KESIMPULAN
Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi karena kita tidak menghayati nila-nilai Pancasila,
sehingga tragedi tersebut menjadi pelanggaran nilai-nilai Pancasila dan HAM yang
terjadi akibat tata kelola yang diselenggarakan dengan cara tidak menjalankan,
menghormati, dan memastikan prinsip serta norma keselamatan dan keamanan.
Tragedi kanjuruhan tentunya menjadi bukti memilukan dari logika demikian. Jangan
sampai kepentingan ekonomi mengalahkan kepentingan kemanusiaan. Panitia
pelaksana menjual tiket diluar kapasitas, tidak menghiraukan pesan keamanan dan
standar pengelolaan penyelenggaraan. Mari belajar pada klub-klub sepakbola dunia
yang penyelenggaraannya lebih professional, untuk perbaikan dan perubahan radikal
ke depan.
SARAN
Semoga tragedi kanjuruhan bisa menyadarkan bagaimana kearifan pikiran bawah
sadar mestinya diolah dan dioptimalkan dalam kemaslahatan kehidupan, bukan
menjadi akar emosional instingtif yang merusaknya. Jika tragedi kanjuruhan yang
terakhir untuk menata kembali masyarakat dan pelaku sepakbola kita lebih
berpancasila, berbudaya, berkeadaban dan berakhklak mulia sebagaimana diimpikan
dalam karakter manusia. Diharapkan juga mampu mengantisipasi hari depan yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara
untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila.