Anda di halaman 1dari 54

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

PENGERTIAN.
Dalam defenisi epidemiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari timbulnya, perjalanan dan pencegahan
penyakit.
Perkembangan sosio ekonomi, iptek dan tehnologi
membedakan adanya negara sedang
berkembang, berkembang dan negara maju serta
perubahan gaya hidup menyebabkan terjadinya
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif
• Menurut data WHO 2010, PTM merupakan penyebab
kematian utama didunia dibanding dengan penyebab lain.
• Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi dinegara yang
berpenghasilan bawah- menengah ( WHO 2010 )
• Di Indonesia diprediksi PTM akan mengalami peningkatan
yang signifikan th 2030
• Sifatnya yang kronis dan menyerang usia produktif
menyebabkan permasalaan PTM bukan hanya masalah
kesehatan saja, mempangaruhi ketahanan ekonomi jika
tidak ditangani dengan baik.
• Menurut laporan WHO di Asia Tenggara terdapat 5 PTM
dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi
yaitu penyakit kardiovaskuler, DM, kanker, penyakit obstruksi
saluran nafas kronik danpenyakit karena kecelakaan.
• Setiap tahunnya lebih dari 36 juta kematian karena PTM ( 63
% dari seluruh kematian ) dan lebih dari 9 juta kematian
karena PTM terjadi sebelum usia 60 th dan 90% dari
kematian dini terjadi dinegara yang berpenghasilan rendah
• Secara global penyebab kematian nomor satu setiap tahun
adalah penyakit jantung koroner
Transisi demografi dan epidemiologi penyakit
tidak menular
• Transisi epidemiologi merupakan perubahan kejadian
penyakit infeksi dan penyakit defisiensi menuju penyakit
tidak menular kronis sebagai kosekuensi dari perubahan
sosio demografi pada beberapa negara miskin
• Indonesia mengalami treeple burden disease
• Negara maju mengalami doble burden disease
A. Transisi Demografi Penyakit Tidak Menular
• Teori mengenai transisi demografi didasarkan pada Negara
Eropa pada abad ke 19 dan di Indonesia pertama kali
diperkenalkan oleh Abdel Omran ( 1971 )
• Peralihan keadaan demografi dibagi mnjadi 4 tahap:
1. Tahap pertama : tingginya angka kematian dan rendahnya
usia harapan hidup < 40 th serta pertumbuhan populasi
yang tidak terkontrol. Pada tahap ini kelahiran tidak
terkendali, termasuk kematian yang bervariasi setiap
tahunnya. Fase ini terjadi sekitar abad 17sampai awal
abad 20.
* Kelaparan merajalela bersamaan dengan penyakit
menular yang mematikan.
* Tahap ini identik dengan “masa penyakit Pes dan
kelaparan merajalela “
2. Tahap kedua: angka kematian menurun akibat adanya
penemuan obat baru dan anggaran kesehatan
diperbesar, namun angka kelahiran tetap tinggi
sehingga pertumbuhan penduduk meningkat dengan
pesat. Angka harapan hidup mulai meningkat > 55 th
dan tahap ini dimulai sejak pertengahan abad 20
3. Tahap ketiga: angka kematian terus menurun
tetapi tidak secepat tahap kedua. Angka
kelahiran mulai menurun akibat adanya
urbanisasi, pendidikan dan peralatan
kontraseptik yang semakin maju, dimana
tahap 2 dan 3 identik dengan “masa ketika
pandemic dan penyakit menular mulai
menghilang “ pada transisi epidemiologi
Fase ini terjadi sekitar akhir abad 20 dan
terjadinya treeple burden of disease pada negara
berkembang yaitu
a. Timbunan permasalahan klasik
seperti penyakit infeksi, gizi buruk, dan kematian
ibu
b. Meningkatnya tantangan PTM
c. Munculnya permasalahan kesehatan yang
berhubungan dengan globalisasi, seperti new
emerging disease, permasalahan kesehatan
terkait perubahan iklim dan gaya hidup
4. Tahap keempat: angka kematian dan kelahiran
mencapai tingkat rendah dan pertumbuhan
penduduk kembali ketahap 1 yaitu mendekati
nol. Tahap ini identik dengan masa penyakit
degeratif dan penyakit buatan manusia
B. Transisi epidemiologi penyakit tidak menular
Transisi epidemiologi memiliki 2 pengertian
1. Statis: interval waktu yang dimulai dari dominasi
penyakit menular dan diakhiri dengan dominasi
penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian
2. Dinamis: proses dinamis pola sehat-sakit suatu
masyarakat berubah sebagai akibat dari perubahan
demografi, sosial ekonomi, teknologi dan politis.
Transisi epidemiologi atau transisi kesehatan diawali
dari transisi demografi.
Mekanisme terjadinya transisi epidemiologi
1. Penurunan fertilitas akan mempengaruhi
insiden penyakit
2. Perubahan faktor risiko akan mempengaruhi
insiden penyakit
3. Perbaikan organisasi dan teknologi pelayanan
kesehatan akan mempengaruhi Crude fatality
Rate ( CFR ) melalui:
a. Terjadi perubahan dalam jumlah, distribusi,
organisasi dan kualitas pelayanan kesehatan
akan mempengaruhi transisi epidemiologi
dengan teknis diagnosis dan terapi yang baik
maka CFR bisa diturunkan
b. intervensi pengobatan
Transisi demografi

Transisi ekonomi Transisi


epidemiologi

Transisi lingkungan
Penyakit Tidak Menular ( PTM ) biasa disebut
1. Penyakit Kronik karena kejadiannya berlangsung
lama, namun bisa juga berlangsung singkat ( akut ).
2. Penyakit non infeksi karena kebanyakan bukan
disebabkan oleh agent biologi
3. New commicable disease karena penularan bukan
dari mikroorganisme tetapi penularan melalui gaya
hidup.
4. Penyakit Degeneratif karena terjadi proses
degenerasi sehingga banyak ditemukan pada umur
tua
Karateristik Penyakit Tidak Menular
1. Penularannya tidak melalui suatu mata rantai tertentu
2. Masa inkubasi panjang dan latent
3. Perjalanan penyakit biasanya berlangsung lama
4. Diagnose lebih sulit
5. Penyebabnya biasanya bervariasi, bahkan multi kausal
6. Memerlukan biaya mahal
7. Penyembuhannya lebih sulit
8. Memiliki variasi luas.
Penyakit menular Beda Penyalit tidak menular
1. Ditemui di negara 1. Ditemui dinegara
Berkembang maju
2. Rantai penularan 2.Tidak ada rantai
jelas penularan.
3. Masa inkubasi 3. Berlangsung lama
kebanyakan pendek ttp kadang2 pendek
4. Etiologi jelas 4. Tidak jelas, bahkan
multikausal
5. Diagnosa mudah 5. Sulit
6. Biaya relatif rendah 6. Mahal
7. Jelas nampak 7. Phenomena iceberg
dipermukaan
8. Morbiditas dan morta- 8. Cenderung meningkat
litas menurun
Penyelidikan epidemiologi PTM berbeda dengan penyakit
menular karena masa inkubasi dan masa latent yang
lama.
Pengamatan perorangan kurang efektif untuk
menetapkan hubungan antara paparan dengan kejadian
penyakit.
Hal ini disebabkan:
1. Masa latent yang panjang antara eksposure dengan
terjadinya penyakit.
2. Frekwensi paparan dari faktor resiko yang tidak teratur
3. Resiko paparan yang kecil
4. Penyebabnya yang multi kompleks
Peranan dan pendekatan epidemiologi dalam PTM
adalah
a. Peranan epidemiologi dalam PTM
1. Untuk mengetahui bagaimana distribusi PTM dalam
masyarakat sehingga dapat diindentifikasi besarnya masalah
PTM dimasyarakat.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab tingginya
distribusi PTM dalam masyarakat dibanding dengan
masyarakat lainnya.
3. Untuk menentukan pilihan prioritas dalam penanganan PTM
b. Pendekatan Epidemiologi PTM:
Dalam epidemiologi berusaha untuk mempelajari:
- Frekuensi masalah kesehatan
- Distribusi masalah kesehatan
- Faktor2 yang mempengaruhi terjadinya
(determinan).
Untuk itu diperlukan pendekatan metodologi yaitu
dengan melakukan berbagai penelitian melalui
pengamatan yang lama.
Jenis penelitian epidemiologi dalam PTM
yaitu
- Penelitan observasional: bersifat fasif, sekedar
mengamati apa yang terjadi tanpa intervensi
atau tidak mengontrol / mengarahkan penelitian
- Penelitian melalui eksperimental: bersifat aktif
mengarahkan peneliti untuk melakukan
intervensi sesuai desain yang sdh dibuat
Dengan kejadian penyakit berlangsung lama
maka penelitian observasional umumnya yang
dilaksanakan melalui:
1. Penelitian Ekologis/Korelasi --- deskriptif
2. Penelitian Cross sectional----- Analitik
3. Penelitian Case Control---- tanpa intervensi
4. Penelitian kohor------- tanpa intervensi
- Perhitungan frekuensi PTM:
Frekuensi penyakit dapat dihitung dengan
menggunakan:
1. Rate.
Ukuran ini merupakan besarnya peristiwa
yang terjadi terhadap jumlah penduduk.
Tiga unsur utama dalam rate:
- Jumlah yang terkena
- Kelompok penduduk
- Batas waktu kejadian
Rate = Jlh org sakit peny tertentu pd wktu tertentu
jlh penduduk yang berisiko pd wktu tertentu
Contoh : - Angka kematian
- Angka kelahiran
- Rate untuk umur dan jenis kelamin, dll
2. Ratio.
Antara unit yang satu tidak selalu menjadi
bagian dari unit yang lain.
Contoh,
- Jumlah penyakit penderita kanker
dengan orang sehat.
- Jumlah bidan dibanding jumlah
penduduk
Ratio = Jumlah orang sakit
jumlah orang sehat
3. Proporsi.
adalah apabila pembilang merupakan bagian
dari penyebut.
Sering digunakan persentase (%)
contoh,
% bayi yang diimunisasi
% penderita TBC yang berobat teratur.
Proporsi = jlh penderita peny tertentu ( X )
jlh pendrita peny tsb(X) + jlh smua penderita (Y)
- Jenis perhitungan frekuensi ini diperoleh dari
hasil penelitian deskriptif, dan mengetahui
besarnya resiko maka diperlukan penelitian
analitik, sedangkan perbedaan besarnya rate
yang terjadi dari mereka yang terpapar faktor
resiko dengan besarnya rate mereka yang
tidak terpapar disebut resiko relatif ( RR ), dan
diperoleh dari penelitian prospektif.
FAKTOR RISIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
Karateristik penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi
dari:
1. Agent
2. Host
3. Environment
• Agent penyakit terdiri
- agent biologi
- agent non biologi
• Penyakit tidak menular erat kaitanya dengan agent non
biologi berupa:
- kimia
- fisika
- mekanik
- psikis
- Faktor penyebab penyakit tidak menular
disebut faktor risiko, sedangkan penyakit
menular faktor penyebab disebut etiologi.
- Faktor risiko adalah suatu karateristik, tanda
atau simptom pada penyakit yang secara
statistik cepat meningkatkan insidens
penyakit.
Aspek aspek yang berhubungan dengan faktor risiko
sbb.
- Keberadaanya
- Besarnya : kuat atau lemah
- Arahnya positif atau negatif
- Sifatnya : protektif, prognotik, terapoetik,
resiko
- Preventivitas
- Interventitas
- Efek : single atau multiple effect
- Interaksinya/hubungan dengan faktor lain
- Strukturnya : hubungan dengan berbagai
faktor
- Manfaatnya
- Kriterianya.
Dikenal beberapa macam faktor risiko
a. Menurut dapat tidaknya faktor risiko dapat
dirubah td :
- Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
(Unchangeable risk factor)
misal: umur dan penyakit genetik
- Faktor yang dapat dirubah (Changeable risk factor)
misal : kebiasaan merokok
Menurut kestabilan peranan faktor risiko.
a. Suspected risk factor ( faktor resiko yang dicurigai )
yaitu faktor2 yang belum mendapat dukungan penuh
dari hasil penelitian. Misal, rokok sebagai faktor rIsiko
yang menyebabkan kanker leher rahim.
b. Established risk factor ( faktor rIsiko yang telah
ditegakan) yaitu yang telah mendapat dukungan
ilmiah misal rokok sebagai faktor rIsiko terjadinya
kanker paru.
Faktor risiko perlu dikembangkan pada PTM
karena :
1. Ketidak jelasnya kausa
2. Menonjolkan faktor multi kausal
3. Kemungkinan interaksi antar rIsiko
4. Perkembangan metodologi memberi
kemampuan untuk mengukur faktor rIsiko.
Kegunaan identifikasi faktor risiko:
1. Prediksi: meramalkan terjadinya suatu
penyakit misal perokok memiliki
kemungkinan menderita Ca. Paru
dari pada bukan perokok
2. Penyebab: Kejelasan/ beratnya faktor rIsiko
dapat menjadi penyebab dari suatu
penyakit.
3. Diagnosis
4. Prevensi
Kriteria faktor risiko.
Austin Bradford Hill, menegakan suatu faktor
menjadi faktor risiko dengan kriteria:
1. Kekuatan hubungan: adanya rIsiko yang
relatif tinggi
2. Temporal: kausanya mendahului akibat
3. Respons terhadap dosis: makin besar
paparan makin tinggi terjadinya penyakit
4. Reversibilitas: penurunan paparan akan
menyebabkan penurunan kejadian penyakit.
5. Konsistensi: kejadian yang sama akan berulang
pada waktu, tempat dan penelitian yang lain.
6. Layak biologis: sesuai dengan konsep biologis
7. Spesifitas: satu penyebab akan menyebabkan satu
akibat
8. Analogi: ada kesamaan untuk penyebab dan
akibat yang sama
Sejumlah faktor risiko sbb:
- Merokok - Riwayat keluarga DM
- Alkohol - Kurang olah raga
- Makanan - Riwayat keluarga Ca.mamae
- Gaya hidup - Kehamilan pd umur muda/tua
- Kegemukan - Menstruasi yang terlalu cepat
- Asbes - Menopause yang terlambat
- Radiasi - Riwayat keluarga peny. jantung
- Seksual behavior
- Obat2an
Perbedaan faktor risiko dan prognosis.
