Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN

LOW BACK PAIN


1. Latar Belakang
Low Back Pain (nyeri punggung belakang) bukan merupakan suatu penyakit
atau diagnosis suatu penyakit melainkan suatu gejala nyeri dipunggung belakang.
Low back pain sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negaranegara industri. Diperkirakan 70 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami
episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 45 %,
dengan point prevalensi rata-rata 30%.
Penyakit low back pain menjadi kasus yang sangat serius dan terus meningkat
sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui faktor-faktor penyebab,
patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor sosial tetapi teori yang
memuaskan tentang patogenesis belum seluruhnya diketahui.
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang
ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan
tepat. Sebagian besar low back pain dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga
keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang cukup mendalam. Oleh
karena itu, kemungkinan penyebab yang lebih serius tidak dikenali sedini
mungkin.
2. Tempat, Waktu Kegiatan dan Peserta
Kegiatan promosi kesehatan Low Back Pain dilakukan pada tanggal:
Hari/ Tanggal :
Waktu
:
Tempat
:
Topik
: Low Back Pain
Peserta
:

3. Metode Promotif
Metode kegiatan penyuluhan dibagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta.
Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan.

b. Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet. Dan disela materi penyaji memberikan kesempatan bertanya jika ada
materi yang tidak dimengerti.
c. Penutup
Setelah penyampaian materi, penyaji memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya.
4. Materi Penyuluhan
a. Definisi Low Back Pain
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau nyeri yang
berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke daerah lain atau sebaliknya
(referred pain). Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah
termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan
akibat dari mobilisasi yang salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari
12 minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan.
b. Etiologi Low Back Pain
1.

Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis,

osteoartritis.
2.

Penyakit Inflamasi

3.

Osteoporotik

4.

Kelainan Kongenital

5.

Gangguan Sirkulatorik

6.

Tumor

7.

Toksik

8.

Infeksi

9.

Problem Psikoneurotik

c. Faktor Risiko Low Back Pain


Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :

1.

Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa
saja, pada umur berapa saja. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin

.2.

meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.


Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon

3.

estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.


Faktor Indeks Massa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri

pinggang.
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat

4.

beban tubuh.
Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan
tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di
pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari

5.

akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.


Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur

pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur.
Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut
diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.

d. Patofisiologi LBP
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat

memberikan

perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan


tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Mengangkat

beban

berat

pada

posisi

membungkuk

menyamping

menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal


dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot
di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan
pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

e.

Tanda dan Gejala Low Back Pain


Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam
kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran
atau keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung
dari aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau
lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan
neurologis
-

Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa


baal di daerah nyeri

Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun


sensorik/refleks.

c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
-

Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan


kendaraan bermotor

Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif

Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal

Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang

f. Pencegahan Nyeri Punggung


1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar

tetap sehat ayau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :

Lakukan aktivitas yang cukup dan tidak terlalu berat.

Selalu duduk dalam posisi yang tepat. Duduk harus tegap, sandaran
tempat duduk harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi
duduk berarti membebani tulang belakang 3-4 kali berat badan,
apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat. Sementara pada posisi
berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat badan
normal.

Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu


setengah jam hingga dua jam. Setelah itu sebaiknya berdiri dan
lakukan peregangan lalu duduk lagi lima menit kemudian.

Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga


titk berat badan agar seimbang pada kaki.

Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik misalnya memiliki matras
yang kuat sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling
baik adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan
dengan lutut yang dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya
diletakkan bantal kecil dibawah lutut.

Lakukan

olahraga

teratur.

Pilij

olahraga

yang

berfungsi

menguatkan otot-otot perut dan tulang belakang, misalnya sit up.


Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu
melakukan gerakan akrena beban disebarkan merata ke seluruh
bagian tulang belakang.

Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.

Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke


belakang hingga posisi tungkai hampir lurus.

Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.

Jangan mengangkat benda dengan membungkuk. Angkat objek


dengan menekuk lutut dan berjongkok untuk mengambil objek.
Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ke tubuh. Hindari
memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong daripada
menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta bantuan
orang lain bila mengangkat benda yang berat.

Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah
berat badan berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet
harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D membantu
menjaga pertumbuhan tulang baru.

Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang


punggung bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang
belakang mengalami degenerasi.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan
komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah
sakit. Pencegahan sekunder ini daoat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat
dan tepat.
3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi


dan

mengadakan

rehabilitasi.

Rehabilitasi

bertujuan

untuk

mengembalikan fungsi fisik dan menolong penderita nyeri punggung


agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat menjalani
kehidupan yang lebih normal.

Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita nyeri punggung

menghindari pekerjaan atau aktivitas berat.


Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan atau
stress yang dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya

nyeri punggung.
Bagi penderita nyeri punggung yang obesitas sebaiknya melakukan

diet untuk menurunkan berat badan.


Untuk mengurangi dissabilitas dan

direkomendasikan dengan program back exercise.


Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang

perbaikan

fungsional

benar.

5. Tanya Jawab
1. Tanya :
Jawab :
6. Penutup.
Target promotif dari penyuluhan ini adalah seluruh pasien dari berbagai usia
agar mengetahui mengenai Tanda dan Gejala Low Back Pain dan diharapkan
dapat mengenali segera tanda dan gejala Low back pain serta mencegah terjadinya
Low Back Pain.
7. Daftar Pustaka.

National Institute Of Neurogical Disorders and Stroke : Low Back Pain


Fact

Sheet,

URL

www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detailbackpain.htm, 2010.
2

Harsono, Soeharso. Nyeri Punggung Bawah. In : Kapita Selekta Neurologi.


Harsono, editor. Edisi 2. Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta ; 2010.

Tomita S, Arphorn S, Muto T, et al. Prevalence and risk factors of low back
pain among thai and myanmar migrant seafood processing factory workers

in Samut Sakorn Province, Thailand. Industrial Health 2010; 48: 283291.


Feldman DE, Shrier I, Rossignol M, et al. Risk factors for the development

of low back pain in adolescence. Am J Epidemiol 2001; 154(1): 30-36.


Haldeman, S.D. et al, 2002. An Atlas of Back Pain. USA: The Parthenon

Publishing Group.
Cianflocco,
A.J.,

2013.

Low

back

pain.

Available

from:http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorde
rs/low_back_and_neck_pain/low_back_pain.html

Dokumentasi:

Banda Aceh, Juni 2016


Mengetahui :

Kepala UPTD Puskesmas

Pembimbing II

Lampaseh / Pembimbing I

dr. Nurcahayati
NIP. 19780714 200804 2 001

dr. Nila Frisanti


NIP. 19821006 201412 2 001

Anda mungkin juga menyukai