Anda di halaman 1dari 47

GLOBAL HEALTH 2

Dr. HARIYONO, SKM, MSc


POKOK BAHASAN
 Transisi demografi global

 Prioritas pengendalian penyakit global

 Isu global tentang nutrizi


Definisi
 Transisi demografi, sesuai dengan namanya
yaitu “TRANSISI” yang berarti “perubahan”,
dan DEMOGRAFI yang artinya ilmu yang
mempelajari tentang masalah kependudukan.
 Jadi transisi demografi adalah teori yang

menjelaskan tentang perubahan yang terjadi


pada struktur penduduk. Perubahan yang
terjadi dari struktur penduduk dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi menjadi struktur
penduduk yang tingkat pertumbuhannya
rendah
.
 Philip
M.Hauser dan Dudley Duncan
(1959) bahwa demografi adalah

ilmu yang mempelajari jumlah,


persebaran, teritorial dan komposisi
penduduk serta perubahan-
perubahannya dan sebab-sebab
perubahan tersebut, yang biasanya
timbul karena peristiwa kelahiran,
kematian dan migrasi (gerak teritorial)
dan mobilitas status.
KONSEP TRANSISI DEMOGRAFI.
Tahapan transisi demografi meliputi 3 kurun
perkembangan yaitu
•Tahap 1 : Kelahiran tinggi dan kematian tinggi
•Tahap 2 : Kelahiran masih tinggi, kematian
cenderung menurun
•Tahap 3 : Kelahiran menurun dan kematian
menurun dan menuju stabil
.
.

faktor yang memengaruhi terhadap transisi


penduduk yaitu
•tingkat kesehatan
• keadaan geografis
•kebijakan politis
• kemajuan iptek
•perubahan pola pikir masyarakat dan lainnya
Akibat Perubahan Transisi Demografi

 Efek pertama dari transisi adalah penurunan angka


kematian, yang berlanjut selama masa transisi.
 Angka kelahiran meningkat sedikit pada awalnya,
tetapi kemudian jatuh ke tingkat yang lebih rendah
sama dengan angka kematian.
 Selama transisi, tingkat kelahiran kelebihan atas
tingkat kematian (tingkat kenaikan alamiah)
menghasilkan peningkatan besar dalam ukuran
populasi.
 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Dunia
 Thomas RobMalthus mengembangkan tentang
.
hubungan antara penduduk dengan pangan.
 Teorinya mengajukan tiga hal penting yaitu:
1. Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber subsistensi
pangan

2. Jumlah penduduk akan meningkat apabila sumber-


sumber subsistensi meningkat, kecuali kalau ada faktor-
faktor penghambat.

3. Faktor penghambat tersebut yang menekan


perkembangan penduduk serta menekan dampaknya
pada tingkat subsistensi dapat dipecahkan
melalui ketahanan moral, kejahatan dan kesengsaraan
. Penduduk sebagai penentu dan pelaku
utama dalam pembangunan, memerlukan
kualitas dan produktivitas yang
tinggi sehingga pembangunan yang dihasilkan
juga akan tinggi.
 Kualitas dan produktivitas dapat dibangun dan

