Anda di halaman 1dari 89

MATRIKS REVISI SIDANG SKRIPSI

FREKUENSI, JUMLAH DAN JENIS KONSUMSI SUGAR SWEETENED BEVERAGES PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN..UNISBA TINGKAT 2,3 DAN 4 YANG STRES DAN TIDAK STRES
Yang diajukan pada saat sidang skripsi oleh,

FATIMAH PUTRI NUR WIJAYANTI (10100117066)

Sabtu 09 Januari 2021, pukul 10.00-10.50 WIB

Pembimbing I : Dr Basuki Hidayat dr.,SpKN(K) I


Pembimbing II : Nuri Amalia, dr., SpS.
Pembahas I : Buti Azhali, dr.,SpA. M.Kes.
Pembahas II : Gatot C Pratama, dr., SpS.
No Nama Pembahas/Pembimbing Usulan Revisi Hasil Revisi Tanda Tangan

1. Pembimbing I 1. Latar belakang, kata asing 1. Terlampir dalam Latar Belakang. Pembimbing I
ditulis tegak, Bahasa 2. Terlampir dalam halaman 27
Dr. Basuki Hidayat dr., Sp.KN(K) Indonesia ditulis miring? 3. Terlampir pada halaman 21
2. Bagaimana SSB dapat 4. Terlampir pada halaman 33
5. Terlampir pada halaman 48
mempengaruhi metabolism
6. Telah dihilangkan dari
lemak pada orang yang keterbatasan penelitian
stress?
3. Stress eating; apa maknanya?
4. Hasil uji coba kuesioner?
5. Mengapa kopi dan the manis Dr. Basuki Hidayat dr.,
paling banyak? Sp.KN(K)
6. Keterbatasan pengetahuan
peneliti? Nilainya jadi kurang
No Nama Pembahas/Pembimbing Usulan Revisi Hasil Revisi Tanda Tangan

2. Pembimbing II 1. Pembimbing II

Nuri Amalia, dr., SpS.

Nuri Amalia, dr., SpS.


No Nama Pembahas/Pembimbing Usulan Revisi Hasil Revisi Tanda Tangan

3. Pembahas I 1. Deskriptif menggunakan 1. Judul gambaran telah dihilangkan Pembahas I


judul gambaran? 2. Kata populasi dihilangkan
Buti Azhali, dr.,SpA. M.Kes 2. Kata populasi pada judul 3. Kalimat periode Oktober-
sebaiknya dihilangkan Desember telah dihilangkan
4. Terlampir perubahan pada
3. Periode okt-desember dpt
halaman 29
dihilangkan 5. Terdapat dalam keterbatasan
4. Populasi terjangkau? penelitian
5. Kesulitan mendapatkan 6. Seluruh tabel sudah diperbaiki tata Buti Azhali, dr.,SpA. M.Kes.
jumlah gula absolut. letaknya, kecuali tabel pada
6. Tabel jangan terpotong. halaman 38 karena merupakan
tabel yang panjang.
No Nama Pembahas/Pembimbing Usulan Revisi Hasil Revisi Tanda Tangan

4. Pembahas II 1. Tatatulis, kesalahan ketik. 1. Telah dilakukan pengecekan ulang Pembahas II


2. Istilah Bahasa asing 2. Telah dilakukan pada kata yang
Gatot C Pratama, dr., SpS dijelaskan, bila
memungkinkan dicari memungkinkan
pandanannya dalam Bahasa 3. Terlampir pada halamn 47
Indonesia 4. Terlampir pada halaman 38
3. IMT tidak dibahas
4. Mhs yg paling banyak stress
dari tingkat berapa?

Gatot C Pratama, dr., SpS.


FREKUENSI, JUMLAH DAN JENIS KONSUMSI SUGAR
SWEETENED BEVERAGES PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN..UNISBA TINGKAT 2,3 DAN 4 YANG STRES
DAN TIDAK STRES

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir


Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
FATIMAH PUTRI NUR WIJAYANTI
10100117066

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
FREKUENSI, JUMLAH DAN JENIS KONSUMSI SUGAR
SWEETENED BEVERAGES PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNISBA TINGKAT 2,3 DAN 4 YANG STRES
DAN TIDAK STRES

SKRIPSI

FATIMAH PUTRI NUR WIJAYANTI

10100117066

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat


oleh nama yang disebutkan diatas telah diperiksa dan
direvisi secara lengkap dan memuaskan sehingga dapat
diajukan dalam sidang skripsi

Bandung, Desember 2020

Pembimbing I

Dr Basuki Hidayat, dr.,SpKN(K)


NIP. 19690313 1997021001

Pembimbing II

Nuri Amalia, dr., SpS.


NIDK: 8815823420

ii
Skripsi ini akan dipertahankan oleh penulis di dalam
seminar yang diadakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
pada tanggal 09 Januari 2020
yang dihadiri oleh

Pembimbing I : Dr Basuki Hidayat dr.,SpKN(K)


Pembimbing II : Nuri Amalia, dr., SpS.
Pembahas I : Buti Azhali, dr.,SpA. M.Kes.
Pembahas II : Gatot C Pratama, dr., SpS.

iii
MOTTO

"Maka sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama


setiap kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan,
tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu
berharap “ –Al-Insyirah 5-8

iv
ABSTRAK

Stres telah banyak diteliti sebagai faktor risiko penyakit kronis. Salah satu aspek
yang menghubungkan stres dan penyakit kronis adalah fenomena stress eating
dimana individu stres cenderung memilih makanan yang menimbulkan perasaan
puas dan identic, namun kurang memperhatikan aspek kesehatan. Fenomena stres-
eating pada minuman belum banyak diketahui. Sugar Sweetened Beverages (SSB)
adalah minuman ditambah pemanis untuk menambah rasa. Tren dan tingginya
konsumsi SSB merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan
risiko terjadi obesitas dan DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada populasi yang stres dan
tidak stres dilihat dari frekuensi, jenis dan jumlah gula. Jenis penelitian
observasional dengan pendekatan cross-sectional dan desain deskriptif kuantitatif.
Populasi penelitian adalah Mahasiswa FK UNISBA sebanyak 169 orang dipilih
dengan metode simple random sampling. Pengambilan data stres menggunakan
skala distress psikologis Kessler dan data konsumsi SSB dengan Beverage intake
Questionnare-15 (BEVQ-15). Didapatkan subjek penelitian 76% stres dan 24%
tidak stres. Frekuensi konsumsi SSB pada subjek stres ≥7 kali perminggu 62%, <7
kali perminggu 38%, pada subjek tidak stres ≥7 kali perminggu 15% <7 kali
perminggu 85%. Jenis SSB yang paling banyak dikonsumsi subjek stres dan tidak
stres adalah teh manis, kopi manis dan minuman berperisa buah dan subjek yang
stres lebih banyak yang mengonsumsi minuman berkarbonasi. Jumlah gula rata-
rata ≥25 gram perhari pada 37% subjek stres dan 5% subjek tidak stres. Kesimpulan
pada penelitian ini adalah individu yang stres memiliki frekuensi konsumsi SSB
lebih tinggi dan individu stres lebih banyak yang mengonsumsi jumlah gula dari
SSB melebihi batas.

Kata Kunci : stres, kesehatan mental, Sugar sweetened Beverages.

v
ABSTRACT

Stress has been widely researched as a risk factor for chronic disease. One aspect
that connects stress and chronic disease is the phenomenon of stress eating, where
stressed individuals tend to choose foods that make them feel satisfied, but pay less
attention to health aspects. The phenomenon of stress-eating in drinks is not well
known. Sugar Sweetened Beverages (SSB) are drinks added with sweeteners to add
flavor. The trend and high consumption of SSB is a public health problem because
it is associated with the risk of obesity and type 2 diabetes. This study aims to
determine the description of consumption of Sugar Sweetened Beverages in stressed
and non-stressed populations in terms of frequency, type and amount of sugar. This
type of research is observational with a cross-sectional approach and quantitative
descriptive design. The study population was 169 FK UNISBA students selected by
simple random sampling method. Stress data collected with the Kessler
psychological distress scale and SSB consumption data with Beverage intake
Questionnaire-15 (BEVQ-15). It was found that 76% of the subjects were stressed
and 24% were not stressed. The frequency of SSB consumption in stressed subjects
≥7 times per week is 62%, and <7 times per week is 38%, in non-stressed subjects
≥7 times per week 15% <7 times per week 85%. The types of SSB most consumed
by stressed and non-stressed subjects were sweet tea, sweet coffee and fruit-
flavored drinks and the stressed subjects consumed more carbonated drinks. The
average amount of sugar ≥25 grams per day in 37% of stressed subjects and 5% of
non-stressed subjects. The conclusion of this study is that individuals who are
stressed have a higher frequency of SSB conumption and individuals who are
stressed consume more amount of sugar that exceed the recommended limit.

Keywords: stress, mental health, Sugar Sweetened Beverages.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan Karunia-Nya Saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages pada Populasi

Mahasiswa Fakultas Kedoktern UNISBA yang Stres dan Tidak Stres”.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program pendidikan kedokteran Universitas Islam

Bandung Tahun 2020/2021. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai efek stres terhadap perilaku

tidak sehat.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini Saya menerima banyak

bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Saya menyadari bahwa

penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada:

1. Untuk kedua orang tua saya Moch. Imam Arba’I dan Nina Herniati

terimakasih atas doa dan semangat yang telah diberikan kepada saya, serta

kasih sayang yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat

mencapai titik ini dalam hidup saya.

2. Dr Basuki Hidayat, dr., SpKN(K). selaku pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktu untuk membimbing saya di tengah kesibukan beliau,

memberi arahan dalam menulis, memberi saran yang baik dan mendukung

saya untuk menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

vii
3. Nuri Amalia, dr., SpS. selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaan waktu

dalam membimbing, menyemangati dan memberi saran serta membantu

mengarahkan penulisan yang lebih baik juga mendukung saya untuk

menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

4. Buti Azhali, dr.,SpA. M.Kes. selaku penelaah yang berkenan meluangkan

waktu untuk menguji,dan membahas menelaah penulisan dan memberi

saran yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

5. Gatot C Pratama, dr., SpS. selaku penelaah yang berkenan meluangkan

waktu untuk menguji,dan membahas menelaah penulisan dan memberi

saran yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

yang senantiasa membantu mengarahkan, memfasilitasi dan memotivasi

mahasiswa Spectrin agar sidang tepat waktu.

7. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung atas segala

ilmu yang diberikan tanpa lelah dan keluhan.

8. Yang saya sayangi seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Bandung khususnya Nyayu Mevia selaku teman sebimbingan saya,

Bisma Athur selaku ketua angkatan spectrin, Ihsani Putri, Rizky Pratama

dan para responden yang membantu saya dalam proses penyusunan skripsi

ini.

9. Yang saya cintai dan saya rindukan, nenek dan kakek saya Aisyah

Rikardayati dan Edeng Sumadiwangsa yang selalu mendukung dan percaya

bahwa saya bisa menjadi orang sukses.

viii
10. Sahabat tercinta saya Syifa Ade, Nur Azizah, Cardliy, dan Ananda sari

terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.

11. Adik dan kakak yang saya cintai, Annisa Prameswari dan Musa Tegar

Pambudi terimakasih telah menjadi inspirasi bagi saya untuk terus hidup

lebih baik.

