Anda di halaman 1dari 18

KOMPLIKASI TIRAH

BARING LAMA
Ayuningtiyas
Nur Fadilla
Fatimah Lidya

PRESSURE SORE/ PRESSURE ULCER/ DECUBITUS ULCER

DEFINISI
Ulkus dekubitus atau pressure sores adalah kerusakan
pada kulit dan jaringan di bawahnya. Lesi ini biasanya terjadi
pada bagian tulang yang paling menonjol sehingga
mengakibatkan kerusakan pada jaringan di bawahnya.


1.
2.
3.

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian ulkus dekubitus tinggi pada orang usia
lanjut, terutama antara usia 70-80 tahun.
Prevalensi keseluruhan ulkus dekubitus berkisar antara
1.2% sampai 11.2%.
Morbiditas terkait dengan ulkus dekubitus menyebabkan
durasi perawatan menjadi lebih lama, yaitu bisa sampai 5
kali lebih lama.

ETIOLOGI & PATOGENESIS


Ulkus dekubitus dapat timbul di berbagai area tubuh dan
merupakan interaksi 3 faktor yaitu tekanan (pressure),
shear, dan gesekan (fricition).
Selain ketiga faktor itu, faktor internal pasien juga
berpengaruh terhadap terbentuknya ulkus. Yaitu : imobilitas
atau
berkurangnya
aktivitas,
defisit
neurologis,
inkontinensia,
defisit
nutrisi,
dan
usia.
Imobilitas,
berkurangnya aktivitas, dan kelembaban (inkontinensia)
merupakan faktor internal yang paling berpengaruh.


1.
2.
3.
4.

FAKTOR RESIKO
Orang usia lanjut
Pasien dengan imobilitas atau mobilitas berkurang
Pasien dengan penyakit berat, seperti pasien ICU
Pasien dengan defisit neurologis, seperti pasien dengan
spinal cord injury.

Stage I :
Kulit yang terkena masih utuh disertai kemerahan atau diskolorasi yang
tidak hilang sampai lebih dari 30 menit setelah ditekan.
Stage II : Ulkus stage II ditandai dengan diskontinuitas jaringan kulit (eg,
abrasi, bula) dan melibatkan epidermis dan/atau dermis.
Stage III :
Ulkus lebih dalam lagi sampai fascia subkutan dan melibatkan destruksi
jaringan subkutan dan lemak. Stage ini ditandai dengan jaringan nekrotik,
pembentukan sinus tract, eksudat, dan infeksi. Dasar dari ulkus tidak terasa
nyeri.
Stage IV :
Ulkus melibatkan otot, tulang, atau jaringan penyokongnya (tendon,
ligamen, kapsul sendi).

KLASIFIKASI

KOMPLIKASI

Infeksi merupAkan komplikasi paling sering dari ulkus


dekubitus dan dapat bersifat lokal (selulitis dan
osteomielitis) atau sistemik, yaitu bakteremia
PENANGANAN
Nutrisi

adekuat
Mengurangi nyeri
Debridemen luka
Pembersihan luka dengan NaCl fisiologis
Pembalutan luka
Pengendalian infeksi dengan antibiotik jika terdapat
bakteremia
Operasi

Meminimalisasi tekanan, gesekan, dan shear.


Perawatan kulit dan pencegahan kelembaban
Alat untuk mengurangi tekanan dengan dynamic support
surfaces.

PENCEGAHAN

Pada sistem respirasi terjadi pergerakan otot diaphragm dan


intercostal berkurang, sehingga pernafasan menjadi dangkal.
Selain itu respirasi alveolar berkurang, tahap karbon dioksida di alveoli
meningkat, sehingga sebagai kompensasi respiratory rate akan
meningkat.
Sekret susah dikeluarkan pada posisi rekumben dan akan berkumpul di
daerah dependan pada dinding bronchial. Akumulasi secret ini lamakelamaan akan menjadi kering. Ini menyebabkan cilia tidak efektif
dalam mengeluarkan sekret. Hal ini merupakan predisposi terjadinya
infeksi saluran pernafasan atas dan pneumonia.
Untuk mengatasinya dapat dilakukan drainase dengan bantuan suction
oropharyngeal sehingga akumulasi secret di bronchial dapat dikurangi.

SISTEM RESPIRASI

Bed rest lama akan meningkatkan insidensi batu ginjal,


kandung kemih, dan infeksi traktus urinarius
Posisi berbaring urin harus naik dari renal collecting system
ke ureter pasien sulit BAK incomplete emptying
stagnansi urin terbentuk batu
Stagnansi urin ISK terbentuk batu struvit (batu infeksi)
mengiritasi dan menyebabkan trauma mukosa semakin
memperparah proses infeksi dan inflamasi

SISTEM GENITOURINARI

Pencegahan :
Asupan cairan yang cukup
Membiasakan BAK dengan duduk atau berdiri pada pasien
yang sudah dapat bergerak
Pencegahan kontaminasi instrumen (kateter)
Pemberian obat : asidifikasi urin dgn vit C, urease inhibitor,
antibiotik

Immobilisasi bisa menyebabkan perubahan pada sistem


gastrointestinal berupa kehilangan nafsu makan, kecepatan
absorpsi yang lebih lambat, dan hipoproteinemia
Posisi berbaring pasase esofagus, lambung, usus lebih
lambat gangguan absorpsi dan konstipasi

SISTEM GASTROINTESTINAL

Pencegahan :
Asupan cairan yang cukup
Asupan makanan cukup serat
Penggunaan stool softener
Membatasi penggunaan obat narkotik yang dapat
memperlambat peristaltis

PERUBAHAN KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
Immobilitas yang lama dapat menyebabkan perubahan
keseimbangan sodium, sulfur, fosfor, dan potassium.
Penurunan sodium terjadi pada awal bed rest.
Hiponatremi pada orang tua dapat menyebabkan letargi,
disorientasi, anorexia, bahkan kejang.
Penurunan kadar potassium terjadi secara progresif pada
minggu-minggu awal bed rest.
Juga terdapat hiperkalsemia.

KOMPLIKASI SISTEM ENDOKRIN DAN


METABOLISME
Perubahan metabolisme dan endokrin pada imobilisasi
berlangsung lambat dan perbaikannya pun lebih lama.
Kurangnya aktivitas fisik mengubah kepekaan tubuh
terhadap hormon dan enzim.
Pada awal immobilitas (3 hari pertama) dapat terjadi
intoleransi karbohidrat yang signifikan, uptake glukosa
perifer bisa berkurang hingga 50% sampai hari ke-14.
Pada pemeriksaan darah akan didapati hasil hiperglikemia
dan hiperinsulinemia.
Terjadi peningkatan hormon paratiroid, yang menyebabkan
hiperkalsemia dan hormon T3.
Hormon lain yang juga mengalami perubahan adalah
androgen, hormon pertumbuhan, dan adrenokortikotropik.

Penurunan fungsi sensoris sering terjadi dan menjadi ancaman


pada pasien yang immobilisasi lama.
Isolasi sosial yang terjadi juga menyebabkan kelabilan emosional
pada pasien, tanpa diserai penurunan fungsi intelektual.
Perubahan konsentrasi, orientasi tempat dan waktu, gelisah,
kecemasan, depresi, penurunan ambang batas nyeri, insomnia,
dan iritabilitas biasanya terjadi pada pasien yang immobilisasi
lebih dari 2 minggu.
Berkurangnya
konsentrasi
dan
motivasi,
depresi,
dan
berkurangnya
kemampuan
psikomotor
dapat
mencegah
tercapainya hasil terapi yang optimal.

KOMPLIKASI PADA SISTEM SARAF

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai