terkena lesi dan adanya scoliosis (Mahadewa
memperhatikan apakah ada atau tidaknya keterbatasan gerak dan penyebab lain
secara pasif kearah fleksi dan ekstensi. Pada akhir gerakan fleksi dan ekstensi
diberikan provokasi atau tahanan hingga pasien merasakan nyeri end feel (Magee,
2014).
fleksi dan ekstensi dilakukan dengan diberi tahanan oleh terapis. Pasien penderita
HNP akan merasakan nyeri saat otot – otot pada punggung bawah berkontraksi
hari (Magee, 2014). Untuk prosedurnya adalah klien akan diberikan 10 sesi yang
pertanyaan yang ada pada 10 sesi tersebut dan memilih pertanyaan yang sesuai
dengan keadaan klien. Klien hanya diperbolehkan memilih satu pertanyaan di tiap
sesi dan pada setiap sesi memiliki nilai dari 0 hingga 5 tergantung pada
pernyataan yang dipilih oleh klien. Pernyataan pertama pada setiap sesi bernilai 0,
yang kedua bernilai 1, dan seterusnya. Apabila semua sesi telah dijawab kemudian
Sesi 4 : Berjalan
Saya mampu berjalan berapapun jaraknya tanpa disertai timbulnya nyeri.
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1 mil karena nyeri.
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari ¼ mil karena nyeri.
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 100 yard karena nyeri.
Saya hanya mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat atau kruk.
Saya hanya mampu tiduran, untuk ke toilet dengan merangkak.
Sesi 5 : Duduk
Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama aku mau.
Saya mampu duduk pada kursi tertentu selama aku mau.
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena nyeri.
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari ½ jam karena nyeri.
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena nyeri.
Saya tidak mampu duduk karena nyeri.
Sesi 6 : Berdiri
Saya mampu berdiri selama aku mau.
Saya mampu berdiri selama akum au tetapi timbul nyeri.
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1 jam karena nyeri.
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari ½ jam karena nyeri.
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 10 menit karena nyeri.
Saya tidak mampu berdiri karena nyeri.
Sesi 7 : Tidur
Tidur tak pernah terganggu oleh timbulnya nyeri.
Tidurku terkadang terganggu oleh timbulnya nyeri.
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 6 jam.
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 4 jam.
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 2 jam.
Saya tidak bisa tidur karena nyeri.
DS=JN: 50 X 100%
Keterangan:
harinya. Beberapa pasien mengalami kesulitan pada saat duduk, hal ini penting
jika pekerjaannya adalah jenis pekerjaan dalam posisi tertentu dengan dilakukan
Klien merasakan nyeri yang lebih berat dan mengalami masalah pada saat
duduk, mengangkat, dan berdiri. Perjalanan dan kegiatan sosial yang dirasa lebih
sulit mungkin meliburkan diri dari pekerjaan. Untuk perawatan diri, aktivitas
(5) 80%-100%
9) Pemeriksaan Spesifik
(1) Numerical Rating Scales (NRS)
pemeriksaan NRS adalah pasien diminta untuk mengukur seberapa parah nyeri
yang dirasakan berdasarkan skala 0 hingga 10. Skala 0 tidak nyeri (none), 1
nyeri berat (sereve). Pemeriksaan NRS dapat dilakukan secara lisan maupan
lumbal. Posisi awal pasien berdiri tegak dan kaki selebar bahu, kemudian pasien
diberikan tanda atau titik 5 cm ke bawah pada SIPS lalu tarik garis sepanjang 10
cm ke arah atas dan diberi tanda. Untuk hasil pada pemeriksaan ini adalah selisih
dari hasil pengukuran akhir dan awal, hasil dari pemeriksaan juga di dapatkan
pada dewasa muda. apabila selisih jarak kurang dari 4 cm akan menunjukan
bahwa adanya gangguan pada fleksi lumbal (Magee, 2014). Nilai normal
pengukuran schober test pada perempuan yaitu 4,93 cm untuk gerakan kearah
fleksi, dan untuk nilai normal gerakan ekstensi adalah 2,72 cm, sedangkan nilai
normal pengukuran schober test dengan gerakan fleksi pada laki-laki yaitu 5, 67
cm, dan untuk nilai normal gerakan ekstensi adalah 3,41 cm. dikatakan adanya
keterbatasan lingkup gerak sendi apabila hasil dari pemeriksaan menunjukan klien
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi terlentang dengan leher dan kepala dalam
posisi netral dan nyaman dengan posisi terapis di samping klien. Tungkai
digerakan fleksi hip dan ekstensi knee secara pasif oleh terapis hingga klien
meminta untuk berhenti. Hasil dikatakan positif apabila klien merasakan nyeri
Slump test dilakukan dengan posisi duduk , kedua tangan klien berada di belakang
digerakan ke arah dorsifleksi oleh terapis. Hasil positif apabila klien merasaka
2.4.2.1 Impairment
Permasalahan utama pada klien yang mengalami HNP adalah adanya nyeri
yang menjalar hingga dari gluteus, tungkai hingga kaki (Kowalak et al., 2017),
klien kesulitan untuk membungkuk, duduk, dan mencoba untuk berdiri dengan
1) Traksi
menyebabkan pergeseran mekanis pada sendi faset tulang belakang, dan dapat
anular dan ligamen longitudinal posterior yang dapat memberikan efek pendataran
pada pada penonjolan atau dapat menurunkan tekanan intradiskus (Kisner &
Colby, 2017).
Persiapkan alat traksi lumbal yang diperlukan klien seperti tali, katrol, sabuk
cara traksi memengaruhi tanda dan gejala spesifik yang dialami klien serta rasa
setiap peningkatan pada gejala atau ketidaknyamanan pada alat (Hayes & Hall,
2018).
