IV. ALUR :
1. PASIEN TB-MDR
2. PENDAFTARAN DAN PENGKAJIAN PADA PASIEN
3. PEMERIKSAAN&KONSELING (TIGO TUNGKU SAJARANGAN)
a. Tenaga Kesehatan
b. Tim Rohani
c. Keluarga
4. PASIEN PULANG
V. DAMPAK POSITIF INOVASI :
1. PENATALAKSANAAN TB MDR YANG KOMPREHENSIF
2. MUDAHNYA AKSES, KENYAMANAN PELAYANAN
3. MINIMALNYA TRANSMISI INFEKSI SILANG
4. MENINGKATNYA INTERAKSI SESAMA PASIEN
VI. MANFAAT UTAMA :
1. MEMBAIKNYA PELAYANAN TB MDR
(Tahun 2015 6 ORANG PASIEN TB MDR DINYATAKAN SEMBUH DAN DIBERIKAN
PIAGAM)
2. MENINGKATNYA INDEKS KEPUASAN PASIEN DARI 75,15% MENJADI 81,56%
(SANGAT BAIK)
N
ASPEK SEBELUM SESUDAH
O
1 Pelayanan Hanya petugas Komprehensif (Tigo Tungku
Konseling kesehatan Sajarangan)
2 Ruangan Bergabung, Terpisah, lengkap, nyaman,
ada gazebu,
tempat pengambilan dahak
dll
3 Pelayanan Antri Cepat, IKM sangat baik
4 Interaksi Kurang, merasa Tinggi, Percaya diri karena
sesama rendah diri karena homogen
pasien heterogen penyakit
VII. KEBERLANJUTAN :
1. Kerja sama lintas sektor/program (Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Dinas Terkait
maupun dengan swasta atau NGO.
2. Konsep TIGO TUNGKU SAJARANGAN akan dikembangkan terus dan direplikasi di Faskes
tingkat pertama/kedua.
VIII. PEMBELAJARAN YANG DIPETIK :
1. Diperlukan sikap sabar, semangat sembuh dari pasien dan dukungan keluarga
2. Pentingnya kemitraan pemerintah daerah, dinas kesehatan, rumah sakit, dan NGO.
TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang perlu di selesaikan di Kabupaten
Gresik. Angka temuan kasus pasien TB Paru dan TB MDR masih rendah.Tahun 2014
dan 2015 di temukan 18 pasien TB MDR. Angka temuan pasien TB MDR relatif masih
kecil karena di sebabkan belum ada fasilitas kesehatan yang menangani TB Resisten
obat. Pasien yang di suspek TB Resisten obat harus di rujuk ke RS Dr Sutomo
Surabaya.
Dari 18 pasien TB MDR yang di temukan di Kabupaten Gresik tahun 2014, 1 pasien
menolak di obati (5,5%), 5 pasien drop out (27,7%), 10 pasien sembuh (55,5%) dan 2
pasien meninggal dunia. Tahun 2015 di temukan 18 pasien TB MDR, 8 pasien drop out
(44,4%),7 pasien sembuh (38,8%)dan 3 pasien meninggal dunia (16,6%).
Melihat kondisi ini dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL selaku direktur RSUD Ibnu Sina
Gresik berniat membuka pelayanan TB MDR dan membuat inovasi BATAS PETIR (obati
sampai tuntas penderita TB MDR). Upaya ini di harapkan untuk meningkatkan angka
kesembuhan dan menurunkan angka drop out pasien TB MDR.
Inovasi BATAS PETIR ini mengobati pasien TB MDR secara holistik. Pengobatan
pasien TB MDR mencakup aspek Biologi,Psikologis, Sosial dan Spritual. Selain itu di
libatkan sinergi antara RSUD Ibnu sina, Dinas kesehatan Kabupaten Gresik, LSM
Aisyiyah dan komunitas pasien TB MDR (PETIR)
Setelah di lakukan inovasi BATAS PETIR, jumlah CDR pasien TB MDR di Kabupaten
Gresik meningkat drastis.Tahun 2016 ditemukan 21 pasien TB MDR dan tahun 2017 di
temukan 45 pasien. Angka pasien TB MDR yang menolak di obati (initial loss) tahun
2014 5,5% turun menjadi 0% di tahun 2016 dan 2,2% di tahun 2017. Angka drop out
pasien TB MDR yang di obati turun menjadi 14,2% di tahun 2016 dan 2,2% di tahun
2017. 4 pasien sudah dinyatakan sembuh dari TB MDR, Sisanya 54 pasien masih
menjalankan pengobatan dan hasilnya sudah negative.
ANALISIS MASALAH
1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inovasi?
Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai.
Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu masalah kesehatan baik di indonesia
maupun di dunia. Penyakit ini banyak menyerang golongan umur produktif antara 15-45
tahun. World Health organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan
2 juta kematian karena TB setiap tahunnya. Indonesia menempati urutan ke 2 dengan
jumlah kasus tuberculosis terbanyak di bawah India.Insiden kasus baru TB Paru di
Indonesia mencapai 403/100.000 penduduk. Estimasi berdasarkan jumlah penduduk
saat ini menunjukan setiap tahun terdapat 1 juta kasus baru TB Paru. Indonesia juga
tercatat sebagai salah satu dari 27 negara dengan beban TB MDR (multiple drug
resisten) terberat di dunia. Di perkirakan setiap tahunnya terdapat 6.800 kasus baru TB
MDR.
Dari 18 pasien TB MDR yang di temukan di Kabupaten Gresik tahun 2014, 1 pasien
menolak di obati (5,5%), 5 pasien drop out (27,7%), 10 pasien sembuh (55,5%) dan 2
pasien meninggal dunia. Tahun 2015 di temukan 18 pasien TB MDR, 8 pasien drop out
(44,4%),7 pasien sembuh (38,8%)dan 3 pasien meninggal dunia (16,6%).
Angka kesembuhan pasien TB MDR di Kabupaten Gresik masih rendah dan angka
putus berobat tinggi disebabkan :
Fenomena kasus TB MDR di Kabupaten Gresik seperti gunung es. Pasien yang di
temukan memang masih sedikit, tetapi tidak menutup kemungkinan masih banyak kasus
TB MDR yang belum terungkap. Case detection rate yang rendah di sebabkan karena
pasien yang di curigai menderita TB resisten obat menolak di periksa. Pasien menolak
dikarenakan fasilitas pelayanan TB MDR ada di RSUD dr. Sutomo Surabaya. Melihat
kondisi ini dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL selaku direktur RSUD Ibnu Sina Gresik
berniat membuka pelayanan TB MDR. Upaya ini di harapkan untuk mendekatkan akses
pelayanan dan meringankan beban pasien TB MDR. Untuk melayani pasien TB MDR
,RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Setelah Tim TB MDR terbentuk, menejemen RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
menyiapkan fasilitas rawat jalan, rawat inap, Instalasi farmasi, Laboratorium penunjang
TB MDR. Poliklinik rawat jalan pasien TB MDR di desain dengan sangat baik dan
nyaman. Alur pelayanan pasien mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, mendapat resep
dan minum obat ada di poliklinik TB MDR. Upaya inibertujuan untuk mengurangi resiko
penularan transmisi silang ke pasien lain. Dengan pelayanan terpadu ini juga di
harapkan pasien merasa homogen dan mengurangi stigma negatif. Instalasi farmasi TB
MDR di buat menyatu di poliklinik TB MDR terpisah dari instalasi farmasi rawat jalan.
RSUD Ibnu Sina menyiapkan 2 ruangan rawat inap isolasi TB MDR. Ruangan ini ada 4
bed yang bisa di gunakan pasien TB MDR yang mengalami efek samping berat. Ruang
isolasi ini sudah memenuhi syarat PPI TB (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB).
Untuk laboratorium penunjang disiapkan alat tes cepat molekuler (TCM) dan tenaga
analis medis. Alat tes cepat molekuler ini di gunakan untuk menegakkan diagnose TB
Resisten Rifampicin. Ruang laboratorium harus memenuhi standar yang di tetapkan
Dinas Kesehatan Propinsi. Untuk keamanan petugas laboratorium, RSUD Ibnu Sina
membeli alat bio safety cabinet.
Menajemen RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik bertekad tidak hanya sebatas
menemukan dan mendiagnosa pasien TB MDR. Tetapi RSUD Ibnu sina harus bisa
mengobati pasien TB MDR sampai sembuh. RSUD Ibnu sina di harapkan untuk menjadi
rumah sakit rujukan regional TB MDR di Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro.
Dr. Endang Puspitowati Sp.THT-KL dan Tim TB MDR menyadari bahwa tidak cukup
dengan fasilitas yang lengkap dan nyaman membuat pasien TB MDR sembuh. Untuk
meningkatkan angka kesembuhan, menurunkan initial loss dan menurunkan pasien drop
out di cetuskanlah inovasi BATAS PETIR (Obati Tuntas Penderita TB MDR).
Dalam Inovasi ini RS Ibnu Sina Gresik bersinergi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gresik, LSM Aisyiyah Kabupaten Gresik dalam mengobati pasien TB MDR. Selain itu di
bentuk komunitas pasien TB MDR. Komunitas ini di namakan PETIR (Pejuang TB
Resisten). Komunitas ini di harapkan menjadi kelompok dukungan sebaya bagi pasien
yang menjalani pengobatan TB MDR.
Inovasi BATAS PETIR ini bisa meningkatkan angka keberhasilan pengobatan dan
menurunkan jumlah pasien putus berobat, karena program ini mengobati pasien TB
MDR secara holistik. Pengobatan pasien TB MDR mencakup aspek Biologi,Psikologis,
Sosial dan Spritual. Selain itu kami melibatkan sinergi antara RSUD Ibnu sina, Dinas
kesehatan Kabupaten Gresik, LSM Aisyiyah dan komunitas pasien TB MDR (PETIR).
Dari aspek biologi Tim ahli Klinis memberikan paduan terapi obat MDR dan penanganan
efek samping. Dalam penanganan aspek biologis kita bersinergi dengan Puskesmas di
Kabupaten Gresik.. Untuk meningkatkan psikologis pasien di libatkan psikolog dan
dokter Spesialis jiwa. Dari aspek sosial melalui peran serta komunitas PETIR, membuat
pasien TB MDR tidak merasa sendiri. Dengan kegiatan dukungan sebaya mereka bahu
membahu dalam menjalani pengobatan. Mereka saling menguatkan jika mengalami efek
samping dan keputus asaan dalam menjalani pengobatan. Kami juga memperhatikan
aspek Spritual, melalui peran serta Aisyiyah dan MUI yang memberikan tausiyah
tentang kesabaran dalam menjalani pengobatan.
Selain itu akses pelayanan pasien TB MDR di RSUD Ibnu Sina mulai dari pendaftaran,
pemeriksaan , laboratorium dan mendapatkan obat dilakukan di satu tempat yaitu klinik
TB MDR. Hal ini memberikan kenyamanan pasien TB MDR dalam menjalani
pengobatan.
Inovasi ini sejalan dengan nawa cita yang kelima meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia.
Untuk menjalankan inovasi BATAS PETIR rencana aksi yang di lakukan antara lain:
Bulan mei 2016 di adakan sosialisasi klinik TB MDR di RSUD Ibnu Sina Kabupaten
Gresik. Tujuan dari kegiatan ini untuk memperkenalkan bahwa RSUD Ibnu Sina akan
membuka layanan poliklinik TB MDR. Selain itu di bentuklah jejaring internal dan
eksternal dalam penanganan TB Resisten obat. Untuk lebih meningkatkan komunikasi
yang efektif di buatlah group komunitas lewat whats app.
3. Rapat kordinasi
Inovasi ini melibatkan RSUD Ibnu Sina, Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik,
LSM Aisyiyah. Dalam pertemuan ini di sepakati sinergi dalam pelayanan TB Resisten
Obat. Seiring perjalanan poliklinik TB MDR, di bentuklah komunitas pasien TB MDR
yang di beri nama Pejuang TB Resisten (PETIR).
Aisyiyah Kabupaten Gresik membentuk kader-kader TB. Kader- kader ini menjaring
orang yang batuk lama tidak sembuh-sembuh. Jika di temukan orang yang batuk lama,
di anjurkan periksa ke RS atau Puskesmas.
Untuk mempermudah pelayanan pasien dari luar Kabupaten Gresik, Sampel dahak bisa
di kirim lewat paket. Pasien tidak perlu datang ke RS, sehingga mengurangi resiko
penularan ke orang lain. Hasil pemeriksaan TCM di kirim via pos ke faskes pengirim.
Aisyiyah kabupaten Gresik juga ikut berperan dalam inisiasi pengobatan TB MDR.
Melalui Kyai/Ustadzah memberikan motivasi agama untuk pasien TB MDR. Pasien di
ajarkan untuk sabar dan ikhlas dalam menjalani pengobatan yang lama.
3. Pengobatan TB MDR
Pasien TB MDR menjalani pengobatan di RSUD Ibnu Sina Gresik kurang lebih 1-2
minggu. Untuk mempermudah akses pelayanan selanjutnya mereka di rujuk ke
Puskesmas satelit. Setiap 1 bulan sekali pasien di wajibkan kontrol ke RS. Pasien suport
dari Aisyah mendampingi pasien yang minum obat. Mereka membantu petugas
kesehatan sebagai pengawas minum obat.
Komponen yang terlibat dalam inovasi BATAS PETIR ini antara lain :
1. RSUD Ibnu Sina Gresik sebagai inisiator sekaligus faskes yang melayani TB
MDR. Ide awal inovasi obati tuntas penderita TB Resisten dari Direktur RSUD Ibnu
Sina Gresik. RSUD Ibnu Sina Gresik juga membentuk Tim TB MDR yang menjadi
ujung tombak pelayanan TB MDR.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik dengan Puskesmas satelitnya mempunyai
andil yang besar dalam penanganan TB MDR. Untuk mendekatkan pelayanan TB
MDR pasien di pindah ke Puskesmas. Selain itu Puskesmas juga secara aktif
menemukan pasien pasien TB MDR.
3. LSM Aisyiyah Kabupaten Gresik dengan pasien suportnya menjadi pendamping
dan pengawas minum obat pasien TB MDR. Aisyiyah juga memberikan bantuan
uang dan sembako senilai 500 ribu rupiah tiap bulannya. Bantuan ini sangat
membantu bagi pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan.
4. KomunitasPETIR banyak membantu dalam pelayanan TB MDR. Dengan
kelompok dukungan sebaya dan kegiatan- kegiatanya membuat pasien TB MDR
tidak merasa sendiri. Anggota PETIR berkumpul 2 bulan sekali di RSUD Ibnu Sina
Gresik.
5. MUI memberikan support lewat tausyiyah kesabaran dalam menjalankan
pengobatan. Lewat media agama para kyai dari MUI memberikan semangat kepada
pasien TB MDR untuk sembuh.
6. Dinas Perikanan Kabupaten Gresik memberikan pelatihan berternak lele pada
lahan yang sempit pada pertemuan komunitas PETIR.
7. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi dan bagaimana
sumber daya tersebut dimobilisasi?
Sebutkan biaya untuk sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang berkaitan
dengan inovasi pelayanan publik ini
Sumber daya yang di gunakan untuk inovasi BATAS PETIR ini adalah:
RSUD IBNU SINA di poliklinik TB MDR terdapat 5 pegawai yang menangani pasien.
Satu dokter pelaksana, dua perawat, satu asisten apoteker dan satu petugas rekam
medis.Pelayanan TB MDR ini di sokong oleh Tim Ahli Klinis dan tim ad hoc. Tim ini di
ketuai dr wiwik kurnia illahi SpP. Tim ini terdiri dari :
1. 3 dokter Spesialis paru
2. 1 dokter Spesialis THT
3. 1 dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
4. 1 dokter Spesialis penyakit dalam
5. 1 dokter spesialis saraf
6. 1 dokter Spesialis jantung dan pembuluh darah
7. 1 dokter Spesialis anak
8. 1 dokter Spesialis radiologi
9. 1 dokter Spesialis Obstetri dan Gynecologi
10. 1 dokter Spesialis Radiologi
Tim Ahli Klinis ini bertugas untuk memberikan paduan terapi TB MDR dan mengobati
jika ada efek samping obat yang terjadi.Di laboratorium ada 1 dokter Spesialis Patologi
Klinik dan satu petugas analis yang menjalankan alat TCM.
DINAS KESEHATAN di setiap puskesmas satelit ada dokter dan pemegang program
TB yang melayani pasien TB MDR.
AISYIYAH Kabupaten Gresik terdapat 5 pasien suport yang mendampingi pasien TB
MDR. Satu pasien suport bisa mendampingi 5-6 pasien TB MDR.
Komunitas PETIR Pak Nazar fanani dan Pak Rofi 2 pasien TB MDR yang sudah masuk
fase lanjutan. Beliau berdua yang menjadi educator bagi pasien TB MDR yang baru
menjalani pengobatan
1. Sumber daya alat, sarana dan prasarana
1. Laboratorium :
– Ruang administrasi
2. Poliklinik TB MDR:
– Ruang Pendaftaran
7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil dari pelaksanaan inovasi?
Sebutkan paling banyak lima keluaran konkret yang mendukung keberhasilan inovasi
pelayanan publik ini
Jumlah pasien TB
Tahun Initial loss Drop Out Sembuh
MDR
1. Formulir data dasar : Formulir data dasar pasien TB MDR sebelum memulai
pengobatan.
2. Formulir Tim Ahli Klinis (TAK) : Formulir yang berisi paduan terapi yang di
berikan tim ahli klinis.
3. TB 01 MDR : Kartu pengobatan pasien TB Resisten Obat.
4. TB 03 MDR : Daftar register pasien TB MDR yang berobat di poliklinik TB MDR
5. TB 04 MDR : Register laboratorium TB Resisten Obat yang berisi pasien yang di
periksa Tec Cepat Molekuler.
6. TB 06 MDR : Register pasien terduga TB Resisten Obat
7. Pencatatan secara elektronik
Pencatatan dan pelaporan secara elektronik menggunakan software eTB menager.
Software e-TB Menager merupakan sistem berbasis web yang dapat di gunakan untuk
melakukan pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi. Dengan software tersebut
memungkinkan semua unit pengguna atau user mengetauhi data terkini yang berkaitan
dengan pelayanan TB MDR.
Kendala utama dan solusi dari inovasi BATAS PETIR ini adalah:
1. Ekonomi
Banyak penderita TB MDR adalah laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga.
Karena berobat tiap hari dan efek samping penderita TB MDR tidak bisa bekerja. Untuk
meringankan beban ekonomi LSM Aisyiyah Gresik memberikan bantuan suport sebesar
Rp. 500.000,- setiap bulan. RSUD Ibnu Sina bersama PETIR mengadakan kegiatan
pelatihan ketrampilan. Kegiatan ini di harapkan bisa dijadikan bekal bagi mereka ketika
sudah sembuh. Salah satu kegiatanya yaitu pelatihan budidaya berternak lele di lahan
sempit oleh Dinas Perikanan Kabupaten Gresik. Saat ini PETIR mencoba
membudidayakan lele 2 tandon di RSUD Ibnu Sina Gresik. Kalau hasilnya bagus akan
di tularkan ke anggota PETIR lainya.
1. Domisili
Pasien TB MDR RSUD Ibnu Sina Gresik berasal dari Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro. Pasien mengeluh jika harus tiap hari ke rumah sakit. RSUD Ibnu Sina dan
LSM Aisyiyah sedang menggagas rumah singgah untuk pasien TB MDR yang rawat
jalan.
Manfaat utama dari inovasi ini yang paling di rasakan masyarakat Kabupaten Gresik
yaitu sekarang untuk mendapatkan pelayanan TB Resisten Obat tidak perlu lagi ke
RSUD dr Sutomo Surabaya. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler sudah ada di RSUD
Ibnu Sina Gresik dan sebagian Puskesmas di Kabupaten Gresik. Pasien yang di
diagnose TB MDR bisa berobat di RSUD Ibnu Sina Gresik.Terbukti dengan semakin
dekatnya akses pelayanan berbanding lurus dengan banyaknya suspek TB MDR yang
di periksa TCM. Tahun 2016 suspek TB MDR yang di periksa TCM sejumlah 301 dan
tahun 2017 ada 1200 pasien yang diperiksa TCM. Tahun 2016 di dapatkan 28 pasien
yang positip MDR dan tahun 2017 ada 87 pasien yang hasil TCM nya positif TB MDR
(termasuk dari kabupaten lamongan, tuban dan bojonegoro).
Sinergi antara RSUD Ibnu Sina Gresik, Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, LSM
Aisyiyah Kabupaten Gresik dan Komunitas PETIR membuat pelayanan TB Resisten
Obat menjadi lebih baik. Hal ini di buktikan dengan meningkatnya angka temuan pasien
TB MDR, Menurunya angka pasien yamg menolak di obati dan pasien yang putus
berobat. Jumlah pasien yang sudah sembuh ada 4 pasien dan 54 pasien yang sudah
konversi hasil kultur dahaknya menjadi negative.
Pelayanan pasien TB MDR yang terpadu di Poliklinik TB MDR membuat pasien merasa
nyaman dalam menjalani pengobatan. Pasien tidak perlu antri dalam pendaftaran
ataupun antri dalam mengambil resep. Pasien merasa homogen dan stigma negative
terhadap mereka menjadi berkurang. Selain itu dengan pelayanan yang terpadu bisa
mengurangi intereaksi pasien TB MDR dengan pasien lainya. Sehingga resiko
penularan TB MDR dapat di minimalkan.
Perbedaan pelayanan TB MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik sebelum dan sesudah inovasi
BATAS PETIR:
Dalam kegiatan dukungan sebaya yang di lakukan komunitas PETIR juga di isi dengan
pelatihan pelatihan. Contoh pelatihan yang pernah di laksanakan yaitu pelatihan
berternak lele di lahan yang sempit oleh dinas perikanan Kabupaten Gresik. Saat ini
komunitas PETIR mencoba membudi dayakan lele di lahan tandon air. Jika budidaya ini
berhasil rencananya akan di kembangkan di setiap pasien TB MDR yang berminat.
Sehingga di harapkan budidaya ini bisa membantu perekonomian pasien TB MDR.
1. KEBERLANJUTAN
2. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?
Uraikan pengalaman umum yang diperoleh dalam melaksanakan inovasi pelayanan
publik ini, pembelajarannya, dan rekomendasi untuk masa depan
Untuk membuat Gresik bebas TB, perlu langkah yang kongkrit dalam penemuan kasus.
Kita tidak bisa hanya pasif menunggu pasien yang datang. Tapi kita harus aktif keluar
untuk menemukan kasus TB MDR. Sinergi antara RSUD Ibnu Sina Gresik, Dinas
kesehatan Kabupaten Gresik, LSM Aisyiyah dan PETIR akan di kembangkan ke
kegiatan pemberantasan TB. Dari pencatatan pasien TB MDR di petakan daerah yang
mempunyai basis yang tinggi TB MDR. Selanjutnya di adakan kegiatan menskrening
penduduk di sana yang di curigai sakit TB Paru. Dari yang di suspek TB Paru akan di
periksakan dahaknya dengan alat TCM. Jika sudah terdiagnosa TB Paru akan di obati.
Selain menemukan dan mengobati, juga masyarakat di edukasi tentang etika batuk dan
larangan meludah sembarangan. Perilaku hidup bersih dan sehat bisa mencegah
masyarakat dari sakit. Kuman TBC akan mati jika terkena sinar matahari. Ventilasi
rumah harus baik sehingga sinar matahari dan udara bisa masuk ke rumah.
Kegiatan seperti ini bila di kembangkan di setiap Puskesmas maka target Indonesia
bebas TB pada tahun 2035 akan tercapai.
Inovasi BATAS PETIR ini bukan inovasi yang sesaat. Pada tanggal 3-5 Desember 2017
direktur RSUD Ibnu Sina Gresik menandatangani deklarasi dukungan terhadap
menajemen pengendalian TB Resisten Obat di depan menteri kesehatan di Jakarta.
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.
02.03/I/0363/2015 RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik di tunjuk sebagai rumah sakit
rujukan regional TB MDR untuk wilayah kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro.
Pada bulan Oktober 2017 RS Haji Surabaya mengadakan study banding pelayanan TB
MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik. RS Haji Surabaya mencoba mereplikasi keberhasilan
pelayanan TB MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik.