Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN MASALAH KEPENDUDUKAN DENGAN MASALAH

LINGKUNGAN HIDUP
· Definisi Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat
mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau
bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang
berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang
mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh
manusia.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997 [1], lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup
lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak
berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain
merupakan wawasan nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua
dan dua samudera dengan ikim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan
kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya,
tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala
aspeknya [2].
· Masalah Lingkungan Hidup
“Apa sesungguhnya masalah lingkungan hidup itu?”
Intinya adalah ketidakstabilan lingkungan hidup, yakni terganggunya proses siklus
ekosistem disebabkan adanya satu atau lebih unsur dari komponen ekosistem yang
tidak berfungsi secara normal (stabil dan dinamis), yang (secara langsung atau
tidak langsung) menyebabkan terganggunya komponen sosiosistem, dan/atau
sebaliknya yang menyebabkan degradasi pada dinamika dan stabilitas
sosioekosistem sebagai suatu tatanan yang utuh. Dalam konteks ini, masalah
lingkungan hidup dapat berupa masalah geologis, atau masalah antropogenik, atau
gabungan dari keduanya (geologis dan antropologis secara berakumulasi).

· Kajian Masalah Lingkungan Hidup


Di dalam setiap masalah pasti akan banyak penyebab atau faktor-faktor yang dapat
mendasari masalah lingkungan hidup di dunia, khususnya di negara Indonesia ini
muncul. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah lingkungan hidup
yang ada di Indonesia dapat muncul, yaitu :
1. Masalah lingkungan hidup Secara Umum
Pembangunan, konkritnya kegiatan manusia dalam menjalani dan memperbaiki
hidup dan kehidupannya senantiasa menggunakan unsur-unsur SDA dan
lingkungan hidup dan berlangsung pada lingkungan hidup tertentu. Kegiatan ini
merupakan tuntutan hidup yang sangat manusiawi bahkan merupakan suatu
kemutlakan bila manusia ingin tetap eksist dalam kehidupan berbudaya ini secara
wajar yang tidak boleh dipertentangkan dengan tuntutan ekologi agar tetap stabil
dan dinamis, dan bukan soal pilihan satu diantara keduanya. Di sinilah berakar
masalah lingkungan hidup yang hakiki (Kusumaatmadja, 1975 & Emil Salim,
1988).
Pembangunan tersebut dalam dirinya mengandung perubahan besar seperti
perubahan struktur ekonomi, struktur fisik wilayah; struktur pola konsumsi; dan
tentunya struktur SDA dan lingkungan hidup, termasuk teknologi dan sistem nilai
(KH, 1999:49). Dengan demikian, apabila perubahan-perubahan tersebut
menimbulkan tekanan yang melampaui batas-batas keseimbangan/keserasian SDA
dan lingkungan hidup, maka manusia telah menghadapi masalah lingkungan hidup.
Sesaran sederhana dapat dikatakan sebagai degradasi atau mundurnya kualitas
lingkungan (W&GD, 1992 & GD,1994). Kualitas lingkungan (lingkungan hidup)
pada hakikatnya adalah nilai yang dimiliki lingkungan untuk kesehatan manusia,
keamanan dan bentuk-bentuk penggunaan lainnya serta lingkungan hidup itu
sendiri (nilai intrinnsik).
Adapun wujud atau bentuk masalah lingkungan hidup dalam realitasnya dapat
berupa pencemaran, atau perusakan, atau pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup secara bersamaan dan berakumulasi. Masalah lingkungan hidup ini dapat
berupa pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh
tindakan manusia (masalah lingkungan hidup “antropologenik’’), dan juga dapat
disebabkan oleh peristiwa alam (masalah lingkungan hidup “geologis”). Sebagai
catatan, bahwa yang dapat dikendalikan oleh manusia, termasuk pengaturan dan
penerapan hukumnya, hanyalah masalah lingkungan hidup anntropogenik, yakni
mengendalikan kegiatan manusia yang berdimensi SDA/LH, dengan AMDAL,
Penataan Ruang, Baku mutu, audit lingkungan misalnya. Adapun yang bersifat
geologis, hanya dapat diupayakan agar akibatnya terhadap kehidupan manusia
dapat diperkecil, misalnya membuat tanggul penahan lahar seperti di lereng
Merapi, dsb. Perkembangan hukum lingkungan sendiri merupakan akibat
timbulnya kesadaran tentang. masalah lingkungan hidup dalam tahun-tahun tujuh
puluhan (W&GD,1992)
Di sinilah antara lain letak pentingnya memahami (setidaknya mengenal) masalah
lingkungan hidup ini dalam kajian/pelajaran hukum lingkungan, yang merupakan
dasar dan akar tumbuh dan berkembangnya hukum lingkungan. “Hukum
lingkungan, bermula dari masalah lingkungan hidup” (SS Rangkuti, 13-1-1994).
Substansi dan dasar pemikiran hukum lingkungan dapat dihami secara lebih baik
dengan adanya pemahaman (pengetahuan) pada akar-akarnya. Disini pulalah letak
makna hukum lingkungan sebagai “hukum fungsional.
Kembali kepada masalah lingkungan hidup antropogenik, semakin tinggi tingkat
intentitas kegiatan manusia yang umumnya sejalan dengan tingkat kemajuan
ekonomi dan iptek/kebudayaan yang dicapai, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tersebut, baik secara
yuridis terlebih-lebih secara ekologis (pencemaran atau perusakan lingkungan
hidup secara yuridis menurut system hukum lingkungan Indonesia atau UUPLH,
tidak identik dengan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup secara ekologis
atau fisik). Ini berarti bahwa masalah lingkungan hidup secara prinsipil tidaklah
menurun, melainkan semakin meningkat sesuai dengan hukum termodinamika I &
II serta asas-asas dalam kajian lingkungan hidup, kecuali dengan kesadaran dan
tindakan manusia yang berwawasan lingkungan hidup diwujudkan secara
berkelanjutan dengan belajar dari pengalaman dan sejarah pertumbuhan yang
dicapai peradaban manusia.

· Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan Hidup


1. Kasus Smog Los Angeles: Tahun 1950 an, Los Angeles mengalami “smog”,
yakni asap yang menebal yang menyerupai kabut menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit misterius seperti yang menyerang ayam, sapi, dan domba
mati. Keadaan inilah yang mengilhami terbitnya buku “The Silent Spring” (Musim
Semi yang Sunyi).oleh Rachel Carson, 1962 yang menggambarkan betapa para
petani berbicara tentang banyaknya penyakit dalam keluarganya, para dokter
menyaksikan penyakit baru yang muncul pada pasiennya, dll.
2. Kasus Minamata – Jepang (diulas secara mendalam oleh Harada Masazumi,
“Tragedi Minamata”, 2005), yakni timbulnya penyakit baru di Teluk Minamata
Jepang, laporan 1955 dan 1956, yang menyerang manusia dan hewan, seperti
tulang penderita menjadi “rapuh”, yang kemudian (1968) diketahui, ternyata
penyebabnya dari limbah industri, termasuk pupuk pertanian.
3. Global : Salah satu masalah lingkungan hidup secara global yang dapat
mengancam kehidupan umat manusia adalah pemanasan global, yakni naiknya
intensitas Efek Rumah Kaca (“Greenhouse Effect”) yang disebabkan
meningkatnya gas (C02) dalam atmosfir (“atmosphere”) selimut bahan, gas berupa
udara, yakni bahan udara di sekeliling bumi (yang merupakan bagian tak
terpisahkan dengan “biosphere” dan “ecosphere” yang dapat menunjang
kehidupan) yang juga disebut “gas rumah kaca” (GRK). Dampak rumah kaca ini
pada prinsipnya diakibatkan pembakaran dalam berbagai kegiatan manusia (pabrik,
transportasi, dll). Catatan: Secara filosofis, sumber masalah lingkungan hidup (al) :
Tidak tahu, tidak mampu, dan tidak peduli untuk mencegah/mengatasinya.
Negara maju dan Negara miskin : Meskipun secara ekologis bumi ini dipandang
sebagai satu ekosistem besar, namun adanya perbedaan karakteristik Negara-
bangsa-bangsa- antara Negara maju dengan Negara berkembang membawa pula
karakteristik pada masalah lingkungan hidup yang dihadapi masing-masing Negara
yang bersangkutan. Negara Maju : Masalah lingkungan hidup yang dominan
dihadapi Dunia/Negara-negara maju adalah pencemaran lingkungan hidup pada
SDA tanah, air dan udara akibat kemajuan industri (dalam arti luas). Masalah
lingkungan hidup yang dihadapi pada Dunia/Negara-negara berkembang
didominasi oleh perusakan lingkungan hidup terutama pada lahan, hutan dsb, serta
pencemaran lingkungan hidup dari limbah domestik (rendah biaya dan iptek). Jadi
kemajuan dan keterbelakangan sama-sama menimbulkan masalah LH, meskipun
dengan sumber penyebab dan karakteristik yang berbeda.
Selain akibat perbuatan manusia, masalah lingkungan hidup juga dapat terjadi
karena peristiwa alam yang juga besar akibatnya pada kehidupan manusia
(sosiosistem). Letusan gunung api, gempa bumi dan Tsunami (gelombang pasang)
merupakan bagian dari peristiwa alam yang membawa masalah lingkungan hidup
bahkan kemusnahan. Letusan Gunung Tambora 1816, mengakibatkan (>) 90.000
orang meninggal; Letusan Gunung Krakatau 1883; Letusan Gunung Merapi 1994;
Tsunami NTT 1994; Bahorok Sumatera Utara 2003, dan Gempa/Tsunami
Aceh/Tailand/Srilangka 2004 yang menyebabkan ratusan ribu jiwa meninggal,
gempa bumi DIY dan beberapa daerah selatan Jawa 27 Mei 2006, dll merupakan
sebagian kecil dari begitu banyak peristiwa alam yang membawa mala petaka bagi
kehidupan manusia. Semburan/banjir Lumpur panas Sidoarjo Jatim akhir 2005-
sekarang juga didominasi oleh faktor alam, meskipun terjadinya dengan campur
tangan manusia.
Banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini dan sangat merugikan kehidupan manusia
(desa-kota). Banjir bandang yang melanda DKI Jakarta, Th. 2002 dan masih terus
berlangsung, dan beberapa daerah lainnya (Depok, Bandung, Samarinda, dll)
merupakan bagian kecil dari fenomena ini. Sepintas adalah peristiwa alam, tetapi
sesungguhnya merupakan perpaduan (akumulasi) antara pengaruh aktivitas
manusia dengan peristiwa alam, baik pada Negara maju maupun pada Negara
berkembang/miskin. Penimbunan/bangunan pada situs kantong-kantong resapan
air di daerah kota, dan semakin berkurangnya hutas secara kuantitas dan kualitas
akibat kegiatan manusia, merupakan faktor penyebab fenomena ini.

· Masalah lingkungan hidup di Indonesia


Mengakhiri uraian ini, dikemukakan masalah LH yang aktual dihadapi dalam PLH
Indonesia (Sumber utama Koesnadi Hardjasoemantri, 1999: 49-52). Masalah LH
dalam PLH Indonesia timbul sebagai pengaruh dari aktivitas manusia yang
berdimensi LH, yang membawa perubahan besar pada komponen LH, baik fisik
maupun sosial budaya, dengan kemungkinan risiko LH yang timbul dan perubahan
tersebut. Timbulnya masalah LH tersebut diakibatkan/ dipengaruhi oleh 4 faktor
pokok, yaitu :
1. Perkembangan penduduk dan masyarakat.
`Ciri kependudukan Indonesia adalah :
a) Jumlahnya makin bertambah
b) Sebagian besar berusia muda (63% < 30 th – data 1993)
c) Tidak tersebar merata (Jawa-Madura 840 jiwa/km2, Kalimantan 18, Irian/Papua
7,5 jiwa/km2).
d) Jadi ada yang jenuh, dan ada yang belum dimanfaatkan secara optimal; Sulawesi
69 jiwa/km2.
e) Besarnya jumlah penduduk yang hidup/memperoleh pendapatan di sektor
pertanian (52,2% hidup di pedesaan -1993)
f) Tingginya tingkat pengangguran (2,2 jt = 2,79% -1993) -sumber kerawanan
sosial dan ekonomi.
2. Perkembangan SDA dan LH;
a) Permintaan akan SDA (tanah-lahan dan air) menghadapi tekanan yang cukup
besar akibat kepadatan penduduk (Jawa-Madura), dan tingkat pendapatan (Y) yang
rendah. Sementara itu, lading perpindah (chifting cultivation) di luar Jawa
membawa 100.000 ha menjadi lahan kritis/tahun.
b) Kemiskinan dan keterbelakangan (penghayatan LH) mendesak keperluan untuk
mencoba SDA secara tepat dan efisien, sehingga kurang memperhatikan factor
(kelestarian fungsi) LH.
c) Kemampuan alam menahan air makin berkurang.
3. Perkembangan teknologi dan kebudayaan.
Negara maju mengembangkan teknologi padat modal dan hemat tenaga kerja
sesuai dengan kondisi Negara yang bersangkutan, membawa pada penemuan
teknologi baru, yang tidak/belum mampu dilakukan oleh Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Teknologi membawa perubahan pada
kemampuan pemanfaatan SDA dan LH, dan kebudayaan yang memerlukan proses
penyesuaian bagi kebudayaan tertentu termasuk Indonesia.
4. Perkembangan ruang lingkup Internasional.
Dalam dunia Internasional, Negara maju sangat besar pengaruhnya di bidang
teknologi, pandangan dsb terhadap Negara berkembang termasuk Indonesia.
Negara maju tersebut menempatkan “kebebasan mekanisme pasar” sebagai prinsip
pokok. Dalam mekanisme ini, “harga” merupakan pedoman bagi kegiatan produksi
dan konsumsi. Masalahnya, “harga” berlaku terhadap barang yang dimiliki
perorangan (manusia/badan hukum/orang). Udara, air, taut, danau, hutan, berikut
isinya tidak dimiliki orang, dan tersedia secara gratis “tanpa harga”. Teknologi
produksi dan pola konsumsi tumbuh berkembang tanpa memperhitungkan
pengaruhnya terhadap LH, termasuk SDA yang belum memiliki atau belum
diketahui manfaatnya, sehingga luput dari perhitungan ekonomi pembangunan.
Kemusnahannya tidak dirasakan sebagai suatu kerugian. Sejalan dengan cara
pandang tersebut, maka pengelolaan alam tidak disertai upaya pembaharuan.
Sampah, kotoran, pencemaran, limbah sebagai hasil kegiatan industri tidak
termasuk perhitungan biaya perusahaan, yang kesemuanya itu dibuang secara
gratis di muka bumi ini.
Kondisi ini menyebabkan berlangsungya pembangunan (ekonomi) yang merusak
LH (bukan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan). Jadi
pembangunan menghasilkan kemajuan (ekonomi) yang disertai dengan degradasi
LH (pencemaran dan kerusakan LH) (Hardjasoemantri, 1999: 49-52). Fenomena
demikian ini bertolak belakang dengan filosofi PLH sebagaimana diharapkan
(Mochtar Kusumaatmadja, 1975 & Emil Salim 1988), yakni pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia secara sosial budaya yang sekaligus memelihara
keseimbangan LH, sehingga tetap mampu mendukung kehidupan umat manusia
pada setiap tahap kemajuan yang dicapai secara lintas generasi. Masalah LH
muncul, justru karena diantara pembangunan ekonomi (dalam arti luas) dengan
PLH bukan soal pilihan satu diantara dua. Sekiranya pilihan yang dijadikan dasar,
maka masalah LH dalam arti dan pemahaman kekinian menjadi tidak ada,
setidaknya tidak menjadi masalah yang penting dalam setiap aktivitas manusia.[3]
2. Definisi Kependudukan
Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau
berdomisili di dalam suatu wilayah negara (menetap)-lahir secara turun-temurun
dan besar di negara tersebut. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia
yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
3. Kajian Masalah Kependudukan
Di dalam setiap masalah pasti akan banyak penyebab atau faktor-faktor yang dapat
mendasari masalah kependudukan di dunia, khususnya di negara Indonesia ini
muncul. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah lingkungan hidup
yang ada di Indonesia dapat muncul, yaitu :
1. Masalah akibat angka kelahiran
Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan. Selain itu pertumbuhan
penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang
akan menunjukkan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
2. Masalah akibat angka kematian
Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu adanya peran pemerintah
dalam menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan gizi yang memadai
bagi anak balita. Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak
terhadap reputasi indonesia di mata dunia.
3. Masalah Jumlah Penduduk
Masalah yang timbul akibat jumlah penduduk adalah aspek ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga karena banyaknya beban tanggungan
sehingga sulit untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan.
4. Masalah mobilitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukkan peningkatan yang terus
menerus hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan
perkembangan industri pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan. Selain
itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang dulunya
kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai berbondong-
bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi petani.
5. Masalah Kepadatan Penduduk
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik fisik maupun nonfisik yang selanjutnya mengakibatkan
keinginan pindah semakin tinggi.
· Pengaruh Masalah Kependudukan Dengan Masalah Lingkungan Hidup
Populasi dunia ini perlahan-lahan meningkat. Ketika hal ini terjadi, kita perlu
mengambil hati-hati dalam memastikan kita tidak merugikan lingkungan. Jika kita
tidak berhati-hati maka bisa menimbulkan dampak bencana bagi kita dan alam.
Sebagai kota tumbuh lebih besar dan lebih besar tanah alam sekitar mereka sedang
berubah menjadi rumah dan gedung perkantoran. Kita perlu mengatur lebih dalam
taman kota untuk memungkinkan sejumlah besar urbanisasi. Ini membantu untuk
memperindah taman kota sambil membantu melestarikan lingkungan kita.
Seperti kita membangun rumah-rumah dan kota-kota kita menggunakan kayu
semakin banyak dan sumber daya alam lainnya untuk bangunan.. Kita perlu
membatasi berapa banyak penggalian diperbolehkan dalam satu area dan mereka
harus ditanam kembali, bukan dibiarkan gundul. Jika Anda pernah melihat setelah
sebuah tambang Anda akan mengerti bagaimana bekas luka ke bumi.
Ketika kita menggunakan pohon-pohon di hutan tropis atau hutan apapun kita
harus menanam setidaknya jumlah yang sama dari pohon yang kami ambil dari itu.
Burung, tupai, dan hewan lainnya menggunakan hutan-hutan untuk bertahan hidup
dan mengumpulkan makanan. Tanpa ini habitat alami mereka perlahan-lahan akan
mulai mati.
Sumber daya juga alternatif harus diteliti dan digunakan lebih berat. Seperti yang
kita membakar bahan bakar fosil semakin banyak kita menyakiti atmosfer dan
perlahan-lahan kehilangan sumber-sumber yang berharga. Belajar bagaimana
untuk memperluas penggunaan kita matahari, angin, dan energi hidro-listrik akan
sangat membantu menyelamatkan lingkungan.

Ini mungkin tidak tampak seperti alam yang terluka setiap saat. Namun, seiring
waktu kita perlahan akan mulai melihat penurunan hewan dan bahkan mungkin
melihat beberapa spesies punah, dan jika kita tidak mengubah cara kita hidup kita
akan segera dapat mengatasi sifat dirinya.
· Gambaran Umum Pengaruh Kependudukan terhadap Lingkungan
Lingkungan alam ini saling berhubungan karena setiap organisme, dari kuman
untuk ikan paus kepada orang-orang, adalah bagian dari rantai makanan yang
bergantung pada habitat yang sehat untuk bertahan hidup.” Sebagai penduduk
tumbuh, ada yang kurang dari sumber daya dunia bagi setiap orang; pribadi kita
sepotong kue semakin kecil. Pernyataan itu menyiratkan bagaimana tindakan
manusia dan bahkan semakin banyak orang yang membutuhkan sumber daya,
dampak negatif terhadap lingkungan.
Daya dukung merujuk pada jumlah orang bumi dapat mendukung secara
berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pemanfaatan
sumber daya dan distribusi sumber daya.. Daya dukung diperkirakan di berbagai
derajat dari angka terendah satu miliar sampai sekitar 44 milyar. Daya dukung
telah ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan dan diperkirakan bahwa jika Dunia
melebihi “daya dukung” nya maka ilmu akan menjadi harapan terakhir kami untuk
menemukan solusi.
· Dampak Negatif Masalah Kependudukan Terhadap Lingkungan
Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan
kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen
lainnya.
Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga
menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di
dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya.
Sedangkan, komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yaitu mencakup tanah,
air, api, batu, udara, dan lain sebagainya.
Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor, baik faktor alami dari
lingkungan itu sendiri ataupun akibat dari tingkah laku manusia. Pentingnya
lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa
menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan
tersebut.

Sekarang kita mencoba mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang disebabkan


tingkah laku manusia yaitu masalah kependudukan. Berikut contoh-contoh
identifikasi masalah kependudukan yang dapat merusak lingkungan :
1. Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahun, baik secara kelahiran maupun arus
urbanisasi/imigrasi, menyebabkan banyaknya lahan untuk dijadikan pemukiman
sehingga lahan hijau terutama di daerah perkotaan semakin sempit.
2. Penduduk suku-suku primitif yang masih memakai sistem berpindah tempat
tinggal menyebabkan banyak lahan hutan yang dibuka sebagai pemukiman
penduduk menjadi gundul karena tidak adanya penggantian pohon kembali
(reboisasi).
3. Meningkatnya jumlah penduduk berarti juga peningkatan produksi sampah
harian atau limbah. Limbah-limbah itu ada kalanya berupa sampah biologis
manusia (feses), sampah rumah tangga, pertanian, industri, transportasi, dan lain-
lain. Sampah-sampah tersebut merupakan sumber polusi, baik polusi tanah, air,
maupun udara dan ini sangat berpengaruh pada kesehatan.
4. Tuntutan bahan pangan yang terus meningkat menyebabkan pengalihfungsian
suatu lahan menjadi tempat penghasil bahan pangan tersebut, seperti penggundulan
bukit resapan air menjadi lahan bercocok tanam sayur dan akibatnya terjadi
longsor.
5. Terjadinya ekplorasi ataupun eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan
maupun sumber daya alam, seperti kegiatan pertambangan, penimbunan rawa-rawa
untuk pemukiman, dan pendirian bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
6. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah kebutuhan
air tanah yang berarti meningkatnya jumlah sumur untuk memenuhi jumlah
kebutuhan air tersebut dan berarti akan terjadi peningkatan perusakan permukaan
bumi karenanya.
7. Pada suatu lingkungan padat penduduk berarti semakin banyak dilakukan
pembangunan tempat tinggal yang berarti dilakukan pembukaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang mengakibatkan menurunya tingkat
produktivitas tanah, yang tadinya subur menjadi gersang karena berkurangnya
tumbuhan penghasil zat hara.
8. Pada lingkungan padat penduduk di hasilkan banyak gas buang seperti gas
karbon monoksida (CO) maupun gas karbon dioksida (CO2) yang tidak diimbangi
dengan berlimpahnya O2 karena berkurangnya jumlah tanaman di lahan tersebut
sehingga hal ini menyebabkan menurunya kualitas udara.
· Solusi Masalah Kependudukan Terhadap Lingkungan
Lingkungan berarti keadaan atau kondisi yang mengelilingi kita. Bumi, rumah kita,
memberikan semua hal penting yang dibutuhkan untuk hidup kita. Untuk
kelangsungan hidup kita di lingkungan, kita harus melestarikan biosfer yang sehat
dengan semua sistem ekologi, semua tumbuhan dan hewan, tanah yang subur, air
murni, dan udara bersih.

Sekarang, keindahan alam bumi ini menghilang, sebagian orang di seluruh dunia
menghancurkan keindahan oleh eksploitasi sumber daya alam secara
maksimum/berlebihan. Tingkat kerusakan lingkungan hidup saat ini sudah sangat
tinggi sehingga perlu adanya solusi dari masalah lingkungan ini.
Berbagai masalah lingkungan sekarang mempengaruhi bumi kita. Sebagai akibat
dari era globalisasi yang terus-menerus mengeksploitasi proses alami dari bumi
mengubah masalah lokal menjadi isu-isu global, beberapa masalah yang sekarang
mempengaruhi dunia adalah hujan asam, polusi udara, pemanasan global, limbah
berbahaya, penipisan ozon, asap, polusi air, dan lain sebagainya serta overpopulasi
Smog dan racun mengapung di udara, yang disebabkan oleh pemborosan asap
kotor dari perusahaan industri dan juga dari pembakaran bahan bakar yang
dikeluarkan oleh kendaraan.
Penyalahgunaan sumber daya energi akibat masalah kependudukan ini sebagai
salah satu masalah lingkungan yang terjadi dari banyaknya masalah yang lain.
Dalam hal ini akan berdampak menjadi masalah serius jika orang-orang pada
jaman sekarang tidak bisa menyadari akan pentingnya daur ulang energi dan
konservasi lingkungan.
Untuk pertama yang mungkin dapat dilakukan adalah mendaur ulang produk-
produk yang sudah tidak terpakai, baik organik maupun non-organik sehingga
ketegangan lingkungan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan dapat kita
kurangi dengan hal ini. Contohnya seperti menggunakan barang-barang yang tidak
terpakai lalu didaur ulang menjadi kompos limbah tanaman sehingga dapat
meminimalkan limbah yang terbuang di lingkungan. Dari limbah tersebut kita juga
dapat menciptakan pupuk organik yang sehat.
Deforestasi atau penggundulan hutan untuk kehidupan manusia akan dapat
berkurang dengan kita memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk mendaur ulang
bahan yang digunakan, sehingga tak hanya dampak pencemaran lingkungan saja
yang akan berkurang namun pohon juga dapat kita selamatkan.
Dalam memenuhi kebutuhan saat ini, kita tidak harus berlebihan dalam
penggunaan sumber daya alam yang ada, karena dengan begitu generasi manusia
yang akan datang tidak harus mengorbankan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan mereka merupakan keberlanjutan pelestarian lingkungan yang harus
diwujudkan.
Bukan berarti pengelolaan dominasi dan eksploitasi atau dalam menggunakan
sumber daya alam harus selalu berlebihan dan tanpa memperhatikan kapasitas
bumi dalam memproduksi dan merehabilitasinya dari kekuasaan kita atas alam dan
makhluk hidup lainnya sehingga dapat menghindarkan kita dari masalah-masalah
kependudukan yang terus-menerus meningkat.
Oleh karena itu, kita harus menjaga kepadatan penduduk untuk mengurangi
masalah kependudukan dan memfasilitasi sumber daya terbarukan agar dapat lebih
diperbaharui sebagai efek kelestarian lingkungan yang dapat menjaga daya dukung
lingkungan. Kita juga harus bertanggung jawab dalam menggunakan semua
fasilitas termasuk bumi beserta isinya sebagai bukti bahwa kita tetap ingat bahwa
Allah SWT telah mempercayakan semua itu kepada kita.
· Keberadaan IPTEK Dapat Digunakan Untuk Solusi Kedua Masalah Ini
IPTEK Lingkungan ialah teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan dalam
kaitannya dengan manajemen lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang tersusun sistematis dengan metode tertentu untuk
menjelaskan gejala-gejala tertentu pada bidang IPTEK terhadap lingkungan tanpa
merusak keseimbangan lingkungan . Upaya pelestarian lingkungan tidak hanya
diperlukan saat pembukaan lahan dan penata gunaan tanah. Juga selama kegiatan
pembudidayaan sampai ke pengolahan hasil. Pelestarian lingkungan pada semua
tahapan produksi perlu menjadi tekad masyarakat, terlebih dalam menghadapi
semakin nyaringnya tuntutan pada “produksi hijau”. Selain itu, tekad masyarakat
melestarikan lingkungan dapat menjadi perisai terhadap kecaman tentang
kerusakan lingkungan perkebunan.
IPTEK Lingkungan meliputi :
1. Pengolahan Sampah.
Tumpukan sampah yang setiap hari bertambah satu hingga 1,5 ton, mulai teratasi
menyusul beroperasinya pengelolaan sampah terpadu terutama Jakarta,
pengelolaan sampah terpadu mampu mengurangi limbah rumah tangga hingga 60-
65 persen, sedangkan 35-40 persen sisanya diangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
Pengelolaannya harus melibatkan semua warga, oleh karena itu, rumah tangga
harus melakukan pemilahan sampah menjadi tiga bagian, yaitu sampah organik
basah (sisa makanan, sayur), kering (kertas, dus, botol), dan limbah berbahaya
seperti aki dan baterai bekas, sprayer insektisida, serta pembalut wanita.
2. Pengolahan Limbah.
Limbah ialah hasil buangan suatu pembakaran atau sisa hasil produksi yang
mengandung zat kimia berbahaya yang dapat merusak keseimbangan lingkungan.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah
cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri
pulpen dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin
sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair
bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-
dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan, agar Lingkungan terjaga dan
terlestarikan.

3. Konservasi Lingkungan.
Mendukung dan ikut serta dalam program konservasi lingkungan dan bekerja sama
akan menghasilkan suatu pembangunan yang ramah lingkungan serta
memperhatikan pada pembangunan ekonomi yang bersifat berkelanjutan dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Karena terpeliharanya kelestarian
lingkungan, termasuk dengan menjaga kelangsungan hidup spesies laut dan
terumbu karang merupakan hal yang memberikan manfaat dan keuntungan
bersama dan berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang sehingga dinikmati
oleh generasi yang akan datang.
4. Badan Pertanian Teknologi bibit & benih, Rekayasa Genetika.
Upaya peningkatan produktivitas dan mutu produk yang sesuai dengan dinamika
lingkungan diharapkan dapat dilakukan melalui penelitian bioteknologi.
Manipulasi potensi genetik melalui penelitian biologi molekuler, mikrobiologi,
bioproses, kultur jaringan dan rekayasa genetika harus dihasilkan untuk memenuhi
kebutuhan maka harus dilakukan bioteknologi.
Maka teknik rekayasa genetika mulai menggelisahkan. Banyak kalangan khawatir
bahwa dampak revolusi hijau tahun 1960-an akan terulang kembali. Penggunaan
teknologi dan paksaan pasar yang dilakukan dalam revolusi hijau memang
menghasilkan produksi pangan dalam jumlah besar. Namun terbukti upaya tersebut
mengganggu keseimbangan ekologi, menciptakan wabah baru, dan sejumlah
dampak kesehatan bagi manusia.
Hal sama dikhawatirkan terjadi mengikuti inisiatif rekayasa genetik yang saat ini
getol dilakukan pada tanaman. Segelintir perusahaan bioteknologi meyakinkan
bahwa seluruh benih transgenik yang dipasarkan sudah melalui berbagai tahap
percobaan. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terhadap dampak lingkungan dan
kesehatan yang akan muncul. Namun keyakinan serupa ternyata tidak dimiliki oleh
para aktivis lingkungan dan mereka yang concern terhadap masalah lingkungan.
Pesimisme ini muncul setelah tidak ada penjelasan transparan tentang resiko yang
menyertai pelepasan benih transgenik ini ke alam bebas.
Di Amerika Serikat, organisasi lingkungan Greenpeace bahkan mengajukan petisi
ke Environmental Protection Agency (EPA) agar membatalkan semua perijinan
tanaman hasil rekayasa genetik. Sementara di Indonesia, sejumlah LSM
lingkungan mendesak pemerintah bersikap transparan kepada masyarakat soal
tanaman transgenik. Terlebih Departemen Pertanian kini aktif menguji sejumlah
benih transgenik termasuk kedelai, jagung dan kapas. Khusus untuk yang terakhir
bahkan telah dilakukan pelepasan di Sulawesi Selatan pada 7 Februari 2001. Dan
sampai saat ini terus memancing perdebatan yang tidak ada hentinya.
Karena Pembangunan yang tidak menjaga keseimbangan lingkungan terjadi dan
meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini. Alasan tersebut diperparah
dengan kurangnya perhatian masyarakat dan ketidak konsistenannya pemerintah
dalam menata permasalahan lingkungan. Akibat ketidak acuhan tersebut baru dapat
dirasakan akhir-akhir ini, ketika banyak peristiwa banjir bandang yang melanda
berbagai daerah di negara kita.
Setidaknya wawasan mengenai lingkungan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) akan mengarah pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Anda mungkin juga menyukai