12. Yang saya cintai uwa ulu dan uwa eteh yang selalu mendukung saya dalam

menjalani perkuliahan di Bandung, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan masukkan dan saran untuk

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan ilmu

yang berguna dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Bandung, Desember 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

BAB I .......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian .................................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Akademik............................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................................. 5
BAB II .....................................................................................................................7

2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................................... 7


2.1.1 Stres ....................................................................................................................... 7
2.1.1.1 Definisi Stres................................................................................................... 7
2.1.1.2 Klasifikasi Stres .............................................................................................. 9
2.1.1.3 Unsur dalam Stres ......................................................................................... 11
2.1.1.4 Fisiologi Stres ............................................................................................... 13
2.1.1.5 Tahapan Stres ................................................................................................ 14
2.1.1.6 Tingkat Stres dan Alat Ukur Stres ................. Error! Bookmark not defined.
2.1.1.7 Respon Stres ................................................................................................. 17
2.1.1.8 Stres dan Penyakit ......................................................................................... 19
2.1.1.9 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran ................................................. 20
2.1.2.11 Stres dan Eating Behaviour ........................................................................ 21
2.1.2 Sugar Sweetened Beverages (SSB) ...................................................................... 26
2.1.2.1 Definisi SSB ................................................................................................. 26
2.1.2.2 Sugar Sweetened Beverages dan Penyakit.................................................... 26
2.1.2.3 Jenis SSB ...................................................................................................... 27
BAB III ..................................................................................................................29

x
3.1.1 Populasi Penelitian ............................................................................................... 29
3.1.1.1 Populasi Target ............................................................................................. 29
3.1.1.2 Populasi Terjangkau...................................................................................... 29
3.1.2 Subjek Penelitian ................................................................................................. 29
3.1.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 29
3.1.4 Kriteria inklusi ..................................................................................................... 30
3.1.5 Kriteria eksklusi ................................................................................................... 30
3.2 Metode Penelitian ................................................................................................... 31
3.2.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 31
3.2.2 Variabel Penelitian ........................................................................................... 31
3.2.3 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 33
3.2.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 35
3.2.5 Analisis Data .................................................................................................... 35
3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 36
3.2.7 Aspek Etika Penelitian ..................................................................................... 36
BAB IV ..................................................................................................................38

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................38

10.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 38


10.1.1 Karakteristik Mahasiswa Responden Berdasarkan Keadaan Stres dan
Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi Sugar Sweetened Beverages..... 39
4.1.2 Analisis Deskriptif Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi
Sugar Sweetened Beverages (SSB) pada Mahasiswa yang Stres dan Tidak Stres. .. 41
4.2 Pembahasan ............................................................................................................ 43
4.3 Keterbatasan Penelitian........................................................................................... 51
BAB V ...................................................................................................................46

5.1 Simpulan ................................................................................................................. 46


5.1.1 Simpulan Umum .............................................................................................. 46
5.1.2 Simpulan Khusus ............................................................................................. 46
5.2 Saran ....................................................................................................................... 47
5.2.1 Saran Akademis ............................................................................................... 47
5.2.3 Saran Praktis ............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Sistem Scoring DASS21 .......................................................................17

Tabel 2. 2 Perbedaan Homoestatic Eating dan Stress Eating ................................23

Tabel 2. 3 Kandungan gula dalam contoh SSB18 ...................................................27

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian..............................................32

Tabel 3. 2 Waktu Penelitian ...................................................................................36

Tabel 4. 1 Karakteristik Mahasiswa Responden Berdasarkan Tingkat Stres dan

Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi Sugar Sweetened Beverages. 38

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaaan Stres .............................39

Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Sugar

Sweetened Beverages.............................................................................................40

Tabel 4. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Konsumsi Sugar Sweetened

Beverages. ..............................................................................................................40

Tabel 4. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Gula Sugar Sweetened

Beverages. ..............................................................................................................41

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada

Responden yang Stres dan Tidak Stres. .................................................................41

Tabel 4. 7 Distribusi Jumlah Gula Rata-Rata dalam Sugar Sweetened Beverages

pada Responden yang Stres dan Tidak Stres. ........................................................43

Tabel 4. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres.................................43

Tabel 4. 9 Distribusi Tingkat Perkuliahan Berdasarkan Keadaan Stres. ...............44

xii
Tabel 4. 10 Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Frekuensi Konsumsi

SSB. .......................................................................................................................47

Tabel 4. 11 Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Frekuensi Konsumsi

SSB. .......................................................................................................................49

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Fisiologi Stres ...................................................................................14

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian .......................................................................35

Gambar 4. 1 Grafik Batang Jenis Konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada

Responden yang Stres dan Tidak Stres. .................................................................42

Gambar 4. 2 Grafik Garis Persentase Frekuensi Konsumsi Sugar Sweetened


Beverages Responden pada Tingkat Stres yang Berbeda. .....................................46

xiv
DAFTAR ISTILAH

APA : American psychology association

BEVQ-15 : Beverages intake questionnare

DM tipe 2 : Diabetes mellitus tipe 2

GAS : General adaptation syndrome

HPA : Hypothalamus ptituary adrenal

SSB : Sugar sweetened beverages

WHO : World health organization

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres adalah hal yang sangat umum. Seiring bertambahnya usia dan

berkembangnya zaman, manusia akan terpapar hal yang membuat mereka

mengalami stres. Definisi stres pertama kali dan yang paling umum digunakan

adalah istilah yang dinyatakan oleh Hans Selye.1 Hans Selye menyatakan bahwa

stres adalah respon non-spesifik tubuh terhadap tuntutan apapun. Menurut Kessler,

(dalam Mahmood & Ghaffar, 2014) stres merupakan keadaan ketegangan mental

yang dihasilkan oleh beberapa macam tekanan yaitu tekanan psikologis, sosial dan

tekanan fisik.2 Suatu tekanan atau kondisi yang menyebabkan stres disebut stresor.

Stres terjadi ketika kondisi atau tuntutan secara subjektif dinilai melebihi

kemampuan sumber daya individu untuk menanganinya dan dapat memicu respon

emosional dengan tujuan untuk pertahanan diri, seperti merasa takut, khawatir, dan

perilaku lainnya untuk pertahanan diri yang optimal.

Dalam dunia mahasiswa, stres yang dirasakan terutama adalah stres yang

berhubungan dengan akademik dengan berbagai stresor, seperti tuntutan akademis,

tuntutan keuangan, tuntutan waktu, masalah kesehatan dan self imposed stressor.

Banyaknya penelitian-penelitian sebelumnya mengenai stres di lingkungan

akademik menunjukkan bahwa stresor akademik adalah model yang baik untuk

stres yang terjadi secara alami pada manusia.3

1
2

Pada orang dewasa kondisi stress akan mempengaruhi pilihan asupan

makanan. Beberapa penelitian mendapatkan kecenderungan memilih jenis

makanan yang tinggi kalori, karbohidrat dan sodium (energy-dense food) yang

identik dengan istilah Comfort food.4 Comfort food adalah istilah utuk jenis

makanan yang dapat menimbulkan perasaan puas, sehingga dirasa dapat

meminimalisir beban emosional dari stresor yang dialami.5 Pada penelitian yang

dilakukan oleh Debra A. Zellner et.al, mendapatkan bahwa individu yang

mengalami stres lebih banyak memilih coklat untuk camilan, sedangkan individu

yang tidak stres lebih banyak memilih buah anggur sebagai camilan.6 Asupan

makanan jenis dalam jangka panjang diketahui dapat mengakibatkan gangguan

metabolisme yang dapat memunculkan perbagai penyakit kronis, seperti penyakit

kardiovaskuler, arthritis, maupun diabetes melitus tipe 2.7

Penelitian mengenai gambaran konsumsi minuman dengan kalori tinggi

seperti minuman manis pada individu yang mengalami stres masih terbatas, oleh

karena itu peneliti ingin mengetahui apakah stres juga akan mempengaruhi pilihan

minuman individu, seperti pada makanan.

Sugar Sweetened Beverage (SSB) adalah minuman yang dimaniskan

dengan tambahan gula, termasuk soda, jus, minuman energi, minuman olahraga,teh

manis dan minuman kopi. SSB adalah kontributor utama tambahan gula dalam

asupan gizi sehari-hari.8 Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi

minuman manis tinggi di berbagai belahan di dunia, terutama negara-negara

berpenghasilan menengah, seperti Indonesia. Konsumsi SSB menggambarkan

kualitas diet yang buruk karena mengandung gula dalam jumlah besar, nilai nutrisi

yang kecil, dan tidak menghasilkan rasa kenyang seperti makanan padat.9 Tidak
3

adanya rasa kenyang setelah mengkonsumsi SSB menyebabkan individu tidak

mengkompensasi dengan makan lebih sedikit. Akibatnya, asupan energi total akan

meningkat, apabila tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang.

Dalam jangka waktu lama hal tersebut akan menyebabkan kenaikan berat badan

yang tidak sehat, sehingga individu lebih berisiko terkena penyakit metabolik

seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes mellitus tipe 2. Hal yang

sama seperti pada kondisi mengkonsumsi comfort food dalam jangka panjang.

Penelitian oleh Onyanehi U. tahun 2019 di Amerika Serikat menunjukkan

bahwa mengonsumsi satu atau lebih SSB perhari berhubungan dengan kesehatan

mental yang buruk. Penelitian ini menjadi salah satu penelitian pertama yangstres

mungkin mempengaruhi pilihan minuman individu, seperti pada makanan. Peneliti

ingin mengetahui gambaran konsumsi Sugar-Sweetened Beverages pada individu

yang stres di Indonesia khususnya pada usia dewasa muda. Peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang gambaran konsumsi Sugar Sweetened Beverages

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang stres dan

tidak stres. Hal ini diperlukan untuk memprediksi efek merugikan stres terhadap

kesehatan dan diharapkan bisa menjadi masukan untuk mencegah penyakit kronis.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana gambaran konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada populasi

stres dan tidak stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung tingkat dua,tiga dan empat periode Oktober-Desember tahun 2020 ?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengumpulkan data jenis serta menghitung frekuensi dan jumlah gula

dalam konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung pada populasi mahasiswa stres dan tidak

stres.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

1. Menghitung frekuensi berdasarkan pola konsumsi SSB pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang stres

dan tidak stres periode Oktober-Desember tahun ajaran 2020-2021.

2. Menghitung jumlah asupan gula berdasarkan asupan SSB pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang stres

dan tidak stres periode Oktober-Desember tahun ajaran 2020-2021.

3. Mengelompokkan jenis-jenis SSB yang dipilih pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang stres dan tidak

stres periode Oktober-Desember tahun ajaran 2020-2021

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi penelitian awal yang

menggambarkan konsumsi SSB pada populasi stres dan tidak stres dengan

desain observasi deskriptif untuk memahami secara mendalam efek stres

terhadap perilaku mengkonsumsi minuman yang tidak sehat.


5

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan kepada mahasiswa

supaya memperhatikan pilihan minumannya pada saat stres. Karena apabila tidak

dikendalikan, konsumsi minuman SSB akan menyebabkan kenaikan berat badan

yang tidak sehat sehingga individu lebih beresiko terkena penyakit metabolic

seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes mellitus tipe 2.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Stres

2.1.1.1 Definisi Stres

Hal yang penting ketika seorang peneliti ingin meneliti stres adalah

mendefinisikan stres. Stres adalah istilah yang sangat universal, memiliki konsep

yang luas, ambigu dan berkaitan dengan berbagai fenomena dan definisi,

tergantung sudut pandangnya. Penulis akan mencoba mendefinisikan stres dari

sudut pandang biologis dan psikologis. Menurut ulasan literatur yang dilakukan

oleh Amir Mohammad et.al (2015), ditemukan 11 definisi stres yang paling

dominan 10. Dalam tinjauan pustaka ini, hanya dicantumkan definisi menurut Hans

Selye (1946), Walter B Cannon (1920), Lazarus & Folkman (1984), Falsetti et.al

(2005), dan American Psychiatric Association (2014).

Hans Selye (1946) seorang dokter endokrinologi mendefinisikan stres

sebagai respon nonspesifik tubuh terhadap tuntutan apapun. Selye mengobservasi

dalam penelitiannya bahwa tubuh akan merespon stresor apapun dengan pola

biologis yang terprediksi. Karena stresor apapun menyebabkan sindrom yang sama,

beliau menamakan respon ini sebagai General Adaptation Syndrome 11.

Walter B Cannon (1920) seorang fisiologis, mengimplikasikan bahwa stres

adalah respon tubuh terhadap stimulus yang mengganggu homoestasis, baik

7
8

stimulus fisik maupun psikologis. Beliau melakukan studi sistematis mengenai

hubungan stres terhadap penyakit, hasilnya ditemukan bahwa dalam merespon

stres, syaraf simpatis akan terstimulasi yang bertujuan untuk menghilangkan

sumber terkanan (stres) dengan cara menghadapi sumber stimulus atau melarikan

diri. Istilah popular untuk respon ini adalah fight or flight responses 12.

Lazarus & Folkman (1984) guru dan murid dalam bidang psikologi,

menyatakan bahwa stres adalah keadaan internal yang diakibatkan oleh penilaian

individu terhadap tuntutan fisik atau kondisi lingkungan dan sosial disekitar

individu yang dinilai berpotensi membahayakan, tidak dapat dikendalikan atau

melebihi sumber daya individu untuk mengatasinya. Keadaan ini akan membuat

individu mempunyai strategi coping coping strategies yaitu perbuatan individu

untuk mengelola emosi atau secara langsung mengatasi stresor itu sendiri. Proses

coping ini menghasilkan hasil yang dinilai kembali sebagai menguntungkan

(favorable), tidak menguntungkan (unfavorable), atau tidak terselesaikan

(unresolved). Penyelesaian stres yang dinilai menguntungkan bagi individu akan

menimbulkan emosi positif. Penyelesaian yang dinilai tidak menyenangkan atau

tidak terselesaikan, akan menimbulkan tekanan dan memprovokasi individu untuk

mempertimbangkan opsi coping lebih lanjut untuk mencoba mengatasi pemicu stres
10
.

Menurut Kaplan dan Sadock (2007) dalam buku ajar psikiatri, stres

didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengganggu kondisi fisiologis dan

psikologis dari individu. Definisi serupa juga dinyatakan oleh Falsetti et.al (2005),

yang mendefinikan stres sebagai pengalaman emosional tidak menyenangkan, yang

disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, dan perilaku yang terprediksi karena
9

tujuannya untuk mengatasi stresor. Silverman, et al. (2010) menyatakan bahwa stres

adalah reaksi tubuh yang membutuhkan respon, regulasi, dan adaptasi fisiologis,

psikologis, dan emosional. Menurut American Psychiatric Association (2014), stres

didefinisikan sebagai perasaan kewalahan, khawatir, hancur, tertekan, lelah dan

lesu. Stres dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun psikologis.

Dari definisi-definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres secara

sederhana adalah kumpulan respons, hasil, dan pengalaman yang berkaitan dengan

adaptasi individu terhadap stresor. Adaptasi terhadap stres berupa adaptasi

fisiologis dan psikologis. Secara fisioliogis, stres akan menyebabkan respon

General Adaptation Syndrome dan stimulasi syaraf simpatis yang menyebabkan

flight or fight response yang meningkatkan keadaan siaga dan mobilisasi sumber

daya biokimiawi untuk mengatasi atau menghindar dari stresor. Secara psikologis,

suatu tuntutan yang dinilai individu mengancam, akan menyebabkan individu

melakukan strategi coping berupa perilaku untuk mengendalikan emosi atau

mengatasi stresor itu sendiri.

2.1.1.2 Klasifikasi Stres

Stres bisa diklasifikasikan berdasarkan sifatnya (psikologis dan fisiologis),

pengaruhnya terhadap individu (positive eustress dan negative distress), dan waktu

paparan stresor (stres akut dan stres kronik).

Stres fisiologis adalah pengalaman sensorik, emosional, dan subjektif yang

dikaitkan dengan potensi kerusakan jaringan tubuh dan ancaman tubuh (Tracey,

2005). Kondisi tubuh yang berbeda dapat memenuhi kriteria ini, misalnya penyakit,

rasa sakit, kelaparan, stres oksidatif , dan lain-lain (Colaianna et al., 2013). Stres
10

psikologis adalah hubungan individu dengan lingkungannya dimana seorang

individu menilai keadaan atau kondisi dalam lingkungannya sebagai ancaman.

Kondisi yang memenuhi kriteria ini, misalnya rasa tidak percaya diri, kematian

seseorang yang disayangi, persaingan di tempat kerja, pencapaian akademik yang

tidak sesuai harapan, dan lain-lain.

Menurut Selye, berdasarkan persepsi subjektif individu, stres dibagi

menjadi eustress dan distress. Distress adalah stres yang dirasakan tidak

menyenangkan. Distress menyebabkan individu mengalami rasa cemas, ketakutan,

khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang

negatif (misalnya,depresi dan anxiety), dan timbul keinginan untuk

menghindarinya. Eustress merupakan stres yang bersifat menyenangkan dan dan

dinilai individu sebagai pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat

meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performa individu.

Menurut lama waktu terpapar, stres dibagi menjadi stres akut dan stres

kronis. Stres akut atau short-term stress membantu tubuh dan pikiran untuk

melakukan reaksi yang cepat dalam mengatasi stresor contohnya saat individu

terpapar panas, secara otomatis akan menghindar (stres fisik), atau saat merasa malu

individu tanpa sadar akan tertawa untuk mengurangi rasa malu (stres psikologis) .

Dalam teori General Adaptive Syndrome (GAS) oleh Selye, stres akut disamakan

dengan flight or fight response. Stres ini meningkatkan produktivitas individu

dengan meningkatkan alertness dan motivasi dalam bekerja. Episodic Acute Stress

adalah jenis stres akut yang berasal dari situasi berulang dalam kehidupan,

contohnya ujian semester pada siswa atau masalah kesehatan yang berulang. Stres

ini sering terjadi pada “Type A person”, seseorang dengan karakteristik ambisius,
11

kompetitif, tidak sabar, fokus pada kuantitas, dan rasa urgensi yang tidak realistis.

Stres kronik adalah stres berkepanjangan. Episodic Life Stress bisa menjadi stres

kronik apabila individu tidak mengatasi stres dengan baik atau menghindar dari

stresor, sehingga stres dialami berkepanjangan. Kondisi penyebab stres kronik

antara lain, tuntutan finansial, masalah pernikahan, penyakit kronis, tekanan

akademik, pekerjaan caregivers, dan lain lain.

2.1.1.3 Unsur dalam Stres

Unsur stres menurut Hardjana (1994) ada tiga, yaitu penyebab stres

(stresor), orang yang stres (the stressed) dan hubungan orang yang mengalami stres

dan penyebab stres (transaction).

1) Penyebab stres (stresor)

Stresor adalah segala sesuatu keadaan fisik atau psikososial yang

diidentifikasi menyebabkan respon stres. Stres adalah keadaan yang

ditimbulkan oleh stresor. Stres terjadi apabila stresor dianggap atau

dirasakan membahayakan bagi individu yang menyebabkan kecemasan.

Menurut Radmund (2004), stresor bisa berupa stresor biologik,

stresor fisik,stresor kimia, stresor sosial atau psikologik, dan stresor

spiritual. Menurut Sheerwood (2013), stresor bisa berupa stresor fisik,

stresor kimia, stresor fisiologik, infeksi, stresor psikologis dan stresor sosial.

Semua stresor ini menghasilkan respon stres non-spesifik yang serupa, yang

disebut sebagai General Adaptation Syndrome.

2) Individu yang mengalami stres (the distressed)

Dari segi individu yang terpapar stresor, terjadinya stres

bergantung pada respon individu yang dipengaruhi oleh aspek-aspek


12

dalam individu tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud secara garis

besar adalah kemampuan individu mempersepsikan stresor dan

sumber daya mental, fisik dan lingkungan yang dimiliki individu

untuk mengatasi stresor (mis. kesabaran, uang, otot yang kuat

berlari, keluarga yang mendukung).

3) Hubungan Individu yang mengalami stres dan stresor (transactional).

Hubungan individu yang mengalami stres dan stresor adalah

suatu proses. Menurut Lazarus, stres muncul bergantung lebih pada

cara individu menilai stresor dan kemampuan individu

menanggulangi stresor (appraisal) daripada jenis stresor itu sendiri.

Lazarus menyatakan ada dua tahapan cognitive appraisal penilaian

kognitif; penilaian primer dan penilaian sekunder.

Penilaian primer adalah evaluasi awal stresor ketika individu

menghadapinya pertama kali. Ada tiga kategori respon individu

terhadap situasi ini. Irrelevant dimana individu menilai stresor tidak

berkaitan denganya. Benign atau positive dimana individu menilai

stresor tidak mengancam atau berbahaya. Stressfull atau negative

dimana individu menilai stresor sebagai ancaman.

Penilaian sekunder adalah evaluasi individu terhadap

kemampuannya dalam menghadapai konsekuensi dari interaksinya

dengan stresor. Penilaian sekunder akan terjadi apabila individu

menilai stresor secara negatif atau stressfull pada penilaian primer.

Pada penilaian sekunder dua hal bisa terjadi. Apabila individu

menilai tidak ada yang bisa dilakukan untuk memodifikasi stresor


13

yang merugikan, mengancam atau berbahaya, maka akan terjadi

emotional focused coping. Strategi coping ini ditujukan untuk

mengurangi distress emosional lewat menghindar, memberi jarak,

memilih untuk tidak memberi perhatian (selective attention),

membandingkan diri dengan orang lain, dan menemukan hal positif

dalam pengalaman negatif. Apabila individu menilai stresor bisa

dimodifikasi agar menguntungkan baginya, maka akan terjadi

problem focused coping. Strategi coping ini ditujukan untuk

memperjelas masalah, membuat beberapa alternatif solusi, memilih

solusi dan melakukannya 13.

2.1.1.4 Fisiologi Stres

Secara fisiologis, stres adalah respon non-spesifik generalisata tubuh

terhadap setiap situasi yang mengancam homoestasis. Beberapa stresor dapat

menimbulkan respon spesifik yang khas terhadap stresor tersebut. Namun, semua

stresor dapat menimbulkan respon non-spesifik yang sama. Kumpulan respon

terhadap stresor yang non-spesifik disebut General Adaptation Syndrome (GAS).

Saat individu mengenali stresor, timbul respon dari sistem endokrin dan

sistem saram pusat untuk mempersiapkan tubuh menghadapi bahaya. Aktifnya

kedua sistem ini akan menghasilkan hasil berupa keadaan siaga dan mobilisasi

bahan biokimia untuk energy.

Kelenjar ptituary, kelenjar adrenal, sistem saraf simpatik dan hypothalamus

mensekresikan corticotropin releasing hormone (CRH). Aktivasi sistem ini

mengarahkan energi adaptif ke sistem saraf pusat dan bagian tubuh yang stres.
14

Gambar 2. 1 Fisiologi Stres


Dikutip dari : Sheerwood

2.1.1.5 Tahapan Stres

General Adaptation Syndrome (GAS) adalah teori yang dicetuskan oleh

Hans Selye. Dalam teori ini, ada tiga tahap perkembangan stres yaitu alarm stage,

resistance atau adaptasi, dan exhaustion.

1) Alarm Stage

Alarm stage adalah keadaan dimana sistem saraf pusat terstimulasi dan

pertahanan tubuh terjadi (flight or fight). Sistem saraf simpatis terstimulasi

sehingga muncul gejala tidak enak badan, jantung berdebar, dan sakit

kepala.

2) The Stage of Resistance

Merupakan respon tubuh dalam memobilisasi respon flight or fight

, gejala-gejala alarm reaction mulai berkurang dan individu mulai berfokus

pada penyelesaian masalah atau lari dari masalah.


15

3) Exhaustion

Gejala kelelahan akibat paparan stresor berkepanjangan, sehingga

terjadi penurunan progresif adaptasi dapat menyebabkan halusinasi, delusi,

apatis, hingga psikosis.

2.1.1.6 Penentuan Stres, Tingkat Stres dan Alat Ukur Stres

Penentuan seseorang menderita stress, serta penentuan tingkat derajat

ringan beratnya stress dapat dilakukan dengan menggunakan Kessler

Psychological Distress Scale (K10). Alat ukur yang digunakan pada Kessler

Psychological Distress Scale (K10) adalah kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan yang berkaitan dengan gejala afek pada individu yang mengalami

distress dalam rentang waktu 4 minggu. Hasil Analisa kuesioner ini membagi

kondisi seseorang kedalam 4 tingkatan berdasarkan tingkat distress dan

kemungkinan untuk memiliki gangguan mental (mental disorder), seperti terlihat

dibawah ini:

Skor 10-19 = Tidak stres (likely to be well)

Skor 20-24 = Stres ringan (likely to have mild disorder)

Skor 25-29 =Stres sedang (likely to have moderate disorder)

Skor 30-50 = Stres berat (likely to have severe disorder)

Menurut Rasmun (2004), secara sederhana stres bisa dibagi dalam tiga tingkatan,

yaitu stres ringan, stres sedang dan stres berat.

1) Stres Ringan
16

Stres ringan adalah stres yang normal dan secara fisiologis tidak

merusak. Stres ringan sangat umum dan pernah dirasakan setiap

orang. Contoh situasi stres ringan adalah lupa, dikritik, berbicara di

depan publik dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi

dalam hitungan menit sampai jam dan berlalu setelah stresor

dihindari atau diselesaikan.

2) Stres Sedang

Stres sedang adalah stres yang berlangsung lebih lama, beberapa

jam hingga beberapa hari. Contoh situasi yang menyebabkan stres

sedang adalah masalah rumah tangga, dan pekerjaan yang belum

selesai.

3) Stres Berat

Stres berat adalah stres yang berlangsung selama beberapa minggu

hingga lebih dari satu tahun. Contoh masalah yang menyebabkan

stres berat adalah kematian orang yang dicintai.

Alar ukur lain yang dapat digunakan untuk mengukur stres yang paling

sering digunakan adalah ;

1) Perceived Stress Scale (PSS-10)

Perceived Stress Scale merupakan kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan yang menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu

bulan terakhir. Setiap jawaban akan diberi skor dan diakumulasikan kemudian

dikategorikan kedalam tiga tingkat stres.

Skor 0-13 = Low stress


17

Skor 14-26 =Moderate stress

Skor 27-40= High stress

2) Depression Anxiety Stress Scale 21

Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS21) sebuah set of three self-

report scales yang didesain untuk mengukur keadaan emosi depresi, ansietas, dan

stress. Didalam 21 pertanyaan dalam kuesioner tersebut, dapat diukur 3 skala

keadaan mental. Skala depresi menilai disforia, keputusasaan, devaluasi kehidupan,

penghinaan diri, kurangnya minat / keterlibatan, anhedonia dan inersia. Skala

kecemasan menilai autonomic arousal, efek pada otot rangka, kecemasan

situasional, dan pengalaman subjektif dari pengaruh cemas. Skala stres mendeteksi

kesulitan untuk rileks, gugup, mudah marah atau gelisah, terlalu reaktif dan tidak

sabaran.

Tabel 2. 1 Sistem Scoring DASS21


Depresi Kecemasan Stres

Normal 0-9 0-7 0-14


Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat Berat 28+ 20+ 34+

2.1.1.7 Respon Stres

Saat terpapar oleh suatu rangsangan yang menyebabkan stres, tubuh akan

merespon terhadap stresor , dalam usaha untuk melawan atau menghindar dari

bahaya, baik berbahaya secara fisik bagi tubuh maupun karena persepsi kognitif

individu yang menganggap suatu rangsangan sebagai ancaman. Respon fisiologis

tubuh akan dipersepsikan sebagai emosi oleh individu tersebut. Emosi kemudian
18

akan dipersepsikan sebagai perasaan terancam, sehingga membuat individu

menggunakan kemampuan kognitif untuk mengatasi atau menghindar dari stres.

Secara sederhana, respon stres terdiri dari respon fisiologis, respon psikologis, dan

coping strategies.

1) Respon Emosi
Respon emosi terhadap stresor dapat berupa perasaan takut dan cemas, atau

depresi.

2) Respon Psikologis
Fungsi dari respon psikologis adalah respon represif, yaitu proses mental

aktif yang tidak disadari, untuk mengatasi pengalaman traumatic. Respon ini dapat

berupa mati rasa, atau kesulitan mengingat kembali detil pengalaman yang

menyebabkan stres.

3) Coping Strategy
Coping Strategy dilakukan secara sadar untuk menyelesaikan,

meminimalisir, atau melakukan toleransi terhadap masalah yang bertujuan untuk

menghilangkan stresor. Coping strategy terbagi atas dua macam, yaitu Problem

Focused coping yang terdiri dari penyelesaian masalah, minimalisasi masalah, dan

membuat keputusan terhadap masalah. Apabila masalah tidak dapat diselesaikan

dengan Problem Focused Coping atau individu menilai masalah yang dihadapi

diluar kemampuannya, maka akan terjadi jenis Coping Strategy yang kedua yaitu

Emotional Focused Coping dapat berupa hal yang positif seperti berdo’a,

bersosialisasi, berolahraga atau menghindari masalah. Dapat juga berupa hal yang

negatif seperti banyak makan atau sedikit makan, konsumsi alkohol dan zat
19

antidepresan yang berlebihan, melepas emosi melalui agresi, atau mencedrai diri

sendiri dengan sengaja.

2.1.1.8 Stres dan Penyakit

Stres, terutama yang berlangsung dalam waktu yang lama (minggu-bulan),

telah banyak diteliti sebagai faktor risiko penyakit kronis. Stres juga dapat

mempercepat onset dan eksaserbasi penyakit individu yang sudah memiliki

penyakit. Pada penelitian oleh Harris ML et.al menyatakan bahwa tingkat stres yang

sedang/tinggi menyebabkan 1.7-2.4 kali terjadi artritis tiga tahun kemudian.14

Penelitian oleh orang yang sama juga menyatakan bahwa tingkat stres yang

sedang/tinggi berhubungan dengan 2.3 kali lipat risiko terjadi Diabetes Mellitus

Tipe 2 tiga tahun kemudian15. Namun ternyata hasil pernyataan ini inkosisten. Pada

meta-analisis yang dilakukan oleh Cosgrove et.al, tidak mendukung bahwa stres

psikososial berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.16 Pada penelitian yang

dilakukan oleh Norberg et.al di Swedia, stres dan dukungan emosional yang rendah

hanya meningkatkan resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita saja, namun tidak

pada pria17.

Stres dapat berkontribusi menjadi faktor resiko penyakit melalui dua cara;

efek neuroendokrin secara langsung dan efek perilaku tidak langsung. Saat stres,

stimulasi saraf simpatis akan menghambat sekresi insulin dan meningkatkan sekresi

kortisol sehingga gula darah lebih tinggi, serta membuat arteriol vasokontriksi

sehingga tekanan darah meningkat. Saat terpapar stres kronis, hormone ghrelin

menigkat secara kronis didalam darah sehingga nafsu makan meningkat18. Stres

menyebabkan individu memilih makanan yang hyperpalatable dan cenderung

membuat aktivitas fisik berkurang15.


20

Efek neuroendokrin secara langsung akan berpengaruh kuat pada individu

yang memiliki faktor resiko genetik 19, sedangkan mekanisme coping individu-lah

yang secara tidak langsung menjadi faktor resiko yang menghubungkan stres dan

penyakit kronis. Contohnya ketika stres, orang dewasa cenderung mengurangi

makan pokok dan meningkatkan konsumsi makanan tinggi kalori20.

2.1.1.9 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Stres pada mahasiswa kedokteran sudah banyak diteliti di berbagai belahan

dunia. Penelitian oleh Jenny Firth (2006) menunjukan bahwa prevalensi stres pada

mahasiswa kedokteran pada tiga universitas di Inggris sebesar 31,2%. Di Thailand,

pada penelitian yang dilakukan di Ramathibodi Hospital University yang

melibatkan 686 partisipan menunjukan prevalensi stres sebesar 61,4%

(Saipanish,2003). Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi oleh Abdulghani

menyatakan bahwa prevalensi tertinggi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran ada

pada tahun pertama, yaitu sebesar 71,4%. Penelitian di Pakistan pada 252 orang

mahasiswa Ziauddin Medical University, menyatakan bahwa prevalensi stres

mahasiswa Fakultas Kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, dan 47%. (Saqib & Inam, 2003).

Penyebab stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat ditentukan

Medical Student Stressor Questionare (MSSQ) yang membagi stresor menjadi

enam domain; (1) Academic Related Stressor, (2) Intrapersonal and Interpersonal

Stressor, (3) Teaching and Learning Related Stressor, (4) Social Related Stressor,

(5) Drive and Desire Related Stressor, dan (6) Group Activities Related Stressor21.
21

Penelitian yang dilakukan oleh Che Noriah et.al pada 248 mahasiswa

kedokteran di Malaysia menggunakan MSSQ menunjukan bahwa penyebab stresor

tertinggi pada mahasiswa kedokteran adalah Academic Related Stressor, atau

stresor terkait kegiatan akademik. Hasil serupa didapatkan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Rizka Rahmayanti et.al dan oleh yang menunjukan bahwa stresor

terkait akademik menjadi stresor yang paling menyebabkan stres setelah stresor

terkait hubungan intrapersonal dan interpersonal.Pada penelitian kualitatif yang

dilakukan oleh Livana H et.al tentang gambaran stres mahasiswa saat masa

pandemic covid-19 pada 1.129 mahasiswa, didapatkan bahwa stresor utama

mahasiswa adalah tugas pembelajaran, diikuti dengan bosan di rumah dan

pembelajaran online yang mulai membosankan.

2.1.2.11 Stres dan Perilaku Makan.

Stres semakin dikenal sebagai salah satu faktor yang menyebabkan makan

berlebihan dan obesitas. Mengingingkan makanan enak untuk meringankan stres

atau disebut juga dengan istilah Stress-eating adalah fenomena yang sudah banyak

diterima oleh masyarakat, namun secara fisiologis fenomena ini belum pasti dan

masih banyak diteliti. Menurut beberapa review, asupan makanan melibatkan

kontrol terhadap perilaku sesuai keingingan oleh Prefrontal Cortex (PFC) dan area

subcortical yang mengontrol gairah stres dan penyimpanan energi yaitu Limbic

Hypothalamic Ptituary Adrenal (L-HPA) axis atau sistem limbik.

Aktivitas PFC dan sistem limbik saling menghambat satu sama lain,

menghasilkan suatu keseimbangan antara penalaran analitik reflektif yang lebih

lambat untuk goal oriented behaviour, dan naluri bertahan hidup reaktif yang cepat.
22

Pergeseran aktivitas dalam jaras saraf ini atau yang dikenal sebagai

PFC/Limbic imbalance, dapat ditunjukkan pada perlawanan antara kemampuan

kognisi dan munculnya kebiasaan buruk saat stres. Keseimbangan PFC/limbic yang

rendah dapat menyebabkan perubahan perilaku makan, ketidakseimbangan energi,

dan pada akhirnya obesitas.

Mekanisme Dasar dibalik homoestatic eating dan stress-related overeating

Makhluk hidup memiliki sistem homoestatik untuk mengatur perilaku

makan . Sistem ini meregulasi dan memonitor banyaknya energi tersimpan dalam

tubuh, yang kemudian akan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencari makan

dan menambah asupan kalori.

Pada organisme chordata, sistem ini berada di dalam batang otak dan

hipotalamus yang sensitif terhadap sinyal-sinyal hormonal dan nutrisi. Regulasi

homoestatik pada perilaku makan ini akurat, dimana dalam jangka waktu panjang

ia mengatur agar berat badan organisme tidak naik maupun turun.

Namun, sistem regulasi yang melibatkan koordinasi lambung, usus, vagus

dan otak ini dapat dengan mudah dikalahkan oleh emosi. Pada manusia dengan

tambahan struktur otak yang kompleks seperti sistem limbik dan korteks, regulasi

ini lebih kompleks dan tidak hanya dipengaruhi oleh pengaturan penyimpanan

energi normal. Struktur otak yang lebih tinggi pada manusia menginervasi batang

otak dan hipotalamus sehingga bisa mempengaruhi asupan makanan dengan

memperkuat atau menghambat regulasi pengaturan penyimpanan energi normal.

Pengaruh ini dapat menjelaskan perilaku manusia yang mengonsumsi makanan


23

untuk merasa puas, atau dikenal dengan istilah hedonic eating yang berkontribusi

besar pada asupan kalori manusia.

Stresor akut maupun kronis memiliki kecenderungan untuk mengubah

perilaku makan pada manusia, dimana manusia cenderung menjauh dari makanan

yang sehat dan lebih memilih makanan yang rasanya enak dan menimbulkan rasa

puas. Makanan jenis ini banyak dikenal dengan istilah comfort food. Comfort food

sebagian besar komposisinya diatur untuk memperoleh rasa enak dan memuaskan,

sehingga identik dengan komposisi gula, garam atau lemak yang tinggi.

Struktur Otak yang Mengatur Makan.

Dalam mengatur perilaku makan, ada beberapa struktur otak yang

terhubung secara interaktif yaitu sistem limbik, reward system, basal ganglia, dan

PFC. Perbedaan pola aktifasi pada struktur-struktur ini menghasilkan dua tipe

perilaku makan yang berbeda yaitu Homoestatic-Eating (H-EAT) yaitu makan

untuk memenuhi kebutuhan kalori dan Stress Eating (S-EAT) yaitu makan yang

dipicu stres yang dijelaskan pada tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Perbedaan Homoestatic Eating dan Stress Eating


24

Proses Homoestatic Eating Formatted Table


Stress Eating (S-EAT)
(PFC Driven, Somatosensory (Amygdala, Limbic,
Cortex) Hypothalamus Driven)

Lapar Kesadaran terhadap tingkat lapar, Confusion antara emosi dan rasa
sensitif pada isyarat lapar, kesadaran tumpul pada
somatosensorik (misalnya perut isyarat somatosensorik.
keroncongan).

Kontrol pada onset mulai dan Mudah ditahan (Flexible Formatted: Right: -0.25"
Tidak mudah ditahan (Rigid
Berhenti makan restraint). restraint) dan hilang kendali.

Pengambilan keputusan Reflective eating, sehingga Formatted: Right: -0.04"


Reflexive eating, pada makanan
dalam memilih makanan pilihan bisa lebih sehat. yang enak dan terkait dengan rasa
nyaman (hyperpalatable and
comfort food).

Kenyang Kesadaran terhadap sensasi Formatted:


Sensitifitas tumpul terhadap rasa Right: -0.04"
kenyang dan isyarat fisik kenyang dan isyarat fisik kenyang.
kenyang.

Stresor melibatkan jaras didalam struktur limbik yaitu insula, amygdala,

anterior cingulate cortex, serta hypothalamus dan batang otak. Perekruitan jaras

stres ini bergantung pada aksi glukokortikoid yang dihasilkan korteks adrenal

dalam merespon stresor. Sebagian besar jaras terlibat melalui aksi positif

glukokortikoid pada Corticotropin Release Factor (CRF) dari neuron-neuron

extrahypothalamic. Reaktivitas akut kortisol terhadap stresor mendorong asupan

makanan baik dalam setting lab maupun secara natural.

Baik stresor akut maupun kronik dapat meningkatkan sinaps dan cabang

dendrit pada amygdala dan anterior cingulate cortex dan sebaliknya mengurangi

kontak sinaptik dengan memicu atrofi dendritik pada hypothalamus dan PFC,

sehingga saat seseorang terpapar stres dalam waktu yang lama jaras saraf yang

meregulasi perilaku makan akan lebih mengarah pada sistem limbik , sehingga
25

perilaku makan akan cenderung mengarah untuk memenuhi kepuasan dengan

comfort food walaupun kebutuhan kalori sudah terpenuhi sekalipun. Semakin

sering seseorang terpapar stres yang tidak bisa segera diatasi, semakin orang itu

akan cenderung merespon dengan perilaku yang menimbulkan rasa puas,

khususnya mengonsumsi comfort food.

Stres dan Reward Pathway

Paparan stres psikologis dapat memicu respon stres dalam sistem saraf.

Stres mengaktifasi Corticotropin Relesasing Factor (CRF) terutama dari amygdala

dan hypothalamus, dan alhasil L-HPA axis. Ada beberapa pendapat bahwa aktivasi

L-HPA berhubungan dengan aktivasi area mesolimbic yang berperan sebagai

reward system.

Secara anatomis, tingginya sekresi CRF karena respon stres tumpang tindih

dengan neuron-neuron dopaminergik pada area ventral tegmental juga

meningkatkan sekresi dopamine pada nuceus accumbens yang dapat distimulasi

oleh stresor. Dalam beberapa penelitian, paparan terhadap stres dan hormon stres

meningkatkan sekresi dopamin. Pengalaman stimulasi oleh dopamin ini yang

mendorong keinginan untuk merasakan kenikmatan, dan makanan adalah

“kenikmatan” yang sangat terjangkau dan mudah didapat.

Memakan makanan yang enak (palatable) memicu peningkatan sekresi

dopamine pada mesolimbic pathway dari area ventral tegmental ke Nucleus

Accumbens yang merupakan pengalaman yang menyenangkan pada manusia.

Memakan makanan enak setelah terpapar stresor juga dapat mengurangi aktivitas
26

respon stres pusat, sehingga mengurangi teraktivasinya L-HPA axis dan saraf

simpatetik.

Memori respon dopamin yang kuat terhadap stresor dan makanan enak ini

memicu pembentukan kebiasaan di dalam basa ganglia, sehingga proses ini dapat

menyebabkan seseorang yang terpapar stresor menginginkan rasa nyaman terkait

memori yang berkaitan dengan rasa nyaman khususnya memori tentang memakan

makanan yang enak. Memori terhadap respon ini disimpan di dalam cingulate

cortex, dimana fleksibilitas respon juga dipengaruhi oleh pengetahuan akan

outcome yang akan terjadi dan memori didalam basal ganglia.

2.1.2 Sugar Sweetened Beverages (SSB)

2.1.2.1 Definisi SSB

Sugar Sweetened Beverages adalah minuman dengan gula tambahan saat

produksi atau penyajiannya.22 Sugar Sweetened Beverages adalah nama universal

untuk minuman manis. Gula tambahan yang dimaksud bukan gula yang berasal dari

bahan alami (mis. buah asli) tapi gula yang ditambahkan untuk menambah rasa

manis minuman, baik ditambahkan saat produksi maupun saat akan dikonsumsi.

2.1.2.2 SSB dan Penyakit

Secara alami, gula ditemukan pada minuman alami seperti buah dan susu.

Gula yang ditambahkan pada makanan atau minuman meningkatkan konten energy

total yang dikonsumsi dalam sehari. World Health Organization

merekomendasikan dalam sehari konsumsi gula tambahan harus kurang dari 5%

dari total energy intake atau sekitar 25gr gula (6 sendok teh).
27

Sugar Sweetened Beverages adalah sumber utama konsumsi gula

tambahan dalam diet Amerika. Tingginya konsumsi SSB merupakan masalah

kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan risiko terjadi obesitas dan DM tipe

2. Systematic Review oleh WHO menyimpulkan bahwa konsumsi SSB adalah salah

satu faktor yang menentukan berat badan dan komposisi lemak tubuh23. Konsumsi

SSB juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes mellitus Tipe 2,

Metabolic Syndrome, dan penyakit kardiovaskular 24.

2.1.2.3 Jenis SSB

Menurut BEVQ-15, ada lima kategori SSB;

(1) Regular Soda (Bukan less sugar soda).

(2) Teh/Kopi dengan krimer.

(3) Jus/sari buah dengan pemanis.

(4) Teh/kopi dengan gula.

(5) Sports dan Energy Drink.

Tabel 2. 3 Kandungan gula dalam contoh SSB18


Ukuran Sugar Content (gram) Sugar Content (teaspoons) Formatted: Indent: Left: -0.04", Right: -1.51"
Kategori
minuman
Soda 355 mL 39 gram 10
Sports 355 mL 6-20 gram 1-5
Drinks
energy 236 mL 24-29 gram 6-8
drinks
teh manis 355 mL 36 gram 9
susu 236 mL 24 gram 6
berperisa
rasa
28

Menurut Center of Disease Control Amerika, pemanis yang biasa

digunakan dalam SSB adalah gula merah, pemanis jagung, sirup jagung, dekstrosa,

fruktosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, laktosa, sirup malt, maltosa,

molase, gula putih, dan sukrosa.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Subjek dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

3.1.1.1 Populasi Target

Dalam penelitian ini populasi target adalah seluruh Mahasiswa Fakultas

Kedokteran di Bandung tingkat dua, tiga dan empat.

3.1.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat dua,tiga dan empat yang aktif di

tahun ajaran 2019-2020.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Bandung tingkat dua, tiga dan empat yang aktif berdasarkan keberdaannya

dalam absensi kegiatan akademik tahun ajaran 2019-2020 dan memenuhi kriteria

inklusi.

3.1.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan teknik Probability Sampling dengan menggunakan

cara Simple Random Sampling yaitu mengambil sampel secara acak dari populasi
30

kemudian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sampai besar sampel

terpenuhi .

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara:

1) Mengurutkan dan memberi nomor pada daftar absen mahasiswa

tingkat dua, tiga dan empat pada tahun 2020.

2) Mengambil angka acak menggunakan randomizer.

3) Nama dengan angka yang dipilih akan dihubungi, kemudian dipilih

apabila memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi.

Besar Sampel yang diperlukan berdasarkan rumus deskriptif kategorik,

dan didapatkan jumlah sebesar 168 orang .

Z : 1,96

d : 5%

P : 12,5 %

Q : 1-P = 87,5 %

3.1.4 Kriteria inklusi

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISBA yang terdata aktif berdasarkan

keberadaannya dalam absensi kegiatan akademik pada tahun 2019-2020.

3.1.5 Kriteria eksklusi

1) Mahasiswa yang tidak diperbolehkan atau dibatasi konsumsi minum

minuman manis karena penyakit atau hal lainnya.

2) Mahasiswa yang tidak menyetujui untuk mengikuti penelitian.


31

3) Mahasiswa yang sulit di hubungi atau yang tidak merespon ketika

dihubungi.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional atau potong lintang.

3.2.2 Variabel Penelitian

1) Stres
Kondisi ketengangan mental akibat stresor.

2) Frekuensi Minum SSB


Frekuensi minum adalah banyaknya jumlah SSB yang dikonsumsi

dalam waktu satu minggu.

4) Jenis SSB

Jenis-jenis SSB yang dikonsumsi responden selama satu bulan.

5) Jumlah Gula yang Terdapat pada SSB

Rata-rata jumlah gula dengan satuan gram pada SSB yang

dikonsumsi responden dalam satu hari.


32

Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional Ukur
Stres Kondisi Kessler Penghitungan Skor : Kategorik
ketegangan psycholo skor a) 10-19 = Tidak ordinal Formatted: Indent: Left: 0.17", Hanging: 0.17"
mental akibat gical kuesioner. Stres
stresor distress b) Skor 20-50 =
scale Stres
(K10)
Frekuensi Banyaknya SSB BEVQ- Menanyakan, Kategorik
konsumsi yang dikonsumsi 15 dan mencatat a) Lebih dari sama Ordinal Formatted: Indent: Left: 0.17", Hanging: 0.17"
SSB dalam satu banyaknya dengan 7 kali
minggu minuman dalam satu
manis yang minggu
dikonsumsi b) Kurang dari 7
responden. kali dalam satu
minggu
Jumlah gula Banyaknya gula BEVQ- Menanyakan a) Kurang dari 25 Formatted: Indent: Left: 0.16", Hanging: 0.17"
Kategorik
dalam SSB dari SSB dalam 15 kemasan lalu gram Ordinal
gram yang mencari b) Lebih dari sama
dikonsumsi jumlah dengan 25 gram
selama satu hari gulanya, atau
menanyakan
langsung
berapa sendok
gula yang
ditambahkan.
Jenis SSB Jenis minuman BEVQ- Menanyakan a) Soft Drink Formatted: Indent: Left: 0.17", Hanging: 0.17"
Kategorik
dan kemasan 15 dan mencatat b) Minuman Nominal
yang dikonsumsi jenis berperisa buah
responden minuman dan c) Teh manis
jenis kemasan d) Kopi manis
SSB yang e) Susu
dikonsumsi berpemanis
responden f) Energy drinks
g) Minuman lain
dengan
tambahan gula
33

3.2.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :


1) Penulisan dan Penyusunan Usulan Penelitian

Naskah usulan penelitian telah disidang dan disetujui pada bulan Februari

2020 oleh pembahas dan pembimbing.

2) Pengkajian Etik

Naskah yang sudah disetujui di telaah oleh komite etik penelitian kesehatan

universitas islam bandung dan telah disetujui dan ditanda tangani oleh Prof.

Herry Garna, dr.,Sp.A(K). PhD.

3) Pengujian kuesioner Kessler Psychological Distress scale 10 (K-10), yang

dilakukan pada 20 orang, kemudian uji validitas dan reabilitas dilakukan

dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 25.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai kolerasi pearson (r

hitung) dan membandingkannya dengan nilai r tabel untuk n sama dengan

20 dan signifikansi 5%, yaitu 0.378, didapatkan hasil bahwa nilai r hitung

pada 10 item dalam kuesioner K-10 melebihi nilai r tabel sehingga dapat

dikatakan valid seperti yang tertera pada tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kessler Psychological Distress


Scale.
Nomor r tabel r Kesimpulan
Item hitung
1 0.378 0.813 Valid
2 0.378 0.813 Valid
3 0.378 0.728 Valid
4 0.378 0.546 Valid
5 0.378 0.622 Valid
6 0.378 0.677 Valid
7 0.378 0.462 Valid
8 0.378 0.703 Valid
9 0.378 0.775 Valid
10 0.378 0.649 Valid
34

Uji reabilitas dilakukan dengan menentukan nilai cronbach’s alpha

menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 25, dan didapatkan nilai

cronbach’s alpha dari kuesioner K-10 adalah 0.85 yang melebihi 0.6

sehingga dapat dikatakan kuesioner K-10 reliabel.

4) Pengambilan sampel dipilih dengan cara memberi nomor pada nama

mahasiswa di daftar absen tingkat dua, tiga dan empat kemudian nomor

diacak menggunakan aplikasi randomizer.

5) Mahasiswa terpilih dihubungi melalui Line chat kemudian dilakukan inform

concern, penentuan apakah mahasiswa termasuk kriteria inklusi dan

eksklusi, lalu mengisi kuesioner tentang stres melalui Google Form.

6) Mahasiswa yang sudah mengisi kuesioner akan ditelpon melalui Line call

untuk mengambil data gambaran frekuensi, jenis dan jumlah konsumsi SSB.

7) Data dari kuesioner dan tanya jawab akan di input kedalam microsoft excel

2013 dalam bentuk tabel ketymudian di interpertasi sesuai dengan definisi

operasional penelitian.

8) Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga dapat memberikan

makna yang menjawab rumusan masalah.

9) Tabel dan grafik sesuai yang didapat akan dideskripsikan agar menjawab

rumusan masalah.

10) Penyusunan laporan penelitian.


35

Pemilihan sampel
Penulisan dan
Pengujian dan secara acak
penyusunan usulan Pengkajian etik
validasi kuesioner menggunakan
penelitian
randomizer

Mengontak
Input data
mahasiswa terpilih, Pengumpulan data Menyajikan data
menggunakan
menentukan apakah dengan kuesioner dalam bentuk tabel
Microsoft Excel
masuk kriteria dan tanya jawab dan grafik
2013
inklusi atau tidak

Menyusun laporan
Analisis deskriptif
penelitian

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian

3.2.4 Instrumen Penelitian

1) Tingkat Stres

Tingkat stres pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

Kessler Psychological Distress Scale yang diberikan kepada

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan menandatangani

lembar persetujuan ikut penelitian.

2) Gambaran Konsumsi SSB

Gambaran konsumsi SSB pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan Beverage Intake Questionnare 15 (BEVQ-15) yang

dimodifikasi 25.

3.2.5 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah menjelaskan variabel secara

deskriptif kategorik proporsi untuk menjawab rumusan masalah. Data akan


36

disajikan berupa tabel maupun diagram dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel

2013, kemudian di analisis secara deskriptif.

3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober sampai Desember 2020.

Tabel 3. 3 Waktu Penelitian

Kegiatan
No yang Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
dilakukan
Penyajian
1
judul
Studi
2
literatur

Penyusunan
3 usulan
penelitian

Usulan
4
penelitian

Pembuatan
dan
5
pengujian
kuesioner

Pengambilan
6
data

Pengolahan
7 dan analisis
data
Penyusunan
8 laporan
penelitian

3.2.7 Aspek Etika Penelitian

Penelitian telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penilitian Kesehatan

Universitas Islam Bandung, berdasarkan surat Persetujuan Etik nomor 077/KEPK-


37

Unisba/X/2020 dan telah mendapatkan persetujuan dari Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung berdasarkan surat Permohonan Izin Penelitian &

Pengambilan Data no 237/Dek/FK-k/P-Skr/IX/2020 seperti yang dilampirkan.


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Sebanyak 169 dari 587 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung tingkat dua, tiga dan empat yang aktif ikut sebagai subjek dalam

penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini sebagian besar berusia 19-22 tahun

yaitu sebanyak 93%, sebagian besar berada pada tingkat 4 yaitu sebanyak 36%,

sebagian besar berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 68%, sebagian besar

tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu sebanyak 55% dan sebagian

besar memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sebanyak 41% seperti yang

tertera dalam tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Karakteristik Mahasiswa Responden Berdasarkan Tingkat Stres


dan Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi Sugar Sweetened
Beverages.
Karakteristik n %
Usia (Tahun)
18 5 3%
19 27 16%
20 49 29%
21 51 30%
22 31 18%
23 6 4%
Tingkat
2 57 34%
3 52 30%
4 60 36%
Jenis Kelamin
Pria 54 32%
Wanita 115 68%
Riwayat Penyakit Keluarga
Alergi 1 1%
asam lambung 1 1%
Asam urat 1 1%
asma 1 1%
39

Diabetes mellitus tipe 2 36 21%


Diabetes tipe 1 1 1%
Hipertensi 6 3%
Kanker 1 1%
Obesitas 14 8%
Obesitas dan Diabetes mellitus tipe 2 1%
2
Parkinson 1 1%
penyakit jantung koroner 11 6%
Stroke 2 1%
tidak ada sama sekali 95 55%
Indeks Masa Tubuh (IMT)
Underweight 22 13%
Normal 69 41%
Overweight 33 20%
Obesitas 1 31 18%
Obesitas 2 14 8%
Total 169 100%

Keterangan : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan Klasifikasi World Health Organization
Pacific Region (2000).

4.1.1 Karakteristik Mahasiswa Responden Berdasarkan Keadaan Stres dan


Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi Sugar Sweetened
Beverages.
4.1.1.1 Keadaan Stres
Sebagian besar responden pada penelitian ini mengalami keadaan

stres yaitu sebanyak 129 dari 169 orang atau 76% seperti yang tertera dalam

tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaaan Stres


Keadaan Stres n %
Stres 129 76%
Tidak Stres 40 24%
Total 169 100%

4.1.1.2 Frekuensi konsumsi Sugar Sweetened Beverages Responden.


Sebagian besar responden pada penelitian ini mengonsumsi SSB dengan

frekuensi lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu yaitu sebanyak 86 dari 169
40

orang atau sebanyak 51%, walaupun tidak berbeda jauh dengan jumlah responden

yang mengonsumsi SSB dengan frekuensi kurang dari tujuh kali perminggu seperti

yang tertera dalam tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Sugar


Sweetened Beverages.
Frekuensi n %
<7x/Mgg 83 49%
≥7x/Mgg 86 51%
Total 169 100%

4.1.1.3 Jenis Konsumsi Sugar Sweeteened Beverages Responden.

Jenis SSB yang paling banyak dikonsumsi responden pada penelitian ini

secara berurutan adalah teh manis, kopi manis dan minuman berperisa buah yaitu

sebanyak 30%, 22% dan 17% seperti yang tertera pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Konsumsi Sugar


Sweetened Beverages.
Jenis Minuman Total % %*
(n)
Minuman berkarbonasi 18 8% 11%
Teh manis 68 30% 40%
Kopi manis 48 22% 28%
Minuman Berperisa 38 17% 22%
Buah
Sport Drink 26 12% 15%
Energy Drink 5 2% 3%
Others 20 9% 12%
TOTAL 223 100% 132%

Keterangan : % menyatakan persentase jumlah n (responden yang mengonsumsi


SSB) banding jumlah total SSB yang dikonsumsi (223). %* menyatakan
persentase jumlah n banding jumlah total responden (169 orang).
41

4.1.1.4 Jumlah Asupan Gula dalam Sugar Sweetened Beverages Responden

Sebagian besar responden pada penelitian ini mendapat jumlah asupan gula

dari SSB yang dikonsumsi sebesar kurang dari dua puluh lima gram yaitu sebanyak

119 dari 169 orang atau 70% seperti yang tertera dalam tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Gula Sugar Sweetened


Beverages.
Jumlah gula n %
<25gram 119 70%
≥25 gram 50 30%
Total 169 100%

4.1.2 Analisis Deskriptif Gambaran Frekuensi, Jenis dan Jumlah Konsumsi


Sugar Sweetened Beverages (SSB) pada Mahasiswa yang Stres dan
Tidak Stres.
4.1.2.1 Frekuensi konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada Responden yang
Stres dan Tidak Stres.
Responden yang tidak mengalami stres sebagian besar

mengonsumsi SSB dengan frekuensi kurang dari tujuh kali perminggu yaitu

sebanyak 34 dari 40 orang atau 85%.

Responden yang mengalami stres sebagian besar mengonsumsi SSB

dengan frekuensi lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu yaitu

sebanyak 80 dari 169 orang atau 80% seperti yang tertera pada tabel 4.5.

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada


Responden yang Stres dan Tidak Stres.
Keadaan Frekuensi konsumsi SSB Total Total
Stres <7x/Mgg ≥7x/Mgg n % Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.08"
n=83 n=86
n % n %
Tidak stres 34 85% 6 15% 40 100%
Stres 49 38% 80 62% 129 100%
42

4.1.2.2 Jenis Konsumsi Sugar Sweeteened Beverages pada Responden yang


Stres dan Tidak Stres.

Baik responden yang stres maupun tidak stres, jenis SSB yang paling

banyak dikonsumsi berturut-turut adalah teh manis, kopi manis dan minuman

berperisa buah seperti yang digambarkan pada gambar 4.1.

Pada populasi responden yang stres, minuman berkarbonasi adalah

minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah teh manis, kopi manis, dan

minuman berperisa buah yaitu sebanyak 34 dari 129 orang (26%) yang stres.

Sedangkan pada responden yang tidak stres, minuman berkarbonasi dikonsumsi

paling sedikit kedua sebelum sport drink, yaitu sebanyak 2 dari 40 orang (5%) yang

tidak stres. Jenis SSB sport drink pada responden yang stres memiliki perbedaan

10% dari responden yang tidak stres yaitu sebanyak 10 dari 40 orang yang tidak

stres (10%) dan sebanyak 32 dari 129 orang yang stres (25%).

Persentase jumlah responden yang mengonsumsi


SSB berdasarkan keadaan stres

80% 64%
58% 55%
60% 40% 38% 40%
40% 26% 25%
15% 16%
5% 10% 5%
20% 3%
0%
Tidak Stres Stres

Minuman berkarbonasi The manis kopi manis


minuman berperisa buah sport drink energy drink
other

Keterangan : persentase pada grafik ini adalah perbandingan antara jumlah responden yang
mengonsumsi jenis SSB tersebut dari jumlah total responden yang stres (129 orang) dan tidak stres
(40 orang).

Gambar 4. 1 Grafik Batang Jenis Konsumsi Sugar Sweetened Beverages


pada Responden yang Stres dan Tidak Stres.
43

4.1.2.3 Jumlah Asupan Gula dalam Sugar Sweetened Beverages Responden


yang Stres dan Tidak Stres.

Responden yang mendapat asupan gula lebih dari sama dengan dua puluh
lima gram perhari dari konsumsi SSB lebih banyak pada responden yang
mengalami stres yaitu sebanyak 48 dari 50 orang atau 96%.

Tabel 4. 7 Distribusi Jumlah Gula Rata-Rata dalam Sugar Sweetened


Beverages pada Responden yang Stres dan Tidak Stres.
Jumlah Gula Keadaan Stres Total n Total
Tidak Stres Stres %
n=40 n=129
n % n %
<25gram/hari 38 32% 81 68% 119 100%
≥25 2 4% 48 96% 50 100%
gram/hari

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 169 orang mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, sebanyak 129 orang atau 76%

mengalami stres dan 40 orang atau 24% tidak stres, dan tingkat stres responden

pada penelitian ini adalah stres berat yaitu sebanyak 57 dari 169 orang responden

atau 34%, seperti yang tertera pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres.


Tingkat Stres n %
Stres berat 57 34%
Stres ringan 30 18%
Stres sedang 42 25%
Tidak stres 40 24%
Total 169 100%
44

Hal ini patut menjadi perhatian karena angka stres pada responden penelitian

ini lebih tinggi dari kebanyakan penelitian pada mahasiswa kedokteran

sebelumnya. Selain stresor terkait kegiatan akademik, menurut penelitian yang

dilakukan oleh Livana PH et.al pada 1.129 orang mahasiswa di indonesia,

penyebab tingginya angka stres dapat disebabkan oleh keadaan pandemi Covid-19

yang mengakibatkan perubahan sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi

daring sehingga banyak tugas pembelajaran harus dikumpulkan dengan tenggat

waktu terbatas untuk mengganti pertemuan kelas tatap muka.26

Berdasarkan tingkat perkuliahan responden, keadaan stres paling banyak

ditemukan pada tingkat 4 yaitu sebanyak 82% seperti yang tertera pada tabel . Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adithya Y, yang

menyatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir mengalami stres lebih tinggi

dibandingkan mahasiswa tingkat bawahnya. Faktor-faktor yang menjadi penyebab

stres mahasiswa tingkat akhir diantarannya penyesuaian diri yang kurang, beban

kuliah yang menumpuk, hubungan dengan teman atau pasangan, kurangnya

manajemen waktu dan kurangnya efektivitas diri.27 Tingkat dengan keadaan stres

paling banyak kedua adalah tingkat 2, yang persentasenya tidak terlalu berbeda jauh

dengan tingkat 4, yaitu 79% . Stres pada mahasiswa tingkat awal dapat disebabkan

adaptasi kegiatan akademik tingkat universitas dan ketidakseimbangan antara

harapan dan kenyataan yang diinginkan terkait kegiatan akademik di universitas.27

Tabel 4. 9 Distribusi Tingkat Perkuliahan Berdasarkan Keadaan Stres.


Tingkat Keadaan Stres Total n Total
Stres Tidak %
Stres
n % n %
2 45 79% 12 21% 57 100%
3 35 67% 17 33% 52 100%
4 49 82% 11 18% 60 100%
45

Frekuensi konsumsi SSB pada responden penelitian ini kurang dari tujuh kali

perminggu sebanyak 83 orang atau 49% dan konsumsi lebih dari sama dengan tujuh

kali perminggu sebanyak 86 orang atau 51%. Jenis SSB yang paling banyak di

konsumsi oleh responden dalam penelitian ini adalah teh manis yaitu sebanyak 105

dari 169 orang hal ini sesuai dengan data statistika yang dipublikasi oleh

M.Shahbandeh bahwa teh adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi

di dunia setelah air putih. Indonesia sendiri adalah produsen teh terbesar ketujuh di

dunia, sehingga tidak heran jika aksesibilitas responden terhadap teh sangat

terjangkau.

Berdasarkan tabel 4.6 tentang gambaran frekuensi konsumsi SSB pada

responden yang stres dan tidak stres didapatkan bahwa pada populasi responden

yang mengalami stres, responden lebih banyak yang mengonsumsi SSB lebih dari

sama dengan tujuh kali perminggu, yaitu sebanyak 80 dari 129 orang atau 65% dari

total jumlah responden yang stres. Sebaliknya, pada populasi yang tidak mengalami

stres, responden lebih banyak yang mengonsumsi SSB kurang dari tujuh kali

perminggu yaitu sebanyak 34 dari 40 orang atau 85% dari total responden yang

tidak stres.

Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa responden yang mengalami stres lebih

banyak mengonsumsi SSB dibandingkan responden yang tidak mengalami stres.

Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Debra et. Zellner et al. yang

menyatakan bahwa individu yang mengalami stres lebih sering mengkonsumi

makanan ringan tinggi gula dan tinggi kalori dibandingkan individu yang tidak stres
46

6
. Dimana hasil dalam penelitian ini mendukung bahwa hal serupa juga terjadi pada

minuman manis.

Peneliti kemudian melakukan analisis lanjutan dengan menggolongkan

frekuensi konsumsi SSB berdasarkan tingkat stres yang berbeda. Didapatkan dari

gambar 4.2 di bawah ini, didapatkan bahwa dari 86 orang dengan frekuensi

konsumsi SSB lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu, sebanyak 56% adalah

individu yang stres berat, sebanyak 26% individu stres sedang, sebanyak 12%

individu stres ringan dan sebanyak 7% individu yang tidak stres. Hasil ini

menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat stres, semakin banyak individu yang

mengonsumsi SSB setiap hari.

FREKUENSI KONSUMSI SSB PADA TINGKAT STRES


YANG BERBEDA
<7x/Mgg >7x/Mgg

56%

41%
26%
24% 23%
12% 12%
7%

Tidak stres Stres ringan Stres sedang Stres berat

Gambar 4. 2 Grafik Garis Persentase Frekuensi Konsumsi Sugar Sweetened


Beverages Responden pada Tingkat Stres yang Berbeda.
Sebaliknya, dari 83 orang dengan frekuensi konsumsi SSB kurang dari tujuh

kali perminggu, sebanyak 41% adalah individu yang tidak stres, 24% individu stres

ringan, 23% individu stres sedang, 12% individu stres berat. Hasil ini menunjukan

bahwa semakin rendah tingkat stres, semakin banyak individu yang tidak

mengonsumsi SSB setiap hari.. Hasil ini mendukung kemungkinan bahwa teori

stress-eating (tabel 2.2) juga berlaku pada konsumsi minuman manis dimana
47

individu yang stres pada penelitian ini memilih asupan mereka secara reflexive pada

minuman yang enak dan terkait dengan rasa nyaman seperti yang terjadi pada
28
comfort food . Walaupun belum diketahui secara pasti bagaimana mekanisme

potensial yang menyebabkan individu stres mengonsumsi lebih banyak SSB,

gambaran konsumsi SSB pada penelitian ini mendukung kemungkinan bahwa

individu yang lebih sering menghadapi stres akan cenderung lebih sering

mengonsumsi SSB.

Walaupun sebanyak 51% responden mengonsumsi SSB lebih dari sama dengan

tujuh kali permingu, sebanyak 41% responden memiliki IMT yang normal seperti

yang tertera pada tabel 4.1. Peneliti kemudian melakukan analisis tambahan dengan

menyilangkan antara IMT dan frekuensi konsumsi SSB pada data responden, yang

tertera pada tabel 4.9. Didapatkan bahwa gambaran IMT pada responden yang

mengonsumsi SSB lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu dan kurang dari

tujuh kali perminggu serupa. Responden yang mengonsumsi SSB kurang dari tujuh

kali perminggu dan lebih dari sama dengan tujuh kali perminggu, sebagian besar

memiliki IMT normal, diikuti dengan responden yang memiliki IMT overweight,

obese 1, underweight dan obese 2.

Tabel 4. 10 Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Frekuensi


Konsumsi SSB.
Frekuensi IMT Total
Underweight Normal Overweight Obese 1 Obese 2
<7x/Mgg 16% 37% 20% 19% 7% 100%
>7x/Mgg 10% 44% 19% 17% 9% 100%
Total 13% 41% 20% 18% 8% 100%

Menurut ulasan literature yang dilakukan oleh Mark A., secara keseluruhan

penelitian-penelitian observasional dan eksperimental menyatakan bahwa ada


48

peningkatan risiko penambahan berat badan dengan seringnya mengonsumsi SSB.

Namun, masih sulit untuk menentukan kekuatan hubungan dan menghilangkan

faktor perancu lainnya yang berkontribusi pada penambahan berat badan. Hal ini

disebabkan adanya heterogenitas dan keterbatasan metodologi dari penelitian-

penelitian tentang topik ini.29 Hal yang serupa terjadi pada penelitian ini yang

menggunakan desain cross-sectional, dimana rancangan ini mengukur variabel-

variabel yang diteliti dalam satu waktu sehingga tidak dapat mengukur variabel lain

yang menjadi faktor dalam penambahan berat badan. Berat badan dan tinggi badan

dalam penelitian ini diambil dengan cara tanya jawab, dan bukan pengukuran

langsung sehingga mungkin berbeda dengan aslinya.

Bedasarkan gambar 4.1 tentang jenis SSB yang dikonsumsi responden yang

stres dan tidak stres, didapatkan bahwa tiga jenis SSB yang paling sering

dikonsumsi baik oleh responden yang stres maupun tidak stres adalah teh manis,

lalu kopi manis, dan minuman berperisa buah. Gambaran konsumsi teh manis pada

penelitian ini sesuai dengan tren minum teh di dunia, dimana teh adalah jenis

minuman yang paling banyak dikonsumsi kedua setelah air putih.27 Berdasarkan

lokasi pengambilan data pada penelitian ini, sebanyak 80 dari 169 orang atau

sebanyak 47% bertempat tinggal di Kota Bandung. Bandung didominasi oleh

orang-orang berbudaya sunda. Orang Sunda memiliki banyak kearifan lokal dalam

budaya mereka, salah satunya adalah budaya meminum teh tanpa ditambah gula,

seperti yang terlihat pada penelitian ini dimana jumlah responden yang tidak pernah

mengonsumsi teh manis, lebih banyak yang tinggal di Bandung (29 orang) daripada

yang tidak tinggal di Bandung (24 orang) sebaliknya yang mengonsumsi teh manis

setiap hari, lebih banyak yang tidak tinggal di Bandung (10 orang) daripada yang

tinggal di Bandung seperti yang tertera pada tabel 4.11.


49

Responden pada penelitian ini yang tinggal di Bandung dan mengonsumsi

teh manis setiap hari, seluruhnya mengalami stres. Hasil penelitian ini mendapatkan

bahwa kemungkinan stres mempengaruhi seringnya responden ingin mengonsumsi

teh manis, walaupun dalam budaya lingkungannya, tidak biasa mengonsumsi teh

manis.

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Minum The Manis Berdasarkan Tempat


Tinggal dan Keadaan Stres.
Frekuensi Tempat tinggal dan Keadaan Stres
minum teh Bandung Non Bandung
manis n=80 n=89
Stres Tidak Stres Tidak Stres
Stres
≥1x/hari 10 0 22 2
<1x/hari 29 12 34 7
Tidak 21 8 13 11
Pernah

Sama seperti teh, konsumsi minuman kopi juga sangat berkembang di Indonesia

didukung oleh data dari International Coffee Organization, dimana konsumsi kopi

di Indonesia melonjak hingga 174% dari tahun 2000 hingga tahun 2016. Menurut

data Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) konsumsi minuman berperisa

buah di indonesia tumbuh rata-rata per tahun sebesar 4,9% karena adanya merek-

merek baru dengan iklan yang pandai menarik konsumen.

Minuman berkarbonasi menjadi jenis SSB yang paling banyak dikonsumsi

keempat oleh responden yang mengalami stres yaitu sebanyak 34 dari 129 orang

atau 26% sedangkan pada responden yang tidak mengalami stres, minuman

berkarbonasi adalah jenis SSB kedua paling sedikit dikonsumsi yaitu sebanyak 2

dari 40 orang atau 5%. Hasil gambaran ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh zumin shi et al. yang menyatakan bahwa konsumsi minuman
50

berkarbonasi berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada orang dewasa di

Australia30.

Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi jumlah gula rata-rata harian dalam SSB

yang dikonsumsi responden, sebagian besar responden mengonsumsi SSB dengan

jumlah gula rata-rata harian kurang dari 25 gram, yaitu sebanyak 119 dari 169 orang

responden atau 70% sedangkan responden yang mengonsumsi gula lebih dari sama

dengan 25 gram hanya 50 dari 169 orang responden. Hal ini berarti sebanyak 70%

responden tidak mengonsumsi gula lebih dari jumlah gula harian yang

direkomendasikan oleh WHO 31.

Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan bahwa 37% responden yang stres

mengonsumsi gula ≥25 gram perhari dari SSB. Hal ini berarti 37% responden stres

mengonsumsi gula lebih dari jumlah yang direkomendasikan WHO hanya dari

konsumsi SSB saja, dan apabila tidak diimbangi dengan mengatur asupan gula dari

sumber lain maka akan lebih berisiko mengalami diabetes mellitus di kemudian

hari. Pada populasi responden yang tidak stres didapatkan hanya 5% yang

mengonsumsi jumlah gula ≥25 gram perhari dari SSB sedangkan yang

mengonsumsi gula <25 gram perhari sebanyak 95%.


51

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa keterbatasan.

1. Data gambaran konsumsi SSB yang didapat pada penelitian ini sangat

bergantung pada memori dan kejujuran responden sehingga memungkinkan

data yang didapat tidak persis seperti keadaan aslinya.

2. Data jumlah gula dalam satuan gram pada penelitian ini didapatkan dari

pengamatan peneliti terhadap angka informasi gula tertera pada produk

yang dikonsumsi responden, takaran standar sendok makan dan sendok teh,

serta rata-rata gula pada jenis minuman tertentu sehingga kemungkinan

besar tidak persis seperti keadaan aslinya.

3. Banyak mahasiswa yang dipilih melalui simple random sampling tidak

merespon, sehingga peneliti harus mencari responden lagi diluar mahasiswa

yang terpilih untuk memenuhi besar sampel minimal.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan bahwa frekuensi

konsumsi Sugar Sweetened Beverages lebih tinggi pada individu stres dan jumlah

asupan gula Sugar Sweetened Beverages yang melebihi batas rekomendasi lebih

banyak dikonsumsi oleh individu yang stres.

5.1.2 Simpulan Khusus

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, kesimpulan yang bisa

diambil adalah ;

1. Frekuensi konsumsi Sugar Sweetened Beverages pada populasi mahasiswa

stres lebih banyak yang mengonsumsi Sugar Sweetened Beverages lebih

dari sama dengan tujuh kali perminggu (≥7x/Minggu ) yaitu 80 dari 129

orang (62%) sedangkan pada populasi mahasiswa tidak stres lebih banyak

yang mengonsumsi SSB kurang dari tujuh kali perminggu (<7x/Minggu)

yaitu 34 dari 40 orang (85%).

2. Jenis Sugar Sweetened Beverages yang paling banyak dikonsumsi populasi

mahasiswa stres dan tidak stres adalah teh manis, kopi manis dan minuman

berperisa buah.

3. Jumlah gula rata-rata harian pada 37% populasi mahasiswa stres melebihi

batas maksimal konsumsi gula tambahan yang direkomendasikan oleh

World Health Organization (WHO) sedangkan pada populasi mahasiswa

46
47

tidak stres hanya sebanyak 5% yang melebihi batas yang direkomendasikan

oleh WHO.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembelajaran

dan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai hubungan sebab akibat

antara stres dan konsumsi minuman manis, dan dapat dijadikan data

pendukung pentingnya pengembangan upaya pencegahan penyakit kronis

dengan memperhatikan kesehatan mental.

5.2.3 Saran Praktis

Diharapkan pihak mahasiswa dan penyelenggara pendidikan memfasilitasi

dan memperkaya pengetahuan mengenai pentingnya mengendalikan stres

dengan cara yang sehat sehingga mahasiswa dapat mengontrol gaya hidup

sehat untuk mencegah penyakit kronis.


48

LAMPIRAN
Lampiran 1

Keterangan : Cara menghitung skor tercantum di bab 2


49

LAMPIRAN
Lampiran 2
Kuesioner BEVQ dan Petunjuknya.
50

Lampiran 3
51

Lampiran 4
52

Lampiran 5 Kessler Psychological Distress Scale (K10) dalam Google Form


53

Lampiran 6 Jumlah Responden pada Google Form

Keterangan : Jumlah responden total kuesioner adalah 184, yang tidak masuk kriteria inklusi
sebanyak 15 orang.
54

Lampiran 7 uji validitas K10

Keterangan : r hitung = pearson correlation

Jika r hitung > r tabel = item pertanyaan valid

Jika r hitung < r tabel = butir pertanyaan tidak valid

Hasil uji validitas

Dengan menggunakan jumlah responden 20 , maka diketahui r tabel untuk N 20 dan signifikansi
5%, adalah 0.378, sehingga dapat dikatakan 10 item pertanyaan adalah valid.

Lampiran 8 Uji Reabilitas K10

Keterangan : uji reabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai apla >0.60 maka
pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Dengan hasil seperti ini dapat
dikatakan pertanyaan didalam K10 adalah reliabel.
55

Lampiran 9 dokumentasi
56

Lampiran 10 Data Penelitian


No Usia Jenis BMI Frekuensi Jumlah Gula Stres
Kelamin
1 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Tidak stres
2 21 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
3 21 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
4 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
5 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
6 20 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
7 21 Pria Obesitas 2 >7x/Mgg >25 gram Stres
8 21 Pria Obesitas 2 >7x/Mgg <25gram Stres
9 21 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
10 20 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
11 20 Pria Normal >7x/Mgg <25gram Stres
12 21 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
13 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
14 22 Pria Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
15 21 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
16 21 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
17 22 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
18 21 Wanita Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
19 21 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
20 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
21 22 Pria Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
22 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Tidak stres
23 21 Wanita Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Stres
24 22 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
25 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
26 21 Pria Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
27 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
28 22 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
29 20 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
30 19 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
31 20 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
32 18 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
33 19 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
34 19 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
35 19 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
36 20 Pria Obesitas 2 >7x/Mgg <25gram Stres
37 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
38 21 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
39 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
40 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
41 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
42 20 Pria Normal >7x/Mgg <25gram Stres
43 22 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
57

44 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres


45 22 Wanita Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
46 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
47 20 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Stres
48 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
49 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
50 21 Pria Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
51 21 Pria Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
52 19 Wanita Obesitas 2 >7x/Mgg >25 gram Stres
53 21 Pria Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
54 22 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
55 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
56 22 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
57 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
58 21 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
59 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
60 22 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
61 23 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
62 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
63 21 Pria Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
64 23 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
65 23 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
66 21 Pria Normal >7x/Mgg <25gram Stres
67 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
68 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
69 22 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
70 21 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
71 21 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
72 22 Wanita Underweight >7x/Mgg >25 gram Stres
73 21 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
74 22 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Tidak stres
75 20 Wanita Underweight >7x/Mgg >25 gram Stres
76 21 Wanita Obesitas 2 >7x/Mgg >25 gram Stres
77 21 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
78 21 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Tidak stres
79 23 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
80 22 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
81 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
82 21 Wanita Underweight >7x/Mgg <25gram Stres
83 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
84 21 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
85 22 Pria Obesitas 2 >7x/Mgg <25gram Stres
86 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
87 21 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Stres
88 22 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
89 23 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
58

90 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres


91 21 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
92 21 Wanita Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Stres
93 21 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
94 21 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
95 22 Pria Overweight >7x/Mgg <25gram Tidak stres
96 22 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
97 22 Pria Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
98 22 Pria Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
99 21 Wanita Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Stres
100 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
101 20 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
102 20 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
103 20 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
104 19 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
105 18 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
106 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
107 21 Wanita Underweight >7x/Mgg >25 gram Stres
108 21 Pria Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
109 20 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
110 20 Pria Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Stres
111 20 Wanita Obesitas 2 >7x/Mgg >25 gram Stres
112 20 Pria Obesitas 2 >7x/Mgg <25gram Tidak stres
113 19 Wanita Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
114 18 Pria Underweight >7x/Mgg >25 gram Stres
115 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
116 20 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
117 18 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
118 18 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
119 19 Pria Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
120 19 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
121 19 Wanita Underweight >7x/Mgg >25 gram Stres
122 19 Pria Normal <7x/Mgg >25 gram Stres
123 20 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
124 19 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
125 19 Wanita Underweight >7x/Mgg <25gram Stres
126 19 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
127 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
128 19 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
129 19 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
130 21 Wanita Underweight >7x/Mgg <25gram Stres
131 20 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
132 19 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
133 22 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
134 21 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Stres
135 21 Pria Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
59

136 22 Wanita Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Stres


137 22 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
138 21 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
139 20 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
140 20 Pria Obesitas 1 <7x/Mgg <25gram Stres
141 20 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
142 19 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
143 19 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
144 19 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
145 22 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
146 21 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
147 20 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
148 20 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
149 19 Pria Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
150 19 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
151 20 Pria Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
152 19 Pria Normal >7x/Mgg <25gram Stres
153 20 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg <25gram Stres
154 19 Wanita Normal >7x/Mgg <25gram Stres
155 20 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
156 22 Wanita Underweight >7x/Mgg <25gram Stres
157 20 Wanita Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
158 19 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
159 20 Pria Normal <7x/Mgg <25gram Tidak stres
160 19 Pria Overweight >7x/Mgg <25gram Stres
161 21 Wanita Underweight <7x/Mgg <25gram Stres
162 22 Wanita Overweight >7x/Mgg >25 gram Stres
163 19 Wanita Normal >7x/Mgg >25 gram Stres
164 20 Pria Obesitas 2 <7x/Mgg <25gram Tidak stres
165 20 Wanita Normal <7x/Mgg <25gram Stres
166 20 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
167 20 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Tidak stres
168 20 Wanita Overweight <7x/Mgg <25gram Stres
169 23 Pria Obesitas 1 >7x/Mgg >25 gram Stres
60

DAFTAR PUSTAKA

1. Fink G. Stress: Definition and history. Encycl Neurosci.


2009;(October):549–55.
2. Turk RS. Stress and coping. Med Contact (Bussum). 1982;37(26):776–9.
3. Ekpenyong CE, Daniel NE, Aribo EO. Associations between academic
stressors, reaction to stress, coping strategies and musculoskeletal disorders
among college students. Ethiop J Health Sci. 2013;23(2):98–112.
4. Kandiah J, Yake M, Jones J, Meyer M. Stress influences appetite and
comfort food preferences in college women. Nutr Res. 2006;26(3):118–23.
5. Spence C. Comfort food: A review. Int J Gastron Food Sci.
2017;9(July):105–9.
6. Zellner DA, Loaiza S, Gonzalez Z, Pita J, Morales J, Pecora D, et al. Food
selection changes under stress. Physiol Behav. 2006;87(4):789–93.
7. Ortolani D, Oyama LM, Ferrari EM, Melo LL, Spadari-Bratfisch RC.
Effects of comfort food on food intake, anxiety-like behavior and the stress
response in rats. Physiol Behav. 2011;103(5):487–92.
8. Europe E. Evidence brief for policy. 2018;(1).
9. WHO. Reducing consumption of sugar-sweetened beverages to reduce the
risk of childhood overweight and obesity [Internet]. e-Library of Evidence
for Nutrition Actions (eLENA). 2019 [cited 2020 Jan 4]. Available from:
https://www.who.int/elena/titles/ssbs_childhood_obesity/en/
10. Shahsavarani AM, Azad E, Abadi M, Kalkhoran MH. Stress: Facts and
Theories through Literature Review. Int J Med Rev. 2015;2(2).
11. Lumban Gaol NT. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Bul
Psikol. 2016;24(1):1.
12. Blackwell W, Neuroscience B. The Handbook of Stress.
13. Schuster RM, Hammitt WE, Moore D. A theoretical model to measure the
appraisal and coping response to hassles in outdoor recreation settings. Leis
Sci. 2003;25(2–3):277–99.
14. Harris ML, Loxton D, Sibbritt DW, Byles JE. The influence of perceived
stress on the onset of arthritis in women: Findings from the australian
longitudinal study on women’s health. Ann Behav Med. 2013;46(1):9–18.
15. Harris ML, Oldmeadow C, Hure A, Luu J, Loxton D, Attia J. Stress
increases the risk of type 2 diabetes onset in women: A 12-year
longitudinal study using causal modelling. PLoS One. 2017;12(2):1–13.
16. Cosgrove MP, Sargeant LA, Caleyachetty R, Griffin SJ. Work-related
stress and Type 2 diabetes: Systematic review and meta-analysis. Occup
Med (Chic Ill). 2012;62(3):167–73.
61

17. Norberg M, Stenlund H, Lindahl B, Andersson C, Eriksson JW, Weinehall


L. Work stress and low emotional support is associated with increased risk
of future type 2 diabetes in women. Diabetes Res Clin Pract.
2007;76(3):368–77.
18. Abizaid A. Stress and obesity: The ghrelin connection. J Neuroendocrinol.
2019;31(7):1–8.
19. McEwen BS. Seminars in medicine of the Beth Israel Deaconess Medical
Center: Protective and damaging effects of stress mediators. N Engl J Med.
1998;338(3):171–9.
20. Al-Goblan AS, Al-Alfi MA, Khan MZ. Mechanism linking diabetes
mellitus and obesity. Diabetes, Metab Syndr Obes Targets Ther.
2014;7:587–91.
21. Yusoff MSB, Rahim AFA. The Medical Student Stressor Questionnaire (
MSSQ ) Manual An explanatory guide on stress and stressors in medical
study to help you. 2014;(February 2010).
22. Facts Q. Sugar-Sweetened Beverages. 2016;(9).
23. Welsh JA, Lundeen EA, Stein AD. The sugar-sweetened beverage wars:
Public health and the role of the beverage industry. Curr Opin Endocrinol
Diabetes Obes. 2013;20(5):401–6.
24. Schulze MB, Manson JAE, Ludwig DS, Colditz GA, Stampfer MJ, Willett
WC, et al. Sugar-sweetened beverages, weight gain, and incidence of type 2
diabetes in young and middle-aged women. J Am Med Assoc.
2004;292(8):927–34.
25. Neme J, Nirmalraj M, Matthews H, Geske J, Khandalavala B. Sugar-
Sweetened Beverage Intake Assessment in a Family Medicine Residency
Clinic. PRiMER. 2018;2:1–7.
26. Livana, Mubin, & Basthomi Y. Penyebab Stres Mahasiswa Selama
Pandemi Covid-19. Jurnsl Ilmu Keperawatan Jiwa. 2020;3(2):203–8.
27. Agusmar AY, Vani AT, Wahyuni S. Perbandingan Tingkat Stres pada
Mahasiswa Angkatan 2018 dengan Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah. Heal Med J. 2019;1(2):34–8.
28. Mechanisms B. Neural Networks , Eating , and Obesity U N D E R LY I N
G H O M E O S TAT I C E AT I N G A N D S T R E S S - R E L AT E D.
2012;266–72.
29. Malik VS, Schulze MB, Hu FB. Intake of sugar-sweetened beverages and
weight gain: A systematic review. Am J Clin Nutr. 2006;84(2):274–88.
30. Shi Z, Taylor AW, Wittert G, Goldney R, Gill TK. Soft drink consumption
and mental health problems among adults in Australia. Public Health Nutr.
2010;13(7):1073–9.
31. Organization WH. Guideline: Sugars intake for adults and children. World
Heal Organ. 2018;57(6):1716–22.
62

Anda mungkin juga menyukai