4589 - Peran Tenaga Kesehatan Dalam Bencana
4589 - Peran Tenaga Kesehatan Dalam Bencana
bencana
Peran tenaga kesehatan dalam fase Pra Disaster adalah:
a. Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang
berhubungan dengan penanggulangan ancaman bencana untuk
tiap fasenya.
Pra disaster b. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas
pemerintah, organisasi lingkungan, palang merah nasional,
maupun lembagalembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi
bencana kepada masyarakat
c. Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan
untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain
3. Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
Tahapan Bencana (Impact)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase),
waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa
Tahap Bencana minggu atau bahkan bulan.
Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang sampai
serang berhenti.
Peran tenaga kesehatan pada fase Impact adalah
a. Bertindak cepat
b. Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak
menjanjikan apapun secara pasti dengan maksud
memberikan harapan yang besar pada korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
(sesuai peran)
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk
setiap kelompok yang menanggulangi terjadinya
bencana
Peran tenaga kesehatan ketika fase a. Membantu penanganan dan
emergency adalah : penempatan pasien dengan
Tahapan a. Memfasilitasi jadwal kunjungan
penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga
konsultasi medis dan cek
Emergency kesehatan sehari-hari
membahayakan diri dan
lingkungannya.
b. Tetap menyusun rencana
b. Mengidentifikasi reaksi
prioritas asuhan ketenaga
psikologis yang muncul pada
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya kesehatan harian
korban (ansietas, depresi yang
serangan bencana yang pertama. c. Merencanakan dan memfasilitasi ditunjukkan dengan seringnya
transfer pasien yang menangis dan mengisolasi diri)
Pada tahap emergensi ini, korban memerlukan penanganan maupun reaksi psikosomatik
memerlukan bantu-an dari tenaga medis kesehatan di RS (hilang nafsu makan, insomnia,
spesialis, tenaga kesehatan gawat darurat, fatigue, mual muntah, dan
d. Mengevaluasi kebutuhan kelemahan otot)
awam khusus yang terampil dan kesehatan harian
tersertifikasi. c. Membantu terapi kejiwaan
e. Memeriksa dan mengatur korban khususnya anak-anak,
persediaan obat, makanan, dapat dilakukan dengan
makanan khusus bayi, peralatan memodifikasi lingkungan misal
kesehatan dengan terapi bermain.
d. Memfasilitasi konseling dan
terapi kejiwaan lainnya oleh
para psikolog dan psikiater
e. Konsultasikan bersama supervisi
setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan
Peran tenaga kesehatan pada fase
rekonstruksi adalah:
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal b. tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi
sarana umum lain yang terkait bekerjasama dengan unsur
lintas sector menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan (Recovery)
menuju keadaan sehat dan aman
Penanganan Kesehatan Jiwa
PADA MASA BENCANA
Intervensi sosial dini yang berharga, mencakup :
1. menjamin dan menyebarkan arus informasi yang kredibel.
Fase kedaruratan akut informasi harus sederhana dan empatik
Jenis respon
(1) respon psikologis normal, tidak membutuhkan
psikologis intevensi khusus;
korban bencana (2) respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi
sesaat, membutuhkan bantuan pertama psikososial
(psychological first aid);
(3) distress atau disfungsi berat yang membutuhkan
bantuan profesi kesehatan jiwa
reaksi segera ( dalam 24 jam)
tegang, cemas dan panik;
kaget, linglung, syok, tidak percaya;
gelisah, bingung;
Reaksi psikologis yang timbul agitasi, menangis, menarik diri;
pada masyarakat yang rasa bersalah pada korban yang selamat.
tertimpa bencana, antara lain:
tampak hampir pada setiap orang di daerah bencana dan ini
dipertimbangkan sebagai reaksi alamiah pada situasi
abnormal, TIDAK membutuhkan intervensi psikologis
khusus
reaksi terjadi dalam hari sampai minggu setelah
bencana;
(1) ketakutan, waspada, siaga berlebihan;
(2) mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur;
pada masyarakat yang (4) Flashbacks berulang (ingatan terhadap peristiwa yang
selalu datang berulang dalam pikiran
tertimpa bencana, antara lain: (5) Menangis, rasa bersalah
(6) Kesedihan
(7) Reaksi positif termasuk pikiran terhadap masa depan;
(8) Menerima bencana sebagai suatu Takdir.
Semua itu adalah reaksi alamiah Dan HANYA
membutuhkan intervensi psikososial
terjadi kira‐kira 3 minggu setelah bencana; Reaksi yang
sebelumnya ada dapat menetap dengan gejala seperti:
(1) gelisah;
(2) perasaan panik;
Reaksi psikologis yang timbul (3) kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran
pesimistik yang tidak realistik;
pada masyarakat yang (4) tidak melakukan aktivitas keluar, isolasi, perilaku
tertimpa bencana, antara lain: menarik diri;
(5) ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala
fiisk seperti palpitasi, pusing, mual, lelah, sakit
kepala.
Reaksi ini TIDAK PERLU diperhitungkan sebagai
gangguan jiwa. Gejala ini dapat diatasi oleh tokoh
masyarakat yang telah dilatih agar mampu memberikan
intervensi psikologik dasar.
Coping skills yang SEHAT, antara lain:
(1) kemampuan untuk menghadapi sendiri masalah dengan
cepat;
Coping skills (2) tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;
(3) tepat menggunakan bantuan;
(4) tepat mengekpresikan emosi yang menyakitkan;
(5) toleransi terhadap ketidak jelasan tanpa memilih
perilaku agresif.