Anda di halaman 1dari 64

Materi Inti 7

KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI


TB-HIV

MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV
BAGI PETUGAS
BAGI PETUGAS KTS DAN PDP DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Deskripsi Singkat
• Kegiatan KIE harus terintegrasi dalam program pelayanan
dan pencegahan yang ada
• Dalam kegiatan KIE ini diperkenalkan tentang:
– Ko-infeksi TB-HIV; pesan harus terfokus pada kemungkinan ko-
infeksi TB-HIV, ketersediaan layanan TB dan HIV, serta manfaat
dan pentingnya KTS bagi pasien TB.
– Pencegahan HIV menggunakan strategi ABCD (A: abstinence
(puasa seks), B: Be faithfull (bersikap saling setia), C: Condom
(Kondom) dan D: Drug (tidak menggunakan napza suntik).
– Promosi kondom sebagai upaya untuk pencegahan IMS harus
ditekankan di pelayanan DOTS. Pasien TB harus diskrining untuk
gejala IMS. Mereka dengan gejala IMS harus ditangani dan
dirujuk ke layanan IMS.
– Pasien penasun harus dirujuk ke unit pengurangan dampak
buruk napza suntik dan layanan terapi rumatan methadone.
Tujuan Pembelajaran
Umum:
• Setelah mempelajari materi peserta mampu
melakukan KIE TB-HIV

Khusus
• Setelah mempelajari materi peserta akan mampu:
• Memahami pentingnya KIE dalam kegiatan kolaborasi
TB-HIV
• Melaksanakan KIE TB-HIV di layanan TB dan HIV
• Menerapkan Komunikasi Efektif dan Komunikasi
Motivasi di layanan
Pokok Bahasan
1. Peran KIE dalam pencegahan TB-HIV
2. Pokok Bahasan 2: KIE TB-HIV di layanan
TB dan HIV
– KIE TB-HIV di layanan TB
– KIE TB-HIV di layanan HIV
3. Pokok Bahasan 3: Komunikasi Efektif dan
Komunikasi Motivasi
– Komunikasi Efektif
– Komunikasi Motivasi
POKOK BAHASAN 1

Peran KIE Dalam Pencegahan


TB-HIV
Tujuan dan Peran KIE TB
• Mengacu kepada Permenkes no. 21 tahun 2013 dan Surat
Edaran Menteri Kesehatan no. 129 tahun 2013
• Tujuan KIE TB-HIV untuk mengurangi stigma di masyarakat,
menemukan kasus secara dini dan pengobatan segera,
serta upaya pencegahan kedua penyakit di masyarakat.
• Peran KIE dalam pencegahan TB-HIV:
• Mendorong pemeriksaan diri baik pemeriksaan TB atau HIV secara
sukarela oleh pasien TB atau mereka yang berisiko tinggi HIV
• Meningkatkan pencegahan penularan TB melalui pengendalian
infeksi
• Meningkatkan pencegahan penularan HIV antara lain penggunaan
kondom, jarum steril (penasun) dst
• Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat terkait dengan
pencegahan penularan TB dan HIV
POKOK BAHASAN 2

KIE TB-HIV di Layanan TB dan


HIV
A. KIE TB HIV di Layanan TB
Materi KIE harus dapat disampaikan di layanan
TB :
1. Kaitan antara HIV-AIDS dengan TB
2. Cara Penularan HIV-AIDS
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
4. HIV-AIDS dan pengobatannya
5. Cara Pencegahan HIV-AIDS dan IMS
6. Pencegahan Penularan HIV-AIDS
1. Kaitan antara HIV-AIDS dengan TB
• Orang dengan sakit TB sangat memungkinkan juga
mempunyai infeksi HIV.
• TB merupakan Infeksi oportunistik yang paling sering
terjadi dan juga penyebab kematian yang tinggi pada
ODHA.
• Pentingnya mengetahui status HIV pada pasien TB
berhubungan dengan pengobatan yang akan diberikan.
• Pada pasien TB dengan HIV positif, pengobatanTB yang
dijalani tidak akan efektif jika tidak disertai dengan
pemberian ART (Antiretroviral Therapy).
• Jika pemberian OAT tujuannya membunuh kuman TB
maka tujuan pemberian ART adalah menghalangi virus
(HIV) sehingga meningkatkan kualitas hidup ODHA.
2. Cara Penularan HIV-AIDS

• Penularan melalui hubungan seksual


• Penularan melalui pajanan darah;
• Penularan dari ibu HIV (+) ke bayi yang dikandung.

Penularan HIV tidak dapat terjadi lewat bersalaman, berpelukan,


bersentuhan atau berciuman.
Tidak ada data bahwa HIV dapat ditularkan melalui penggunaan
toilet, kolam renang, penggunaan alat makan atau minum secara
bersama atau gigitan serangga seperti nyamuk.
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Informasi yang diberikan terkait IMS meliputi:
– Cara penularan IMS terutama adalah melalui
hubungan seksual/penetrasi seksual yang tidak
terlindung (unprotected penetrative sexual
intercourse) baik per vagina, anal atau oral.
– Cara penularan lainnya : dari ibu ke anak, transfusi
darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau
produk darah (sifilis dan HIV).
– Perilaku yang meningkatkan risiko infeksi IMS
– IMS diketahui mempermudah penularan HIV,
meningkatkan risiko penularan HIV melalui hubungan
seksual sebanyak 3 - 5 kali lebih besar.
4. HIV-AIDS dan pengobatannya
• AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang diakibatkan karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh HIV.
• HIV ditemukan dalam cairan tubuh seperti: air mani, darah, cairan vagina,
air susu ibu dan cairan cerebrospinal, akan tetapi yang potensial sebagai
media penularan hanya air mani, darah dan cairan vagina.
• Kumpulan gejala terkait HIV-AIDS adalah misalnya TB, diare kronis,
kandidiasis, pneumonia, toxoplasmosis.
• Walaupun belum ada obat yang menyembuhkan infeksi HIV, tetapi ada
obat Anti Retroviral (ARV) yang dapat menghambat pertumbuhan virus
HIV dan sudah tersedia di RS rujukan ARV di Indonesia.
• Pasien TB yang terinfeksi HIV tetap harus melanjutkan pengobatan TB
sampai selesai. Untuk pasien TB yang membutuhkan ARV dapat dilayani di
RS rujukan ARV setempat.

• Pasien TB yang terinfeksi HIV dapat segera menerima ARV tanpa melihat
jumlah CD4 sebagai pengobatan dini dan pencegahan penularan HIV
kepada oranglain.
5. Cara Pencegahan HIV-AIDS dan IMS

• [A] (Abstinence) : Absen seks atau tidak melakukan


hubungan seksual

• [B](Be faithful) : Bersikap saling setia kepada satu pasangan
seks (tidak berganti-ganti)

• [C] (Condom) : Cegah dengan kondom harus dipakai
oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui
terinfeksi HIV

• [D] (no Drug) : Dilarang menggunakan Napza,
terutama napza suntik dengan jarum bekas secara
bergantian.
7. Pencegahan Penularan HIV-AIDS
• Pencegahan Penularan melalui darah
– Bahwa penularan infeksi HIV dapat terjadi melalui alat suntik
yang terkontaminasi baik dalam sistem pelayanan kesehatan
yang formal maupun di luar sistem tersebut, misalnya
pemakaian alat/jarum lainnya yang dapat melukai kulit atau
menyebabkan luka/pendarahan (tato, tusuk jarum, alat cukur,
dsb). Penularan infeksi HIV melalui alat suntik yang tidak steril
dan dipakai bersama sering dilakukan oleh para penyalah-guna
narkotika suntik.
– Pada pasien TB dengan penasun ini harus segera dirujuk ke
layanan pengurangan dampak buruk napza suntik dan layanan
terapi rumatan metadon.
• Pencegahan penularan HIV dan IMS dengan kondom
• Pencegahan Penularan dari ibu HIV (+) ke bayi yang dikandung
rujuk ke layanan pencegahan HIV dari ibu ke anak (PPIA).
Pencegahan penularan HIV dan IMS dengan kondom

• Kondom Laki-laki

• Kondom Perempuan
Cara memasang, melepas dan
membuang kondom laki-laki
Cara memasang, melepas dan membuang
kondom perempuan
B. KIE TB HIV di Layanan HIV
Materi KIE harus dapat disampaikan di layanan
HIV :
1. Kaitan TB dengan HIV-AIDS
2. Cara Penularan TB
3. Pencegahan penularan TB
4. Gejala dan Pemeriksaan TB
5. Pengobatan TB
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB
1. Kaitan TB dengan HIV-AIDS
• TB adalah infkesi oportunistik pada ODHA yang
paling sering terjadi selain kandidiasis.
• Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV diketahui
terlebih dahulu sakit TB.
• Seseorang mempunyai kedua penyakit ini akan
menjadi sangat serius
• Penatalaksanaan yang tepat (diagnosis dan
pengobatan) sangat diperlukan.
• Pengobatan untuk TB sudah tersedia di semua
Puskesmas dan beberapa Rumah Sakit
2. Cara Penularan TB

• Penularan TB melalui udara dari percikan dahak


pasien TB yang batuk/bersin tanpa menutup mulut.
• Jika udara yang mengandung kuman TB terhirup
maka kemungkinan kita terinfeksi TB tetapi tidak
berarti kita langsung sakit TB, bisa jadi kuman TB
tersebut ’tidur’(dormant)
• TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi
pasien TB yang sudah dibersihkan seperti: peralatan
makan, pakaian ataupun tempat tidur.
3. Pencegahan penularan TB
Hal-hal yang dapat dijelaskan terkait dengan pencegahan penularan
yaitu:
• Pengobatan secara teratur. Setelah 2 minggu minum obat maka
jumlah kuman akan menurun sehingga tidak akan menular ke orang
lain. Namun minum obat harus tetap dilanjutkan hingga 6-8 bulan
sesuai petunjuk dokter.
• Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu batuk atau bersin.
• Tidak membuang dahak di sembarang tempat tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup.
• Rumah tinggal harus mempunyai ventilasi udara yang baik agar
sirkulasi udara berjalan lancar dan ruang/kamar mendapatkan
cahaya matahari.
• ODHA dalam terapi ARV tetap mempunyai risiko lebih tinggi terkena
TB dibandingkan dengan populasi non HIV. Pengobatan Pencegahan
dengan INH (PP INH) merupakan salah satu upaya yang penting
untuk pencegahan TB pada ODHA.
4. Gejala dan Pemeriksaan TB

• Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak


selama 2-3 minggu atau lebih.
• Dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, nyeri
dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, dan berkeringat malam hari.

CatataPada ODHA gejala TB Tanda dan gejala antara lain


Batuk, Demam, Berat Badan Menurun, Berkeringat tanpa
aktifitas dan tanda/gejala TB Ekstra Paru
4. Gejala dan Pemeriksaan TB
• Batuk bukanlah gejala yang khas untuk TB paru sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan dahak;
• Bila dianggap perlu dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti:
pemeriksaan ronsen dada, pemeriksaan oleh dokter atau pemeriksaan
biakan untuk M. tuberculosis.
• Gejala berkurangnya berat badan dan demam lebih sering dijumpai pada
pasien TB paru dengan HIV positif dibanding dengan yang HIV negatif.
• Sampaikan kepada klien jika ia mempunyai gejala TB maka harus pergi ke
dokter di Puskesmas/Rumah Sakit/ Balai Kesehatan Paru Masyarakat
untuk pemeriksaan dahak .
– Agar klien dapat membayangkan pemeriksaan yang harus dijalankan untuk mengetahui
apakah dirinya TB atau tidak dapat disampaikan: Pemeriksaan kuman TB yang terbaik
adalah melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis dilakukan 2 kali yaitu SP (Sewaktu
datang ke layanan dan Pagi) Petugas harus menjelaskan bagimana mengeluarkan dahak.
– Pemeriksaan dengan Tes Cepat di Rumah Sakit tertentu yang telah mempunyai sarana
– Jika hasil pemeriksaan dahak positif maka artinya dahak tersebut mengandung kuman
TB.
– Jika hasil pemeriksaan dahak negatif maka petugas kesehatan harus menindak lanjuti
sesuai alur yang ada
Sampaikan juga tentang TB pada Anak
Gejala umum pada anak:
• Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau
terjadi gagal tumbuh (failure to thrive) meskipun telah diberikan
upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2 bulan.
• Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang
jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-
lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan
merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
• Batuk lama ≥2 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah
reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain
batuk telah dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan
pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi).
• Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
• Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang
adekuat
Gejala spesifik TB terkait organ pada anak
• Pada TB ekstra paru dapat dijumpai gejala dan tanda klinis yang
khas pada organ yang terkena.
• Untuk menegakan Diagnosa TB pada anak dapat dilakukan
pemeriksaan bakteriologis melalui TCM TB ( bila fasilitas tersedia)
• Pemeriksaan mikroskopis. Contoh uji untuk pemeriksaan
bakteriologis pada anak dapat diambil dari dahak, bilasan lambung,
cairan otak,dll.
– Pada anak yang lebih kecil dahak dapat diambil melalui induksi sputum
maupun bilasan lambung. Namun bila dahak tidak dapat diambil
diagnosis TB anak dapat ditegakkan melalui sistema skoring (lihat bab
Pengobatan).
– Uji tuberkulin bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis TB
pada anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas.
Uji tuberkulin tidak bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB.
• Pemeriksaan foto toraks pada anak merupakan pemeriksaan
penunjang. Namun gambaran foto toraks pada anak dengan TB
tidak khas kecuali ada gambaran TB milier
5. Pengobatan TB
• Pasien diberi obat yang harus diminum teratur
sampai tuntas selama 6–8 bulan. Obat Anti TB
(OAT) disediakan secara cuma-cuma di semua
Puskesmas dan beberapa RS yang telah
menjalankan program penanggulangan TB.
• Informasi efek samping OAT perlu disampaikan
dan yakinkan pasien untuk segera menyampaikan
efek samping obat kepada petugas serta tidak
menghentikan pengobatan secara sepihak.
• ARV tetap diberikan sesuai dengan petunjuk
petugas.
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB

• Sampaikan bahwa ODHA sangat rentan terhadap


risiko transmisi TB yang dapat terjadi di layanan
kesehatan. Risiko penularan TB di faskes lebih
besar dibandingkan di populasi umum.
• Strategi TemPO:
– Memisahkan pasien batuk dengan pasien lainnya
– Memberikan masker pada pasien batuk dan
mendahulukan pasien saat antri layanan
– Memberikan pengobatan TB bila pasien telah
didiagnosis TB
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB

• Etika batuk yaitu:


– Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau sapu tangan
ketika batuk/bersin
– Atau nenutup hidung dan mulut dengan lengan dalam baju
anda BUKAN dengan telapak tangan ketika batuk/bersin
– Segera buang tisu bekas batuk/bersin ke dalam tempat
sampah
– Segera cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
atau pencuci tangan berbasis alkohol
– Menggunakan masker bila sedang batuk/flu (merasa saya
hilangkan)
– Tidak membuang ludah/dahak di sembarang tempat.
POKOK BAHASAN 3

Komunikasi Efektif
dan
Komunikasi Motivasi
Komunikasi Efektif dan Komunikasi
Motivasi
• Edukasi dapat dilakukan dengan metode
komunikasi efektif dan komunikasi motivasi.
• Komunikasi efektif sedikit berbeda dengan
komunikasi motivasi, untuk mempraktikkan
komunikasi motivasi harus memahami
komunikasi efektif terlebih dahulu
Komunikasi Efektif
• Komunikasi Efektif adalah proses
penyampaian pesan kepada orang lain dengan
maksud terjadi peningkatan pengetahuan
menuju perubahan sikap dan perilaku.
• Tujuan Komunikasi Efektif adalah untuk
terjadinya perubahan perilaku ke arah yang
sehat dan bertanggung jawab selain itu untuk
memotivasi pasien agar tetap datang untuk
kunjungan pengobatan TB-HIV.
Manfaat Komunikasi Efektif
• Tersampaikannya gagasan atau pemikiran
• Adanya saling kesepahaman antara petugas
kesehatan dan pasien TB-HIV, sehingga terhindar dari
salah persepsi.
• Menjaga hubungan baik dan kemitraan selama
proses pengobatan dalam hubungan kesetaraan dan
saling menghargai.
• Membangun kesamaan pengertian antara petugas
kesehatan dan pasien agar tercipta pengertian yang
sama dimana kedua belah pihak dapat
berkomunikasi dan dapat memahami setiap pesan
yang disampaikan.
Komponen penting yang perlu
diperhatikan dalam Komunikasi Efektif

• Bahasa tubuh (body language)


• Open Minded (pikiran terbuka)
• Mendengar aktif
• Menciptakan suasana yang nyaman bagi
pasien
• Menggunakan bahasa yang sederhana
5 elemen pokok komunikasi yang efektif

REACH:
• Respect (sikap menghargai)
• Empathy (kemampuan mendengar)
• Audible (pesan dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik)
• Clarity (jelas)
• Humble (rendah hati)
Hambatan dalam komunikasi
• Latar belakang/status effect : Adanya perbedaaan sosial status
yang dimiliki setiap manusia.
• Bahasa : Bahasa yang dipergunakan sebagai alat untuk
menyampaikan informasi seringkali tidak dimengerti oleh pasien
• Kultur/budaya.
• Informasi yang kurang memadai
• Non Verbal : Sikap petugas terhadap pasien sering menjadi
hambatan bagi pasien untuk terbuka mengenai
penyakit/masalah yang dialami.
• Lingkungan fisik : hambatan dari lingkungan bisa mempengaruhi
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh
orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya
yang kurang jelas.
Komunikasi Motivasi (KM)
• Diperlukan dorongan bagi pasien agar dapat
memotivasi dirinya untuk membuat keputusan
terkait pengobatan yang dijalaninya
• KM bersifat membimbing dan berpusat pada pasien
• KM untuk perubahan perilaku dengan cara
membantu pasien mengatasi sikap mendua dalam
membuat keputusan. Perilaku pasien cenderung
berubah apabila memiliki motivasi kuat untuk
berubah bila berasal dari pemikiran mereka sendiri.
Prinsip umum dari KM
• Menunjukkan empati
petugas kesehatan menaruh perhatian penuh untuk memahami pasien dan melihat masalah dari
sudut pandang pasien.

• Hindari perdebatan
Dalam penerapan KM sebaiknya petugas menghindari perdebatan. Petugas sebaiknya memahami
dan mengetahui alasan mengapa pasien mengambil keputusan tersebut, serta bekerja sama
untuk menggali pilihan-pilihan lain yang lebih baik bagi pasien.

• Memberikan gambaran dua situasi berbeda


Petugas membimbing pasien untuk memberikan gambaran tentang kondisi berbeda yang akan
terjadi bila pasien mengambil keputusan untuk berobat atau tidak. Hal ini akan membantu pasien
melihat dampak negatif dan positif dari masalah kesehatannya dan termotivasi untuk membuat
suatu keputusan yang tepat.

