Anda di halaman 1dari 101

SESAK DI BIDANG

RESPIROLOGI

Dr. Abdul Rohim, SpA

SMF Ilmu Kesehatan Anak


RSU Haji Surabaya

1
ISPA ATAS- BAWAH

ISPA ATAS
•Common cold
•Faringitis
•Otitis media
•Croup
ISPA BAWAH
•Bronkitis
•Bronkiolitis
•Pneumonia

2
SESAK NAPAS
• Manifestasi utama gawat darurat paru/saluran napas
• Bisa karena sebab lain diluar paru/saluran napas
1. SSP : Cheyne Stoke, Biots
2. Jantung : gagal jantung
3. Metabolik Asidosis : diare akut dehidresi berat,
gagal ginjal,D.M., intoksikasi salisilat, Syok,DBD
4. Kelainan intra abdominal: tumor,asites,hernia
diafragmatika.
5. Hematologi : Anemia

3
SESAK NAPAS ?
 Napas Cepat (tachypnea)

Umur
< 2 bulan > 60 x/mnt
2 - 12 bulan > 50 x/mnt
1 - 5 tahun > 40 x/ mnt

 Kesulitan napas
(dyspnea)
- Tarikan dinding dada
(retraction)
- Pch
- Sianosis, gelisah, kejang

4
SESAK NAPAS
• Penyakit bidang respirologi dengan gejala
sesak :
- Bronkopneumonia
- Bronkiolitis
- Asma
- Sindroma Croup

5
1. PEUMONIA

6
DEFINISI
– Radang yang mengenai parenkim paru
– Penyakit respiratorik yang ditandai dengan
batuk, sesak nafas, demam, ronki basah halus,
dengan gambaran infiltrat pada foto toraks
– Menurut anatominya : Pneumonia lobaris,
Pneumonia lobularis, Bronkopneumonia,
Pneumonia interstisialis.

7
ETIOLOGI
• Sebagian besar : mikro organisme (virus/bakteri), sebagian
kecil hal lain (aspirasi, bahan kimia, fungi, protozoa)
• Penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai distribusi
umur
• Secara umum bakteri penyebab :
- Streptococcus pneumoniae
- Haemophilus influenzae
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus group B
- Pseudomonas aeruginosa
- Chlamydia spp
- Mycoplasma pneumoniae

8
ETIOLOGI…….

Organisme penyebab pneumonia lainnya:

• Virus: RSV, adeno, parainfluenza, influenza


• Jamur/Fungi: kandida, histoplasma, koksidiodes
• Protozoa: pneumokistis karinii
• Bahan kimia: aspirasi makanan/ susu/isi lambung
atau hidrokarbon ( minyak tanah, bensin,dll)

9
MANIFESTASI KLINIS
• Bervariasi tergantung pada : kuman penyebab, usia, status
imunologis, berat penyakit

Gejala Tanda Pemeriksaan fisik

demam demam ronki


nafas cepat takipnu mengi
batuk dispnu suara nafas melemah
muntah retraksi pekak pada perkusi
tidak mau minum nafas cuping meningismus
iritabel merintih
letargi cyanosis
nyeri perut, dada
10
DIAGNOSIS
•Terbaik : berdasarkan etiologi (pem. mikrobiologi)

Pemeriksaan Bakteri Virus Mikoplasma

Anamnesis
- umur berapapun berapapun usia sekolah
- awitan mendadak mendadak tidak nyata
- sakit serumah tidak ya, bersamaan ya, berselang
- batuk produktif nonproduktif kering
- gx penyerta toksik mialgia, ruam nyeri kepala, otot
Fisis
- kead. Umum klinis > tem klinis ≤ tem klinis < temuan
- demam ≥ 39’C < 39’C < 39’C
- auskultasi ronki ± ronki bilateral ronki unilateral

11
TANDA KLINIS SEDERHANA PNEUMONIA (WHO)

 Napas Cepat
(tachypnea)

Umur
< 2 bulan > 60 x/mnt
2 - 12 bulan > 50 x/mnt
1 - 5 tahun > 40 x/ mnt

 Tarikan dinding dada


(subcostal retraction)

12
DIAGNOSIS….

• BERDASARKAN ANAMNESIS, GEJALA KLINIS,


PEMERIKSAAN FISIS, X FOTO DADA DAN LABORATORIUM

• DIAGNOSIS ETIOLOGIS : PERLU PEMERIKSAAN


MIKROBIOLOGIS ATAU SEROLOGIS

13
DIAGNOSIS BANDING
• BRONKIOLITIS
• PAYAH JANTUNG
• ASPIRASI BENDA ASING
• ABSES PARU

14
TATA LAKSANA
Indikasi MRS :
1. Ada kesukaran nafas, toksis
2. Sianosis
3. Umur kurang 6 bulan
4. Ada penyulit, misalnya : empiema
5. Diduga infeksi oleh Staphylococcus
6. Perawatan di rumah kurang baik

15
Tata laksana …

TERAPI OKSIGEN
 Dapat berupa : nasal prong, masker, ventilasi mekanik

TERAPI CAIRAN
 Jumlah sesuai berat badan, suhu, status hidrasi

 Restriksi cairan 2/3 kebutuhan

ANTIBIOTIKA
 Pemilihan berdasarkan umur, keadaan umum penderita
dan ‘dugaan’ penyebab.

16
ANTIBIOTIKA SESUAI UMUR DAN PENYEBAB

Umur < 3 bln 3 bln – 5 thn > 5 thn

Penyebab Strept. pneu Strept. pneu Strept. Pneu


Staphylococc Staphylococc Mycoplasma Enterobacteriace
H. Influenzae
Antibiotik
Ampisilin Ampisilin Eritromisin
& gentamycin & kloksasillin

Eritromisin Kotrimoksazol

Cefotaxim Cefotaxim Cefotaxim

17
OBAT DOSIS/KG/24JAM CARA

Cefotaxim 100 mg/kg/24 jam iv, 2-3x/hari


Penisilin prokain 50.000 – 100.000 KI im, 1-2x/hari
Kloramphenikol 50 – 100 mg/kg/24 jam iv/oral, 3-4x/hari
Ampisilin 50 – 100 mg/kg/24 jam im/iv, 3-4x/hari
Cloxacillin 50 mg/kg/24jam im/iv, 3x/hari
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam po, 3-4x/hari
Gentamycin 5-7 mg/kg/24 jam im/iv, 2x/hr
Kotrimoksazol 6 mg/kg/24 jam (TMP) po, 2x/hari

18
TERAPI LAIN :
• Simptomatis : oksigenasi, uap, ekspektoran
• Fisioterapi: drainase postural, menepuk-nepuk dada
• Terapi penyulit : empyema, pneumotoraks

19
KOMPLIKASI
• Abses paru, perdarahan paru, bronkiektasis
• Empiema
• Atelektasis
• Piopneumothorak
• Pneumatosel
• Gagal nafas
• Meningitis
• Sepsis +/- renjatan
• artritis

20
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas ?

Bila YA
• Tanya berapa lama ?
• Lihat, dengar : napas 1 menit, tarikan dinding dada, stridor

Napas cepat : 2-12 bln : > 50 x/ mnt


12 bln-5 thn :> 40 x/ mnt

21
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN
 Ada tanda bahaya umum PNEUMONIA  Beri dosis pertama antibiotik yang
atau BERAT atau sesuai
 Tarikan dinding dada PENYAKIT  Rujuk SEGERA
kedalam atau SANGAT BERAT
 Stridor

Napas cepat PNEUMONIA  Beri antibiotik yang sesuai selama


5 hari
 Beri pelega tenggorokan dan
pereda batuk yang aman
Nasihati ibu kapan harus segera
kembali
 Kunjungan ulang setelah 2 hari

Tidak ada tanda-tanda BATUK : BUKAN Jika batuk lebih dari 30 hari, rujuk
pneumonia atau penyakit PNEUMONIA untuk pem lebih lanjut
sangat berat  Beri pelega tenggorokan dan
pereda batuk yang aman
Nasihati ibu kapan harus segera
kembali
 Kunjungan ulang setelah 2 hari
22
ANTIBIOTIK MTBS

• Pilihan pertama Kotrimoksasol


• Pilihan kedua Amoksisilin

23
2. BRONKIOLITIS

24
DEFINISI
 Infeksi virus akut saluran napas bawah , terutama
pada bayi kecil, tersering berumur 2-24 bulan
 Sindroma klinis pada bayi berumur kurang dari 12
bulan, serangan pertama, setelah suatu prodromal
infeksi saluran napas atas dengan karakteristik :
wheezing expir, dyspnea, respiratory distress, poor
feeding dan tachypnea dan pada pem radiologi
menunjukkan hiperaerasi
25
EPIDEMOLOGI
 Musiman, puncak pada musim dingin.
 Hemisfer utara : Desember sampai Maret
 Hemisfer selatan : Juli dan Agustus.
 Pada daerah tropis , bronkiolitis sering didapatkan pada
musim hujan
 75% terjadi pada anak-anak < 1 tahun dan 95% pada anak <
2 tahun, insiden puncak umur 2-8 bulan.
 2,2 kasus per 100 anak per tahun
 ♂ > ♀ = 1,5 : 1
 Penyebaran : droplet dan inokulasi/kontak langsung

26
 60 – 90% disebabkan karena Respiratory
Syncytial Virus (RSV) Penyebab lainnya:

 Virus parainfluenza types 1,2 and 3


 Virus influenza B
 Adenovirus types 1,2 and 5
 Mycoplasma ( anak besar )

27
Faktor resiko terjadinya bronkiolitis:
 jenis kelamin laki-laki
 prematuritas, BBLR
 sosio ekonomi rendah, kondisi padat penduduk
 titer antibodi maternal RSV yang rendah
 bayi yang tidak mendapat ASI
 paparan asap rokok, bayi terpapar ibu yang merokok
frekuensi bronkiolitis meningkat hingga 3-60%

28
PATOGENESIS-PATOFISIOLOGI
Infeksi RSV

Kolonisasi & replikasi mukosa (terminal bronkiolus : >>)

Nekrosis sel epitel bersilia bronkioli

Proliferasi limfosit, sel plasma & makrofag

Edema submukosa Kongesti Plugging (debris & mukus)

Penyempitan lumen bronkioli (total/ sebagian)

Respon paru
29
PATOGENESIS…..

Obstruksi bronkioli : - derajat bervariasi


- distribusi tersebar

Obstruksi total : Atelektasis

Obstruksi Parsial : Hiperinflasi/ hyperaerated

30
PATOGENESIS…..

OBSTRUKSI JALAN NAPAS


ATELEKTASIS YANG TERSEBAR

Gangguan pertukaran gas serius, gangguan ventilasi/ perfusi


Hipoksemia (PaO2 ↓ ) , Hiperkapnea ( Pa CO2 ↑ )

Hipoksemia As.Laktat
Intake kalori & cairan << ASIDOSIS METABOLIK
Pemberian salisilat

Retensi CO 2 ASIDOSIS RESPIRATORIK

Bronkiolitis berat GAGAL NAPAS

31
Berkaitan dengan Asma ?

 30% - 50 % berkembang menjadi asma


 Ada persamaan: - patogenesis

- patologi

32
PROSES INFLAMASI
Deskuamasi of
Desquamation
epithel
epithelium
Hiperplasia
Hyperplasia of Mucus plug
Mucous plug
Mucous
Mucosglands
glands

Penebalan
membrana
basalis

Oedema
Neutrophil and
Infiltrasi neutrofil &
Hipertrofi dan kontraksi eosinophil infiltration
eosinofil
otot polos
33
Barnes PJ
34
MANIFESTASI KLINIS
 Kontak dengan penderita ISPA dewasa /anak besar
 Didahului ISPA atas ringan (pilek encer, bersin,batuk)
 Kondisi memberat : distres nafas (takipnu, retraksi,
nafas cuping hidung, sianosis, takikardi)
 Terdapat wheezing, ekspirasi memanjang
 Hepar & lien teraba karena pendorongan diafragma
 Kadang-kadang : konjungtivitis ringan, otitis media,
faringitis
35
DIAGNOSIS
 Kriteria bronkiolitis
 Wheezing pertama kali

 Umur 24 bulan atau kurang

 Pemeriksaan fisik sesuai gambaran infeksi virus

 Menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi

 Tes laboratorium rutin : tidak spesifik


 Gambaran radiologi
 Tes serologi : antigen RSV ( IFA atau Elisa )
 Kultur virus : sulit dan mahal

36
GAMBARAN RADIOLOGIS

 Normal (10 %)
 Hiperinflasi
 Patchy infiltrates (infiltrat tersebar)
 Patchy Atelectasis (atelektasis tersebar)

37
Normal (10%) 38
Diafragma datar,
diameter AP >
subcostal >
retrosternal space >

HYPERAERATED LUNG = HIPERINFLASI


39
Hyperaerated lung , Pathcy Infiltrates 40
Hiperinflasi paru , infliltrat luas, kardiomegali 41
BEDA BRONKIOLITIS - ASMA

 Asma  Bronkiolitis
 Umur > 2 tahun  Umur < 2 tahun
 Demam : biasanya –  Demam : +
 Wheezing berulang  Wheezing pertama
 ISPA : + / -  ISPA : +
 Atopi keluarga : +  Atopi keluarga: -/+
 Riwayat Alergi : +  Riwayat Alergi : -/+
 Respon terhadap  Respon terhadap
bronkodilator: cepat bronkodilator: lambat

42
BEDA PNEUMONIA-BRONKIOLITIS
Pneumonia Bronkiolitis
Umur Semua umur < 2 tahun
Penyebab Bakteri / virus Virus
Onset Lebih lama cepat
Pemeriksaan fisis Inspiratory effort Expiratory effort
Foto thoraks Infiltrat Hiperaerasi
Tes RSV Negatif Positif

43
TATA LAKSANA
 Prinsip dasar : terapi suportif ( oksigen, cairan, nutrisi)
 Bronkiolitis ringan ; rawat jalan
 Bronkiolitis sedang-berat : MRS
 Saturasi O2 <92% dengan udara ruangan
 Usia < 3 bulan
 Dehidrasi
 Distres napas
 Penyakit paru kronik
 Kelainan jantung
 Defisiensi imun

44
Tata laksana …

TERAPI OKSIGEN
 Untuk kasus-kasus yang sedang-berat

 Dapat berupa : nasal prong, masker, ventilasi


mekanik

TERAPI CAIRAN
 Jumlah sesuai berat badan, suhu, status hidrasi

 Restriksi cairan 2/3 kebutuhan

 Koreksi terhadap kelainan elektrolit dan asam-


basa

45
Tata laksana …

ANTIBIOTIKA
 Diberikan sesuai keadaan penderita

 Dasar pemberian: keterlambatan mengetahui etiologi


virus penyebab , kemungkinan infeksi sekunder,
hambatan isolasi penderita

ANTIVIRUS ( RIBAVIRIN)
 synthetic nucleoside analogue  menghambat aktifitas
virus
 Efektifitas masih kontroversi

46
Tata laksana …

BRONKODILATOR
Telah lama diperdebatkan
 Agonis β2 :
 Efek bronkodilatasi
 Mengurangi pelepasan mediator
 Mengurangi sembab mukosa
 Menurunkan tonus kolinergik
 Meningkatkan efektifitas mukosilier

47
Tata laksana …
KORTIKOSTEROID

 Tidak ada pengaruh terhadap saturasi oksigen,


RDAI, lama rawat inap
 Fitzgeralg, MJA 2004
 Black CP, Respir care 2003
 Garzon, AACN Clin Issues 2002

 Kortikosteroid sistemik : perbaikan gejala klinis &


lama rawat inap
 Garrison, Pediatric 2000 (meta analisis)

48
PROGNOSIS

 Perjalanan penyakit:
 Perbaikan klinis : 3 - 4 hari
 Perbaikan radiologis : 9 hari

 20% gejala obstruksi napas menetap

49
PENCEGAHAN
 Membatasi penularan
 Cuci tangan
 Penggunaan sarung tangan dan masker
 Isolasi penderita
 Pemberian ASI
 Menghindari kontak dengan penderita ISPA dewasa

 Imunoprofilaksis : RSV-IGIV (Respigam)


 Imunisasi aktif dengan vaksin RSV : proteksi
tidak adekuat

50
3. ASMA BRONKIAL

51
DEFINISI ASMA
• Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar
inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi

PEDOMAN NASIONAL ASMA ANAK :


• wheezing dan/atau batuk, timbul episodik dan/atau
kronik, musiman, ada pencetus, sifat reversibel
spontan atau dengan pengobatan, riwayat asma/
atopi lain pada penderita/keluarga

52
BATUK KRONIS BERULANG
• Batuk kronik berulang (BKB, chronic recurrent
cough ) dapat menjadi petunjuk awal untuk
membantu diagnosis asma.

53
GEJALA ASMA
• Gejala asma adalah batuk, mengi, sesak
napas, dada tertekan yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel,
cenderung memberat pada malam atau
dini hari, dan biasanya timbul jika ada
pencetus.

54
PATOGENESIS
Alergen Inflamasi
(sel mast, eosinophil, limfosit & sel epitel)

Mediator & Sitokin

Reaksi Asma Segera ( RAS )

Bronkokonstriksi Sekresi Mukus

Kongesti pembuluh Gangguan transport


darah Edema mukosilier
55
Normal
ASMA
Asma Serangan

• inflamasi kronis saluran napas


• gangguan fungsi otot polos sal. napas
• dari ringan sampai fatal

56
PATOFISIOLOGI

Obstruksi saluran respiratorik


Karena kontraksi otot polos bronkus, penebalan
dinding saluran nafas karena edema akut, infiltrasi
sel radang dan remodeling; hiperplasia & hipertrofi
kronis otot polos, vaskuler & sel sekretorik; serta
deposisi matriks dinding saluran nafas

Hiperreaktivitas saluran napas

57
DIAGNOSIS ASMA
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan Penunjang

Dasar utama diagnosis adalah anamnesis


untuk menggali manifestasi klinis dengan
karakteristik yang khas mengarah ke asma

58
ANAMNESIS
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah1:
• Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang
• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk,
suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap
rasa, pengawet makanan, pewarna makanan
– Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk
sari
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan

59
1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Anamnesis
• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma
dalam keluarga

• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari


waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya malam hari lebih berat (nokturnal)

• Reversibilitas: gejala dapat membaik secara


spontan atau pemberian obat pereda asma

60
PEMERIKSAAN FISIK
• Gejala asma:
– Tanpa gejala
– Ada gejala: batuk, sesak,
wheezing, ekspirasi memanjang
Allergic shiner
• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue

Geographic tongue

61
ALUR DIAGNOSIS ASMA

62
63
ASMA
!!
BALITA
Gejala (batuk, Gejala (batuk, Gejala (batuk, wheezing,
wheezing,sulit bernapas) wheezing,sulit bernapas) susah bernapas ) > 10 hari,
selama IRA
≤10 hari, selama IRA >10 hari, selama IRA >3 episode/thn, atau
2-3 episode/thn >3 episode/thn, atau episode berat dan/atau
episode berat dan/atau perburukan malam hari
perburukan malam hari !
! !

Tidak ada gejala!di antara Di antara episode anak Di antara episode anak
episode mungkin batuk, wheezing batuk, wheezing atau sulit
atau sulit bernapas bernapas saat bermain
atau tertawa!

Riwayat alergi pada Riwayat alergi pada


Riwayat alergi pada
keluarga (-) keluarga (+)
keluarga (-)
' '
MUNGKIN'BUKAN'ASMA' MUNGKIN''ASMA' SANGAT MUNGKIN ASMA'
! !
!

Keterangan: Skema di atas menggambarkan bahwa asma pada balita merupakan suatu
spektrum yang dinamis, semakin ke kanan pola gejala yang ditemui, maka makin kuat
dugaan ke arah asma, dan seorang pasien dapat berubah posisinya seiring waktu.
! 64
KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-
kunjungan awal dan dibuat berdasarkan
anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
<6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6
Intermiten
minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
1. 65 2012.
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
KLASIFIKASI ASMA
Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015 adalah:

PNAA 2004 PNAA 2015


Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat

66
KLASIFIKASI ASMA

Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4


• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas

Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan


digunakan sebagai dasar penentuan tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
6763:335-
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
56.
KLASIFIKASI ASMA
Berdasarkan keadaan saat ini:
• Tanpa gejala
• Ada gejala
• Serangan ringan-sedang
• Serangan berat
• Ancaman gagal napas
Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif
akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa
dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut.

68
SERANGAN ASMA
• Adalah episode peningkatan yang progresif
(perburukan) dari gejala-gejala batuk, sesak
napas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai
kombinasi dari gejala-gejala tersebut
• Mencerminkan gagalnya tata laksana asma
jangka panjang, atau adanya pajanan dengan
pencetus

69
Tujuan tata laksana serangan asma

• Mengatasi penyempitan saluran respiratori


secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya
• Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana
jangka panjang untuk mencegah kekambuhan

70
PATOFISIOLOGI SERANGAN ASMA

71
PENILAIAN DERAJAD SERANGAN ASMA
Serangan asma
Asma serangan
Asma serangan berat dengan ancaman
ringan-sedang
henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang • Letargi
daripada berbaring lengan • Suara napas tak
• Tidak gelisah • Gelisah terdengar
• Frekuensi napas • Frekuensi napas
meningkat meningkat
• Frekuensi nadi • Frekuensi nadi
meningkat meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): • SpO2 (udara kamar) <
90 – 95% 90%
• PEF > 50% prediksi • PEF < 50% prediksi
atau terbaik atau terbaik

72
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI RUMAH
Berikan inhalasi β2-agonis kerja pendek
Via nebulizer Via MDI + spacer
• Berikan 2-agonis kerja pendek, • Berikan serial β2 agonis kerja
lihat responsnya  gejala pendek via spacer dengan dosis: 2
menghilang  cukup diberikan – 4 semprot
satu kali • Berikan satu semprot diikuti 6 – 8
• Jika gejala belum membaik dalam tarikan napas, lalu diberikan
30 menit  ulangi pemberian semprotan berikutnya dengan
sekali lagi siklus yang sama
• Jika dengan 2 kali pemberian 2- • Jika membaik dengan dosis 2-4
agonis kerja pendek via nebuliser semprot, inhalasi dihentikan.
belum membaik  segera bawa • Jika gejala tidak membaik dengan
ke fasyankes dosis 4 semprot, segera bawa ke
fasyankes

73
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI FASYANKES

74
Bila tidak tersedia obat-obatan lain, ADRENALIN untuk asma yang berhubungan dengan
anafilaksis dan angioedema, dosis 10 ug/kg (0,01 ml/kg adrenalin 1:1.000), maksimal 500 ug (0,5 75
ml)
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI FASYANKES &
RS/UGD

76
77
**Pilihan steroid untuk serangan asma

Nama Generik Sediaan Dosis

tablet 4 mg 0,5−1 mg/kgBB/hari


Metilprednisolon tablet 8 mg tiap 6 jam

Prednison tablet 5 mg 0,5−1 mg/kgBB/ hari - tiap 6 jam

Metilprednisolon vial 125 mg 30 mg dalam 30 menit (dosis tinggi)


suksinat injeksi vial 500 mg tiap 6 jam
Hidrokortison- vial 100 mg 4 mg/kgBB/kali - tiap 6 jam
suksinat injeksi
Deksametason 0,5−1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan 1
ampul
injeksi mg/kgBB/hari diberikan tiap 6−8 jam
Betametason injeksi ampul 0,05−0,1 mg/kg BB - tiap 6 jam

78
TATA LAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

• Pemberian oksigen diteruskan


• Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan
intravena dan koreksi asidosisnya
• Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8
jam, dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
• Nebulisasi 2-agonis + ipratropium bromida dengan
oksigen dilanjutkan setiap 1−2 jam. Jika dalam 4-6
kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak
pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.

79
TATA LAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

• Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis:


– Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya,
aminofilin dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB, yang
dilarutkan dalam dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion
pump atau mikroburet
– Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian
aminofilin dosis rumatan sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam
– Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam),
dosis diberikan separuhnya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB)
maupun rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam)
– Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan
dipertahankan 10-20 mcg/ml
80
TATA LAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

• Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan


setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta
aminofilin diganti dengan pemberian per oral
• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat:
– 2-agonis (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama
24-48 jam
– Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 3-5 hari untuk
reevaluasi tata laksana

81
TATA LAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

• Ancaman henti napas


– Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi
oksigen
– Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana
awal di UGD dan/atau perburukan asma yang cepat
– Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain
ancaman henti napas, atau hilangnya kesadaran.
– Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di
ruang rawat inap

82
Nebuliser

83
Jet Nebuliser

84
Ultrasonik Nebuliser

85
Babyhaler

86
Daftar Obat untuk nebulasi

Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis Nebulasi


Golongan  agonis
Fenoterol Berotec Solution 0,1 % 5 - 10 tetes
Salbutamol Ventolin Nebule 2,5 mg 1 nebule
Terbutalin Bricasma Respule 2,5 mg 1 respule

Golongan antikolinergik
Ipratropium bromide Atrovent Solution 0,025 % > 6 thn : 8 – 20 tetes
 6 thn : 4 – 10 tetes
Golongan steroid
Budesonide Pulmicort Respules
Flutikason Flixotide Nebules
Golongan  agonis + antikolinergik
Salbutamol + Combivent UDV Unit dose vial ½ - 1 vial
ipratropium bromide
87
4. SINDROMA CROUP

88
DEFINISI
• Sindroma “CROUP” : - Batuk
- Suara Parau
- Stridor Inspiratoir

• Disebabkan obstruksi saluran napas atas/ laring

89
PATOFISIOLOGI

INFEKSI
MEKANIS
ALERGI

SPASME + SEMBAB LARING

OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS

90
ETIOLOGI

• INFEKSI : terbanyak infeksi virus


- Bakteri : H. influenza B, C.diphteri
- Virus : P. influenza 1,2,3, Infuenza, Adeno,
Entero, RSV, Morbilli

• MEKANIK: Benda asing


Pasca pembedahan
Penekanan masa ekstrinsik
• ALERGI : Sembab angioneurotik
91
5 PENYAKIT CROUP KARENA INFEKSI

• LARINGITIS DIFTERIA
• EPIGLOTITIS AKUTA
• LARINGITIS AKUTA
• LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUTA
• LARINGITIS SPASMODIK

92
93
GEJALA KLINIS
• Timbul suara serak, batuk menggonggong dan
terdengar stridor inspiratoir
• Bila obstruksi bertambah, stridor makin keras
• Bila payah, stridor melemah
• Retraksi interkostal, supraklavikular, suprasternal
dan epigastrial.
• Anak menjadi gelisah bila terjadi hipoksia
• Bila bertambah berat bisa terjadi gagal napas.

94
1. EPIGLOTITIS AKUT

Merupakan keadaan gawat darurat, Diagnosis secepat mungkin.


Penanganan yang cepat dan tepat dapat menurunkan kematian.
Bahaya gagal napas
ETIOLOGI : Terbanyak H. Influenza Tipe B
PENATALAKSANAAN :
- Perawatan di ICU
- Cairan intravena + O2 + UAP
- Antibiotika :
Ampisilin 100 mg/KgBB/24 jam IV, 4 X sehari
Kloramfenikol: 50 mg/KgBB/24 jam IV, 4 X sehari
atau
Sefalosporin gen 3 (Cefotaxim ATAU Ceftriaxon)
- Antipiretik
- Sering memerlukan TRAKEOSTOMI
95
2. LARINGITISTIS AKUT,
LARINGOTRAKEOBRONKITIS

DEFINISI: Keradangan pada laring/ laring-trakea- bronkus

ETIOLOGI: penyebab >>> virus,


70% V. Para influenza, V ,Influenza, V. adeno,
RSV, V. morbilli
UMUR : 3 bulan – 5 tahun

PADA LTB : dapat terjadi infeksi sekunder karena bakteri

96
PENATALAKSANAAN LA/LTBA

• UMUMNYA TIDAK PERLU MRS


• LA: TIDAK PERLU ANTIBIOTIKA
• LTBA: DAPAT DIBERI PENISILIN +/ KLORAMFENIKOL
• UAP/NEBULASI
• ANTIPIRETIK : BILA PERLU
• SAKIT BERAT: MRS : O2 +UAP, CAIRAN IV
AMPISILIN IV
STEROID: DEKSAMETASON IV
0,5 mg/kg/24 jam, 3 X/hari 1-2 hari
JARANG : TRAKEOSTOMI

97
3. LARINGITIS SPASMODIK

• KLINIS: Bisa pilek/serak atau tanpa pilek/serak


malam batuk menggonggong,stridor insp, gelisah
panas -
Gejala batuk: pagi <<, malam >>
bisa berulang, ada predisposisi keluarga (alergi)
• PENGOBATAN
Tidak perlu mrs, tidak perlu antibiotika
Muntah : bila perlu berikan obat muntah
seringkali bila muntah laringospasmus hilang
Yang penting : PEMBERIAN UAP

98
Stridor Laring Kongenital
• Paling sering Laringomalasia, Trakeomalasia
- deformitas/ kelembekan epiglotis dan apertura
supraglotis, kelemahan dinding sal napas.
- kolap/ obstruksi jalan napas saat inspirasi
• Klinis : stridor Inspiratoar, masa neonatus- 1 thn,
intermitten, berat bila terlentang, retraksi inspiratoar,
deformitas, dispnea, kesukaran menetek, bisa malnutrisi.

99
Stridor Laring Kongenital

• Diagnosis : Laringoskopi
• Terapi :
- Tidak ada tx spesifik
- Sembuh spontan
- trakeostomi (4 : 1.415)
- Tidur tengkurap lbh enak
- k/p nutrisi per NGT.
• Prognosis : membaik s/d 18 bulan.

100
101

Anda mungkin juga menyukai

  • EPS
    EPS
    Dokumen18 halaman
    EPS
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Buckle Atau Torus
    Fraktur Buckle Atau Torus
    Dokumen1 halaman
    Fraktur Buckle Atau Torus
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • THORAX HIV
    THORAX HIV
    Dokumen20 halaman
    THORAX HIV
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Pomr Isk Lapsus
    Pomr Isk Lapsus
    Dokumen5 halaman
    Pomr Isk Lapsus
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Skabies
    Penyuluhan Skabies
    Dokumen13 halaman
    Penyuluhan Skabies
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • MOREP
    MOREP
    Dokumen28 halaman
    MOREP
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Referat Abses
    Referat Abses
    Dokumen21 halaman
    Referat Abses
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • PRESENTASI KASUS Kista Coklat
    PRESENTASI KASUS Kista Coklat
    Dokumen22 halaman
    PRESENTASI KASUS Kista Coklat
    Ineke Putri
    100% (1)
  • Dampak PONV
    Dampak PONV
    Dokumen1 halaman
    Dampak PONV
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Hipoksia Aerob dan Anaerob
    Hipoksia Aerob dan Anaerob
    Dokumen26 halaman
    Hipoksia Aerob dan Anaerob
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen5 halaman
    Anestesi
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Penelitian Anestesi
    Penelitian Anestesi
    Dokumen51 halaman
    Penelitian Anestesi
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Referat Efusi
    Referat Efusi
    Dokumen23 halaman
    Referat Efusi
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Referat Abses
    Referat Abses
    Dokumen21 halaman
    Referat Abses
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Morning Report OMSK - THT
    Morning Report OMSK - THT
    Dokumen19 halaman
    Morning Report OMSK - THT
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Soap Status Obstetri Dokter Muda
    Soap Status Obstetri Dokter Muda
    Dokumen5 halaman
    Soap Status Obstetri Dokter Muda
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipoksia
    Referat Hipoksia
    Dokumen16 halaman
    Referat Hipoksia
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • MR 27 Nov 2017
    MR 27 Nov 2017
    Dokumen15 halaman
    MR 27 Nov 2017
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Pomr Obgyn
    Pomr Obgyn
    Dokumen3 halaman
    Pomr Obgyn
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Dampak PONV
    Dampak PONV
    Dokumen1 halaman
    Dampak PONV
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • MR 06 Des 2017
    MR 06 Des 2017
    Dokumen15 halaman
    MR 06 Des 2017
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • POMR 19 Januari 2018
    POMR 19 Januari 2018
    Dokumen4 halaman
    POMR 19 Januari 2018
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • POMR 5 Desember 2017
    POMR 5 Desember 2017
    Dokumen4 halaman
    POMR 5 Desember 2017
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Morning Report OMSK - THT
    Morning Report OMSK - THT
    Dokumen19 halaman
    Morning Report OMSK - THT
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Pomr Postdate
    Pomr Postdate
    Dokumen5 halaman
    Pomr Postdate
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • Rang Kuman
    Rang Kuman
    Dokumen2 halaman
    Rang Kuman
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • POMR 27 Januari 2018
    POMR 27 Januari 2018
    Dokumen4 halaman
    POMR 27 Januari 2018
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • PROSES TERAPI Katarak Imatur + SMK
    PROSES TERAPI Katarak Imatur + SMK
    Dokumen19 halaman
    PROSES TERAPI Katarak Imatur + SMK
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat
  • MR Igd Anak 7 Feb 18
    MR Igd Anak 7 Feb 18
    Dokumen2 halaman
    MR Igd Anak 7 Feb 18
    Asri Ani Nurchasanah
    Belum ada peringkat