FREKUENSI, JUMLAH DAN JENIS KONSUMSI SUGAR SWEETENED BEVERAGES PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN..UNISBA TINGKAT 2,3 DAN 4 YANG STRES DAN TIDAK STRES
Yang diajukan pada saat sidang skripsi oleh,
1. Pembimbing I 1. Latar belakang, kata asing 1. Terlampir dalam Latar Belakang. Pembimbing I
ditulis tegak, Bahasa 2. Terlampir dalam halaman 27
Dr. Basuki Hidayat dr., Sp.KN(K) Indonesia ditulis miring? 3. Terlampir pada halaman 21
2. Bagaimana SSB dapat 4. Terlampir pada halaman 33
5. Terlampir pada halaman 48
mempengaruhi metabolism
6. Telah dihilangkan dari
lemak pada orang yang keterbatasan penelitian
stress?
3. Stress eating; apa maknanya?
4. Hasil uji coba kuesioner?
5. Mengapa kopi dan the manis Dr. Basuki Hidayat dr.,
paling banyak? Sp.KN(K)
6. Keterbatasan pengetahuan
peneliti? Nilainya jadi kurang
No Nama Pembahas/Pembimbing Usulan Revisi Hasil Revisi Tanda Tangan
2. Pembimbing II 1. Pembimbing II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
i
FREKUENSI, JUMLAH DAN JENIS KONSUMSI SUGAR
SWEETENED BEVERAGES PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNISBA TINGKAT 2,3 DAN 4 YANG STRES
DAN TIDAK STRES
SKRIPSI
10100117066
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
Skripsi ini akan dipertahankan oleh penulis di dalam
seminar yang diadakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
pada tanggal 09 Januari 2020
yang dihadiri oleh
iii
MOTTO
iv
ABSTRAK
Stres telah banyak diteliti sebagai faktor risiko penyakit kronis. Salah satu aspek
yang menghubungkan stres dan penyakit kronis adalah fenomena stress eating
dimana individu stres cenderung memilih makanan yang menimbulkan perasaan
puas dan identic, namun kurang memperhatikan aspek kesehatan. Fenomena stres-
eating pada minuman belum banyak diketahui. Sugar Sweetened Beverages (SSB)
adalah minuman ditambah pemanis untuk menambah rasa. Tren dan tingginya
konsumsi SSB merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan
risiko terjadi obesitas dan DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada populasi yang stres dan
tidak stres dilihat dari frekuensi, jenis dan jumlah gula. Jenis penelitian
observasional dengan pendekatan cross-sectional dan desain deskriptif kuantitatif.
Populasi penelitian adalah Mahasiswa FK UNISBA sebanyak 169 orang dipilih
dengan metode simple random sampling. Pengambilan data stres menggunakan
skala distress psikologis Kessler dan data konsumsi SSB dengan Beverage intake
Questionnare-15 (BEVQ-15). Didapatkan subjek penelitian 76% stres dan 24%
tidak stres. Frekuensi konsumsi SSB pada subjek stres ≥7 kali perminggu 62%, <7
kali perminggu 38%, pada subjek tidak stres ≥7 kali perminggu 15% <7 kali
perminggu 85%. Jenis SSB yang paling banyak dikonsumsi subjek stres dan tidak
stres adalah teh manis, kopi manis dan minuman berperisa buah dan subjek yang
stres lebih banyak yang mengonsumsi minuman berkarbonasi. Jumlah gula rata-
rata ≥25 gram perhari pada 37% subjek stres dan 5% subjek tidak stres. Kesimpulan
pada penelitian ini adalah individu yang stres memiliki frekuensi konsumsi SSB
lebih tinggi dan individu stres lebih banyak yang mengonsumsi jumlah gula dari
SSB melebihi batas.
v
ABSTRACT
Stress has been widely researched as a risk factor for chronic disease. One aspect
that connects stress and chronic disease is the phenomenon of stress eating, where
stressed individuals tend to choose foods that make them feel satisfied, but pay less
attention to health aspects. The phenomenon of stress-eating in drinks is not well
known. Sugar Sweetened Beverages (SSB) are drinks added with sweeteners to add
flavor. The trend and high consumption of SSB is a public health problem because
it is associated with the risk of obesity and type 2 diabetes. This study aims to
determine the description of consumption of Sugar Sweetened Beverages in stressed
and non-stressed populations in terms of frequency, type and amount of sugar. This
type of research is observational with a cross-sectional approach and quantitative
descriptive design. The study population was 169 FK UNISBA students selected by
simple random sampling method. Stress data collected with the Kessler
psychological distress scale and SSB consumption data with Beverage intake
Questionnaire-15 (BEVQ-15). It was found that 76% of the subjects were stressed
and 24% were not stressed. The frequency of SSB consumption in stressed subjects
≥7 times per week is 62%, and <7 times per week is 38%, in non-stressed subjects
≥7 times per week 15% <7 times per week 85%. The types of SSB most consumed
by stressed and non-stressed subjects were sweet tea, sweet coffee and fruit-
flavored drinks and the stressed subjects consumed more carbonated drinks. The
average amount of sugar ≥25 grams per day in 37% of stressed subjects and 5% of
non-stressed subjects. The conclusion of this study is that individuals who are
stressed have a higher frequency of SSB conumption and individuals who are
stressed consume more amount of sugar that exceed the recommended limit.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
Bandung Tahun 2020/2021. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
tidak sehat.
bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Saya menyadari bahwa
penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Untuk kedua orang tua saya Moch. Imam Arba’I dan Nina Herniati
terimakasih atas doa dan semangat yang telah diberikan kepada saya, serta
kasih sayang yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat
memberi arahan dalam menulis, memberi saran yang baik dan mendukung
vii
3. Nuri Amalia, dr., SpS. selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaan waktu
Bisma Athur selaku ketua angkatan spectrin, Ihsani Putri, Rizky Pratama
dan para responden yang membantu saya dalam proses penyusunan skripsi
ini.
