Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH LOW BACK PAIN

Disusun oleh:
1. ADINDA YULISTYAS. N (12201001)

2. MARSELA NURCAHYANI (12201014)

3. PUTRI APRILIA. S.Y.N (12201021)

4. SELVYA MARTSANDHA (12201036)

5. SINDI YULIANA (12201029)


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Remedial Massage low back pain ini dengan
baik. Adapun makalah Remedial Massage low back pain ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Remedial Massage
low back pain ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................5
C. TUJUAN.....................................................................................................5
D. MANFAAT.................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................6
A. Pengertian....................................................................................................6
B. Etiologi........................................................................................................7
C. Manifestasi klinis......................................................................................16
D. Klasifikasi..................................................................................................17
E. Patofisiologi..............................................................................................17
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................21
G. Penatalaksanaan........................................................................................22
G. Komplikasi................................................................................................23
BAB III...............................................................................................................36
penutup ……………………………………………………………..37
Daftar pustaka………………………………………………………………….37

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut
membutuhkan energi dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah nyeri
punggung bawah. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri
punggung. Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah Nyeri yang
dirasakan didaerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal
(inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal
dari punggung bawah dapat merujuk kedaerah lain atau sebaliknya yang
berasal dari daerah lain dirasakan didaerah punggung bawah (Meliala
dkk, 2002). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi
dan terapi nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan
siklooksigenase inhibitor sering menimbulkan efek samping yaitu
gangguan gastrointestinal (Kozier, 2004). Tetapi penggunaan jangka
panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak
peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2006). Salah satu langkah
sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan menggunakan stimulus
adalah dengan melakukan masasse dan sentuhan. Masasse dan sentuhan
merupakan teknik integrasi sensori yang memengaruhi aktifitas sistem
saraf otonom (Meek, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Relaksasi sangat
penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan
membebaskan diri dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami
dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & Perry, 2005).

4
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada klien dengan Low Back Pain
dengan masalah Gangguan mobilitas fisik.

C. TUJUAN
Tujuannya yaitu untuk menambah pengetahuan mahasiswa agar dapat
mempelajari tentang Low Back Pain dan asuhan keperawatan.
1. Memenuhi keperluan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2. Sebagai sarana untuk pembelajaran mahasiswa dan masyarakat umum.
3. Sebagai sarana diskusi pembelajaran mahasiswa.

D. MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui apa itu Low Back Pain.
2. Asuhan keperawatan pada klien dengan Low Back Pain.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP
atau
nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi
yang salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12
minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan.2,3
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP),
yang termasuk dalam low back pain terdiri dari :
1. Lumbar Spinal Pain nyeri di daerah yang dibatasi Superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial
terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral Spinal Pain nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral
oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan
inferior.

6
3. Lumbosacral Pain nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar
spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral
Pain.

B. Etiologi
1. Berdasarkan organ yang mendasari
Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang
dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga
tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik
yang mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk
mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik
akanlebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk
menghilangkan nyerinya.

2. LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan
nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi
arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah
bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat
berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip
dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh
presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda
berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang
kolumna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.

7
3. LBP neurogenic
a. Neoplasma: Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding
gangguan motorik, sesibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri
sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila
penderita berjalan.
b. Araknoiditis: Pada keadaan ini terjadi perlengketan –
perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap
radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis: Penyempitan kanalis spinalis
disebabkan oleh proses degenerasi discus intervertebralis
dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejalaklaudicatio intermitten disertai rasa
kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.

4. LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di
kolumna vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik,
miogenik dan proses patologik di artikulatio sacroiliaka.

5. LBP psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran keduanya.

6. LBP osteogenic
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan
fraktur maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital
misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh

8
iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi,
metabolic misalnya steoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.

7. LBP diskogenik
a. Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus
intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra menyempit,
menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis
spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian
posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater
yang mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik
timbul karena gangguan pada radiks yaitu: gangguan
sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi otot).
Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan
dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava)
atau dengan menekan kedua venajugularis (percobaan
Naffziger).
b. Hernia nucleus pulposus (HNP)
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus
fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi
discus intervertebralis. Pada umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat,
mendorong barang berat. HNP lebih banyak dialami oleh
laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot –
otot sekitar lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini

9
disebabkan oleh spasme otot – otot tersebut dan spasme ini
menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi
scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,
parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi
pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri
terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan
ekstensi jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles
negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong,
tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negative.
Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang
terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di
sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger
akan memberikan hasil positif.
c. Spondilitis ankilosa: Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka
yang kemudian menjalar keatas, ke daerah leher. Gejala
permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah waktu
bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada
foto roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas –
ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.
8. LBP miogenik
a. Ketegangan otot sikap tegang yang berulang – ulang pada
posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya
akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan
pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.

