Anda di halaman 1dari 14

“ TIGO TUNGKU SAJARANGAN”

TB MDR (MULTY DRUGS RESISTENCE)


RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 2016
  
I.      ANALISA MASALAH :
1. Banyak dampak yang ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru
2. Pelayanan pasien TB di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi masih bergabung dengan
kasus non infeksi paru.
3. Pengobatan TB MDR yang lama (18-22 bulan) makan obat tiap hari + suntikan setiap hari
selama 2 bln menimbulkan kejenuhan, ketidak berdayaan dan putus asa pasien dan stigma di
masyarakat,
4. Tahun 2014 ada 6 orang (22,2%) drop out dari 27 orang mengikuti program pengobatan.
5. Permasalahan utama TB-MDR kurangnya dukungan psikososial dari keluarga/lingkungan.
6. Merupakan hal yang luar biasa bila pasien mampu memotivasi diri untuk terus
menjalani pengobatan yg  seberat itu sampai sembuh.
 
II.    PENDEKATAN STRATEGIS :
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah Sakit Rujukan TB MDR di
Sumatera Barat.
1. Pembentukan Poli Khusus untuk pasien TB/TB MDR
2. Perlu faktor eksternal untuk meningkatkan  motivasi pasien menjalani pengobatan.
3. Tokoh agama/ulama/ustazh sebagai salah satu kearifan lokal yang sangat berpengaruh di
masyarakat Sumatera Barat.
4. Pendekatan/konsep “TIGO TUNGKU SAJARANGAN” adalah penatalaksanaan
komprehensif pasien TB MDR melalui 3 pilar utama yaitu :
 
TENAGA KESEHATAN MELIPUTI :
Pengobatan dan perawatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga, petugas kesehatan di puskesmas
 
TIM ROHANI MELIPUTI :
Konseling : menumbuhkan keyakinan , kesabaran, dan meningkatkan pemahaman agama
 
PERAN KELUARGA  MELIPUTI :
PMO
Memberikan dukungan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
Menemani ke yankes dll
 
III.  PELAKSANAAN DAN PENERAPAN :
KEGIATAN DI POLIKLINIK TB MDR

1. Penemuan kasus baru TB MDR


2. Pengobatan dan perawatan
3. Informasi & Edukasi komprehensif
4. Persiapan pengobatan lanjutan di rumah
5. Focus Group Discussion
6. Monitoring dan Evaluasi
7. Pemberian Piagam bagi pasien yang dinyatakan sembuh dari TB MDR

 
IV.   ALUR :
1.  PASIEN TB-MDR
2.  PENDAFTARAN DAN PENGKAJIAN PADA PASIEN
3.  PEMERIKSAAN&KONSELING (TIGO TUNGKU SAJARANGAN)
a.  Tenaga Kesehatan
b. Tim Rohani
c.  Keluarga
4.  PASIEN PULANG
 
V.   DAMPAK POSITIF  INOVASI :
1.    PENATALAKSANAAN TB MDR YANG KOMPREHENSIF
2.    MUDAHNYA AKSES, KENYAMANAN PELAYANAN
3.    MINIMALNYA TRANSMISI INFEKSI SILANG
4.    MENINGKATNYA INTERAKSI SESAMA PASIEN
 
VI. MANFAAT UTAMA :
1.    MEMBAIKNYA PELAYANAN TB MDR
(Tahun 2015  6 ORANG PASIEN TB MDR DINYATAKAN SEMBUH DAN DIBERIKAN
PIAGAM)
2.    MENINGKATNYA INDEKS KEPUASAN PASIEN DARI 75,15% MENJADI 81,56%
(SANGAT BAIK)
 
N
ASPEK SEBELUM SESUDAH
O
1 Pelayanan Hanya petugas Komprehensif (Tigo Tungku
Konseling kesehatan Sajarangan)
2 Ruangan Bergabung, Terpisah, lengkap, nyaman,
ada gazebu,
tempat  pengambilan dahak
dll
3 Pelayanan Antri Cepat, IKM sangat baik
4 Interaksi Kurang, merasa Tinggi, Percaya diri karena
sesama rendah diri karena homogen
pasien heterogen penyakit
 
VII.    KEBERLANJUTAN :

1. Kerja sama lintas sektor/program (Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Dinas Terkait
maupun dengan swasta atau NGO.
2. Konsep TIGO TUNGKU SAJARANGAN akan dikembangkan terus dan direplikasi di Faskes
tingkat pertama/kedua.

 
VIII.  PEMBELAJARAN YANG  DIPETIK :

1. Diperlukan sikap sabar, semangat sembuh dari pasien dan dukungan keluarga
2. Pentingnya kemitraan pemerintah daerah, dinas kesehatan, rumah sakit, dan NGO.
TB Paru masih menjadi masalah kesehatan yang perlu di selesaikan di Kabupaten
Gresik. Angka temuan kasus  pasien TB Paru dan TB MDR masih rendah.Tahun 2014
dan 2015 di temukan 18 pasien TB MDR.  Angka temuan pasien TB MDR relatif masih
kecil karena  di sebabkan  belum ada fasilitas kesehatan yang menangani TB Resisten
obat. Pasien yang di suspek TB Resisten obat harus di rujuk ke RS Dr Sutomo
Surabaya.

Dari 18 pasien TB MDR yang di temukan di Kabupaten Gresik tahun 2014, 1 pasien
menolak di obati (5,5%), 5 pasien drop out (27,7%), 10 pasien sembuh (55,5%) dan 2
pasien meninggal dunia. Tahun 2015 di temukan 18 pasien TB MDR, 8 pasien drop out
(44,4%),7 pasien sembuh (38,8%)dan 3 pasien meninggal dunia (16,6%).

Melihat kondisi ini dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL selaku direktur RSUD Ibnu Sina
Gresik berniat membuka pelayanan TB MDR dan membuat inovasi BATAS PETIR (obati
sampai tuntas penderita TB MDR).  Upaya ini di harapkan untuk meningkatkan angka
kesembuhan dan menurunkan angka drop out pasien TB MDR.

Inovasi  BATAS PETIR ini mengobati pasien TB MDR secara holistik. Pengobatan
pasien TB MDR mencakup aspek Biologi,Psikologis, Sosial dan Spritual. Selain itu di
libatkan sinergi antara RSUD Ibnu sina, Dinas kesehatan Kabupaten Gresik, LSM
Aisyiyah dan komunitas pasien TB MDR (PETIR)

Setelah di lakukan inovasi BATAS PETIR, jumlah CDR pasien TB MDR di Kabupaten
Gresik meningkat drastis.Tahun 2016 ditemukan  21 pasien TB MDR dan tahun 2017 di
temukan 45 pasien. Angka pasien TB MDR yang menolak di obati (initial loss) tahun
2014  5,5%  turun menjadi 0% di tahun 2016 dan 2,2% di tahun 2017. Angka drop out
pasien TB MDR yang di obati turun menjadi 14,2% di tahun 2016 dan 2,2% di tahun
2017. 4 pasien sudah dinyatakan sembuh dari TB MDR, Sisanya 54 pasien masih
menjalankan pengobatan dan hasilnya sudah negative.

ANALISIS MASALAH
1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inovasi?
Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai.

Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu masalah kesehatan baik di indonesia
maupun di dunia. Penyakit ini banyak menyerang golongan umur produktif antara 15-45
tahun. World Health organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan
2 juta kematian karena TB setiap tahunnya. Indonesia menempati urutan ke 2 dengan
jumlah kasus tuberculosis terbanyak di bawah India.Insiden kasus baru TB Paru di
Indonesia mencapai 403/100.000 penduduk. Estimasi berdasarkan  jumlah penduduk
saat ini menunjukan setiap tahun terdapat 1 juta kasus baru TB Paru. Indonesia juga
tercatat sebagai salah satu dari 27 negara dengan beban TB MDR (multiple drug
resisten) terberat di dunia. Di perkirakan setiap tahunnya terdapat 6.800 kasus baru TB
MDR.

Hasil analisis kesehatan yang dilakukan di kabupaten Gresik menunjukkan bahwa TB


Paru masih menjadi masalah kesehatan yang perlu di selesaikan. Menurut data yang
diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, angka temuan kasus Case Detection
Rate (CDR) pasien TB Paru dan TB MDR masih rendah.Tahun 2014 di temukan 1.473
pasien TB Paru dan 18 pasien TB MDR (1.22%). Pada tahun 2015 di temukan 18 kasus
TB MDR (1,09%) dari 1.658 pasien TB paru yang terdeteksi. Angka temuan pasien TB
MDR di Kabupaten Gresik relatif masih kecil karena  di sebabkan  belum ada fasilitas
kesehatan yang menangani TB Resisten obat. Pasien yang di suspek TB Resisten obat
harus di rujuk ke RS Dr Sutomo Surabaya. Sehingga banyak pasien yang menolak di
rujuk karena alasan akses pelayanan yang jauh.

Dari 18 pasien TB MDR yang di temukan di Kabupaten Gresik tahun 2014, 1 pasien
menolak di obati (5,5%), 5 pasien drop out (27,7%), 10 pasien sembuh (55,5%) dan 2
pasien meninggal dunia. Tahun 2015 di temukan 18 pasien TB MDR, 8 pasien drop out
(44,4%),7 pasien sembuh (38,8%)dan 3 pasien meninggal dunia (16,6%).

Angka kesembuhan pasien TB MDR di Kabupaten Gresik masih rendah dan angka
putus berobat tinggi disebabkan  :

1. Pengobatan TB MDR memerlukan waktu yang lama 20-24 bulan,


2. Obat TB MDR mengakibatkan efek samping yang berat bagi pasien.
3. Paduan terapi pasien TB MDR terdiri dari 7 macam obat (13-20 butir/hari)
4. Akses pelayanan  yang jauh, sehingga pasien kesulitan untuk datang tiap hari
(terkait masalah finansial transport)
5. Kurangnya dukungan psikososial terutama dari keluarga
6. Masih banyak stigma negatif dari masarakat
7. Banyak pasien TB MDR adalah laki-laki yang bekerja sebagai tulang punggung
ekonomi keluarga, sehingga kesulitan untuk berobat tiap hari di rumah sakit atau
puskesmas.
8. Fasilitas kesehatan yang menangani pasien TB MDR masih bekerja sendiri-
sendiri.
1. PENDEKATAN STRATEGIS
2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inovasi
ini telah memecahkan masalah tersebut?
Ringkaslah tentang apa dan bagaimana inovasi pelayanan publik ini telah memecahkan
masalah.

Fenomena kasus TB MDR di Kabupaten Gresik seperti  gunung es. Pasien yang di
temukan memang masih sedikit, tetapi tidak menutup kemungkinan masih banyak kasus
TB MDR yang belum terungkap.  Case detection rate yang rendah di sebabkan karena
pasien yang di curigai menderita TB resisten obat menolak di periksa. Pasien menolak
dikarenakan  fasilitas pelayanan TB MDR ada di RSUD dr. Sutomo Surabaya. Melihat
kondisi ini dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL selaku direktur RSUD Ibnu Sina Gresik
berniat membuka pelayanan TB MDR.  Upaya ini di harapkan untuk mendekatkan akses
pelayanan dan meringankan beban pasien TB MDR. Untuk melayani pasien TB MDR
,RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tim Ahli Klinis


2. Dokter dan Perawat pelaksana harian
3. Fasilitas penanganan efek samping
4. Rawat Inap TB MDR
5. Rawat jalan TB MDR
6. Instalasi farmasi
7. Laboratorium penunjang
Langkah strategis yang di lakukan yaitu membentuk tim TB MDR Berdasarkan SK Dir no
800.5/067/437.76/KP/2015. Tim ini terdiri dari dr.Wiwik Kurnia Illahi Sp.P, dr. Hilman
Mayantana, Muntini Skep.Ners, Helen Yuniar Veronika Amd.Kep, Susanti SAA dan tim
ahli klinis lainya. Tim Ahli klinis ini terdiri dari beberapa disiplin ilmu seperti dokter
spesialis paru, penyakit dalam,THT, Kedokteran Jiwa, Saraf, anak,Jantung dan
pembuluh darah. Pada bulan desember 2015 tim ini di latih menejemen terpadu
mengenai pengendalian TB resisten obat (MTPTRO). Tujuanyan adalah bisa menangani
pengobatan dan efek samping TB MDR dengan baik. Selain itu di siapkan Standart
Operasional Prosedur (SOP) penanganan efek samping obat.

Setelah Tim TB MDR terbentuk, menejemen RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
menyiapkan fasilitas rawat jalan, rawat inap,  Instalasi farmasi, Laboratorium penunjang
TB MDR. Poliklinik rawat jalan pasien TB MDR di desain dengan sangat baik dan
nyaman. Alur pelayanan pasien mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, mendapat resep
dan minum obat ada di poliklinik TB MDR. Upaya inibertujuan untuk  mengurangi resiko
penularan transmisi silang ke pasien lain. Dengan pelayanan terpadu ini juga di
harapkan pasien merasa homogen dan mengurangi stigma negatif. Instalasi farmasi TB
MDR di buat menyatu di poliklinik TB MDR terpisah dari instalasi farmasi rawat jalan.

RSUD Ibnu Sina menyiapkan 2 ruangan rawat inap isolasi TB MDR. Ruangan ini ada 4
bed yang bisa di gunakan pasien TB MDR yang mengalami efek samping berat. Ruang
isolasi ini sudah memenuhi syarat PPI TB (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB).

Untuk laboratorium penunjang disiapkan alat tes cepat molekuler (TCM) dan tenaga
analis medis. Alat tes cepat molekuler ini di gunakan untuk menegakkan diagnose TB
Resisten Rifampicin. Ruang laboratorium harus memenuhi standar yang di tetapkan
Dinas Kesehatan Propinsi. Untuk keamanan petugas laboratorium, RSUD Ibnu Sina
membeli alat bio safety cabinet.

Menajemen RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik bertekad tidak hanya sebatas
menemukan dan mendiagnosa pasien TB MDR. Tetapi RSUD Ibnu sina harus bisa
mengobati pasien TB MDR sampai sembuh. RSUD Ibnu sina di harapkan untuk menjadi
rumah sakit rujukan regional TB MDR di Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro.

Dr. Endang Puspitowati Sp.THT-KL  dan Tim TB MDR  menyadari bahwa tidak cukup
dengan fasilitas yang lengkap dan nyaman membuat pasien TB MDR sembuh. Untuk
meningkatkan angka kesembuhan, menurunkan initial loss dan menurunkan pasien drop
out di cetuskanlah inovasi BATAS PETIR (Obati Tuntas Penderita TB MDR).

Dalam Inovasi ini RS Ibnu Sina Gresik bersinergi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gresik, LSM Aisyiyah Kabupaten Gresik dalam mengobati pasien TB MDR. Selain itu di
bentuk komunitas pasien TB MDR. Komunitas ini di namakan PETIR (Pejuang TB
Resisten). Komunitas ini di harapkan menjadi kelompok dukungan sebaya bagi pasien
yang menjalani pengobatan TB MDR.

Ke empat komponen ini melalui kegiatan-kegiatanya bertujuan untuk meningkatkan


angka kesembuhan pasien TB MDR di Kabupaten Gresik.

3. Dalam hal apa inovasi kreatif dan inovatif?


Jelaskan bahwa inovasi pelayanan publik yang diajukan ini bersifat unik dan mampu
menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan berbeda dari metode sebelumnya
serta berhasil diimplementasikan

Inovasi  BATAS PETIR ini bisa meningkatkan angka keberhasilan pengobatan dan
menurunkan jumlah pasien putus berobat, karena program ini mengobati pasien TB
MDR secara holistik. Pengobatan pasien TB MDR mencakup aspek Biologi,Psikologis,
Sosial dan Spritual. Selain itu kami melibatkan sinergi antara RSUD Ibnu sina, Dinas
kesehatan Kabupaten Gresik, LSM Aisyiyah dan komunitas pasien TB MDR (PETIR).
Dari aspek biologi Tim ahli Klinis memberikan paduan terapi obat MDR dan penanganan
efek samping. Dalam penanganan aspek biologis kita bersinergi dengan Puskesmas di
Kabupaten Gresik.. Untuk meningkatkan psikologis pasien di libatkan psikolog dan
dokter Spesialis jiwa. Dari aspek sosial melalui peran serta komunitas PETIR, membuat
pasien TB MDR tidak merasa sendiri. Dengan kegiatan dukungan sebaya mereka bahu
membahu dalam menjalani pengobatan. Mereka saling menguatkan jika mengalami efek
samping dan keputus asaan dalam menjalani pengobatan. Kami juga memperhatikan
aspek Spritual, melalui peran serta Aisyiyah dan MUI yang memberikan tausiyah
tentang kesabaran dalam menjalani pengobatan.

Selain itu akses pelayanan pasien TB MDR di RSUD Ibnu Sina mulai dari pendaftaran,
pemeriksaan , laboratorium dan mendapatkan obat dilakukan di satu tempat yaitu klinik
TB MDR.  Hal ini memberikan kenyamanan pasien TB MDR dalam menjalani
pengobatan.

Inovasi ini sejalan dengan nawa cita yang kelima meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia.

1. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN


2. Bagaimana pelaksanaan inovasi?
Uraikan unsur-unsur rencana aksi yang telah dikembangkan untuk melaksanakan
inovasi pelayanan publik ini, termasuk perkembangan dan langkah-langkah kunci,
kegiatan-kegiatan utama serta kronologinya

Untuk menjalankan inovasi BATAS PETIR rencana aksi yang di lakukan antara lain:

1. Menyiapkan sarana dan prasarana poliklinik TB MDR


            RSUD Ibnu Sina Gresik menyiapkan poliklinik rawat jalan, ruang isolasi rawat
inap, Laboratorium dan apotik TB MDR.  Selain itu di bentuk Tim TB MDR yang
bertugas melayani pasien TB Resisten Obat. Tanggal 1 juni 2016 poliklinik TB MDR
sudah bisa melayani pasien.

2. Membentuk jejaring internal dan eksternal    


             Penemuan kasus baru TB  MDR bisa berasal dari RS Ibnu Sina sendiri atau dari
fasilitas kesehatan  lainnya. Untuk meningkatkan angka CDR TB  MDR di bentuklah
jejaring  internal dan eksternal. Jejaring internal berasal dari seluruh instalasi rawat inap,
rawat jalan dan instalasi gawat darurat di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
Sedangkan dari jejaring eksternal terdiri dari Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik
Kesehatan dan dokter praktek mandiri di wilayah Kabupaten Gresik.

Bulan mei 2016 di adakan sosialisasi klinik TB MDR di RSUD Ibnu Sina Kabupaten
Gresik. Tujuan dari kegiatan ini untuk memperkenalkan bahwa RSUD Ibnu Sina akan
membuka layanan poliklinik TB MDR. Selain itu di bentuklah jejaring internal dan
eksternal dalam penanganan TB Resisten obat. Untuk lebih meningkatkan komunikasi
yang efektif di buatlah group komunitas lewat whats app.

3. Rapat kordinasi
            Inovasi ini melibatkan RSUD Ibnu Sina, Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik,
LSM Aisyiyah. Dalam pertemuan ini di sepakati sinergi dalam pelayanan TB Resisten
Obat. Seiring perjalanan poliklinik TB MDR, di bentuklah komunitas pasien TB MDR
yang di beri nama Pejuang TB Resisten (PETIR).

4. Kegiatan sinergi pelayanan TB MDR


5. Penemuan kasus TB MDR
RSUD Ibnu Sina dan Puskesmas sebagai ujung tombak penemuan kasus TB MDR. Alat
TCM untuk mendiagnosa TB MDR di siapkan di RSUD Ibnu Sina dan 7 puskesmas di
Kabupaten Gresik. Untuk mempermudah  masyarakat di buat zona pelayanan
pemeriksaan TCM

Aisyiyah Kabupaten Gresik membentuk kader-kader TB. Kader- kader ini menjaring
orang yang batuk lama tidak sembuh-sembuh. Jika di temukan orang yang batuk lama,
di anjurkan periksa ke RS atau Puskesmas.

PETIR menjaring suspek TB MDR dari keluarganya masing-masing. Setiap anggota


kelurga yang punya kontak erat dengan pasien TB MDR di harapkan di periksa
dahaknya. Di harapkan bisa di temukan sumber penularan di keluarga dan memutus
rantai penularan.

Untuk mempermudah pelayanan pasien  dari luar Kabupaten Gresik, Sampel dahak bisa
di kirim lewat paket. Pasien tidak perlu datang ke RS, sehingga mengurangi  resiko 
penularan ke orang lain. Hasil pemeriksaan TCM di kirim via pos ke faskes pengirim.

1. Inisiasi pengobatan TB MDR


Pasien yang di diagnosa TB MDR  menjalani pengobatan di RS Ibnu Sina Gresik.
Sebelum menjalani pengobatan, pasien akan di inisiasi terlebih dahulu oleh TAK.
Serangkaian pemeriksaan laboratorium dan radiologi di lakukan untuk melihat status
awal kesehatan mereka. Tim TB MDR mengedukasi pasien tentang penyakitnya, cara
pengobatanya dan efek samping yang terjadi. Setelah siap TAK merapatkan tentang
paduan terapi TB MDR dan  memutuskan apakah pasien di terapi rawat jalan atau rawat
inap.

Aisyiyah kabupaten Gresik juga ikut berperan dalam inisiasi pengobatan TB MDR.
Melalui Kyai/Ustadzah memberikan motivasi agama untuk pasien TB MDR. Pasien di
ajarkan untuk sabar dan ikhlas dalam menjalani pengobatan yang lama.

Kelompok dukungan sebaya di berikan PETIR untuk mendukung pengobatan TB MDR.


Mereka memotivasi pasien supaya kuat menjalani pengobatan. Motivasi dari mereka
bisa mengena ke hati pasien TB MDR karena mereka juga telah mengalami. Mereka
mengajarkan cara mengatasi efek samping obat TB MDR.

3. Pengobatan TB MDR
Pasien TB MDR menjalani pengobatan di RSUD Ibnu Sina Gresik kurang lebih 1-2
minggu. Untuk mempermudah akses pelayanan selanjutnya mereka di rujuk ke
Puskesmas satelit. Setiap 1 bulan sekali pasien di wajibkan kontrol ke RS. Pasien suport
dari Aisyah mendampingi pasien yang minum obat. Mereka membantu petugas
kesehatan sebagai pengawas minum obat.

LAMPIRAN RENCANA AKSI


Rencana aksi yang telah diunggah :Berkas
5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?
Sebutkan siapa saja yang telah berkontribusi untuk desain dan/atau pelaksanaan
inovasi pelayanan publik ini

Komponen yang terlibat dalam inovasi BATAS PETIR ini antara lain :
1. RSUD Ibnu Sina Gresik sebagai inisiator sekaligus faskes yang melayani TB
MDR. Ide awal inovasi obati tuntas penderita TB Resisten dari Direktur RSUD Ibnu
Sina Gresik. RSUD Ibnu Sina Gresik juga membentuk Tim TB MDR yang menjadi
ujung tombak pelayanan TB MDR.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik dengan Puskesmas satelitnya mempunyai
andil yang besar dalam penanganan TB MDR. Untuk mendekatkan pelayanan TB
MDR pasien di pindah ke Puskesmas. Selain itu Puskesmas juga secara aktif
menemukan pasien pasien TB MDR.
3. LSM Aisyiyah Kabupaten Gresik dengan pasien suportnya menjadi pendamping
dan pengawas minum obat pasien TB MDR. Aisyiyah juga memberikan bantuan
uang dan sembako senilai 500 ribu rupiah tiap bulannya. Bantuan ini sangat
membantu bagi pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan.
4. KomunitasPETIR banyak membantu dalam pelayanan TB MDR. Dengan
kelompok dukungan sebaya dan kegiatan- kegiatanya membuat pasien TB MDR
tidak merasa sendiri. Anggota PETIR berkumpul 2 bulan sekali di RSUD Ibnu Sina
Gresik.
5. MUI memberikan support lewat tausyiyah kesabaran dalam menjalankan
pengobatan. Lewat media agama para kyai dari MUI memberikan semangat kepada
pasien TB MDR untuk sembuh.
6. Dinas Perikanan Kabupaten Gresik memberikan pelatihan berternak lele pada
lahan yang sempit pada pertemuan komunitas PETIR.
7. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi dan bagaimana
sumber daya tersebut dimobilisasi?
Sebutkan biaya untuk sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang berkaitan
dengan inovasi pelayanan publik ini

Sumber daya yang di gunakan untuk inovasi BATAS PETIR ini adalah:

1. Sumber daya manusia


Sumber daya manusia yang terlibat dalam inovasi BATAS PETIR antara lain:

RSUD IBNU SINA di poliklinik TB MDR terdapat 5 pegawai yang menangani pasien.
Satu dokter pelaksana, dua perawat, satu asisten apoteker dan satu petugas rekam
medis.Pelayanan TB MDR ini di sokong oleh Tim Ahli Klinis dan tim ad hoc. Tim ini di
ketuai dr wiwik kurnia illahi SpP. Tim ini terdiri dari :
1. 3 dokter Spesialis paru
2. 1 dokter Spesialis THT
3. 1 dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
4. 1 dokter Spesialis penyakit dalam
5. 1 dokter spesialis saraf
6. 1 dokter Spesialis jantung dan pembuluh darah
7. 1 dokter Spesialis anak
8. 1 dokter Spesialis radiologi
9. 1 dokter Spesialis Obstetri dan Gynecologi
10. 1 dokter Spesialis Radiologi
Tim Ahli Klinis ini bertugas untuk memberikan paduan terapi TB MDR dan mengobati
jika ada efek samping obat yang terjadi.Di laboratorium ada 1 dokter Spesialis Patologi
Klinik dan satu petugas analis yang menjalankan alat TCM.

DINAS KESEHATAN di setiap puskesmas satelit ada dokter dan pemegang program
TB yang melayani pasien TB MDR.
AISYIYAH Kabupaten Gresik terdapat 5 pasien suport yang mendampingi pasien TB
MDR. Satu pasien suport bisa mendampingi 5-6 pasien TB MDR.
Komunitas PETIR Pak Nazar fanani dan Pak Rofi 2 pasien TB MDR yang sudah masuk
fase lanjutan. Beliau berdua yang menjadi educator bagi pasien TB MDR yang baru
menjalani pengobatan
1. Sumber daya alat, sarana dan prasarana
1. Laboratorium :
          – Ruang administrasi

          – Alat Tes Cepat Molekuler

          – Bio Safety cabinet

2. Poliklinik TB MDR:
          – Ruang Pendaftaran

          – Ruang Tindakan

          – Ruang tunggu pasien

          – Ruang administrasi dan obat

          – Gazebo : tempat minum obat pasien TB MDR

          – Sputum both : tempat dahak pasien TB MDR

3. Ruang Rawat Inap TB MDR


         – 2 ruang isolasi TB MDR yang terdiri dari 4 bed. Ruang isolasi ini sudah
memenuhi standart PPI TB.

1. Sumber daya keuangan


Untuk mendukung pelayanan poliklinik TB MDR di perlukan dana dari anggaran mandiri
RSUD Ibnu Sina Gresik sebesar Rp.900.000.000.  Untuk kegiatan PETIR setiap 2 bulan
sekali mendapat bantuan dari RSUD sebesar Rp. 2.000.000.

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil dari pelaksanaan inovasi?
Sebutkan paling banyak lima keluaran konkret yang mendukung keberhasilan inovasi
pelayanan publik ini

Kasus TB MDR di Kabupaten Gresik setelah 20 bulan inovasi BATAS PETIR

Jumlah pasien TB
Tahun Initial loss Drop Out Sembuh
MDR

2016 21 0 (0%) 3 (14,2%) 4

2017 45 1 (2,2%) 1 (2,2%) 0


1. Setelah di lakukan inovasi BATAS PETIR, jumlah case detection rate pasien TB
MDR di Kabupaten Gresik meningkat drastis.Tahun 2016 ditemukan  21 pasien TB
MDR dan tahun 2017 di temukan 45 pasien. Semakin banyak pasien yang di
temukan dan di obati berarti semakin menurunkan resiko penularan TB MDR di
Kabupaten Gresik.
2. Angka pasien TB MDR yang menolak di obati (initial loss) tahun 2014 5,5 %
turun menjadi 0 % di tahun 2016 dan 2,2 % di tahun 2017.
3. Angka drop out pasien TB MDR yang di obati tahun 2014  27,7 %, tahun 2015
44,4 % setelah adanya inovasi BATAS PETIR turun menjadi 14,2% di tahun 2016
dan 2,2% di tahun 2017.
4. Tahun 2016 sudah ada 4 pasien yang sudah sembuh dari TB MDR, Sisanya 54
pasien masih menjalankan pengobatan dan hasilnya sudah konversi/negative.
5. Terbentuknya pelayanan poliklinik TB MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik yang
terpisah dari poli lain, Alur pelayanan dan SOP pelayanan TB MDR.  Pelayanan TB
MDR di RSUD Ibnu Sina satu pintu, Pasien mulai di daftar sampai mendapat obat di
poliklinik TB MDR. Kecuali untuk pemeriksaan foto Thorax pasien masih harus di
kirim ke ruang radiologi. Untuk mengurangi resiko penularan di buatkan standar
operasional prosedur transfer pasien TB Paru. Pasien wajib menggunakan masker
bedah. Petugas menggunakan masker N 95. Pasien di ingatkan tentang etika batuk.
Tidak boleh meludah sembarangan dan jika batuk harus di tutup.
8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi
inovasi?
Uraikan bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini dipantau dan dievaluasi

Pencatatan dan pelaporan merupakan komponen penting dalam pelayanan TB Resisten


Obat. Kedua hal tersebut menjadi sumber informasi untuk di olah, di analisa dan di
evaluasi sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Untuk memonitor dan
mengevaluasi perkembangan dan capaian kinerja pelayanan inovasi BATAS PETIR di
lakukan beberapa kegiatan yaitu :

1. Pencatatan secara manual


Pencatatan manual di perlukan sebagai data rekam medis yang dapat di pertanggung
jawabkan. Berikut ini beberapa pencatatan formulir yang di kerjakan di poliklinik TB
MDR:

1. Formulir data dasar : Formulir data dasar pasien TB MDR sebelum memulai
pengobatan.
2. Formulir Tim Ahli Klinis (TAK) :  Formulir yang berisi paduan terapi yang di
berikan tim ahli klinis.
3. TB 01 MDR : Kartu pengobatan pasien TB Resisten Obat.
4. TB 03 MDR : Daftar register pasien TB MDR yang berobat di poliklinik TB MDR
5. TB 04 MDR : Register laboratorium TB Resisten Obat yang berisi pasien yang di
periksa Tec Cepat Molekuler.
6. TB 06 MDR : Register pasien terduga TB Resisten Obat
7. Pencatatan secara elektronik
Pencatatan dan pelaporan secara elektronik menggunakan software eTB menager.
Software e-TB Menager merupakan sistem berbasis web yang dapat di gunakan untuk
melakukan pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi. Dengan software tersebut
memungkinkan semua unit pengguna atau user mengetauhi data terkini yang berkaitan
dengan pelayanan TB MDR.

1. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi pelayanan TB Resisten Obat dan inovasi BATAS PETIR di
lakukan setiap tri wulan. Ketua Tim TAK dan tim TB MDR rapat tentang perkembangan
pasien TB MDR. Hasil dari monitoring dan evaluasi dilaporkan ke direktur RSUD Ibnu
Sina Gresik.
9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut dapat diatasi?
Uraikan masalah utama yang dihadapi selama pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini
beserta cara penanggulangan dan penyelesaiannya

Kendala utama dan solusi dari inovasi BATAS PETIR ini adalah:

1. Dari sisi pasien


2. Efek samping
Pengobatan TB MDR membutuhkan waktu lama, banyak obat. Efek samping
pengobatan bisa muncul dari yang ringan sampai berat. Hampir 50 % pasien TB MDR
yang drop out karena masalah efek samping. Untuk mengatasi efek samping  sudah di
bentuk Tim Ahli Klinis dan Tim Ad Hoc yang terdiri beberapa disiplin ilmu. Kegiatan
komunitas dukungan sebaya yang di gagas PETIR juga di harapkan bisa membantu
pasien TB MDR dalam mengatasi efek samping. Pasien yang sudah bisa mengatasi
efek samping memberikan solusi atau cara untuk lebih kuat dalam menghadapi
pengobatan.

1. Ekonomi
Banyak penderita TB MDR adalah laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga.
Karena berobat tiap hari dan efek samping penderita TB MDR tidak bisa bekerja. Untuk
meringankan beban ekonomi LSM Aisyiyah Gresik memberikan bantuan suport sebesar
Rp. 500.000,- setiap bulan. RSUD Ibnu Sina bersama PETIR mengadakan kegiatan
pelatihan ketrampilan. Kegiatan ini di harapkan bisa dijadikan bekal bagi mereka ketika
sudah sembuh. Salah satu kegiatanya yaitu pelatihan budidaya berternak lele di lahan
sempit oleh Dinas Perikanan Kabupaten Gresik. Saat ini PETIR mencoba
membudidayakan lele 2 tandon di RSUD Ibnu Sina Gresik. Kalau hasilnya bagus akan
di tularkan ke anggota PETIR lainya.

1. Domisili
Pasien TB MDR RSUD Ibnu Sina Gresik berasal dari Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro. Pasien mengeluh jika harus tiap hari ke rumah sakit. RSUD Ibnu Sina dan
LSM Aisyiyah sedang menggagas rumah singgah untuk pasien TB MDR yang rawat
jalan.

2. Dari sisi petugas pemberi layanan kesehatan.


koordinasi pemberian pelayanan belum maksimal, masih terkesan berjalan sendiri-
sendiri. Kedepanya pertemuaan monitoring dan evaluasi di ikuti semua komponen yang
terlibat.

1. DAMPAK SEBELUM DAN SESUDAH


2. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan oleh inovasi?
Uraikan dampak dari inovasi pelayanan publik ini, berikan beberapa pembuktian /data
yang menunjukkan dampak/manfaat dari inovasi pelayanan publik ini

Manfaat utama dari inovasi ini yang paling di rasakan masyarakat Kabupaten Gresik
yaitu sekarang untuk mendapatkan pelayanan TB Resisten Obat tidak perlu lagi ke
RSUD dr Sutomo Surabaya. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler sudah ada di RSUD
Ibnu Sina Gresik dan sebagian Puskesmas di Kabupaten Gresik. Pasien yang di
diagnose TB MDR bisa berobat di RSUD Ibnu Sina Gresik.Terbukti dengan semakin
dekatnya akses pelayanan berbanding lurus dengan banyaknya suspek TB MDR yang
di periksa TCM. Tahun 2016 suspek TB MDR yang di periksa  TCM sejumlah 301 dan
tahun 2017 ada 1200 pasien yang diperiksa TCM. Tahun 2016 di dapatkan 28 pasien
yang positip MDR  dan tahun 2017  ada 87 pasien yang  hasil TCM nya positif TB MDR
(termasuk dari kabupaten lamongan, tuban dan bojonegoro).

Sinergi antara  RSUD Ibnu Sina Gresik, Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, LSM
Aisyiyah Kabupaten Gresik dan Komunitas PETIR membuat pelayanan TB Resisten
Obat menjadi lebih baik. Hal ini di buktikan dengan meningkatnya angka temuan pasien
TB MDR, Menurunya angka pasien yamg menolak di obati dan pasien yang putus
berobat. Jumlah pasien yang sudah sembuh ada 4 pasien dan 54 pasien yang sudah
konversi hasil kultur dahaknya menjadi negative.

Pelayanan pasien TB MDR yang terpadu di Poliklinik TB MDR membuat pasien merasa
nyaman dalam menjalani pengobatan. Pasien tidak perlu antri dalam pendaftaran
ataupun antri dalam mengambil resep. Pasien merasa homogen dan stigma negative
terhadap mereka menjadi berkurang. Selain itu dengan pelayanan yang terpadu bisa
mengurangi intereaksi pasien TB MDR dengan pasien lainya. Sehingga resiko
penularan TB MDR dapat di minimalkan.

11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi dilaksanakan?


Uraikan perbedaan sebelum dan sesudah inovasi pelayanan publik ini dilakukan

Perbedaan pelayanan TB MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik sebelum dan sesudah inovasi
BATAS PETIR:

1. Sebelum Inovasi pelayanan TB Resisten obat di RSUD  dr. Sutomo Surabaya.


Setelah inovasi pelayanan lebih dekat di RSUD Ibnu Sina Gresik.
2. Ruang poliklinik TB MDR sebelum inovasi bergabung dengan poliklinik rawat
jalan lain. Setelah adanya inovasi poliklinik TB MDR terpisah dengan poliklinik lain.
Poliklinik TB MDR di lengkapi dengan ruang administrasi, ruang periksa, ruang
tunggu, gazebo untuk minum obat dan sputum both tempat pasien mengeluarkan
dahak.
3. Pelayananpasien TB MDR sebelum inovasi antri dan tidak terpadu. Setelah
inovasi pelayanan lebih cepat karena pasien mulai pendaftaran sampai mendapat
obat ada di poliklinik TB MDR.
4. Sebelum inovasi pelayanan konseling hanya petugas kesehatan. Setelah adanya
inovasi pelayanan konseling lebih komprehensif, selain petugas kesehatan konseling
juga di berikan anggota komunitas PETIR dan Pasien suport dari Aisyiyah.
5. Sebelum Inovasi intereaksi sesama pasien kurang karena pasien merasa rendah
diri dan masih ada stigma negatif terhadap penyakit TB MDR. Setelah adanya
inovasi BATAS PETIR intereaksi sesama pasien lebih tinggi karena pasien lebih
percaya diri karena homogen. Sehingga tercipta hubungan yang saling mendukung
dan menguatkan dalam menjalani pengobatan.
6. Setelah inovasi BATAS PETIR angka temuan pasien TB MDR meningkat pesat,
jumlah pasien yang menolak di obati dan pasien yang putus berobat menurun.
7. Angka pasien yang sembuh dan yang sudah konversi meningkat setelah adanya
inovasi ini.
8. Apa saja dari kegiatan inovasi tersebut yang sejalan dengan satu atau lebih
dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan?
Jelaskan kegiatan inovasi tersebut selaras dengan pencapaian salah satu atau lebih
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Inovasi BATAS PETIR ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)
nomer 3 yaitu menjamin kehidupan masyarakat yang sehat serta mendorong
kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur. Penyakit TB MDR ini
banyak menyerang laki-laki dalam usia produktif. Karena sakit mereka kehilangan
produktifitasnya dan tidak bisa memenuhi kewajibanya sebagai tulang punggung
keluarga. Lewat inovasi BATAS PETIR ini penderita TB MDR bisa sembuh dari sakitnya
dan bisa bekerja kembali. 

Dalam kegiatan dukungan sebaya yang di lakukan komunitas PETIR juga di isi dengan
pelatihan pelatihan. Contoh pelatihan yang pernah di laksanakan yaitu pelatihan
berternak lele di lahan yang sempit oleh dinas perikanan Kabupaten Gresik. Saat ini
komunitas PETIR mencoba membudi dayakan lele di lahan tandon air. Jika budidaya ini
berhasil rencananya akan di kembangkan di setiap pasien TB MDR yang berminat.
Sehingga di harapkan budidaya ini bisa membantu perekonomian pasien TB MDR.

1. KEBERLANJUTAN
2. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?
Uraikan pengalaman umum yang diperoleh dalam melaksanakan inovasi pelayanan
publik ini, pembelajarannya, dan rekomendasi untuk masa depan

Keberhasilan inovasi BATAS PETIR dalam meningkatkan angka temuan pasien TB


MDR, menurunkan initial loss dan drop out tidak lepas dari dukungan kuat dari
menajemen RSUD Ibnu sina Gresik dan Dinas kesehatan Kabupaten Gresik.  Dari
pencatatan yang baik kasus TB MDR, Tim TB MDR menemukan fakta- fakta yang
menarik. Ada beberapa daerah yang di temukan pasien TB MDR berasal dari satu desa
dan satu gang.  Fakta ini mendorong kami dari tim TB MDR untuk lebih aktif
menemukan pasien TB MDR di daerah tersebut.

Untuk membuat Gresik bebas TB, perlu langkah yang kongkrit dalam penemuan kasus.
Kita tidak bisa hanya pasif menunggu pasien yang datang. Tapi kita harus aktif keluar
untuk menemukan kasus TB MDR. Sinergi antara RSUD Ibnu Sina Gresik, Dinas
kesehatan Kabupaten Gresik, LSM Aisyiyah dan PETIR akan di kembangkan ke
kegiatan pemberantasan TB. Dari pencatatan pasien TB MDR di petakan daerah yang
mempunyai basis yang tinggi TB MDR. Selanjutnya di adakan kegiatan menskrening
penduduk di sana yang di curigai sakit TB Paru.  Dari yang di suspek TB Paru akan di
periksakan dahaknya dengan alat TCM. Jika sudah terdiagnosa TB Paru akan di obati.

Selain menemukan dan mengobati, juga masyarakat di edukasi tentang etika batuk dan
larangan meludah sembarangan. Perilaku hidup bersih dan sehat bisa mencegah
masyarakat dari sakit. Kuman TBC akan mati jika terkena sinar matahari. Ventilasi
rumah harus baik sehingga sinar matahari dan udara bisa masuk ke rumah.

Kegiatan seperti ini bila di kembangkan di setiap Puskesmas maka target Indonesia
bebas TB pada tahun 2035 akan tercapai.

14. Apakah inovasi pelayanan publik ini berkelanjutan dan direplikasi?


Uraikan bagaimana inovasi pelayanan publik ini sedang dilanjutkan, jelaskan apakah
inovasi ini sedang direplikasi (transfer of knowledge) atau didiseminasi untuk seluruh
pelayanan publik di tingkat instansi, daerah, nasional dan/atau internasional, dan
jelaskan bagaimana inovasi pelayanan publik ini dapat direplikasi

Inovasi BATAS PETIR ini bukan inovasi yang sesaat. Pada tanggal 3-5 Desember 2017
direktur RSUD Ibnu Sina Gresik menandatangani deklarasi dukungan terhadap
menajemen pengendalian TB Resisten Obat di depan menteri kesehatan di Jakarta.
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.
02.03/I/0363/2015 RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik di tunjuk sebagai rumah sakit
rujukan regional TB MDR untuk wilayah kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan
Bojonegoro.

Pada bulan Oktober 2017 RS Haji Surabaya mengadakan study banding pelayanan TB
MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik. RS Haji Surabaya mencoba mereplikasi keberhasilan
pelayanan TB MDR di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Anda mungkin juga menyukai