1. Penyakit kronik.
2. Penyakit noninfeksi.
4. Penyakit degeneratif.
Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu
dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM
biasanya bersifat kronik (manahun) atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang
kelangsungannya mendadak atau akut, misalnya keracunan.
Sebutan penyakit noninfeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh
mikroorganisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya
PTM, disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan
proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut dan karena
kelangsungannya yang lama itu pulalah yang menyebabkan PTM berkaitan dengan proses
degeneratif yang berlangsung sesuai waktu atau umur.
Sementara itu ada yang secara populer ingin menyebutkannya sebagai new
communicable disease karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni melalui gaya
hidup (life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri,
tidak seperti penularan klasik penyakit menular yang melewati suatu rantai penularan
tertentu. Gaya hidup di dalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan
komunikasi global. Perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit
jantung yang berkaitan dengan makan berlebih atau kolesterol tinggi.
Perbedaan antara penyakit tidak menular dengan penyakit menular adalah sebagai berikut :
3. Penelitian kohort.
Secara umum dikenal tiga macam perhitungan frekuensi penyakit tidak menular, yakni :
1. Ratio = a/b
2. Proporsi = a / (a+b)
3. Rate = a/n
1. Ratio
Ratio sama dengan jumlah orang sakit dibanding jumlah orang sehat. Misalnya ratio
orang sakit kanker dibanding orang sehat.
2. Proporsi
3. Rate
Rate sama dengan jumlah orang sakit tertentu pada suatu waktu tertentu dibanding
jumlah penduduk pada suatu periode waktu tertentu, yang menjadi pembilang dikenal
sebagai population at risk yakni hanya penduduk yang mempunyai risiko untuk
menderita sakit. Perbedaan besarnya rate yang terjadi pada mereka yang terpapar
faktor risiko dibandingkan dengan besarnya rate pada mereka yang terpapar itulah
yang disebut risiko relatif.
D. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Faktor penyebab PTM memakai sebutan faktor risiko (risk factors) untuk
membedakan dengan istilah etiologi yang sering dipergunakan dalam penyakit menular atau
diagnosis klinik. Istilah etiologi dalam dunia kedokteran berarti penyebab biologis dari suatu
penyakit infeksi, misalnya entamoeba histolitika untuk terjadi amoebiasis. Umumnya PTM
bukan merupakan penyakit infeksi maka untuk PTM dipakai istilah faktor risiko, di samping
alasan lainnya.
Ada beberapa macam faktor risiko menurut segi dari mana faktor risiko itu diamati
yaitu sebagai berikut :
a. Unchangeable risk factors, adalah faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya
faktor umum atau genetik.
b. Changeable risk factors, adalah faktor risiko yang dapat berubah, misalnya
kebiasaan merokok atau latihan olahraga.
a. Suspected risk factors, adalah faktor risiko yang dicurigai, yakni faktor-faktor
yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor
risiko. Misalnya rokok sebagai penyebab kanker leher rahim.
b. Established risk factors, adalah faktor risiko yang telah ditegakkan, yakni faktor
risiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah atau penelitian dalam
peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit.
Misalnya rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
3. Ada juga yang membagi faktor risiko atas faktor risiko yang well documented dan less
wel documented.
4. Ataupun pembagian atas faktor risiko yang strong dan weak, faktor risiko yang kuat
dan yang lemah.
Perlunya faktor risiko diketahui dalam terjadinya penyakit dapat berguna dalam hal-
hal berikut ini (Fletcher : 131) :
1. Prediksi, adalah untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya perokok berat
mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
2. Penyebab, adalah kejelasan atau beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi
faktor penyebab, setelah menghapuskan pengaruh dan faktor penggangu (confounding
factor).
4. Prevensi, adalah jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, penanggulangan dapat
digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui
atau tidak.
Untuk membuktikan suatu faktor sebagai faktor risiko dapat dilakukan dengan
memakai konsep kausalitas Austin Bradford Hill, ahli statistik Inggris, 1995, mengajukan
delapan kriteria untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat (hubungan kausal) yaitu :
3. Respon terhadap dosis, adalah semakin besar paparan makin tinggi kejadian penyakit.
5. Konsistensi, adalah kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat, dan
penelitian yang lain.
8. Analogi, adalah ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
Berbagai faktor yang dapat disebut sebagai faktor risiko adalah merokok, alkohol, diet
atau makanan, gaya hidup, kegemukan, asbes, radiasi, sexual behavior, dan obat-obatan.
Patut dicatat bahwa sebagai lawan faktor risiko ada yang disebut faktor protektif. Jika faktor
risiko memberikan kemungkinan terkena penyakit maka faktor protektif memberikan
perlindungan terhadap terjadinya penyakit.
Besarnya peranan faktor risiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya risiko
relatif (relative risk) atau odds ratio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara
insiden populasi yang terpapar dengan yang tidak terpapar. Perhitungan risk ini dikaitkan
dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan frekuensi penyakit.
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam
PTM. Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut :
1. Pencegahan Premordial
2) Promosi kesehatan.
b. Pencegahan khusus
1) Pencegahan keterpaparan.
2) Pemberian kemopreventif.
Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.
Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasikan.
Misalnya pada stroke, hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama di samping faktor
risiko lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan
hipertensi.
Selain itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan
dengan empat faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan,
biologis, dan pelayanan kesehatan). Misalnya untuk pencegahan primer stroke dilakukan
intervensi terhadap gaya hidup, yaitu dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam,
lemak dan kalori, exercise, no smoking, dan vitamin. Lingkungan, yaitu dengan menyadari
stres kerja. Biologi, yaitu dengan memberikan perhatian terhadap faktor risiko biologis (jenis
kelamin, riwayat keluarga) dan yang terakhir pelayanan kesehatan, yaitu dengan memberikan
health education dan pemeriksaan tensi.