* Risiko adalah seberapa besar kemungkinan
sakit dari orang yang sehat sedangkan prognosis
adalah seberapa besar kemungkinan mati dari
orang yang sakit.
Contoh.
Faktor risiko : Rokok seberapa besar
kemungkinan mendapat Ca. paru
Faktor prognosis: Umur tua seberapa besar
kemungikinan mati.
Prognosis dapat digambarkan sbb.
1. Harapan hidup 5 tahun : % penderita untuk
mampu hidup 5 th dari saat sakit.
2. Kasus fatal: % penderita yang mati karena sakit
3. Respon: % penderita yang mengalami perbaikan
4. Remisi: % penderita yang sembuh, tidak dideteksi
5. Kambuh: % penderita yang kembali sakit setelah
sembuh.
Pencegahan Penyakit
Ada 4 tingkat pencegahan
1. Pencegahan Premordial ( Premordial prevention):
- Pencegahan ini merupakan usaha berkaitan
mempertahankan gaya hidup
- Melakukan modifikasi, penyesuaian diri dari risiko
yang ada. Contoh mempertahankan kebiasaan pola
makan yang sudah ada atau memodifikasi makanan
yang sudah ada dengan tetap mempertahankan
makan yang tidak mengandung risiko.
- Menciptakan pra kondisi melibatkan
multimitra, misalnya bagaimana diciptakan
suatu kondisi dalam masy. bahwa merokok itu
merupakan kebiasaan yang kurang baik dan
masy mampu bersikap positif terhadap bukan
perokok
2. Pencegahan tingkat pertama ( Primary
prevention).
Ditujukan kepada orang sehat melalui
peningkatan derajat kes dan pencegahan
khusus terhadap peny tertentu.
Pencegahan ini terutama ditujukan kepada host
dan atau agent untuk meningkatkan daya tahan
maupun mengurangi risiko terhadap penyakit
tertentu.
Pencegahan ini meliputi:
- Promosi kesehatan masyarakat
- Pencegahan khusus seperti pencegahan
keterpaparan dll
Sasaran:
a. Mengurangi penyebab/ faktor risiko.
- Kalau untuk peny.Infeksi misalnya,
desinfeksi, sterilisasi, penyemprotan dll
- Kalau PTM misal mengurangi/menghilangkan
sumber keracunan, mengurangi/ menghilangkan
setiap prilaku yang memperbesar risiko
Contoh,
- mengurangi stres
- diet rendah lemak, garam,
- olah raga
- tidak merokok
- vitamin dll
b. Mengatasi/ memodifikasi lingkungan
- Perbaikan lingk sosial:
. Kepadatan penduduk
. Hub antar rumah tangga/masy.
. Perbaikan lingkungan kerja
3. Pencegahan tingkat kedua ( secondary
prevention )
Sasaran adalah mereka yang menderita atau
terancam akan menderita seperti,
- Pemberian profiklaksis
- Pencarian penderita secara dini
. Pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
kolompok tertentu misal pegawai,
mahasiswa
. Screening/pencarian penderita penyakit
tertentu
. Pengobatan dan perawatan penderita
penyakit tertentu.
Tujuan pencegahan ini:
- Mencegah meluasnya penyakit/beratnya penyakit
- Menghentikan proses penyakit lebih lanjut
dan cegah komplikasi.
4. Pencegahan tingkat ketiga ( Tertiary prevention ).
Bertujuan untuk cegah kecacatan dan kematian
serta rehabilitasi, seperti.
- Cegah proses lebih lanjut sperti DM,
hipertensi dll.
- Rehabilitasi: usaha pengembalian fungsi
fisik/psikologis dan sosial seoptimal mungkin.
. Rehab fisik : protesis
. Rehab mental
. Rehab sosial.
Upaya pencegahan melalui penggabungan ketiga
bentuk pencegahan dengan 4 faktor utama yang
mempengaruhi terjadinya penyakit yaitu
- Gaya hidup : makan rendah lemak dll
- Lingkungan : stres kerja dll
- Biologi : adanya perhatian terhadap faktor
risiko biologi ( jenis kelamin, riwayat
keluarga dll )
- Pelayanan kesehatan : Health education, dll
Batasan dari pencegahan penyakit
• Prepathogenesis
- Primary prevention
. Health promotion
. Spesifik protection
• Pathogenesis
- Secondary prevention
. Early diagnosis and prompt treatment
. Disability limitation
- Rehabilitation

Anda mungkin juga menyukai