10
b. Spasme otot atau kejang otot Disebabkan oleh gerakan yang
tiba – tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi
yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Gejalanya
yaitu adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang
hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus
menambah kontraksi.
c. Defisiensi otot Disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yangberlebihan, tirah baring yang
terlalu lama maupun karena imobilisasi.
d. Otot yang hipersensitif Menciptakan suatu daerah yang
apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan
menjalar ke daerah tertentu.

2. Berdasarkan mekanisme patologik


1. Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama
Low Back Pain.Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang
berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut. Gerakan
bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri.Kekakuan otot cenderung dapat
sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis
agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut
Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada Low Back
Pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:

11
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat
perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan.Nyeri dapat bertambah saat
batuk dan saat posisi supine.Pada pemerikasaan, lassague
symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat
menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau
fascia.Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di
atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
2. Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut
yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan
oleh bakteri tuberkulosis.Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan. Artritis rematoid dapat melibatkan persendian
sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu
proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal. Penyakit
Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis
ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan
teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka.
Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan
menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness)
dan kelainan ini bersifat progresif.
3. Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau
ganas.Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan
lunak.Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor

12
vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.Sifat nyeri lebih
hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak.Contoh
tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang
menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam
hari.Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai
di pedikel atau lamina vertebra.Hemangioma adalah contoh
tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan
nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar
dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.
4. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan Kelompok
penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan
tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah,
tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota
bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan
LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans) Dengan
bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat
memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.
Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar
tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini
dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke
pinggang.
b. Penyakit Fibrositis Penyakit ini juga dikenal dengan
Reumatism Muskuler.Penyakit ini ditandai dengan nyeri
dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu.Rasa nyeri

13
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan
kelelahan.

5. Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri
pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang
dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan
korpus vertebrae ( in utero ) arkus vertebrae tidak
bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada
spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5
) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini terjadi
sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun
( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )
sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri
pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila
penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila
penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis dapat
mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul
nyeri radikuler.
b. Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil
yang ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya
kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu
spina bifida okulta. Pada foto rontgen tampak bahwa
terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal
atau sakral.Karena adanya defek tersebut maka pada
tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum

14
interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu
“lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan
sebagai nyeri pinggang.
c. Stenosis kanalis vertebralis Diagnosis penyakit ini
ditegakkan secara radiologis.Walaupun penyakit telah
ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak
setelah penderita berumur 35 tahun.Gejala yang tampak
adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan
dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita
berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan
rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil
membungkuk.
d. Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra
lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan
nyeri dan kekakuan.
e. Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang
belakang .ini merupakan penyakit sistemik yang
etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang
muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan
ankilosing sendi tulang belakang.

6. Low Back Painkarena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan
berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan
dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan

15
sebagainya.Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri
dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
LBP akibat pengaruh
gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur
tubuh dan kelemahan otot.

C. Manifestasi klinis
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji
lokasi nyeri, sifatnya, dan pelajaran sepanjang serabut saraf
(sciatika). Nyeri yang berasal dari masalah muskuloskeletal
biasanya akan semakin jelas pada gerakan. Juga dievaluasi cara
jalan pasien, mobiltas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,
kekuatan motoris, dan persepsi sensoris, bersama dengan derajat
ketidak nyamanan yang dialami. Peninggian tungkai dalam
keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukan iritasi
serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme
otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural
belakang yang berlebiahan) disertai hilangnya lengkungan lordotik
lumbal yang normal yang mungkin ada deformitas tulang belakang.
Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal
akan relaksai dan deformitas yang diakibatkan oleh spasmus akan
menghilang. Kadang – kadang, dasar organik nyeri punggung tak
dapat ditemukan. Kecemasan dan stres dapat membangkitkan
spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan
manifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stresor
lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa penderita dengan
16
nyeri punggung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan
keluarga, variabel lingkungan dan situasi kerja.

D. Klasifikasi
1. Viserogenik: LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh
adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal.
2. Neurogenik: LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh
keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan LBP.
3. Vaskulogenik: Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan LBP atau nyeri yang menyerupai iskemi
4. Psikogenik: LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh
ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran
antara kecemasan dan depresi.
5. Spondilogenik: LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang
disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis
(diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di
artikulasio sakroiliaka

E. Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang,
sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila
hal ini telah terjadi, resiko LBP hanya menunggu waktu dan trauma
berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya
traumatic ketika hendak menegakan badan waktu terpleset,
mengangkat benda berat, dan sebagainya. Menjebolnya (herniasi)
nucleus puposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas
17
atau dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam
korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodusschmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada
annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari
low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau
siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis
berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-
sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu
terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak aka nada radiks
yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat
L2 dan terus ke bawah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka
herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa
diskusintervertebralis mengalami lisis, sehingga dua corpora
vertebra bertumpang tindih tanpaganjalan. Manifestasi klinis utama
yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-
otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan
HNP lateral. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid,
parestesia, danretansi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi
pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung
bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan
reflex achiler negatife. Pada HNPlateral L4-L5rasa nyeri dan nyeri
tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateralpantat, tungkai
bawah bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu
jarikaki berkurang dan reflek patella negatif. Sensibilitas dermatom

18
yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun, Pada percobaan
tes laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight
legraising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi
pada sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian
belakang (tanda laseque positif).
Gejala yang sering muncul adalah:
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun) nyeri sesuai dengan
distribusi saraf skiatik.
b. Sifat nyeri khas dari posisi terbaring ke duduk, nyeri mulai
dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut
kemudian ke tungkai bawah.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti
gerakangerakan pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri,
atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan myeri
berkurang klien klien beristirahat berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau
bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi
persyarafan yang terlibat. e. Nyeri bertambah bila daerah L5
- L1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. Diskus
intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun
atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung
yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1,
menderita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus
pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan

19
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis
yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah
menderita hernia nucleus pulposus (Brunner & Suddarth,
2002).

Pathway

20
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang
dilakukan karena suatu indikasi tertentu guna memperoleh
keterangan lebih lengkap :
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi,
berguna untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi
darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam
fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan kecurigaan
metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum
(protein myeloma).
2. Pemeriksaan Radiologis.
a. foto Rontgen.
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat
membantu untuk menunjukkan keabnormalan pada
tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah.Foto
X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ),
lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
b. MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra
dural serta melihat jaringan lunak.Pada pemeriksaan
dengan MRI bertuju anuntuk melihat vertebra dan level
neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak,

21
menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus
post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.

c. CT
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang
sangat berharga untuk diagnosisLBP untuk menentukan
lokalisasilesi pre-operatif dan menentukan adanya
sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu
tumor.

G. Penatalaksanaan
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi
b. NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas
termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk
distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda,
berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset,
tongkat).
c. NPB kronik : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi
vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas.
2. Medis.
a. Formakoterapi.
1. NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant,
opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid,
lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler.

22
2. NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin)
antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin,
okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin,
prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)

b. Invasif non bedah.


1. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).
2. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable).
c. Bedah.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
1. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari
empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap /
progresif.
2. Defisit neurologik memburuk.
3. Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan
pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.

G. Komplikasi
1. Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan
mengalami depresi sehingga akan berdampak pada gangguan
pola tidur, pola makan, dan aktivitas sehari – hari klien.
Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan
dapat menghambat waktu pemulihan low back pain.
2. Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami
nyeri yang berat dibagian punggung bawah yang
menyebabkan aktivitas dan gerakan pasien terhambat.
23
Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat
menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu,
low back pain dapat mengakibatkan lemahnya otot.
Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam 1 porsi akan
mengakibatkan akumulasi lemak dalam tubuh menjadi
banyak.
3. Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama
masalah pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low
back pain akan menderita inkontinensia.

A. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
a) Identistas Klien. Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,
bangsa, alamat.
b) Keluhan Utama. Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung
akut maupun kronis lebih dari 2 bulan, nyeri sat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang
kaki. c) Riwayat Penyakit Sekarang. Tanyakan pada klien sejak
kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya keluhan & apakah
menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering
mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan pada klien apakah klien
dulu pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya, apakah
klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien
pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya

24
e) Riwayat Pekerjaan. Faktor resiko ditempat kerja yang banyak
menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik
berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

II. Pemeriksaan Fisik.


a) Keadaan umum.
Meliputi : baik, jelek, sedang.
b) Tanda – tanda Vital.
 TD : Tekanan darah.
 N : Nadi.
 P : Pernapasan.
 S : Suhu.
c) Antropometri
 BB : Berat badan.
 TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
 Mata : lapang pandang.
 Hidung : kemampuan penciuman.
 Telinga : keadaan telinga dan kemampuan
pendengaran.
e) Sistem pernapasan. pernapasan, bersihan jalan nafas,
kualitas, suara,dan bunyi tambahan ronchi, wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer. Nilai tekanan darah, nadi, irama,
kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.

25
g) Sistem gastrointestinal. Nilai kemampuan menelan, nafsu
makan dan minum, peristaltik usus dan eliminasi.
h) Sistem integumen. Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan
warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal. Bentuk kepala, ekstermitas atas dan
skstermitas bawah,
j) Sistem endokrin. Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh,
frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi. Nilai keadaan genetalia, dan perubahan
fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
1) Fungsi cerebral.
2) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan bicara.
5) Fungsi kranial.
 Nervus I (Olfaktorius)
Suruh klien menutup mata dan menutuo salah
satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan
benar bau yang berbeda (misalnya jeruk nipis
dan kapas alkohol).
 Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya
dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan
perifer.
 Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata
terhadap posisi jika terbuka, suruh klien
mengikuti cahaya

26
 Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien
menggerakan mata kearah bawah dan kearah
dalam.

 Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada
pelipis dan rahang ketika klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan
dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda
menoleh bila area dekat pipi disentuh) dekati
dari samping, sentuh bagiang mata yang
berwarna dengan lembut dengan sepotong
kapas untuk menguji refleks berkedip dan
refleks kornea.
 Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien
untuk menggerakan mata secara lateral.
 Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien
untuk mengidentifikasi larutan manis (gula),
asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara
tersenyumdan menglihatkan giginya.
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji
pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan
klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.
 Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan,
sentuhkan tong spatel pada lidah ke posterior
faring untuk menentukan refleks muntah,

27
jangan menstimulasi jika ada kecurigaan
epiglottitis
 Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar
kepala kesamping dengan melawan tahanan,
minta klien untuk mengangkat bahunya
kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk
melawannya.
 Nervus XII (Hipoglasus)
Minta klien untuk mengeluarkan
lidahnya,periksa deviasi garis tengah,
dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan ‘R’.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Fungsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan
keseimbangan

III. Pemeriksaan penunjang


1. Neurologik
 Eletromiografi (EMG), dilakukan bila dicurigai
adanya disfugsi radiks
 Somatosensory Evoked Potensial (SEP) berguna
untuk stenonosis kanal dan mielopati spinal.
2. Radiologik.
 Foto polos, untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang.

28
 Mielografi, Mielo-CT, CT-scan, Magnetic Resonance
Imaging (MRI), untuk mencari penyebab nyeri antara
lain tumor, HNP perlengketan
3. Laboratorium. Laju Endap Darah, darah perifer lengkap, C-
reactive protein, faaktor rheumatoid, alkalin fosfatase,
kalsium (atas indikasi). Urinalisis, untuk penyakit non
spesifik seperti infeksi. Liquor Serebro spinalis (atas
indikasi).

IV. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul


1. Nyeri behungan dengan agen injuri.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis, fisiologis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kekaun
otot.

V. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds : Nyeri akut Agen cedera fisik


- Klien mengatakannyeri di daerah
pinggang dan nyeri pinggang yang
dirasakan menjalar ke punggung.

29
- Klien mengatakan nyeri pada saat
bergerak
Do :
- Klien tampak meringis kesakitan
. - Skala nyeri 6.
- Klien tampak saat klien duduk nyeri
terasa berat.

2 Ds Ketidak seimbangan Faktor biologis


: - Klien mengatakan + 3 minggu nutrisi kurang dari
sebelum masuk rumah sakit tidak ada kebutuhan
makan.
- Klien mengatakan susah untuk
menelan pengkajian makam masih
berkurang.
- Keluarga klien mengatakan sudah
diberikan nasi 1 porsi tidak habis hanya
habis 4 sendok.
Do :
- Klien tampak nafsu makan
berkurang.
- Klien tampak susah untuk menelan. -
Lidah kotor.
- TD : 110/70 mmHg. N : 70 x/i Suhu :
37oC P : 22 x/i - BB : 50 kg

3. Ds : Gangguan mobilitas Nyeri


- Klien mengatakan di bantu fisik

30
keluargauntuk melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan nyeri bertambah
berat saat beraktivitas.
Do :
-Klien tampak dibantu keluarga untuk
beraktifitas.
- TD : 110/70 mmHg. N : 70 x/i Suhu :
37oC. P : 22 x/i
- Skala nyeri 6.

VI. Intervensi

No Diagnosa keperawatan NOC NIC

1 Nyeri b.d agen cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian


fisik keperawatan 3 x 24 jam pasien nyeri secara komprehensif
tidak mengalami nyeri. Kriteria
2. Observasi reaksi non
hasil :
verbal dari
1. Mampu mengontrol nyeri. ketidaknyamanan.

2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Bantu pasien dan


berkurang dengan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan
nyeri. dukungan.

31
3.Mampe mengenali nyeri. 4. Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
4. Menyatakan rasa aman
nyeri seperti suhu ruangan,
setelah nyeri berkurang.
penchayaan, dan
5. Tanda vital dalam rentang kebisingan.
normal.
5. Kajikultur budaya yang
6. Tidak mengalami gangguan mempengaruhi respon
tidur. nyeri.

6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri. 7.
Gunakan teknik
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri.

8. Kaji tipe dan sumber


nyeri untuk menetukan
intervensi.

9. Ajarkan teknik non


farmokologi nafas dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres hangat / dingin.

10. Berikan analgetik


untuk mengurangi nyeri.

2 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam ketidak makanan

32
kebutuhan tubuh b.d seimbangan nutrisi teratasi 2. Kaji intake dan output
faktor biologis. Kriteria Hasil : klien

1. Albumim serum. 3. Tingkatkan intake


2. Pre albumim serum. makan melalui :
3. Hematokrit.
 Sajikan makanan
4. Hemoglobin.
dalam
5. Total iron binding
 kondisi hangat.
capacity.
 Selingi makan
6. Jumlah limfosit.
dengan
 minum.
 Berikan makan tapi
 sering.

4. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.

5. Yakinkan diet yang


dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mengandung konstipasi.

6. Kaji tanda – tanda vital


klien.

7. Berikan makanan sering


tapi sedikit pada klien.

33
8. Monitor adanya
penurunan BB dan gula
darah.

9. Monitor lingkungan
selama makan.

10. Jadwalkan pengobatan


dan tindakan tidak selama
jam makan.

3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign
b.d nyeri keperawatan 3 x 24 jam pasien sebelum dan sesudah
menunjukan keefektifan jalan latihan dan lihat respon
nafas. Kriteria Hasil: pasien saat latihan.

1. Mendemonstrasikan batuk 2. Koreksi tingkat


efektif dan suara nafas kemampuan mobilisasi.
yang bersih, tidak ada
3. Konsultasikan dengan
sianosis dan dyspneu.
terapi fisik tentang rencana
2. Menunjukan jalan nafas ambulansi sesuai.
yang paten.
4. Bantu klien dalam
3. Tanda – tanda vital dalam
perubahan gerak.
rentang normal.
5. Observasi / kaji terus
kemampuan gerak
motorik, dan
keseimbangan.

6. Ajarkan pasien tenaga

34
kesehatan lain tentang
teknik ambulansi.

7. Anjurkan keluarga klien


untuk melatih dan
memberi motivasi.

8. Kaji kemampuan pasien


dalam mobilisasi.

9. Kolaborasi dengan tim


kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan konset).

10. Latih pasien dalam


pemenuhan kebutuhan
ADLS secara mandiri.

VII. Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kedalam suatu kamus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2012).

VIII. Evaluasi

35
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap keberhasilan
rencana keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien.
Tahap ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses keperawatan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada kasus Low back pain myogenic ini terjadi gangguan gerak dan
fungsi akibat adanya nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi,
kelemahan otot, dan adanya spasme.
2. Adanya gangguan gerak dan fungsi akibat low back pain myogenic
dapat diperbaiki dengan corestabillity exercise sebanyak 12 kali
terapi.
3. Adanya penurunan stabilitas pada lumbal, setelah 12x terapi pasien
mengalami perbaikan stabilitas pada lumbal

36
DAFTAR PUSTAKA

37

Anda mungkin juga menyukai