• Memampukan pasien dalam membuat keputusan


Melalui tahapan di atas pasien dibantu untuk membuat keputusan yang lahir dari dirinya sendiri,
bukan lahir dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan bukan hanya membantu pasien dalam
meneguhkan motivasi tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan pasien untuk
berubah menjadi lebih baik.
4 ketrampilan kunci KM
1. Refleksi – Mengulang pernyataan pasien
• Refleksi adalah pernyataan (bukan pertanyaan)
• Untuk itu perlu mendengarkan, memperhatikan,
dan mengartikan bahasa verbal maupun non-
verbal (bahasa tubuh) - mendengarkan aktif
• Petugas kesehatan mencoba untuk memahami
pasien dengan cara merefleksikan apa yang
disampaikan pasien
• Membantu memperoleh lebih banyak informasi
PROSES MENDENGARKAN DAN MEREFLEKSIKAN

PASIEN PETUGAS
KESEHATAN

saya MENDENGARKAN saya


KATAKAN DENGAR

saya
saya
MAKSUD MENGERTI
(RASAKAN) MEREFLEKSIKAN
JENIS-JENIS REFLEKSI
1. Sederhana
– Mengulangi atau mengatakan kembali
• Mengganti dengan kata atau frasa
lain tapi tidak berubah dari
pernyataan awal
JENIS-JENIS REFLEKSI
2. Kompleks
– Parafrase (menyelesaikan kalimat)
• Mengungkapkan kembali dengan cara lain tanpa
mengubah makna
– Refleksi perasaan
• Menekankan aspek emosi dari apa yang
disampaikan oleh pasien
– Refleksi dua-arah
• Menyampaikan dua sisi yang saling bertentangan:
“Di satu pihak…, di lain pihak…”
– Merangkum
• Merangkum beberapa hal yang dibicarakan pasien
BEBERAPA UNGKAPAN REFLEKSI

• Jadi anda merasa…


• Yang saya dengar adalah bahwa anda…
• Anda sedang berpikir bila…
• Anda…
• Kedengarannya…
MANFAAT MENDENGARKAN DAN
MEREFLEKSIKAN
• Petugas kesehatan:
– Berempati (menghormati
dan memahami perasaan
pasien)
– Tidak menghakimi pasien
– Meluruskan penafsiran
yang salah dari apa yang
dikatakan pasien
– Kecil kemungkinan
menimbulkan masalah
MANFAAT MENDENGARKAN DAN
MEREFLEKSIKAN
• Pasien:
– Merasa dimengerti
– Terdorong untuk
memberi informasi
tambahan
– Dapat mengutarakan
pikiran dan perasaannya
– Lebih menyadari apa
yang dipikirkan dan
dirasakan
Berikut ini hal-hal yang tidak disarankan dan
dihindari dalam refleksi

• Memberi advis, saran atau solusi


• Persuasi atau mengkuliahi
• Menceramahi
• Tidak menyetujui, menghakimi atau mempersalahkan
• Menyepakati, menyetujui, ataumemberi ungkapan
• Mempermalukan, mengolok-olok atau memberi
julukan
• Menganalisa
• Meyakinkan atau memberi simpati
• Mempertanyakan atau menggali informasi (probing)
2. Peneguhan (afirmasi) – Melihat sisi
positif
• Menekankan hal yang positif
• Mengenali dan menerima nilai-nilai yang
dimiliki pasien
• Mendukung dan memberi semangat
• Pasien merasa dihargai dan dipercayai oleh
petugas.
• Afirmasi sebaiknya tidak dibuat-
buat, tulus dan apa adanya.Afirmasi
juga bisa digunakan untuk
“mengemas” sikap atau situasi
pasien dengan positif.
• Meneguhkan bukan memuji
• Hindari peneguhan yang dimulai dengan
kata “saya”
• Seperti halnya refleksi
• yang baik, maka peneguhan
• yang baik berpusat pada
• kata “Anda”
Catatan penting dalam afirmasi
• Hindari penggunaan kata “Saya”
• Fokus pada perilaku yang spesifik
• Fokus pada deskripsi, bukan evaluasi
• Afirmasi biasanya diletakkan di akhir kalimat.
3. Pertanyaan – Terbuka, Tertutup dan
Mengarahkan
Pertanyaan Terbuka
– Memungkinkan jawaban yang lebih luas
– Menggali informasi lebih dalam
– Mengetahui perspektif pasien
– Mendorong eksplorasi diri
– Memberi kesempatan petugas kesehatan
mendapat informasi yang tidak diperkirakan
sebelumnya
Pertanyaan Tertutup
– Memerlukan jawaban yang pendek (ya
atau tidak, sebuah fakta khusus, angka,
tanggal, dll.)
– Kemungkinan jawaban terbatas
– Cukup dengan bentuk kuesioner atau
pilihan ganda
Pertanyaan Mengarahkan
– Merupakan bentuk pertanyaan tertutup
– Mengarahkan pasien pada jawaban yang
diinginkan si penanya
– Perlu dihindari
– Hal ini bukan hanya menempatkan petugas
dalam posisi yang lebih tinggi (menilai hal
yang baik vs hal yang jelek), namun jawaban
juga tidak bisa dipercaya sepenuhnya.
• Mengapa pertanyaan terbuka biasanya lebih baik
untuk KM?
– Anda dapat menggali lebih dalam dan
mengumpulkan informasi yang diketahui pasien.
Berguna untuk membangun hubungan dan
menjaga alur percakapan.

• Kapan pertanyaan tertutup dapat digunakan?


– Jika ingin memastikan fakta dan menilai perilaku
4. Bertanya-Beritahu-Bertanya (Ask-Tell-
Ask) – Memberi Informasi dan Saran
Terdapat dua hal penting dalam KM yang perlu
diingat:
• Petugas memberi informasi dan/atau saran
berdasarkan ijin
• Petugas tidak perlu memberikan semua
informasi namun sesuai dengan kebutuhan
dan perspektif pasien sehingga mereka dapat
mengambil kesimpulan sendiri.
DI SAAT ANDA PERLU MEMBAGI INFORMASI…

– Menghindari kesan “saya pakar”  tidak


selalu mudah

– Mendengarkan secara reflektif dapat


bermanfaat untuk berbagi informasi
melalui teknik “Bertanya-Beritahu-
Bertanya”
Bertanya – Beritahu – Bertanya (B3)
• merupakan sebuah strategi sederhana untuk
mengukur sejauh mana pemahaman pasien dan
memberikan informasi sesuai kebutuhan.
• Strategi ini dimulai dengan sebuah pertanyaan
untuk menelusuri pengetahuan dan pengalaman
pasien
• Strategi ini ditujukan untuk membantu petugas
agar waktu yang terbatas dapat difokuskan pada
pemberian informasi yang bermanfaat bagi
pasien.
Beberapa contoh pertanyaan:
• “Ceritakan pada saya apa yang Anda ketahui
tentang efek samping dari pengobatan TB.”
• “Menurut Anda apa manfaat terbesar dari
memakai masker?”
• “Apa yang Anda pikirkan tentang HIV?”
Mendapat persetujuan

• Petugas menindaklanjuti pertanyaan di atas dengan


pertanyaan berikut, untuk mendapat persetujuan
pasien atas informasi atau saran tambahan yang
akan diberikan
Contoh:
“Apakah Anda berminat untuk mendengar lebih lanjut mengenai TB Resistan Obat?”
“Apakah Anda keberatan kalau saya ceritakan bagaimana orang lain berhasil
melakukannya?”

• Penting untuk menunjukkan petugas menghormati


pasien dan dapat membuat pasien lebih
mendengarkan apa yang petugas katakan
Teknik yang dapat digunakan tanpa menggurui
dan tidak mengurangi rasa hormat
• Tunjukkan empati kepada pasien bahwa
petugas memahami perasaan mereka
• Ceritakan tentang orang lain mengalami hal
yang sama
• Ceritakan bahwa orang lain tersebut akhirnya
menyadari bahwa pemikiran tersebut tidak
benar
Beritahu (Tell) informasi
• Bila pasien anda setuju untuk melanjutkan
pembicaraan, anda dapat memberi informasi
dan/atau saran.
• Kuncinya adalah fokus pada apa yang pasien
butuhkan atau ingin ia ketahui.
• Memberi saran bukan hal utama dari strategi
KM. Fokus utama : menumbuhkan solusi dari
pasien dan bukan dari petugas.
Ingat!!
• Minta persetujuan (seperti bila anda akan memberi
informasi)
• Tekankan pilihan pribadi. Contoh: “Pada akhirnya
keputusan ada di tangan anda. Namun demikian saya
bisa menjelaskan beberapa pilihan …”
• Tawarkan beragam pilihan sekaligus, jangan satu
persatu.
• Ingat, petugas dapat memberi informasi (atau saran)
tapi petugas tidak dapat mengharapkan reaksi pasien
sesuai keinginan petugas. Lebih baik bila petugas
bertanya untuk mendapatkan persetujuan.
Bertanya (Ask) Reaksi
• menanyakan lagi kepada pasien untuk menilai
pengertian, interpretasi atau tanggapan mereka
terhadap informasi dan/atau saran yang baru
disampaikan.
• Ini harus dilakukan secara teratur, tiap kali setelah
memberi informasi.
• Proses ini dapat berupa mendengarkan secara reflektif,
merefleksikan kembali reaksi pasien yang anda lihat
dan dengar.
• Tujuan: memberi ruang pada pasien untuk memproses
dan menanggapi informasi yang baru anda sampaikan.
Menggabungkan semuanya
• Keterampilan tersebut tidak berfungsi secara
terpisah
Contoh:
“Senang bertemu Anda kembali!” (afirmasi), lalu “Bagaimana dengan
perubahan-perubahan yang kita diskusikan waktu itu?” (Pertanyaan
terbuka), lalu mendengarkan secara reflektif dan lanjutkan dengan
“Maukah Anda mendengar pengalaman orang lain yang berhasil
mengatasi situasi seperti anda?” (3B untuk memberi informasi baru)
lalu merefleksikan dan merangkum perasaan, ide dan pengalaman
pasien sementara terus meneguhkan contoh-contoh perubahan yang
positif.
• Keterampilan KM bisa diulangi terus-menerus
dalam berbagai kombinasi.
Keterampilan Tujuan yang ingin dicapai

1. Merefleksikan apa yang dikatakan pasien (reflection)  Pasien merasa lebih dihormati dan diterima serta lebih
dimengerti.
 Pasien didorong untuk memberikan informasi
tambahan
 Pasien lebih bisa mengutarakan pikiran dan
perasaannya.
 Pasien menjadi lebih sadar akan pikiran dan
perasaannya.
 Petugas bisa meluruskan apabila terjadi
kesalahpahaman pasien tentang perihal medis.
 Petugas bersikap tidak menghakimi kepada pasien.
2. Peneguhan (affirmation)  Membantu petugas melibatkan pasien.
 Mengurangi sikap pembelaan diri dari pasien.
 Mendorong keterbukaan pasien
3. Pertanyaan terbuka (open question)  Memberikan kesempatan yang lebih kepada pasien
untuk bercerita tentang dirinya.
4. Bertanya – Beritahu – Bertanya (Ask – tell – ask)  Mendapatkan informasi dari pasien mengenai sejauh
mana pasien memahami tentang penyakitnya.
 Petugas dapat memberikan informasi tambahan
kepada pasien tanpa memiliki kesan untuk
“menggurui” pasien.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai