Anda di halaman 1dari 15

Makalah

LOW BACK PAIN

Oleh : Kelompok 2B

Nova Sri Handayani : NIM C2014201043

Rahmi Sabarini : NIM C2014201040

Riky Setiawan : NIM C2014201067

M. Zidan Ardhana : NIM C2014201065

M. Rayhan Yudha. P : NIM C2014201044

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

TA 2020/2023

A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang
nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang
yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya(2) . Peraturan
utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Painv (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri
yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1.
Low back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang
berlangsung lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau
lebih tanpa nyeri punggung bawah. Sumber lain menyebutkan LBP adalah
nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir
(costal margin) dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa nyeri
pada daerah tungkai. LBP termasuk salah satu dari gangguan akibat dari
mobilisasi yang salah. Penyebab umum yang sering terjadi adalah
regangan otot serta bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas
berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang sehingga otot- otot
pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang belakang
menjadi lemah
B. Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan
nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4) .
C. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain(1,3).
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi
arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada
kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel
rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin
dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih
kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah
substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam
tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan
enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat(1,3).
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut
Pathway Low Back Pain / Nyeri Punggung Bawah

D. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis
(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan 8
peningkatan pada sudut lumbosakral (sudut antara segmen
vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30° - 40°) dan
menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan
sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut
akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan kontraksi otot-
otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang
normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan
otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.
b) Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan
toleransi otot atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang
tidak mengikuti mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti
gerakan kombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai
dengan beban yang berat

Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:


a) LBP Akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut akhir
terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba namun
dapat hilang sesaat kemudian.
b) LBP sub akut
Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu
c) LBP Kronik
Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang berulang.
Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.

E. Tulang Belakang
1. Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai
penyangga tubuh. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang
tersusun secara segmental. Terdiri dari: 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang
torakal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sakral yang menyatu, dan 4 ruas
tulang ekor.

Gambar 1. Kolumna Vertebra


Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus neuralis di
belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel di kanan dan kiri. Sepasang
lamina, dua sendi, satu processus spinosus, serta dua processus transversus.
Setiap ruas tulang belakang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan yang
disebut dengan diskus intervertebralis.18
Diskus intervertebralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan
menstabilkan pergerakan badan vertebra. Setiap diskus terdiri dari lapisan-
lapisan kartilago yang konsentrik yang menutupi kavitas sentral yang
mengandung solusi protein mineral. Diskus intervertebralis memiliki sifat
viscoelastik, yaitu bila ada pembebanan, diskus akan berubah bentuk dan bila
pembenanan dihilangkan, diskus akan kembali ke posisi semula. Bila terjadi
traksi, cairan masuk ke dalam diskus dan ruang diskus maka ruang diskus
akan melebar.
Menginjak usia 30 tahun, diskus intervertebralis mengalami degenerasi yang
menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan berkurang, ruang diskus
mendangkal secara permanen dan segmen spinal kehilangan stabilitasnya. Hal
ini menyebabkan berkurangnya cairan nukleus yang menurunkan kemampuan
menahan tekanan bila terjadi pergerakan kompresif, tidak mengherankan bila
LBP biasanya terjadi pada usia produktif.18
Tekanan terbesar di tulang belakang terutama di area lumbal atau
punggung bawah, yang harus menahan beban 40- 50% berat badan dan harus
menanggung posisi janggal serta pergerakan tubuh. Saat berdiri tegak, 80%
berat badan ditanggung oleh diskus intervertebralis dan 20% ditanggung faset
gabungan. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa diskus intervertebralis
dibentuk untuk menahan tekanan.18
Tulang belakang di area lumbal merupakan tempat sering terjadinya
LBP. Vertebra lumbal merupakan ruas tulang pinggang yang terbesar.
Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan
berbentuk seperti ginjal. Prosessus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti
kapak kecil. Prosessus transversusnya panjang dan kecil. Pada ruas ke lima,
vertebra lumbalis membentuk sendi dengan tulang sakrum pada sendi
lumbosakral.
Gambar 2. Vertebra Lumbalis
Susunan tulang belakang tersebut memiliki struktur tulang dan otot yang
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut memberikan berbagai
macam gerakan yang dihasilkan oleh tulang belakang.

F. Patogenesis
Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1, dimana
pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan
refleks sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan kelemahan otot
terjadi.22 LBP mekanik banyak disebabkan oleh rangsang mekanik yaitu
penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh
dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah untuk jangka
waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung
akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada
saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-
otot punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan
iskemi atau inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan
menambah spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas.12
Faktor mekanik juga berperan menyebabkan LBP mekanik, diantaranya postur
tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang
lemah, dan exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat.23
Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak
tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung
bawah sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan
ini membuat titik berat badan akan jatuh ke depan, sehingga punggung harus
ditarik ke belakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal.23
Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas
sendi-sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga
mudah sekali mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan yang
sebenarnya kurang berarti.23
Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung,
gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam
mempertahankan sudut lumbosakral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar
30 derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah,
dapat menimbulkan pembesaran sudut lumbosakral.23

Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti latihan
yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan
ekstra pada punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP
mekanik terutama pada daerah punggung bawah karena nyeri menjalar ke
daerah lutut, paha dan pantat.

G. Tanda dan Gejala Low Back Pain


Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari
patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis,
dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan
nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger points),
kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of
motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri
sendiri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.

Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai


berikut :25
1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.
2. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang
bisa meringankan ataupun memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan
memburuk setelah digunakan beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna
kemerahan ataupun pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
6. Dapat terjadi morning stiffness.
7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi,
rotasi, berdiri, berjalan maupun duduk.
8. Nyeri berkurang bila berbaring.

K. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung
kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan
penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan
pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris
dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang
dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan
nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai
hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada
deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup,
otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme
akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan.
Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri
punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau
reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa
pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja (2,4).
E. Evaluasi Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri
punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur,
dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi (CT)
berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi
jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang
belakang (2).
F. Penatalaksanaan
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus
tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2
sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal
lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk
lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai
dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari
karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat
untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra
merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan
sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres
panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan
masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi
1
perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang
dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium
akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan
penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami
spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia (2,4).
G. Pengkajian
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya
(missal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang
berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan
tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara
berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai
pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk
pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap
postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji
lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot
paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji
adanya obesitas karena dapay menimbulkan nyeri punggung bawah (2).
H. Diagnosa Keperawatan (2)
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
3. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
2
4. Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas
I. Intervensi dan Implementasi (2)
1. Meredakan nyeri
Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan
pengubahan posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal.
Pasien diajari untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dilakukan
melalui pernafasan diafragma dan relaksasi dapat membantu mengurangi
tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung bawah. Mengalihkan
perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain missal membaca buku,
menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang
menyenangkan dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).
Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi
spasme otot, memperbaiki peredaran darah dan mengurangi
pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila diberikan obat perawat
harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.
2. Memperbaiki mobilitas fisik
Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji
bagaimana pasien bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung
berkurang, aktifitas perawatan diri boleh dilakukan dengan regangan
yang minimal pada struktur yang cedera. Perubahan posisi harus
dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar dan
melenggok perlu dihindari. Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats
berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam waktu lama. Perawat perlu
mendorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan,
latihan yang salah justru tidak efektif.
3. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat

3
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan
mengangkat barang dengan benar.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat
barang dengan benar
5. Memperbaiki kinerja peran
Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah berubah
sejak terjadinya nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien
dapat kembali ke tanggung jawab perannya lagi. Namun bila aktifitas ini
berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung bawah lagi, mungkin
sulit untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa
menanggung resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan
kecacatan dan depresi yang diakibatkan.
6. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan
Penurunan BB melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah
kekambuhan nyeri punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang
rasional yang meliputi perubahan kebaisaaan makan untuk
mempertahankan BB yang diinginkan.
J. Evaluasi
1. Mengalami peredaan nyeri
- Istirahat dengan nyaman
- Mengubah posisi dengan nyaman
- Menghindari ketergantungan obat
2. Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
- Kembali ke aktifitas secara bertahap
- Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan
ketidaknyamanan otot
- Merencanakan istirahat baring sepanjang hari
4
3. Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung
- Perbaikan postur
- Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
- Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
- Berpartisipasi dalam program latihan
4. Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
- Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri
dengan situasi stress
- Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain
untuk perawatan diri
- Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
- Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh
5. Mencapai BB yang diinginkan
- Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
- Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB
- Setia dengan program penurunan BB

DAFTAR PUSTAKA :
1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,
Philadelphia, 2000
4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta,
1997

Anda mungkin juga menyukai