9. Yang saya cintai dan saya rindukan, nenek dan kakek saya Aisyah
viii
10. Sahabat tercinta saya Syifa Ade, Nur Azizah, Cardliy, dan Ananda sari
11. Adik dan kakak yang saya cintai, Annisa Prameswari dan Musa Tegar
Pambudi terimakasih telah menjadi inspirasi bagi saya untuk terus hidup
lebih baik.
12. Yang saya cintai uwa ulu dan uwa eteh yang selalu mendukung saya dalam
Penulis menyadari bahwa menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan masukkan dan saran untuk
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan ilmu
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
BAB I .......................................................................................................................1
x
3.1.1 Populasi Penelitian ............................................................................................... 29
3.1.1.1 Populasi Target ............................................................................................. 29
3.1.1.2 Populasi Terjangkau...................................................................................... 29
3.1.2 Subjek Penelitian ................................................................................................. 29
3.1.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 29
3.1.4 Kriteria inklusi ..................................................................................................... 30
3.1.5 Kriteria eksklusi ................................................................................................... 30
3.2 Metode Penelitian ................................................................................................... 31
3.2.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 31
3.2.2 Variabel Penelitian ........................................................................................... 31
3.2.3 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 33
3.2.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 35
3.2.5 Analisis Data .................................................................................................... 35
3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 36
3.2.7 Aspek Etika Penelitian ..................................................................................... 36
BAB IV ..................................................................................................................38
xi
DAFTAR TABEL
Sweetened Beverages.............................................................................................40
Beverages. ..............................................................................................................40
Beverages. ..............................................................................................................41
xii
Tabel 4. 10 Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Frekuensi Konsumsi
SSB. .......................................................................................................................47
SSB. .......................................................................................................................49
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Stres adalah hal yang sangat umum. Seiring bertambahnya usia dan
mengalami stres. Definisi stres pertama kali dan yang paling umum digunakan
adalah istilah yang dinyatakan oleh Hans Selye.1 Hans Selye menyatakan bahwa
stres adalah respon non-spesifik tubuh terhadap tuntutan apapun. Menurut Kessler,
(dalam Mahmood & Ghaffar, 2014) stres merupakan keadaan ketegangan mental
yang dihasilkan oleh beberapa macam tekanan yaitu tekanan psikologis, sosial dan
tekanan fisik.2 Suatu tekanan atau kondisi yang menyebabkan stres disebut stresor.
Stres terjadi ketika kondisi atau tuntutan secara subjektif dinilai melebihi
kemampuan sumber daya individu untuk menanganinya dan dapat memicu respon
emosional dengan tujuan untuk pertahanan diri, seperti merasa takut, khawatir, dan
Dalam dunia mahasiswa, stres yang dirasakan terutama adalah stres yang
tuntutan keuangan, tuntutan waktu, masalah kesehatan dan self imposed stressor.
akademik menunjukkan bahwa stresor akademik adalah model yang baik untuk
1
2
makanan yang tinggi kalori, karbohidrat dan sodium (energy-dense food) yang
identik dengan istilah Comfort food.4 Comfort food adalah istilah utuk jenis
meminimalisir beban emosional dari stresor yang dialami.5 Pada penelitian yang
mengalami stres lebih banyak memilih coklat untuk camilan, sedangkan individu
yang tidak stres lebih banyak memilih buah anggur sebagai camilan.6 Asupan
seperti minuman manis pada individu yang mengalami stres masih terbatas, oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui apakah stres juga akan mempengaruhi pilihan
dengan tambahan gula, termasuk soda, jus, minuman energi, minuman olahraga,teh
manis dan minuman kopi. SSB adalah kontributor utama tambahan gula dalam
kualitas diet yang buruk karena mengandung gula dalam jumlah besar, nilai nutrisi
yang kecil, dan tidak menghasilkan rasa kenyang seperti makanan padat.9 Tidak
3
mengkompensasi dengan makan lebih sedikit. Akibatnya, asupan energi total akan
Dalam jangka waktu lama hal tersebut akan menyebabkan kenaikan berat badan
yang tidak sehat, sehingga individu lebih berisiko terkena penyakit metabolik
seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes mellitus tipe 2. Hal yang
sama seperti pada kondisi mengkonsumsi comfort food dalam jangka panjang.
bahwa mengonsumsi satu atau lebih SSB perhari berhubungan dengan kesehatan
mental yang buruk. Penelitian ini menjadi salah satu penelitian pertama yangstres
yang stres di Indonesia khususnya pada usia dewasa muda. Peneliti tertarik
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang stres dan
tidak stres. Hal ini diperlukan untuk memprediksi efek merugikan stres terhadap
kesehatan dan diharapkan bisa menjadi masukan untuk mencegah penyakit kronis.
