Anda di halaman 1dari 9

1

LAPORAN FARMAKOLOGI
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
 Nama : Ny. T
 Usia : 61 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Ender
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. RESUME
Pasien dengan keluhan nyeri kepala. Keluhan ini sudah dirasakan
pasien sejak 2 tahun terakhir dan bersifat hilang timbul dan seperti ditekan.
Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2018, nyeri
bertambah berat jika pasien melakukan aktifitas dan stress. Setelah berobat
ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Pasien mengaku rutin
memeriksakan diri ke Puskesmas dan mengkonsumsi obat yang diberikan
oleh dokter. Riwayat alergi disangkal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg.

C. DIAGNOSIS
Hipertensi grade I

D. TERAPI
a. Preventif :
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan
bergizi, rutin konsumsi obat antihipertensi dan mengkonsumsi
vitamin bila perlu serta melakukan aktifitas fisik ringan setiap
hari.
b. Promotif :
 Memberikan edukasi pada pasien tentang pentingnya menjaga
nutrisi yang cukup sehingga memiliki daya tahan tubuh yang baik
2

dan menggurangi konsumsi garam berlebih serta mengkonsumsi


air mineral minimal 8 gelas per hari.
 Memberikan edukasi pada keluarga pasien bahwa pentingnya
menjaga kebersihan diri pasien, lingkungan rumah maupun
lingkungan sekitar dan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat.
 Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit yang dimiliki
dan selalu memeriksakan diri ke Puskesmas serta mengkonsumsi
obat sesuai dengan anjurkan oleh dokter secara rutin.

c. Kuratif :
 Captopril 50mg 2x1 tab
 Parasetamol 500 mg tab 2x1

E. FARMAKOLOGI
1. Captopril
Captopril merupakan obat golongan ACE Inhibitor pada Hipertensi
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) adalah dipeptidil
karboksipeptidase dengan atom zinc. Enzim ini memiliki substrat dengan
spesifisitas yang rendah pada in vitro. ACE terdiri dari rantai polipeptida
tunggal yang terdiri dari 2 domain: N dan C. Ada 2 tempat katalitik dari
masing-masing domain. Konsentrasi tertinggi ACE terdapat di kapiler
paru. ACE juga terdapat pada tubulus proksimal ginjal, saluran
gastrointestinal, organ jantung dan otak. ACE muncul sebagai enzim
ikatan membran juga enzim sirkulator globular.
ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam
tubuh untuk memproduksi hormon angiotensin II atau zat yang dapat
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung. Dengan
obat ini, pembuluh darah menjadi melebar, sehingga tekanan pada
pembuluh darah berkurang, begitu pun jumlah cairan yang mengalir dalam
pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan meringankan kerja jantung.
3

Obat-obatan ACE inhibitor adalah pengobatan golongan pertama


untuk hipertensi sejak beberapa dekade terakhir. Captopril, Lisinopril,
Enalpril, dan Rampiril adalah beberapa contoh obat dengan target ACE
inhibitor. Tetapi penggunaan yang lama dari obat-obat tersebut dapat
menimbulkan efek samping seperti pusing, batuk dan edema angioneuritik.
Rumus Kimia Parasetamol :   C9H15NO3S

dipeptidil karboksipeptidase

Cara Kerja Obat : Captopril merupakan penghambat yang


kompetitif terhadap enzim pengubah angiotensin I. Enzim ini mencegah
terjadinya perubahan-perubahan dari angiotensin I menjadi angiotensin II.
Captopril dan metabolitnya diekskresi terutama melalui urine. Waktu paruh
eliminasi captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal di mana
kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan creatinine.
Dosis : Hipertensi ringan sampai sedang, dosis awal 12,5 mg 2 kali
sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan
selang 2-4 minggu, hingga diperoleh respons yang memuaskan. Dosis
maksimum 50 mg 2 kali sehari. Diuretik thiazide dapat ditambahkan jika
belum diperoleh respons yang memuaskan. Dosis diuretik dapat ditingkatkan
selang 1-2 minggu hingga diperoleh respons optimum atau dosis maksimum
dicapai. Hipertensi berat, dosis awal 12,5 mg 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg 3 kali sehari. Captopril
harus digunakan bersama obat antihipertensi lain dengan dilakukan
penyesuaian dosis. Dosis captopril jangan melebihi 150 mg. Pada gagal
jantung Captopril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk
mengontrol gejala-gejala. Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat
meminimalkan efek hipotensi sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg 2-3 kali,
dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2 minggu. Dosis
maksimum 150 mg sehari. Usia lanjut dianjurkan penggunaan dosis awal
4

yang rendah, mengingat kemungkinan menurunnya fungsi ginjal atau organ


lain pada penderita lanjut usia. Anak-anak dosis awal 0,3 mg/kg berat badan
sampai maksimum 6 mg/kg berat badan per hari dalam 2-3 dosis, tergantung
respons.
Peringatan dan Perhatian : Neutropenia/agranulocytosis,
thrombocytopenia, dan anemia dapat terjadi pada pengguna captopril.
Termasuk pada penderita fungsi ginjal normal, walaupun jarang. Neutropenia
ini muncul dalam 1-3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum
penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan risiko tinggi harus
dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3
bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang
mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis), pemberian captopril
harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hati-hati pada penderita dengan penyakit kardiovaskular yang mendapat
terapi immunosuppressant, pengobatan dengan allopurinol atau procainamide,
karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi serius. Terhadap pasien
tersebut, perlu dilakukan hitung sel darah putih sebelum terapi, setiap 2
minggu pada 3 bulan pertama terapi dan selanjutnya secara berkala.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanan dan
efektivitasnya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang
efektif untuk mengontrol tekanan darah. Pemakaian harus hati-hati karena
sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati diberikan pada penderita
penyakit ginjal, Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala
angioedema, seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring, juga sukar
menelan, sukar bernapas, dan serak. Konsultasikan ke dokter bila
menggunakan suplemen kalium, diuretik hemat kalium, dan garam-garam
kalium. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka
pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II
dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain hipotensi, hipoplasia
tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible, dan
kematian. Juga dapat terjadi oligohydramnion, deformasi craniofacial,
perkembangan paru hipoplasia, kelahiran prematur, perkembangan retardasi
intrauterine, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat selama di dalam
kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi
5

intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria, dan


hyperkalemia. Dapat terjadi sindrom nephrotic serta glomerulopathy
membran pada penderita dengan hipertensi berat. Karena proteinuria
umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan, maka penderita sebaiknya
melakukan pemeriksaan protein urine sebelum dan setiap bulan selama 8
bulan pertama pengobatan.
Efek Samping : Proteinuria, peningkatan ureum darah dan creatinine.
SertaIdiosinkrasi, rashes, terutama pruritus, neutropenia, anemia,
thrombocytopenia.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien yang mengalami angioedema
selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya). Wanita hamil atau
yang berpotensi hamil,gagal ginjal, dan aortic stenosis.
2. Paracetamol
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan
panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya.
Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk meringankan
gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau
tidak sengaja sering terjadi.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di
pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah
Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki
sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom
nitrogen dari gugus amida pada posisi para. Senyawa ini dapat disintesis
dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan
natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-
aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan
sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki
6

khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory


drug(NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat
prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai
penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAID.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti
demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah
kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam)
terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit). Contoh
pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya
leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan
sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan
cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai
dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol
diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan
dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang)
rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek
kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan
pada semua golongan usia.

Rumus Kimia Parasetamol


Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintesis
dari p-aminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipretika.
Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenolatau p-
asetamidofenol, bobotmolekul 151,16 denganrumuskimia C8H9NO2.

Indikasi Obat Parasetamol


7

Indikasi utama parasetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun


panas (analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit
dari segala jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri
sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dan lain-lain. Sakit
kepala migrain, dismenore dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan
obat parasetamol ini. Pada pasien kanker, parasetamol digunakan untuk
mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan
opioid (misalnya kodein).
Parasetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan
dianggap kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam
asetilsalisilat). Dengan demikian, secara umum, parasetamol kurang
mujarab ketimbang salisilat dan agen antirematik lainnya jika digunakan
sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri.
Parasetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan
alternatif yang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan
kontraindikasi (misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada
anak)
Kontradiksi Obat Parasetamol
Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi
sebagai berikut:
 Alergi parasetamol atau acetaminophen
 Gangguan fungsi hati dan penyakit hati
 Gangguan fungsi ginjal serius
 Shock
 Overdosis Acetaminophen
 Gizi buruk

Dosis Parasetamol
 Dosis Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:
 Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau
1000 mg setiap 6 sampai 8 jam.
8

 Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral


setiap 4 sampai 6 jam.
 Dosis Parasetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk mengukur dosis parasetamol anak dengan tepat maka kita harus
mengetahui berat badan dan umur anak, karena ini akan menjadi
pertimbangan.
 < = 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai
kebutuhan.
 1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam
sesuai kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam).
Obat parasetamol tidak dianjurkan melebihi dosis yang direkomendasikan.
Jumlah maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis
dan 4 gram (4000 mg) per hari. Penggunakan parasetamol yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan hati.
Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan
selalu ikuti petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan
paracetamol untuk anak di bawah usia 2 tahun tanpa nasihat dari dokter.
 Berhenti menggunakan paracetamol dan hubungi dokter jika:
 Selama 3 hari penggunaan masih demam.
 Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum teratasi)
atau 5 hari pada anak-anak.
 Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus menerus,
atau kemerahan atau bengkak.
9

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Informasi Spesialite Obat Indonesia, vol. 40, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta
Deglin, Judith Hopfer dan April Hazard Valleran.2018. Pedoman Obat untuk
Perawat: EGC.
Omoigui, Sota. Obat-obatan Anestesia: EGC
Widjajanti, Nuraini.2008 . Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius.
how CK, Teo KK, Rangarajan S, Islam S, Gupta R, Avezum A, et al. Prevalence,
Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in Rural and Urban
Communities in High-, Middle-, and Low-Income Countries. JAMA.
2015;310(9):959-968
Elliot WJ. The economic impact of hypertension. J Clin Hypertens, 2016;5(3
Suppl 2):3-13
Mancia G, De Backer G, Dominiczak A; Management of Arterial Hypertension of
the European Society of Hypertension; European Society of Cardiology. 2018
Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for
the Management of Arterial Hypertension of the European Society of
Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). J
Hypertens 2018;25:1105e87.
th
Johnson RJ, Feehally J, Floege J. 2015. Comprehensive Clinical Nephrology. 5
edition. Elseiver Saunders; Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai