Kes
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
TIDAK MENULAR
KATA PENGANTAR
Musfirah
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN - 1
BAB II PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK
MENULAR - 5
A. Penelitian Epidemiologi untuk PTM - 5
B. Ukuran Frekuensi Penyakit - 9
BAB III FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR - 10
A. Faktor risiko - 10
B. Macam- macam risiko - 10
C. Kegunaan indentifikasi faktor risiko - 11
D. Kriteria faktor risiko - 12
E. Contoh faktor risiko - 12
F. Menentukan besar faktor risiko - 13
G. Pencegahan PTM - 14
BAB IV EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG - 16
A. Pendahuluan - 16
B. Pengertian gagal jantung - 16
C. Etiologi - 17
D. Faktor risiko - 18
E. Patofisiologi - 19
F. Diagnosis - 20
BAB V EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KANKER SERVIKS - 24
A. Pengertian kanker serviks - 24
B. Etiologi - 24
C. Faktor risiko - 24
D. Patofisologi - 27
E. Diagnosa - 28
F. Komplikasi - 28
G. Penatalaksanaan - 30
H. Pencegahan - 30
BAB VI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KATARAK - 32
A. Pengertian katarak - 32
B. Etiologi - 33
C. Faktor risiko - 34
D. Patofisologi - 36
E. Diagnosa - 36
F. Komplikasi - 36
G. Penatalaksanaan - 38
H. Pencegahan - 38
BAB VII EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI - 40
A. Pengertian hipertensi - 40
B. Etiologi - 40
C. Faktor risiko - 41
D. Patofisologi - 41
E. Diagnosa - 43
F. Komplikasi - 44
G. Penatalaksanaan - 44
H. Pencegahan - 46
BAB VIII EPIDEMIOLOGI PENYAKIT OBESITAS - 47
A. Pengertian obesitas - 47
B. Etiologi - 48
C. Faktor risiko - 51
D. Komplikasi - 52
E. Penatalaksanaan - 53
F. Pencegahan - 55
BAB IX EPIDEMIOLOGI PENYAKIT GAGAL GINJAL - 57
A. Pengertian gagal ginjal - 57
B. Etiologi - 57
C. Faktor risiko - 58
D. Patofisiologi - 58
E. Diagnosa - 59
F. Komplikasi - 61
G. Penatalaksanaan - 63
H. Pencegahan - 66
BAB X EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MILITUS - 68
A. Pengertian DM - 68
B. Jenis - 68
C. Gejala - 69
D. Faktor Risiko - 70
E. Diagnosis - 71
F. Komplikasi - 73
G. Pencegahan - 74
BAB XI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT REMATIK - 75
A. Pengertian Rematik - 75
B. Etiologi - 77
C. Faktor risiko - 77
D. Patofisiologi - 79
E. Diagnosis - 80
F. Komplikasi - 82
G. Pencegahan - 82
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan | 1
yang berlangsung secara mendadak seperti keracunan.
2. Penyakit Non- infeksi
Disebut dengan Penyakit Non- infeksi karena penyebab PTM biasanya
bukan oleh mikro-organisme, namun bukan berarti tidak ada peran
mikro-organisme dalam terjadinya PTM.
3. New communicable disease
New comunicable disease karena penyakit ini dianggap dapat menular
melalui gaya hidup (life style) gaya hidup dalam dunia modern dapat
menular dengan gayanya sendiri. Gaya hidup didalamnya menyangkut
pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Contoh
perubahan pada pola makan telah mendorong perubahan peningkatan
penyakit jantung yang banyak mengandung kolesterol.
4. Penyakit degeneratif
PTM disebut sebaga penyakit degeneratif karena kejadiannya
bersankutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM
banyak ditemukan pada usia lanjut berdasarkan waktu/umur
B. Karakteristik Penyakit Tidak Menular.
Penyakit Tidak Menular memilik karakteristik sebagai berikut:
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang
c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik)
d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
e. Mempunyai Variasi yang luas
f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya.
g. Faktor penyebabnya multikausal, bahkan tidak jelas. Contoh penyakit
tidak menular penyakit jantung
BAB I Pendahuluan | 2
Sekedar membandingkan PTM dengan penyakit menular, dapat di lihat sebagai
berikut:
Penyakit menular Penyakit Tidak Menular
1) Banyak di temui di Negara Di temui di Negara Industri
berkembang Rantai penulaan tidak
jelas
2) Rantai penularan yang jelas
Perlangsungan Kronis
3) Perlangsungan akut Etiologi tidak jelas
4) Etiologi mikroorganisme jelas Bersifat Multiple-kausa
5) Bersifat single-kausa Diagnosisi mudah
Sulit mencari penyebabnya
6) Diagnosisi mudah Biaya mahal
7) Agak mudah mencari Ada iceberg phenomen
Morbiditas dan
penyebabnya mortalitasnya cenderung
8) Biaya relative murah meningkat
BAB I Pendahuluan | 3
hubungan antar papapran dengan penyakit dapat di sebabkan oleh factor-
faktor brikut (Fletcher 129):
1. Masa laten yang panjang antara eksposure dengan
penyakit.
2. Frekuensi paparan fakor resiko yang tidak teratur.
3. Insiden penyakit yang rendah
4. Resiko paparan yang kecil
5. Penyebab penyakit yang multikompleks
BAB I Pendahuluan | 4
BAB II
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK
MENULAR
Desain Kohort
Pada disain cohor berdasarkan status paparan ( Exposure) kemudian diikuti (di-
follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung
besarnya kejadian penyakit (Disease). Dalam hal ini berdasarkan status paparan
( jajan dan cuci tangan atau jajan dan tidak cuci tangan) baru kemudian diamati
dari paparan-paparan tersebut mana yang menyebabkan penyakit Thypoid dan
mana yang tidak menyebabkan penyakit Thypoid.
3. Cross sectional
Desain studinya dapat digambarkan sebagai berikut :
2. Ratio Ratio
( Perbandingan) adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian
dari penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Ratio
menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu
dengan yang lain.
3. Rate
Perbandingan antara jumlah kejadian terhadap jumlah penduduk yang
mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu
tertentu.
A. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit
yang induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan
kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok
masyarakat).
B. MACAM-MACAM FAKTOR RISIKO
1. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah :
a) Faktor Risiko yang tidak dapat diubah (Unchangeable risk factors)
seperti faktor umur dan genetik
b) Faktor yang dapat diubah (Changeable risk faktors) seperti faktor
risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok atau latihan
olahraga.
2. Menurut kestabilan peranan faktor risiko :
a) Faktor yang dicurigai (Suspected risk factors) yaitu faktor-faktor yang
belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian
sebagai faktor risiko. Misalnya rokok sebagai kanker leher rahim.
b) Faktor risiko yang telah ditegakkan (Established risk factors) yaitu
faktor risiko yang telah mendapatkan dukungan ilmiah/penelitian
dalam peranananya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian
suatu penyakit, contoh: rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker
paru-paru. Perlunya dikembangkan konsep faktor risiko dalam
epidemiologi PTM berkaitan dengan beberapa alasan antara lain:
1) Tidak jelas kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya
mikroroganisme dalam PTM
Perlu juga diketahui pengertian factor resiko dan prognosis. Secara umum dapat
dikatakan bahwa prognosis menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat
dari keadaan sakit. Sedangkan factor resiko adalah berapa besar kemungkinan
sakit dari seorang yang sehat.
A. PENDAHULUAN
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi dan insidens gagal
jantung global mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini didukung tak
hanya oleh peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat gagal
jantung, tapi juga pertambahan kematian akibat gagal jantung serta beban biaya
kesehatan yang terkait gagal jantung.
Data global mengungkap bahwa prevalensi gagal jantung telah meningkat
dalam beberapa dekade terakhir. Hal tersebut diduga berkaitan dengan peningkatan
kesadaran masyarakat dan angka diagnosis gagal jantung, pertambahan jumlah
populasi lansia, peningkatan insidens gagal jantung, serta perbaikan tata laksana
penyakit kardiovaskuler dan layanan kesehatan secara umum. Insidens gagal jantung
bervariasi antara 1-32 kasus per 1000 orang-tahun. Rentang estimasi insidens yang
lebar tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik populasi yang diteliti dan kriteria
diagnosis yang dipakai.
B. PENGERTIAN GAGAL JANTUNG
Gagal jantung adalah kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak
mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga dikenal
dengan istilah gagal jantung kongestif. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
hipertensi, anemia, dan penyakit jantung.
Gagal jantung, atau dikenal juga sebagai gagal jantung kongestif, adalah
istilah medis yang merujuk pada kondisi saat otot jantung tidak bisa memompa darah
dengan baik. Pada kondisi yang normal, jantung memompa darah secara terus menerus,
entah saat Anda beraktivitas atau beristirahat. Terdapat empat bilik pada jantung,
dengan dua bilik di atas (atrium) dan dua bilik di bawah (ventrikel).
f. Berolahraga
Berolahraga merupakan salah satu pencegahan kanker serviks. Berolahraga
juga membuat tubuh lebih sehat dan fit
g. Status ekonomi
Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki faktor risiko lima kali
lebih besar daripada wanita di kelas ekonomi paling tinggi. Hal ini mungkin
dikarenakan wanita dengan kelas ekonomi paling rendah tidak memiliki akses
yang mudah ke pelayanan kesehatan.
h. Diet
Wanita yang diet rendah buah dan sayuran memiliki risiko tinggi terkena kanker
serviks
A. PENGERTIAN KATARAK
Katarak adalah opasitas pada lensa yang menyebabkan penurunan jumlah atau
pembiasan cahaya yang masuk melalui media refraksi sehingga menurunkan
kemampuan penglihatan. Degenerasi adalah penyebab katarak yang paling umum,
tetapi banyak faktor lain yang dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit
sistemik (seperti diabetes), merokok, dan kelainan herediter yang bisa menyebabkan
katarak kongenital.
Katarak terkait usia adalah penyebab umum gangguan penglihatan. Prevalensi
katarak diduga berkisar 50% pada individu usia 65-74, meningkat menjadi sekitar
70% bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun.
Menurut WHO, katarak bertanggung jawab terhadap 51% kebutaan dunia yang
merepresentasikan sekitar 20 juta orang. Walaupun katarak dapat ditangani dengan
pembedahan, banyak negara yang masih memiliki keterbatasan untuk pasien dapat
mengakses pembedahan, sehingga katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan
di dunia. Seiring dengan angka harapan hidup yang semakin tinggi di dunia, jumlah
orang dengan katarak diperkirakan akan terus bertambah.
Pasien katarak biasanya datang dengan keluhan penurunan visus akibat lapang
pandang yang berkabut atau berawan. Pada pemeriksaan ditemukan kekeruhan pada
lensa dengan shadow test positif. Penatalaksanaan katarak yang paling definitif
adalah dengan tindakan operatif. Sebuah studi melaporkan bahwa penundaan lebih
dari 6 bulan menyebabkan peningkatan risiko kegagalan dari tindakan operatif.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa katarak merupakan penyebab kebutaan
tertinggi di dunia dengan persentase sebesar 51%.
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Menurut Shepes, S.G (2005) Hipertensi adalah penyakit tanda adanya
gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolic yang naik di atas tekanan
darah normal. Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi
adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO
menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga
diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas
140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas 140 mmHg
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.
B. ETIOLOGI HIPERTENSI
Penyebab hipertensi dibedakan atas 2 yaitu:
1. Hipertensi esensial (hipertesi primer) yaitu hipertesi yang tidak diketahui
penyebabnya atau adiopatik. Hipertensi esensial adalah penyakit
multifactor yang timbul terutama karena interaksi antara faktor risiko
tertentu.
2. Hipertensi non esensial (sekunder) adalah hipertensi yag dapat diketahui
penyebabnya, sering berhubungan dengan beberapa penyakit seperti ginjal,
jantung coroner, diabetes, dan kelainan system saraf pusat.
A. PENGERTIAN OBESITAS
Epidemi obesitas dengan cepat menjadi tantangan terbesar kesehatan
masyarakat global, peringkat tiga besar penyebab gangguan kesehatan kronis.
Pada tahun 2014 diperkirakan bahwa dampak ekonomi global akibat obesitas
adalah $ 2 triliun per tahun yaitu hampir sama dengan merokok dan
perang/konflik global. Angka ini termasuk biaya kesehatan serta biaya yang
terkait dengan kehilangan produktivitas.
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan
(energy expenditure) dalam waktu yang lama (WHO, 2000). Indeks massa tubuh
(IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang
digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada
orang dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT
bukan merupakan satu-satunya indikator untuk mengatur obesitas. Selain IMT,
metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan mengukur
2. Metabolik Asidosis
Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit, cairan, dan juga
asam basa di dalam darah. Jika fungsi tersebut terganggu, maka darah akan asam
dan pH darah akan turun. Jika pH darah turun, maka akan membuat pembuluh
darah melebar, dan juga kontraksi jantung menjadi terganggu. Jika hal tersebut
tidak dikendalikan, maka akan membawa dampak yang sangat buruk.
3. Gangguan Mineral dan Tulang
Penyakit ginjal yang sudah lama dibiarkan, bisa menganggu mineral
dan juga tulang. Asupan kalsium yang kurang, bisa menyebabkan tulang
menjadi mudah patah. Orang dengan penyakit ginjal kronis, memiliki tulang
yang tidak kuat dan mudah patah, karena gangguan tulang yang dialaminya.
4. Gangguan Pada Otak (ensefalopati)
Pada pasien gagal ginjal kronis akan mengalami gangguan pada proses
eksresi (pengeluaran senyawa yang tidak digunakan lagi oleh tubuh) sehingga
menyebabkan amonia tidak dapat dikeluarkan dan akhirnya menumpuk di dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan amonia dapat masuk ke dalam aliran darah sistemik
dan terbawa sampai ke otak. Amonia akan menyebabkan kerusakan pada otak
dan mengganggu kinerja otak. Tubuh akan mengalami perubahan kesadaran,
terganggunya aktivitas hingga paling parah dapat menyebabkan kejang-kejang.
5. Anemia
Ginjal sebagai organ yang memproduksi eritropoietin yang berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah. Terganggunya proses pembentukan sel
darah merah menyebabkan penurunan produksi sel darah merah yang
A. PENGERTIAN REMATIK
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit
hipertensi, diabetes atau Acquired immuno deficiency syndrome (AIDS). Namun,
penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi
dimana-mana. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam
dari kehidupan. Namun, Arthritis Rheumatoid dapat mulai pada usia berapa pun
(American College of Rheumatology, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian rematik pada
tahun 2010 mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik,
dimana 5-10% berusia 5-20 tahun dan 20% berusia 55 tahun sedangkan tahun 2012
meningkat menjadi 25% penderita rematik yang akan mengalami kecacatan akibat
kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian. Rheumatoid arthritis adalah
bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta
orang di Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan, bahkan 1-
3% wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya.
Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan
dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus Arthritis Rheumatoid di
Indonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3%. Sementara, di Amerika mencapai 3%
(Nainggolan, 2009). Angka kejadian Arthritis Rheumatoid di Indonesia pada
penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan
remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita
Rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).