stres dan tidak stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Kedokteran Universitas Islam Bandung pada populasi mahasiswa stres dan tidak
stres.
menggambarkan konsumsi SSB pada populasi stres dan tidak stres dengan
supaya memperhatikan pilihan minumannya pada saat stres. Karena apabila tidak
yang tidak sehat sehingga individu lebih beresiko terkena penyakit metabolic
2.1.1 Stres
Hal yang penting ketika seorang peneliti ingin meneliti stres adalah
mendefinisikan stres. Stres adalah istilah yang sangat universal, memiliki konsep
yang luas, ambigu dan berkaitan dengan berbagai fenomena dan definisi,
sudut pandang biologis dan psikologis. Menurut ulasan literatur yang dilakukan
oleh Amir Mohammad et.al (2015), ditemukan 11 definisi stres yang paling
dominan 10. Dalam tinjauan pustaka ini, hanya dicantumkan definisi menurut Hans
Selye (1946), Walter B Cannon (1920), Lazarus & Folkman (1984), Falsetti et.al
dalam penelitiannya bahwa tubuh akan merespon stresor apapun dengan pola
biologis yang terprediksi. Karena stresor apapun menyebabkan sindrom yang sama,
7
8
sumber terkanan (stres) dengan cara menghadapi sumber stimulus atau melarikan
diri. Istilah popular untuk respon ini adalah fight or flight responses 12.
Lazarus & Folkman (1984) guru dan murid dalam bidang psikologi,
menyatakan bahwa stres adalah keadaan internal yang diakibatkan oleh penilaian
individu terhadap tuntutan fisik atau kondisi lingkungan dan sosial disekitar
melebihi sumber daya individu untuk mengatasinya. Keadaan ini akan membuat
untuk mengelola emosi atau secara langsung mengatasi stresor itu sendiri. Proses
mempertimbangkan opsi coping lebih lanjut untuk mencoba mengatasi pemicu stres
10
.
Menurut Kaplan dan Sadock (2007) dalam buku ajar psikiatri, stres
psikologis dari individu. Definisi serupa juga dinyatakan oleh Falsetti et.al (2005),
disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, dan perilaku yang terprediksi karena
9
tujuannya untuk mengatasi stresor. Silverman, et al. (2010) menyatakan bahwa stres
adalah reaksi tubuh yang membutuhkan respon, regulasi, dan adaptasi fisiologis,
sederhana adalah kumpulan respons, hasil, dan pengalaman yang berkaitan dengan
flight or fight response yang meningkatkan keadaan siaga dan mobilisasi sumber
daya biokimiawi untuk mengatasi atau menghindar dari stresor. Secara psikologis,
pengaruhnya terhadap individu (positive eustress dan negative distress), dan waktu
dikaitkan dengan potensi kerusakan jaringan tubuh dan ancaman tubuh (Tracey,
2005). Kondisi tubuh yang berbeda dapat memenuhi kriteria ini, misalnya penyakit,
rasa sakit, kelaparan, stres oksidatif , dan lain-lain (Colaianna et al., 2013). Stres
10
Kondisi yang memenuhi kriteria ini, misalnya rasa tidak percaya diri, kematian
menjadi eustress dan distress. Distress adalah stres yang dirasakan tidak
Menurut lama waktu terpapar, stres dibagi menjadi stres akut dan stres
kronis. Stres akut atau short-term stress membantu tubuh dan pikiran untuk
melakukan reaksi yang cepat dalam mengatasi stresor contohnya saat individu
terpapar panas, secara otomatis akan menghindar (stres fisik), atau saat merasa malu
individu tanpa sadar akan tertawa untuk mengurangi rasa malu (stres psikologis) .
Dalam teori General Adaptive Syndrome (GAS) oleh Selye, stres akut disamakan
dengan meningkatkan alertness dan motivasi dalam bekerja. Episodic Acute Stress
adalah jenis stres akut yang berasal dari situasi berulang dalam kehidupan,
contohnya ujian semester pada siswa atau masalah kesehatan yang berulang. Stres
ini sering terjadi pada “Type A person”, seseorang dengan karakteristik ambisius,
11
kompetitif, tidak sabar, fokus pada kuantitas, dan rasa urgensi yang tidak realistis.
Stres kronik adalah stres berkepanjangan. Episodic Life Stress bisa menjadi stres
kronik apabila individu tidak mengatasi stres dengan baik atau menghindar dari
Unsur stres menurut Hardjana (1994) ada tiga, yaitu penyebab stres
(stresor), orang yang stres (the stressed) dan hubungan orang yang mengalami stres
stresor kimia, stresor fisiologik, infeksi, stresor psikologis dan stresor sosial.
Semua stresor ini menghasilkan respon stres non-spesifik yang serupa, yang
menimbulkan respon spesifik yang khas terhadap stresor tersebut. Namun, semua
Saat individu mengenali stresor, timbul respon dari sistem endokrin dan
kedua sistem ini akan menghasilkan hasil berupa keadaan siaga dan mobilisasi
mengarahkan energi adaptif ke sistem saraf pusat dan bagian tubuh yang stres.
14
Hans Selye. Dalam teori ini, ada tiga tahap perkembangan stres yaitu alarm stage,
1) Alarm Stage
Alarm stage adalah keadaan dimana sistem saraf pusat terstimulasi dan
sehingga muncul gejala tidak enak badan, jantung berdebar, dan sakit
kepala.
3) Exhaustion
Psychological Distress Scale (K10). Alat ukur yang digunakan pada Kessler
pertanyaan yang berkaitan dengan gejala afek pada individu yang mengalami
distress dalam rentang waktu 4 minggu. Hasil Analisa kuesioner ini membagi
dibawah ini:
Menurut Rasmun (2004), secara sederhana stres bisa dibagi dalam tiga tingkatan,
1) Stres Ringan
16
Stres ringan adalah stres yang normal dan secara fisiologis tidak
2) Stres Sedang
selesai.
3) Stres Berat
Alar ukur lain yang dapat digunakan untuk mengukur stres yang paling
pertanyaan yang menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu
bulan terakhir. Setiap jawaban akan diberi skor dan diakumulasikan kemudian
report scales yang didesain untuk mengukur keadaan emosi depresi, ansietas, dan
situasional, dan pengalaman subjektif dari pengaruh cemas. Skala stres mendeteksi
kesulitan untuk rileks, gugup, mudah marah atau gelisah, terlalu reaktif dan tidak
sabaran.
Saat terpapar oleh suatu rangsangan yang menyebabkan stres, tubuh akan
merespon terhadap stresor , dalam usaha untuk melawan atau menghindar dari
bahaya, baik berbahaya secara fisik bagi tubuh maupun karena persepsi kognitif
tubuh akan dipersepsikan sebagai emosi oleh individu tersebut. Emosi kemudian
18
Secara sederhana, respon stres terdiri dari respon fisiologis, respon psikologis, dan
coping strategies.
1) Respon Emosi
Respon emosi terhadap stresor dapat berupa perasaan takut dan cemas, atau
depresi.
2) Respon Psikologis
Fungsi dari respon psikologis adalah respon represif, yaitu proses mental
aktif yang tidak disadari, untuk mengatasi pengalaman traumatic. Respon ini dapat
berupa mati rasa, atau kesulitan mengingat kembali detil pengalaman yang
menyebabkan stres.
3) Coping Strategy
Coping Strategy dilakukan secara sadar untuk menyelesaikan,
menghilangkan stresor. Coping strategy terbagi atas dua macam, yaitu Problem
Focused coping yang terdiri dari penyelesaian masalah, minimalisasi masalah, dan
dengan Problem Focused Coping atau individu menilai masalah yang dihadapi
diluar kemampuannya, maka akan terjadi jenis Coping Strategy yang kedua yaitu
Emotional Focused Coping dapat berupa hal yang positif seperti berdo’a,
bersosialisasi, berolahraga atau menghindari masalah. Dapat juga berupa hal yang
negatif seperti banyak makan atau sedikit makan, konsumsi alkohol dan zat
19
antidepresan yang berlebihan, melepas emosi melalui agresi, atau mencedrai diri
telah banyak diteliti sebagai faktor risiko penyakit kronis. Stres juga dapat
penyakit. Pada penelitian oleh Harris ML et.al menyatakan bahwa tingkat stres yang
Penelitian oleh orang yang sama juga menyatakan bahwa tingkat stres yang
sedang/tinggi berhubungan dengan 2.3 kali lipat risiko terjadi Diabetes Mellitus
Tipe 2 tiga tahun kemudian15. Namun ternyata hasil pernyataan ini inkosisten. Pada
meta-analisis yang dilakukan oleh Cosgrove et.al, tidak mendukung bahwa stres
psikososial berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.16 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Norberg et.al di Swedia, stres dan dukungan emosional yang rendah
hanya meningkatkan resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita saja, namun tidak
pada pria17.
Stres dapat berkontribusi menjadi faktor resiko penyakit melalui dua cara;
efek neuroendokrin secara langsung dan efek perilaku tidak langsung. Saat stres,
stimulasi saraf simpatis akan menghambat sekresi insulin dan meningkatkan sekresi
kortisol sehingga gula darah lebih tinggi, serta membuat arteriol vasokontriksi
sehingga tekanan darah meningkat. Saat terpapar stres kronis, hormone ghrelin
menigkat secara kronis didalam darah sehingga nafsu makan meningkat18. Stres
yang memiliki faktor resiko genetik 19, sedangkan mekanisme coping individu-lah
yang secara tidak langsung menjadi faktor resiko yang menghubungkan stres dan
dunia. Penelitian oleh Jenny Firth (2006) menunjukan bahwa prevalensi stres pada
pada tahun pertama, yaitu sebesar 71,4%. Penelitian di Pakistan pada 252 orang
berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, dan 47%. (Saqib & Inam, 2003).
enam domain; (1) Academic Related Stressor, (2) Intrapersonal and Interpersonal
Stressor, (3) Teaching and Learning Related Stressor, (4) Social Related Stressor,
(5) Drive and Desire Related Stressor, dan (6) Group Activities Related Stressor21.
21
Penelitian yang dilakukan oleh Che Noriah et.al pada 248 mahasiswa
stresor terkait kegiatan akademik. Hasil serupa didapatkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Rizka Rahmayanti et.al dan oleh yang menunjukan bahwa stresor
terkait akademik menjadi stresor yang paling menyebabkan stres setelah stresor
dilakukan oleh Livana H et.al tentang gambaran stres mahasiswa saat masa
Stres semakin dikenal sebagai salah satu faktor yang menyebabkan makan
atau disebut juga dengan istilah Stress-eating adalah fenomena yang sudah banyak
diterima oleh masyarakat, namun secara fisiologis fenomena ini belum pasti dan
kontrol terhadap perilaku sesuai keingingan oleh Prefrontal Cortex (PFC) dan area
subcortical yang mengontrol gairah stres dan penyimpanan energi yaitu Limbic
Aktivitas PFC dan sistem limbik saling menghambat satu sama lain,
lambat untuk goal oriented behaviour, dan naluri bertahan hidup reaktif yang cepat.
22
Pergeseran aktivitas dalam jaras saraf ini atau yang dikenal sebagai
kognisi dan munculnya kebiasaan buruk saat stres. Keseimbangan PFC/limbic yang
makan . Sistem ini meregulasi dan memonitor banyaknya energi tersimpan dalam
tubuh, yang kemudian akan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencari makan
Pada organisme chordata, sistem ini berada di dalam batang otak dan
homoestatik pada perilaku makan ini akurat, dimana dalam jangka waktu panjang
dan otak ini dapat dengan mudah dikalahkan oleh emosi. Pada manusia dengan
tambahan struktur otak yang kompleks seperti sistem limbik dan korteks, regulasi
ini lebih kompleks dan tidak hanya dipengaruhi oleh pengaturan penyimpanan
energi normal. Struktur otak yang lebih tinggi pada manusia menginervasi batang
untuk merasa puas, atau dikenal dengan istilah hedonic eating yang berkontribusi
perilaku makan pada manusia, dimana manusia cenderung menjauh dari makanan
yang sehat dan lebih memilih makanan yang rasanya enak dan menimbulkan rasa
puas. Makanan jenis ini banyak dikenal dengan istilah comfort food. Comfort food
sebagian besar komposisinya diatur untuk memperoleh rasa enak dan memuaskan,
sehingga identik dengan komposisi gula, garam atau lemak yang tinggi.
terhubung secara interaktif yaitu sistem limbik, reward system, basal ganglia, dan
PFC. Perbedaan pola aktifasi pada struktur-struktur ini menghasilkan dua tipe
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan Stress Eating (S-EAT) yaitu makan yang
Lapar Kesadaran terhadap tingkat lapar, Confusion antara emosi dan rasa
sensitif pada isyarat lapar, kesadaran tumpul pada
somatosensorik (misalnya perut isyarat somatosensorik.
keroncongan).
Kontrol pada onset mulai dan Mudah ditahan (Flexible Formatted: Right: -0.25"
Tidak mudah ditahan (Rigid
Berhenti makan restraint). restraint) dan hilang kendali.
anterior cingulate cortex, serta hypothalamus dan batang otak. Perekruitan jaras
stres ini bergantung pada aksi glukokortikoid yang dihasilkan korteks adrenal
dalam merespon stresor. Sebagian besar jaras terlibat melalui aksi positif
Baik stresor akut maupun kronik dapat meningkatkan sinaps dan cabang
dendrit pada amygdala dan anterior cingulate cortex dan sebaliknya mengurangi
kontak sinaptik dengan memicu atrofi dendritik pada hypothalamus dan PFC,
sehingga saat seseorang terpapar stres dalam waktu yang lama jaras saraf yang
meregulasi perilaku makan akan lebih mengarah pada sistem limbik , sehingga
25
sering seseorang terpapar stres yang tidak bisa segera diatasi, semakin orang itu
Paparan stres psikologis dapat memicu respon stres dalam sistem saraf.
dan hypothalamus, dan alhasil L-HPA axis. Ada beberapa pendapat bahwa aktivasi
reward system.
Secara anatomis, tingginya sekresi CRF karena respon stres tumpang tindih
oleh stresor. Dalam beberapa penelitian, paparan terhadap stres dan hormon stres
Memakan makanan enak setelah terpapar stresor juga dapat mengurangi aktivitas
26
respon stres pusat, sehingga mengurangi teraktivasinya L-HPA axis dan saraf
simpatetik.
Memori respon dopamin yang kuat terhadap stresor dan makanan enak ini
memicu pembentukan kebiasaan di dalam basa ganglia, sehingga proses ini dapat
memori yang berkaitan dengan rasa nyaman khususnya memori tentang memakan
makanan yang enak. Memori terhadap respon ini disimpan di dalam cingulate
untuk minuman manis. Gula tambahan yang dimaksud bukan gula yang berasal dari
bahan alami (mis. buah asli) tapi gula yang ditambahkan untuk menambah rasa
manis minuman, baik ditambahkan saat produksi maupun saat akan dikonsumsi.
Secara alami, gula ditemukan pada minuman alami seperti buah dan susu.
Gula yang ditambahkan pada makanan atau minuman meningkatkan konten energy
dari total energy intake atau sekitar 25gr gula (6 sendok teh).
27
kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan risiko terjadi obesitas dan DM tipe
2. Systematic Review oleh WHO menyimpulkan bahwa konsumsi SSB adalah salah
satu faktor yang menentukan berat badan dan komposisi lemak tubuh23. Konsumsi
SSB juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes mellitus Tipe 2,
digunakan dalam SSB adalah gula merah, pemanis jagung, sirup jagung, dekstrosa,
fruktosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, laktosa, sirup malt, maltosa,
BAB III
METODE PENELITIAN
Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat dua,tiga dan empat yang aktif di
Islam Bandung tingkat dua, tiga dan empat yang aktif berdasarkan keberdaannya
dalam absensi kegiatan akademik tahun ajaran 2019-2020 dan memenuhi kriteria
inklusi.
cara Simple Random Sampling yaitu mengambil sampel secara acak dari populasi
30
kemudian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sampai besar sampel
terpenuhi .
Z : 1,96
d : 5%
P : 12,5 %
Q : 1-P = 87,5 %
dihubungi.
1) Stres
Kondisi ketengangan mental akibat stresor.
4) Jenis SSB
Definisi Operasional
Naskah usulan penelitian telah disidang dan disetujui pada bulan Februari
2) Pengkajian Etik
Naskah yang sudah disetujui di telaah oleh komite etik penelitian kesehatan
universitas islam bandung dan telah disetujui dan ditanda tangani oleh Prof.
20 dan signifikansi 5%, yaitu 0.378, didapatkan hasil bahwa nilai r hitung
pada 10 item dalam kuesioner K-10 melebihi nilai r tabel sehingga dapat
menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 25, dan didapatkan nilai
cronbach’s alpha dari kuesioner K-10 adalah 0.85 yang melebihi 0.6
mahasiswa di daftar absen tingkat dua, tiga dan empat kemudian nomor
6) Mahasiswa yang sudah mengisi kuesioner akan ditelpon melalui Line call
untuk mengambil data gambaran frekuensi, jenis dan jumlah konsumsi SSB.
7) Data dari kuesioner dan tanya jawab akan di input kedalam microsoft excel
operasional penelitian.
8) Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga dapat memberikan
9) Tabel dan grafik sesuai yang didapat akan dideskripsikan agar menjawab
rumusan masalah.
Pemilihan sampel
Penulisan dan
Pengujian dan secara acak
penyusunan usulan Pengkajian etik
validasi kuesioner menggunakan
penelitian
randomizer
Mengontak
Input data
mahasiswa terpilih, Pengumpulan data Menyajikan data
menggunakan
menentukan apakah dengan kuesioner dalam bentuk tabel
Microsoft Excel
masuk kriteria dan tanya jawab dan grafik
2013
inklusi atau tidak
Menyusun laporan
Analisis deskriptif
penelitian
1) Tingkat Stres
dimodifikasi 25.
disajikan berupa tabel maupun diagram dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel
Kegiatan
No yang Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
dilakukan
Penyajian
1
judul
Studi
2
literatur
Penyusunan
3 usulan
penelitian
Usulan
4
penelitian
Pembuatan
dan
5
pengujian
kuesioner
Pengambilan
6
data
Pengolahan
7 dan analisis
data
Penyusunan
8 laporan
penelitian
BAB IV
Bandung tingkat dua, tiga dan empat yang aktif ikut sebagai subjek dalam
penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini sebagian besar berusia 19-22 tahun
yaitu sebanyak 93%, sebagian besar berada pada tingkat 4 yaitu sebanyak 36%,
sebagian besar berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 68%, sebagian besar
tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu sebanyak 55% dan sebagian
besar memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sebanyak 41% seperti yang
Keterangan : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan Klasifikasi World Health Organization
Pacific Region (2000).
stres yaitu sebanyak 129 dari 169 orang atau 76% seperti yang tertera dalam
tabel 4.2.
frekuensi lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu yaitu sebanyak 86 dari 169
40
orang atau sebanyak 51%, walaupun tidak berbeda jauh dengan jumlah responden
yang mengonsumsi SSB dengan frekuensi kurang dari tujuh kali perminggu seperti
Jenis SSB yang paling banyak dikonsumsi responden pada penelitian ini
secara berurutan adalah teh manis, kopi manis dan minuman berperisa buah yaitu
sebanyak 30%, 22% dan 17% seperti yang tertera pada tabel 4.4.
Sebagian besar responden pada penelitian ini mendapat jumlah asupan gula
dari SSB yang dikonsumsi sebesar kurang dari dua puluh lima gram yaitu sebanyak
119 dari 169 orang atau 70% seperti yang tertera dalam tabel 4.5.
mengonsumsi SSB dengan frekuensi kurang dari tujuh kali perminggu yaitu
dengan frekuensi lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu yaitu
sebanyak 80 dari 169 orang atau 80% seperti yang tertera pada tabel 4.5.
Baik responden yang stres maupun tidak stres, jenis SSB yang paling
banyak dikonsumsi berturut-turut adalah teh manis, kopi manis dan minuman
minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah teh manis, kopi manis, dan
minuman berperisa buah yaitu sebanyak 34 dari 129 orang (26%) yang stres.
paling sedikit kedua sebelum sport drink, yaitu sebanyak 2 dari 40 orang (5%) yang
tidak stres. Jenis SSB sport drink pada responden yang stres memiliki perbedaan
10% dari responden yang tidak stres yaitu sebanyak 10 dari 40 orang yang tidak
stres (10%) dan sebanyak 32 dari 129 orang yang stres (25%).
80% 64%
58% 55%
60% 40% 38% 40%
40% 26% 25%
15% 16%
5% 10% 5%
20% 3%
0%
Tidak Stres Stres
Keterangan : persentase pada grafik ini adalah perbandingan antara jumlah responden yang
mengonsumsi jenis SSB tersebut dari jumlah total responden yang stres (129 orang) dan tidak stres
(40 orang).
Responden yang mendapat asupan gula lebih dari sama dengan dua puluh
lima gram perhari dari konsumsi SSB lebih banyak pada responden yang
mengalami stres yaitu sebanyak 48 dari 50 orang atau 96%.
4.2 Pembahasan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, sebanyak 129 orang atau 76%
mengalami stres dan 40 orang atau 24% tidak stres, dan tingkat stres responden
pada penelitian ini adalah stres berat yaitu sebanyak 57 dari 169 orang responden
Hal ini patut menjadi perhatian karena angka stres pada responden penelitian
penyebab tingginya angka stres dapat disebabkan oleh keadaan pandemi Covid-19
ditemukan pada tingkat 4 yaitu sebanyak 82% seperti yang tertera pada tabel . Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adithya Y, yang
stres mahasiswa tingkat akhir diantarannya penyesuaian diri yang kurang, beban
manajemen waktu dan kurangnya efektivitas diri.27 Tingkat dengan keadaan stres
paling banyak kedua adalah tingkat 2, yang persentasenya tidak terlalu berbeda jauh
dengan tingkat 4, yaitu 79% . Stres pada mahasiswa tingkat awal dapat disebabkan
Frekuensi konsumsi SSB pada responden penelitian ini kurang dari tujuh kali
perminggu sebanyak 83 orang atau 49% dan konsumsi lebih dari sama dengan tujuh
kali perminggu sebanyak 86 orang atau 51%. Jenis SSB yang paling banyak di
konsumsi oleh responden dalam penelitian ini adalah teh manis yaitu sebanyak 105
dari 169 orang hal ini sesuai dengan data statistika yang dipublikasi oleh
M.Shahbandeh bahwa teh adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi
di dunia setelah air putih. Indonesia sendiri adalah produsen teh terbesar ketujuh di
dunia, sehingga tidak heran jika aksesibilitas responden terhadap teh sangat
terjangkau.
responden yang stres dan tidak stres didapatkan bahwa pada populasi responden
yang mengalami stres, responden lebih banyak yang mengonsumsi SSB lebih dari
sama dengan tujuh kali perminggu, yaitu sebanyak 80 dari 129 orang atau 65% dari
total jumlah responden yang stres. Sebaliknya, pada populasi yang tidak mengalami
stres, responden lebih banyak yang mengonsumsi SSB kurang dari tujuh kali
perminggu yaitu sebanyak 34 dari 40 orang atau 85% dari total responden yang
tidak stres.
Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa responden yang mengalami stres lebih
Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Debra et. Zellner et al. yang
makanan ringan tinggi gula dan tinggi kalori dibandingkan individu yang tidak stres
46
6
. Dimana hasil dalam penelitian ini mendukung bahwa hal serupa juga terjadi pada
minuman manis.
frekuensi konsumsi SSB berdasarkan tingkat stres yang berbeda. Didapatkan dari
gambar 4.2 di bawah ini, didapatkan bahwa dari 86 orang dengan frekuensi
konsumsi SSB lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu, sebanyak 56% adalah
individu yang stres berat, sebanyak 26% individu stres sedang, sebanyak 12%
individu stres ringan dan sebanyak 7% individu yang tidak stres. Hasil ini
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat stres, semakin banyak individu yang
56%
41%
26%
24% 23%
12% 12%
7%
kali perminggu, sebanyak 41% adalah individu yang tidak stres, 24% individu stres
ringan, 23% individu stres sedang, 12% individu stres berat. Hasil ini menunjukan
bahwa semakin rendah tingkat stres, semakin banyak individu yang tidak
mengonsumsi SSB setiap hari.. Hasil ini mendukung kemungkinan bahwa teori
stress-eating (tabel 2.2) juga berlaku pada konsumsi minuman manis dimana
47
individu yang stres pada penelitian ini memilih asupan mereka secara reflexive pada
minuman yang enak dan terkait dengan rasa nyaman seperti yang terjadi pada
28
comfort food . Walaupun belum diketahui secara pasti bagaimana mekanisme
individu yang lebih sering menghadapi stres akan cenderung lebih sering
mengonsumsi SSB.
Walaupun sebanyak 51% responden mengonsumsi SSB lebih dari sama dengan
tujuh kali permingu, sebanyak 41% responden memiliki IMT yang normal seperti
yang tertera pada tabel 4.1. Peneliti kemudian melakukan analisis tambahan dengan
menyilangkan antara IMT dan frekuensi konsumsi SSB pada data responden, yang
tertera pada tabel 4.9. Didapatkan bahwa gambaran IMT pada responden yang
mengonsumsi SSB lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu dan kurang dari
tujuh kali perminggu serupa. Responden yang mengonsumsi SSB kurang dari tujuh
kali perminggu dan lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu, sebagian besar
memiliki IMT normal, diikuti dengan responden yang memiliki IMT overweight,
Menurut ulasan literature yang dilakukan oleh Mark A., secara keseluruhan
faktor perancu lainnya yang berkontribusi pada penambahan berat badan. Hal ini
penelitian tentang topik ini.29 Hal yang serupa terjadi pada penelitian ini yang
variabel yang diteliti dalam satu waktu sehingga tidak dapat mengukur variabel lain
yang menjadi faktor dalam penambahan berat badan. Berat badan dan tinggi badan
dalam penelitian ini diambil dengan cara tanya jawab, dan bukan pengukuran
Bedasarkan gambar 4.1 tentang jenis SSB yang dikonsumsi responden yang
stres dan tidak stres, didapatkan bahwa tiga jenis SSB yang paling sering
dikonsumsi baik oleh responden yang stres maupun tidak stres adalah teh manis,
lalu kopi manis, dan minuman berperisa buah. Gambaran konsumsi teh manis pada
penelitian ini sesuai dengan tren minum teh di dunia, dimana teh adalah jenis
minuman yang paling banyak dikonsumsi kedua setelah air putih.27 Berdasarkan
lokasi pengambilan data pada penelitian ini, sebanyak 80 dari 169 orang atau
orang-orang berbudaya sunda. Orang Sunda memiliki banyak kearifan lokal dalam
budaya mereka, salah satunya adalah budaya meminum teh tanpa ditambah gula,
seperti yang terlihat pada penelitian ini dimana jumlah responden yang tidak pernah
mengonsumsi teh manis, lebih banyak yang tinggal di Bandung (29 orang) daripada
yang tidak tinggal di Bandung (24 orang) sebaliknya yang mengonsumsi teh manis
setiap hari, lebih banyak yang tidak tinggal di Bandung (10 orang) daripada yang
teh manis setiap hari, seluruhnya mengalami stres. Hasil penelitian ini mendapatkan
teh manis, walaupun dalam budaya lingkungannya, tidak biasa mengonsumsi teh
manis.
Sama seperti teh, konsumsi minuman kopi juga sangat berkembang di Indonesia
didukung oleh data dari International Coffee Organization, dimana konsumsi kopi
di Indonesia melonjak hingga 174% dari tahun 2000 hingga tahun 2016. Menurut
buah di indonesia tumbuh rata-rata per tahun sebesar 4,9% karena adanya merek-
keempat oleh responden yang mengalami stres yaitu sebanyak 34 dari 129 orang
atau 26% sedangkan pada responden yang tidak mengalami stres, minuman
berkarbonasi adalah jenis SSB kedua paling sedikit dikonsumsi yaitu sebanyak 2
dari 40 orang atau 5%. Hasil gambaran ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh zumin shi et al. yang menyatakan bahwa konsumsi minuman
50
Australia30.
Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi jumlah gula rata-rata harian dalam SSB
jumlah gula rata-rata harian kurang dari 25 gram, yaitu sebanyak 119 dari 169 orang
responden atau 70% sedangkan responden yang mengonsumsi gula lebih dari sama
dengan 25 gram hanya 50 dari 169 orang responden. Hal ini berarti sebanyak 70%
responden tidak mengonsumsi gula lebih dari jumlah gula harian yang
mengonsumsi gula ≥25 gram perhari dari SSB. Hal ini berarti 37% responden stres
mengonsumsi gula lebih dari jumlah yang direkomendasikan WHO hanya dari
konsumsi SSB saja, dan apabila tidak diimbangi dengan mengatur asupan gula dari
sumber lain maka akan lebih berisiko mengalami diabetes mellitus di kemudian
hari. Pada populasi responden yang tidak stres didapatkan hanya 5% yang
mengonsumsi jumlah gula ≥25 gram perhari dari SSB sedangkan yang
1. Data gambaran konsumsi SSB yang didapat pada penelitian ini sangat
2. Data jumlah gula dalam satuan gram pada penelitian ini didapatkan dari
yang dikonsumsi responden, takaran standar sendok makan dan sendok teh,
5.1 Simpulan
konsumsi Sugar Sweetened Beverages lebih tinggi pada individu stres dan jumlah
asupan gula Sugar Sweetened Beverages yang melebihi batas rekomendasi lebih
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, kesimpulan yang bisa
diambil adalah ;
dari sama dengan tujuh kali perminggu (≥7x/Minggu ) yaitu 80 dari 129
orang (62%) sedangkan pada populasi mahasiswa tidak stres lebih banyak
mahasiswa stres dan tidak stres adalah teh manis, kopi manis dan minuman
berperisa buah.
3. Jumlah gula rata-rata harian pada 37% populasi mahasiswa stres melebihi
46
47
oleh WHO.
5.2 Saran
antara stres dan konsumsi minuman manis, dan dapat dijadikan data
dengan cara yang sehat sehingga mahasiswa dapat mengontrol gaya hidup
LAMPIRAN
Lampiran 1
LAMPIRAN
Lampiran 2
Kuesioner BEVQ dan Petunjuknya.
50
Lampiran 3
51
Lampiran 4
52
Keterangan : Jumlah responden total kuesioner adalah 184, yang tidak masuk kriteria inklusi
sebanyak 15 orang.
54
Dengan menggunakan jumlah responden 20 , maka diketahui r tabel untuk N 20 dan signifikansi
5%, adalah 0.378, sehingga dapat dikatakan 10 item pertanyaan adalah valid.
Keterangan : uji reabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai apla >0.60 maka
pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Dengan hasil seperti ini dapat
dikatakan pertanyaan didalam K10 adalah reliabel.
55
Lampiran 9 dokumentasi
56
DAFTAR PUSTAKA