& Hall, 2018). Hubungkan belt ke alat traksi kemudian atur parameter traksi
lumbal
nama generik untuk metode stimulasi serabut saraf aferen yang dirancang untuk
intensitas nyeri akut, kronis, dan nyeri pinggang kronis (Hayes & Hall, 2018).
di perlukan dan parameter yang tepat untuk intervensi, kemudian periksa kabel
dan elektrode yang akan digunakan persiapkan gel sebagai perekat elektrode dan
beberapa elektrode sesuai dengn letak nyeri yang akan diberikan terapi (Cameron,
2013).
(2) Persiapan Pasien
Terapis memastikan apakah TENS masih dalam kondisi off. Bersihkan kulit
pasien sebelum diterapi setelah itu menjelaskan apa yang akan di rasakan oleh
memulai terapi dilakukan pemeriksaan pada area kulit yang akan diberikan
rangsangan teradapat luka atau iritasi. Pasangkan kabel electrode ke unit electrical
Mengatur parameter yang optimal untuk terapi pada klien sesuai dengan indikasi
serta tujuan dari intervensi. Klien pada kondisi akut dapat diberikan dapat diatur
selama 15 hari berturut-turut (Hayes & Hall, 2018). Evaluasi pasien selama proses
terapi apakah pasien mengalami keluhan. Setelah proses terapi selesai, lepaskan
electrode lalu lihat kulit pasien untuk memastikan apakah ada tanda-tanda atau
reaksi yang dapat merugikan klien dari pemberian terapi menggunakan TENS ini,
parameter dan respon klien terhadap intervensi yang telah di berikan (Cameron,
2013).
3) Mckenzie Exercise
Mckenzie Exercise merupakan salah satu teknik konservatif yang bertujuan
mobilitas sendi.
Program latihan Mckenzie terdiri dari 7 latihan yaitu 4 latihan gerakan ekstensi
samping badan kemudian kepala menoleh ke salah satu sisi. Klien diminta untuk
mempertahankan posisi ini selama 2-3 menit sambil mengatur pernafasan dan
punggung bawah sebagai pertolongan pertama dan juga dapat digunakan sebagai
Klien diminta untuk menekan lengan bawah ke alas untuk mengangkat badan
secara perlahan sesuai dengan kemampuan klien, pelvis dan tungkai tetap rata
pada alas. Gerakan ini dipertahankan selama 2-3 sambil mengatur nafas dan
Gambar 2. 14
Lying Facedown in Extension (Mckenzie & Kubey, 2014)
(3) Extension in Lying
Klien diminta untuk menekan tangan untuk mengangkat badan posisi seperti
sedang push-up hingga siku lurus sesuai dengan batas toleransi klien dan posisi
pelvic, Hip dan tungkai tetap rata pada alas. Gerakan ini dipertahankan selama 1-2
detik kemudian klien diminta untuk kembali ke posisi awal. Klien diminta untuk
selama 1-2 detik. Sebelum kembali ke posisi awal gerakan ini dilakukan dengan
Posisi awal klien diminta untuk posisi berdiri dengan kedua tangan
diletakan pada pinggang, posisi ibu jari berada di depan dan jari lainnya berada
pada samping tulang belakang. Klien diminta untuk menekan tangan pada
pinggang sehingga terjadi gerakan badan ke arah ekstensi. Gerakan ini ditahan
selama 1-2 detik. Pengulangan gerakan ini dilakukan secara perlahan dengan
Posisi awal klien diminta untuk tidur telentang, meletakan tangan pada lutut
lalu menekuk lutut dan kaki lurus kemudian minta klien untuk menarik lutut
kearah dada sedekat mungkin tanpa mengangkat kepala. Gerakan ini ditahan
selama 1-2 detik kemudian klien diminta untuk kembali ke posisi awal. Setiap
pengulangan pada gerakan ini klien diminta untuk menarik lututnya lebih dekat
lagi dari sebelumnya. Apabila klien mampu melakukan gerakan ini tanpa adanya
nyeri, maka klien dapat melanjutkan gerakan selanjutnya (Mckenzie & Kubey,
2014).
Gambar 2. 17 Flexion in Lying (Mckenzie & Kurbey,
2014)
Posisi awal klien diminta untuk duduk pada kursi dengan lulut dan kaki
sejajar serta tangan berada diatas lutut dalam posisi rileks. Klien diminta untuk
memfleksikan lumbal dan memegang ankle atau lantai dengan tangan kemudian
kembali ke posisi awal. Setiap pengulangan pada gerakan ini klien diminta untuk
lantai. Gerakan ini dapat dilakukan setelah melakukan gerakan Flexion in Lying
apabila berhasil atau tidak dalam mengurangi nyeri atau kekakuan (Mckenzie &
Kubey, 2014).
Gambar 2. 18 Flexion in Sitting (Mckenzie & Kurbey
2014)
Posisi awal klien berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar dan kedua tangan
mungkin sesuai dengan kemampuan klien hingga jari-jari dapat menyentuh lantai
pada Mckenzie exercise dilakukan dengan 5-6 repetisi setiap sesi dan selalu diikuti
menyebabkan nyeri yang bertambah pada klien (Mckenzie & Kubey, 2014).
Gambar 2. 19 Extension in Standing (Mckenzie & Kurbey,
2014)
klien untuk menggunakan handuk atau bantal lumbal saat duduk dan pada
saat tidur minta pasien meletakan handuk yang sudah dilipat empat di
fleksi seperti, mengangkat barang, atau fungsi lain yang dapat meningkatkan
tekanan pada intradiskus selama gejala akut (Kisner & Colby, 2017).