ditingkatkan apabila jumlah dan laju


pertumbuhan bisa dikendalikan sehingga
seimbang dengan daya tampung dan
daya dukung lingkungan, selain itu
persebarannya juga perlu diarahkan untuk
mencapai keseimbangan tersebut.
. Pembangunan yang baik adalah
pembangunan yang berdasarkan
evidence atau data, karena dengan
data yang valid, reliable dan
mempunyai cakupan yang luas akan
menjadi titik tolak dalam menentukan
perencanaan dan langkah-langkah
pembangunan berwawasan
kependudukan.
..
Pembangunan yang berkelanjutan
akan mengupayakan pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan
kualitas hidup generasi sekarang,
serta memikirkan kepentingan
penduduk generasi yang akan
datang
 PBB (1989) membagi transisi demografi ke dalam 4
. tahap, yaitu:
1. Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran)
masih sangat tinggi, ditandai dengan indikator
Total Fertility Rate (TFR) di atas 6, dan angka
mortalitas (kematian) juga tinggi. Sedangkan usia
harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang
dari 45 tahun. Pada tahap ini laju pertumbuhan
penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan
kematian cenderung sangat tinggi dan tidak
terkendali setiap tahunnya. Berbagai faktor
penyebab kematian ikut mempengaruhi di
antaranya adanya peperangan, gagal panen dan
kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga
pangan serta meluasnya wabah penyakit menular.
. 2. Tahap kedua ditandai dengan mulai
menurunnya angka mortalitas
dengan cepat karena penemuan obat-
obatan antibiotik, revolusi industri dan
kemajuan teknologi. Angka kelahiran
sudah menunjukkan penurunan tetapi
sangat lambat. TFR pada tahap ini
berkisar antara 4,5-6, sedangkan usia
harapan hidup waktu lahir berkisar
antara 45-55 tahun
.
3. Tahap ketiga, ditandai dengan kematian
yang terus menurun tetapi penurunannya
mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar
antara 55-65 tahun, sedangkan TFR
mengalami penurunan dengan cepat sebagai
akibat adanya program keluarga berencana
dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas.
Pada tahap ini tingkat pendidikan mulai
meningkat.
.
 4. Tahap keempat ditandai dengan angka
kelahiran dan kematian yang
sudah rendah dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang juga rendah. Pada
tahap ini usia atau angka harapan hidup
mencapai lebih dari 65 tahun
dan TFR di bawah 3.
 Proses transisi demografi dianggap berakhir

ketika fertilitas mencapai NRR (net


reproduction rate) = 1. Tahap ini biasanya
dialami oleh negara yang sudah maju.
 Ananta (1996) mengatakan bahwa revolusi mortalitas di
Indonesia yang
merupakan revolusi demografi pertama di Indonesia
terjadi sekitar tahun
1950-an. Dimulai dari adanya penurunan angka kematian
akibat berbagai
penemuan obat-obatan antibiotika dan intervensi
kesehatan di negara maju.
Indonesia tidak perlu lagi menciptakan obat-obatan
modern, tetapi langsung
mengadopsi teknologi kedokteran modern seperti
imunisasi dan antibiotika,
tanpa menunggu kemajuan perekonomian.
.

 PRIORITAS PENGENDALIAN PENYAKIT GLOBAL


. Pemberantasan malaria telah berhasil
memenuhi indikator MDG’s yaitu API
<1 pada tahun 2015.

 Pada SDG’s pemberantasan malaria masuk


dalam goals ke 3.3
yaitu Menghentikan epidemi AIDS,
Tuberkulosis, Malaria dan Penyakit
Terabaikan
serta Hepatitis, Water Borne Diseases dan
Penyakit menular lainnya
.
 Aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian
Tembakau.Framework onvention on Tobacco Control (FCTC)
merupakan respon global yang paling kuat thd tembakau dan
produk tembakau (rokok), yang merupakan penyebab berbagai
penyakit fatal.

 Sampai saat ini telah ada sebanyak 179 negara di dunia


yang meratifikasi FCTC tersebut. Indonesia merupakan salah
satu negara penggagas dan bahkan turut merumuskan FCTC.
Akan tetapi sampai kini justru Indonesia belum mengaksesinya.
Sudah banyak desakan dari berbagai pihak kepada Pemerintah
untuk segera mengaksesi FCTC. Selain alasan manfaatnya bagi
kesehatan masyarakat, juga demi menjaga nama baik Indonesia
di mata dunia.
.
 Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health
Securty Agenda/GHSA) juga sebagai bentuk komitmen
dunia yang telah mengalami dan belajar banyak dalam
menghadapi musibah wabah penyakit menular berbahaya
seperti wabah Ebola yang telah melanda beberapa negara
Afrika, Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov) di
beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9 khsusunya di
Tiongkok, flu babi di Meksiko, flu burung yang melanda di
berbagai negara, dan wabah flu Spanyol tahun 1918.

 Rangkaian kejadian tersebut seakan menegaskan bahwa


wabah penyakit menular berbahaya tidak hanya
mengancam negara yang bersangkutan, namun juga
mengancam kesehatan masyarakat negara lainnya
termasuk dampak sosial dan ekonomi yang
ditimbulkannya.
.
 Termasuk elemen penting dari GHSA adalah
zoonosis. Sebagai bentuk dari perwujudan atas
elemen penting (komitmen) tersebut, Pemerintah
Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian
Pertanian membahas lebih jauh berbagai
aspek dari penyakit zoonosis dalam kaitan
pencegahan, pendeteksian lebih dini, dan
upaya merespon atas munculnya ancaman dari
penyakit tersebut
. Tujuan startegis Kementerian Kesehatan
tahun 2020 – 2024 adalah :
1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
melalui pendekatan siklus hidup.
2. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan.
3. Peningkatan pencegahan dan pengendalian
penyakit dan pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat.
4. Penigkatan sumber daya kesehatan.
5. Peningkatan tata kelola yang baik, bersih,
dan inovatif.
.
 untuk mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya melalui :
1. Pelaksanaan Surveilans Karantina Kesehatan.
2. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor Zoonotik.
3. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Langsung.
4. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.
5. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa danNAPZA.
6. Pelaksanaan Dukungan Pelayanan Kekarantinaan di Pintu
Masuk Negara danWilayah.
7. Pelaksanaan Dukungan Pelayanan Surveilans dan
Laboratorium KesehatanMasyarakat Untuk Pencegahan dan
PengendalianPenyakit.
8. Pelaksanaan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnyapada Program P2P
.
 Strategi program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun
2020 -2024 mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang
kemudian dijabarkan melalui strategi aksi Program di Direktorat
Jenderal P2P sebagai berikut:

a) Perluasan cakupan deteksi dini PM dan PTM, termasuk


pencapaian cakupan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
b) Pengembangan real time surveilans melalui penguatan sistem
survailans nasional dan penguatan sistem jejaring laboratorium
nasional, termasuk penguatan laboratorium kesehatan
masyarakat.
c) Peningkatan inovasi pengendalian vektor, termasuk
pengendalian vektor terpadu, dan pengendalian vektor secara
biologis.
d) Penguatan tata laksana penanganan penyakit dan cedera;
e) Penguatan legislasi, kebijakan dan pembiayaan untuk
kegawatdaruratankesehatan masyarakat
.
f.)Peningkatan advokasi dan komunikasi

g) Peningkatan program pencegahan resistensi antibiotika, penyakit


zoonosis, keamanan pangan, manajemen biorisiko

h) Penguatan sistem laboratorium nasional

i) Penguatan reporting dan real time surveillance

j) Membangun sistem kewaspadaan dini

k) Membangun kemampuan fasyankes untuk respon cepat

l) Peningkatan kemampuan SDM


.  Di tengah keberhasilan Indonesia dalam
mengendalikan ancaman pandemi, Sigit kembali
mengingatkan untuk meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan oleh lintas
sektor untuk mencegah pandemi di masa
depan. Mengingat sumber daya alam Indonesia
termasuk keanekaragaman hayati yang ada,
corak sosial ekonomi masyarakat maka
Indonesia tetap menempatkan pencegahan
zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru (PIB) sebagai
prioritas upaya pengendalian.
.

 ISU GOBAL TENTANG NUTRIZI


.
 Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara,
baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara
miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan
penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi
lebih (Soekirman, 2000; Mohamad Agus Salim, 2012).

 Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya


hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi
ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi
(Azrul,2004; Subandi, 2005; Subandi, 2011).
Global Nutrition Report (2018) melaporkan bahwa
.

Indonesia termasuk 17negara yang memiliki tiga


permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting, wasting, dan
overweight (UNICEF, 2018). Gizi merupakan salah satu
penentu kualitas sumber daya manusia. Malnutrisi
merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
khususnya bagi negara berkembang.
 The United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menyatakan hampir setengah dari kematian anak di
bawah lima tahun disebabkan oleh kekurangan gizi.
 Kekurangan gizi meningkatkan resiko anak mengalami
infeksi, memperparah infeksi, dan menunda pemulihan,
UNICEF juga menyatakan kebanyakan anak yang
menderita gizi buruk tinggal di Afrika dan Asia
(UNICEF, 2021)
.
 Hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 diIndonesia
menunjukkan bahwa status gizi kurang dan
buruk pada anak sebesar
17.7% (13.8% gizi kurang dan 3,9% giziburuk)
.
 Gizi merupakan salah satu masalah yang masih
banyak dijumpai di Indonesia. Masalah gizi yang
sering terjadi seperti gizi buruk, gizi kurang,
kekurangan vitamin A, Anemia Gizi Besi (AGB),
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan
obesitas. Kesadaran akan pentingnya gizi sejak
awal kehidupan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak serta
dapat mempengaruhi kondisi kesehatannya.
(Kemenkes RI, 2014)
.
 membantu anak dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut (Apriyanti, 2020). Untuk mencapai tumbuh
kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant
and YoungChild Feeding, WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang harus
dilakukan, salah satunya dengan cara hanya
memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai anak berusia 6
bulan, memberikan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MPASI) sejak anak berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2020).
.
 Berdasarkan data Susenas oleh BPS pada
Maret 2020 oleh BPS, angka pengeluaran
keluarga setelah beras adalah rokok (lebih
dari 12%), Sementara sumber protein seperti
telur, ayam dan susu masih sangat minim.
.
 Pengeluaran keluarga untuk membeli telur
hanya 4%, membeli ayam juga 4%, susu
bahkan di bawah itu. Bagaimana stunting
mau di atasi jika pola pengeluaran keluarga
seperti itu?
 Padahal untuk pengentasan stunting protein

hewani menjadi utama dan disarankan,”


.
 Sementara itu, Dr dr Rachmat Sentika SpA
MARS, dokter anak yang juga mantan Deputi
Kemenko PMK menambahkan makanan dan
minuman yang bergizi merupakan salah satu
kunci utama dalam pencegahan dan
penanganan malnutrisi. Jumlah kasus
stunting dan gizi buruk pada balita sudah
tinggi di Indonesia dan saat ini sedang dalam
proses penanganan. Namun semenjak
pandemi, upaya tersebut hampir tidak ada.
Makan makanan yang beranekaragam sangat
, bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang

beraneka ragam yaitu makanan yang


mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi
biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan
yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
zat pengatur.
 Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan

menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat


tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
(Mohamad Agus Salim. 2015)
.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Seseorang
 Faktor Lingkungan
 Lingkungan yang buruk seperti air minum yang
tidak bersih, tidak adanya saluran penampungan
air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik,
juga kepadatan penduduk yang tinggi dapat
menyebabkan penyebaran kuman patogen.
Lingkungan yang mempunyai iklim tertentu
berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat
hidup sehingga berhubungan dengan produksi
tanaman.
.
Faktor Ekonomi
 Di banyak negara yang secara ekonomis kurang

berkembang, sebagian besar penduduknya berukuran


lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada
umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah
mempunyai ukuran badan yang lebih kecil. Masalah gizi
di negara-negara miskin yang berhubungan dengan
pangan adalah mengenai kuantitas dan kualitas.
Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas
berhubungan dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi
khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan
jaringan, dan pemeliharaan tubuh dengan segala
fungsinya.
.
Faktor Sosial Budaya
 Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya

antara lain stabilitas keluarga dengan ukuran frekuensi


nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di
lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan
terhadap penyakit gizi kurang. Juga indikator demografi
yang meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti
peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah
anggota keluarga, serta jarak kelahiran.
 Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat

pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan


meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan akan
meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan
daya beli makanan.
.
Faktor Biologis/Keturunan
 Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi

ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak.


Keadaan gizi sebagian besar menentukan
kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di
negara-negara berkembang memperlihatkan
perbaikan gizi pada tahun- tahun terakhir
mengakibatkan perubahan tinggi badan yang
jelas.
.
Faktor Religi
 Religi atau kepercayaan juga berperan dalam

status gizi masyarakat, contohnya seperti


tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh
kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan
dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut.
Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi
ikan.
.
 Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
gizi salah, baik gizi kurang maupun gizi lebih.
◦ Penanggulangan masalah gizi kurang
 Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
 Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
 Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit;
 Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG);
 Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat;
 Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas;


;
Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian
makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A
dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak
beriodium;
 Peningkatan kesehatan lingkungan;
 Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin
A, Iodium, dan Zat Besi;
 Upaya pengawasan makanan dan minuman
 Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
.
 Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk
mempercepat laju percepatan peningkatan
status gizi.
 Dengan peningkatan status gizi masyarakat

diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan


produktivitas kerja meningkat, sehingga
hambatan peningkatan ekonomi dapat
diminimalkan.
.
 Pelaksanaan program gizi hendaknya
berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif dan
efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih
dengan mempertimbangkan beberapa aspek
penting seperti: target yang spesifik tetapi
membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat
misalnya pemberian Yodium pada wanita hamil di
daerah endemis berat GAKY dan mencegah cacat
permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi
bayi yang dilahirkan.
 Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi
diupayakan melalui pembiayaan publik.
.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai