Anda di halaman 1dari 4

1.

Urgensi Pendidika Panacasila JAKOD


Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan Pancasila.
Tidak di sadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak benar, yang
merupakan bentuk tersamar dari ideologi yang justru bertentangan dengan Pancasila.
Oleh sebab itu panacasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara
yuridis-konstitusional Pancasila adalah dasr Negara yang meruoakan dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiah Pancasila adalah
paham filsafat yang dapat diuraikan dan diterima secara rasional. UU No.20 Tahun
2003 tentang system Pendidikan Nasional, yang diewajantahan dalam PP No.19 Tahun
2005 tentang standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat Satuan
Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan agama, Pendidikan
kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris. Pendidikan
Kewarganegaraan memuat Pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan
mahasiswa terhadap ideologi Negara.

2. Tujuan Pendidikan Pancasila ADI


Tujuan Pendidikan Pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan Pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Pancasila adalah agar subjek didik
memiliki moral yang sesuai dengan nilai Pancasila moralitas itu mampu terwujud dalam
kehidupan sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku keimaman
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai agama, perilaku kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
mendukung persatuan bangsa Indonesia. Adapun tujuan Pendidikan Pancasila
dipergutuan tinggi adalah agar mahasiswa:
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan jika Pancasila dan UUD 1945
dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia;
2. Menguasai pengetahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandasan;
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
Pancasila, sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka
keterpaduan iptek dan pembangunan;
4. Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berfikir, memcahkan
masalah, dan mengambil keputusan dengan menrepkan strategi heuristik terhadap
nilai-nilai Pancasila;
3. Esensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan UTIA/WIDI
Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
diharapkanakan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan
selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan
internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan
memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila.
Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta
tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga negara
Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani.

4. Latar belakang terjadinya tragedi Kanjuruhan Malang APPI

Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, di mana terjadi kerusuhan pasca pertandingan


sepak bola antara Arema vs Persebaya pada tanggal 1 Oktober 2022, terjadi karena
PSSI dan para pemangku kepentingan liga sepakbola Indonesia tidak profesional, tidak
memahami tugas dan peran masing-masing, cenderung mengabaikan berbagai
peraturan dan standar yang sudah dibuat sebelumnya, serta saling melempar
tanggungjawab pada pihak lain. Sikap dan praktik seperti ini merupakan akar masalah
yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun dalam penyelenggaraan kompetisi
sepak bola kita, sehingga dibutuhkan langkah-langkah perbaikan secara drastic. Polri
juga perlu segera menindaklanjuti penyelidikan terhadap suporter yang melakukan
provokasi, seperti yang awal mula memasuki lapangan sehingga diikuti oleh suporter
yang lain, suporter yang melakukan pelemparan flare, melakukan perusakan mobil di
dalam stadion, dan melakukan pembakaran mobil di luar stadion, dan juga Polri dan
TNI perlu segera menindak lanjuti penyelidikan terhadap aparat Polri dan TNI serta
pihak-pihak yang melakukan tindakan berlebihan pada kerusuhan pasca pertandingan
Arema vs Persebaya tanggal 1 Oktober 2022 seperti yang menyediakan gas air mata,
menembakkan gas air mata ke arah penonton (tribun) yang diduga dilakukan di luar
komando, pengelola Stadion Kanjuruhan yang tidak memastikan semua daun pintu
terbuka, pihak Arema FC, dan pihak PSSI yang tidak melakukan pengawasan atas
keamanan dan kelancaran penyelenggaraan pertandingan. sepatutnya Ketua Umum
PSSI dan seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri sebagai bentuk
pertanggungjawaban moral atas jatuhnya korban sebanyak 712 orang, dimana saat
laporan ini disusun sudah mencapai 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka berat,
484 orang luka sedang/ringan yang sebagian bisa saja mengalami dampak jangka
panjang.
5.Penghayatan nilai-nilai pancasila pada tragedy kanjuruhan malang PACK ERTE
Terjadinya tragedi Kanjuruhan karena kita tidak menghayati nilai-nilai Pancasila, baik
itu supporter, apparat keamanan, panitia pelaksana, official, hingga pemain sepak
bolanya. Bukankah program Pelajar Pancasila telah berjalan, jangan sampai ia hanya
sebuah jargon proyek kebudayaan di Tanah Air. Asosiasinya dalam konteks sepakbola
Tanah Air akan muncul imajinasi bawah sadar, macam Pemain Pancasila, Wasit
Pancasila, Pelatih Pancasila, Aparat Pancasila, Supporter Pancasila. Pendek kata lahir
manusia yang ber-pancasila dalam segala lini kehidupan.
Mencermati dinamika informasi dibalik tragedy Kanjuruhan, banyak komentar
dan analisi yang muncul, tetapi mengapa selalu mengarah pada siapa yang salah,
penyebab, dan yang bertanggung jawab. Tragedi Kanjuruhan, bagi saya, benar-benar
memorak-porandakan hati Nurani dan tidak masuk akal.
Ternyata kita belum dewasa dan belum professional. Ini pesan dari tragedi
kemanusiaan di balik gelinding bola yang mestinya berkeadaban. Bahasa bolanya,
fairplay. Kedewasaan butuh proses, karena itu butuh kesadaran dan waktu yang cukup.
Kejujuran siapa pun yang terlibat penting dijadikan jembatan penyadaran diri. Apa,
bagaimana, dan mengapa mengapa kita menyelenggarakan, menikmati, bermain dan
mengawal sebuah pertandingan sepak bola. Akankah mereka menyedari bahwa
ketakmatangan psikologis bisa menjelma ketakmatangan jiwa sosial. Bukankah emosi
dan pikiran memiliki hukum tarik-menarik yang dahsyat. Tragedi kanjuruhan tentunya
menjadi bukti memilukan dari logika demikian. Jangan sampai kepentingan ekonomi
mengalahkan kepentingan kemanusiaan. Panitia pelaksana menjual tiket diluar
kapasitas, tidak menghiraukan pesan keamanan dan standar pengelolaan
penyelenggaraan. Mari belajar pada klub-klub sepakbola dunia yang
penyelenggaraannya lebih professional, untuk perbaikan dan perubahan radikal ke
depan. Ternyata nilai-nilai Pancasila belum bisa menjadi nafas dalam sepakbola Tanah
Air. Jika karakter yang ingin dilekatkan pada program nasional “Pelajar Pancasila”,
maka masyarakat bola dan pemain pun penting mencerminkan nilai filosofinya.
Karakter pertama dari pelajar Pancasila, misalnya adalah bermain, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Jika cerminan karakter pertama manusia
Pancasila ini terwujud, maka kerusuhan hitam kanjuruhan itu tak akan terjadi. Akhlak
mulia adalah akar cinta sesama, pintu kesadaran masyarakat, jembatan jiwa yang
berbudi

KESIMPULAN
Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi karena kita tidak menghayati nila-nilai Pancasila,
sehingga tragedi tersebut menjadi pelanggaran nilai-nilai Pancasila dan HAM yang
terjadi akibat tata kelola yang diselenggarakan dengan cara tidak menjalankan,
menghormati, dan memastikan prinsip serta norma keselamatan dan keamanan.
Tragedi kanjuruhan tentunya menjadi bukti memilukan dari logika demikian. Jangan
sampai kepentingan ekonomi mengalahkan kepentingan kemanusiaan. Panitia
pelaksana menjual tiket diluar kapasitas, tidak menghiraukan pesan keamanan dan
standar pengelolaan penyelenggaraan. Mari belajar pada klub-klub sepakbola dunia
yang penyelenggaraannya lebih professional, untuk perbaikan dan perubahan radikal
ke depan.

SARAN
Semoga tragedi kanjuruhan bisa menyadarkan bagaimana kearifan pikiran bawah
sadar mestinya diolah dan dioptimalkan dalam kemaslahatan kehidupan, bukan
menjadi akar emosional instingtif yang merusaknya. Jika tragedi kanjuruhan yang
terakhir untuk menata kembali masyarakat dan pelaku sepakbola kita lebih
berpancasila, berbudaya, berkeadaban dan berakhklak mulia sebagaimana diimpikan
dalam karakter manusia. Diharapkan juga mampu mengantisipasi hari depan yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara
untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai