Anda di halaman 1dari 207

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Lingkungan dan Ilmu Lingkungan

Banyak definisi tentang lingkungan, antara lain yang dikemukakan oleh Mc.

Naughton dan Larry L Wolf (1990), lingkungan berarti semua factor eksternal yang

bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,

perkembangan dan reproduksi organism. Chiras (1990) mendefinisikan lingkungan

sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar organisme termasuk tanaman, hewan,

mikroorganisme atau segala sesuatu yang ada di alam ini, baik hayati maupun non

hayati atau lingkungan termasuk alam berserta isinya yang ada di sekitar organisme.

Definisi lain tentang lingkungan menurut Encyclopedi of Sciece and Technology

(1960) menyebutkan lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar organisme yang

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme. Selanjutnya Mc Naughton

dan Wolf ( 1990), lingkungan berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan

fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan

reproduksi organisme atau suatu kombinasi khusus dari keadaan luar yang

mempengaruhi organisme. Asrul Azwar (1979) mendefinisikan lingkungan adalah

segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia baik biotik maupun abiotik yang

mempengaruhi kehidupan dan kesehatan. Sementara menurut Slamet Ryadi (1976)

1
lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya

beserta segala keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak, ikut

mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan organisme. Menurut U.U. No. 32

Tahun 2009, tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan

hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Definisi lain

menyebutkan, lingkungan adalah kombinasi antara kiondisi fisik, yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral serta flora dan

fauna yang tumbuh di atas tanah, maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang

meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik

tersebut. Berdasarkan pada berbagai pengertian yang telah dikemukakan maka secara

umum dan lebih mudah difahami kita dapat memberikan pengertian dasar tentang

lingkungan, yakni segala sesuatu yang berada di sekitar organisme, baik natural

maupun man made yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan makhluk hidup

termasuk manusia.

Secara terperinci lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen

biotik. Komponen abiotik adalah bagian alam yang tidak hidup seperti: tanah, udara,

air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi, geologi, pestisida, logam berbahaya dan

beracun, dan bahan-bahan kimia lainnya yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat

bagi makhluk hidup. Selain itu juga buatan manusia misalnya, bangku, meja, rumah,

bangunan, industri dari skala kecil sampai skala besar dan sebagainya juga termasuk

bahagian dari suatu lingkungan. Selain itu dalam kelompok lingkungan tak hidup

2
dikenal lingkungan sosial budaya, meliputi misalnya: pendidikan, kesadaran hukum,

kesadaran hidup bermasyarakat, kemampuan ekonomi masyarakat/individu,

kebudayaan, adat istiadat, perilaku dan kebiasaan hidup bersih, membuang sampah,

dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia, juga

merupakan bahagian dari suatu lingkungan. Sementara komponen biotik adalah

segala sesuatu yang hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Habitat merupakan suatu

keadaan yang lebih umum yaitu merupakan tempat di mana organism terbentuk

terbentuk dari keadaan luar yang ada di situ, baik secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi orcanisme tersebut. Habitat dapat dibedakan menjadi dua

habitat utama yakni, habitat perairan dan habitat terestrial.

Pengertian Ilmu lingkungan menurut Soeriatmadja (1981) adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari hubungan antara jasad hidup termasuk manusia dan

lingkungannya dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu yang saling berkaitan

seperti sosiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, geografi, ekonomi,

meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, kedokteran,

matematika, hukum, ilmu agama dan lain-lain. Selanjutnya dijelasakan bahwa Ilmu

lingkungan diibaratkan suatu poros tempat berbagai asas dan konsep ilmu yang

terpencar dan terkhususkan, dapat digabungkan kembali secara tunjang-menunjang

untuk mengatasi masalah yang menyangkut hubungan antara jasad hidup dengan

lingkungannya. Ini berarti Ilmu lingkungan termasuk bidang ilmu yang bersifat

interdisipliner. Kalau demikian Ilmu lingkungan juga dapat dianggap sebagai titik

pertemuan antara ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah

Ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad

3
hidup) yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih

luas, termasuk hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian

nampaknya bahwa dalam ilmu lingkungan, perbedaan antara ilmu murni dengan

ilmu terapan hanyalah dibatasi oleh batas yang terlalu dibuat-buat. Di dalam ilmu

lingkungan, jelas bahwa asas dan konsep ilmu murni seperti ekologi, ternyata dipakai

untuk menanggulangi masalah yang praktis dan sebaliknya, banyak masalah teknologi

dan sosio-ekonomi ternyata merupakan data yang berharga bagi para akhli ilmu

murni untuk merumuskan teorinya.

Ilmu lingkungan yang belum lama ini dikenal, dikembangkan dengan

menggunakan ekologi sebagai dasar. Artinya masalah-masalah lingkungan ditangani

melalui pendekatan ekologi. Mengingat ekologi menggunakan pendekatan sistem ,

maka ilmu lingkungan juga menggunakan pendekatan sistem yang disebut ekosistem.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh adanya hubungan

fungsional secara timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya. Ilmu

lingkungan merupakan ilmu yang sudah diakui keberadaannya sebagai salah satu

disiplin ilmu untuk menanggulangi atau mengatasi berbagai masalah yang timbul

sebagai akibat peningkatan populasi penduduk. Ilmu lingkungan merupakan salah

satu alternatif kunci yang ampuh dalam menyelesaikan masalah-masalah lingkungan.

Ilmu lingkungan pada dewasa ini bertujuan membantu mengawasi perbuatan atau

tindakan manusia untuk menghindari timbulnya kerusakan di bumi baik pada kondisi

masih bisa kembali pada keadaan semula atau pada kondisi yang tidak dapat

diperbaiki lagi. Dengan demikian semakin jelas bahwa ilmu lingkungan sangat

penting artinya bagi kehidupan manusia dan organisme lainya bahkan terhadap

4
keberlangsungan kehidupan di permukaan bumi ini. Tidak hanya menjadi tanggung

jawab salah satu cabang ilmu pengetahuan saja tetapi merupakan tanggung jawab dari

berbagai cabang ilmu yang tunjang menunjang dalam memberikan kontribusi berupa

konsep dalam memecahkan masalah lingkungan. Hal ini berarti bahwa penyelesaian

masalah lingkungan juga menjadi tanggung jawab bagi para ilmuwan dari berbagai

cabang ilmu, misalnya akhli ilmu kimia, biologi, fisika dan para akhli disiplin ilmu

lain meliputi sosiologi, klimatologi, anthropologi, ilmu kehutanan, ilmu pertanian dan

ilmu-ilmu lainnya. Berbagai konsep ilmu ini terintegrasi mengarah ke satu tujuan

untuk bersama-sama memecahkan masalah lingkungan yang timbul sebagai akibat

dari peningkatan populasi penduduk, penipisan sumber daya alam, pencemaran

lingkungan, ketidakstabilan ekonomi, kepunahan fauna dan flora, kebodohan,

ketidakstabilan kondisi sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, perang nuklir dan

meningkatnya kejahatan.

Menurut Soerimeoeriatmaja (1981), lmu ingkungan dapat juga dianggap sebagai

titik pertemuan antara ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu lingkungan sebenarnya

adalah ekologi yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap organisme

termasuk manusia yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah

yang lebih luas, menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu

lingkungan penyelesaian masalah lingkungan tidak mungkin dapat dilakukan kalau

tidak dengan menggunakan asas dan konsep ilmu murni. Misalnya dengan asas dan

konsep ekologi sebagai ilmu murni dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

lingkungan, demikian juga konsep ilmu lain misalnya ilmu kimia, ilmu fisika, hukum,

pertanian, kehutanan, kedokteran, sosial, pendidikan, ekonomi, agama dan ilmu

5
lainnya juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan. Lanjut

dijelaskan, bahwa kalau istilah ilmu murni dan ilmu terapan akan tetap

dipertahankan, maka ilmu lingkungan menjadi titik temunya. Ilmu lingkungan dapat

menunjukkan hubungan antara berbagai macam ilmu dan dapat menjadi wadah bagi

pendekatan interdisipliner ilmu dalam mengatasi masalah lingkungan hidup manusia

dan organisme lainnya dipermukaan bumi ini.

B. PERMASALAHAN LINGKUNGAN

1. Asal Mula Permasalahan Lingkungan

Suatu kenyataan yang tidak bisa disangkal, bahwa permasalah lingkungan

menjadi problema yang serius bagi masyarakat dan pemerintah, mulai dari masalah

sampah yang berserakan di mana-mana sebagai pertanda masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam mengelola sampah, bahkan membuang sampah sembarangan

merupakan hal yang biasa. Pemukiman kumuh terdapat di berbagai sudut kota,

pemanfaatan air sungai sebagai air untuk mandi, cuci dan kakus oleh masyarakat

masih berlaku di mana-mana dan tidak jarang menjadi pemandangan menarik bagi

masyarakat di se kitarnya. Semua ini menjadi bukti masih rendahnya kesadaran, dan

kemampuan ekonomi masyarakat, termasuk masih rendahnya perhatian dan kurangnya

ketegasan pihak pengambil keputusan dalam mengelola dan menata lingkungan.

Kondisi tersebut menjadi faktor pembatas bagi percepatan terwujudnya lingkungan

bersih dan sehat. Di sisi lain faktor lain, seperti kemajuan teknologi untuk memenuhi

kebutuhan hidup masyarakat juga terus berkembang, berbagai industri mulai dari skala

kecil sampai industri raksasa bermunculan di mana-mana, bahkan pengembangan

6
industri rumah tangga di Indonesia yang semakin pesat. Kondisi ini semakin

memperburuk dan memperberat beban pencemaran terhadap lingkungan dan sumber

daya alam, baik terhadap udara, sumber daya perairan dan lahan termasuk makhluk

hidup yang ada di dalamnya.

Permasalahan lingkungan tidak hanya ada pada saat sekarang ketika teknologi

mengalami perkembangan yang luar biasa, melainkan sudah ada sejak manusia ada,

bahkan sejak adanya makhluk hidup di permukaan bumi ini, namun pada saat itu

masalah lingkungan muncul sebagai akibat dari alam itu sendiri, misalnya banjir,

gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, erosi dan peristiwa alam lainnya.

Manusia pada mulanya memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang, pangan dan

tempat tinggal masih sangat sederhana dan diperoleh dari lingkungan tempat

tinggalnya. Makanan diperoleh melalui berburu binatang liar dan mencari buah-

buahan di sekitarnya. Namun pola hidup sederhana seperti itu tidak dapat bertahan

lama, manusia dengan kemapuan intelektualnya dapat merubah pola hidupnya dari

pola hidup sederhana ke pola hidup lebih maju. Sedikit demi sedikit manusia beralih

dari berburu binatang liar dan mencari buah2an di lingkungan sekitarnya ke usaha-

usaha pertanian dan peternakan dimulai dari skala kecil sampai skala besar, bahkan

tidak hanya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, bahkan dalam perjalanan

selanjutnya usaha peternakan dan pertanian lebih mengarah ke kegiatan bisnis.

Peralihan usaha manusia dari berburu binatang liar ke peternakan, dari

mengumpulkan biji-bijian ke bercocok tanam, mempercepat pola perubahan

lingkungan. Pembukaan lahan untuk bercocok tanam, berarti mempersempit hutan dan

padang rumput yang selanjutnya berakibat pada menurunnya tingkat keanekaragaman

7
jenis hewan dan tumbuhan karena tempat tumbuh, berlindung dan mengembara serta

mencari makanan dan kebutuhan hidup lainnya menjadi lebih sempit. Akibatnya

banyak fauna dan flora yang mati bahkan punah, keanekaragaman, produktifvitas dan

biomassa sebagai sumber materi dan energi juga menurun. Bahkan energi yang

tersimpan banyak dihabiskan untuk melawan kondisi ekosistem yang tidak stabil.

Cadangan makanan semakin menipis dan pada kondisi yang tidak bisa ditolerir lagi

organisme akan mati dan bahkan jenis fauna dan flora tertentu akan punah atau hilang

dari muka bumi ini karena tidak mampu beradaptasi untuk mendapatkan kebutuhan

hidupnya dari lingkungan. Pembukaan hutan menyebabkan banyaknya tanah gundul

tidak berhumus, berdampak pada menurunnya daya tahan tanah terhadap air hujan,

aliran permukaan meningkat, banjir dan erosi besar-besaran terjadi pada musim hujan

dan kekeringan yang berkepanjangan pada musim kemarau, tata guna lahan bergeser,

produktivitas pertanian menurun, perekonomian masyarakat terganggu, penyebaran

wabah penyakit yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan manusia dan

organism lainnya.

Permasalahan menurunnya populasi dan keanekaragaman tanaman liar dan

meluasnya tanah kritis yang timbul sebagai akibat ulah manusia seperti tersebut di

atas, berlangsung tanpa disadari. Sementara itu jumlah manusia semakin meningkat.

Pertambahan jumlah penduduk dunia, berdampak pada meningkatnya skala

perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Jika pada awal perkembangannya

usaha manusia telah mencapai tahap mengolah tanah untuk pertanian dan menjinakkan

hewan-hewan liar untuk peternakan, maka pada perkembangan berikutnya meningkat

ke usaha-usaha industri. Perburuan manusia beralih dari hewan-hewan liar ke bahan

8
biogenik seperti batu bara, minyak bumi dan bahkan ke bahan nuklir. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi berakibat pada munculnya industri-industri berskala kecil

dan besar, bahkan di berbagai belahan bumi muncul industri raksasa. Semua itu

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, namun di lain pihak

sering tidak disadari merupakan ancaman dan malapetaka bagi berlangsungnya

kehidupan di muka bumi ini. Pencemaran terjadi di mana-mana, di perairan, udara dan

tanah baik fisika, kimia dan mikrobiologi. Kualitas kesehatan lingkungan menurun,

akibatnya masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit, kasus penyakit merajalela di

mana-mana, sumber daya manusia lemah dan tidak berdaya dalam mendukung

pembangunan Indonesia yang lebih maju ke depan. Kemajuan di bidang industri

sebagai akibat dari peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, berdampak pada

meningkatnya kebutuhan sumber energi berupa minyak bumi untuk menjalankan

mesin-mesin berat bagi pabrik-pabrik berkapasitas kecil sampai raksasa. Pabrik-pabrik

kemudian menghasilkan limbah yang kemudian masuk ke lingkungan, ke air, udara

dan tanah. Jika dalam limbah tersebut terkandung unsur kimia berbahaya dan beracun,

dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, jumlah penduduk di bumi ini juga

terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada

peningkatan kompleksitas sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Apalagi jika

peningkatan jumlah penduduk yang besar dan usaha-usaha di bidang industri tidak

mampu mensejahterakan umat manusia, tingkat kemiskinan meningkat, kenakalan

remaja merajalela di mana-mana, menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, tingkat

konsumsi obat terlarang meningkat, perkelahian muncul di mana-mana, pencurian dan

9
perampokan merajalela, kasus bunuh diri akibat setres, pelanggaran hukum,

kebodohan dan keterbelakangan, menurunnya nilai-nilai etika dan dekadensi moral di

berbagai bentuk kehidupan, munculnya perilaka tidak saling menghargai, saling

menyudutkan sesama, dan jika hal ini terjadi perlu waktu yang lama dan sumber daya

yang cukup besar untuk mengatasinya, agar kondisi, sifat dan karakter yang jelek ini

tidak menjadi warisan bagi generasi kita di masa datang. Kondisi seperti ini akan

menyedot dana dan perhatian pemerintah yang lebih besar dari pemerintah dan

masyarakat untuk merehabilitasi dan menstabilkan semua permasalahan lingkungan,

sehingga sumber dana yang dapat diarahkan ke pembangunan dan kesejahteraan umat

manusia menjadi terbatas dan jika tidak segera ada terobosan baru dari pihak

pengambil kebijakan, maka kondisinya akan semakin parah yang pada akhirnya

nanati akan semakin merepotkan dan menjadi faktor pembatas bagi laju

pembangunan.

Peningkatan jumlah penduduk yang diimbangi dengan peningkatan

kesejahteraan dapat menekan kasus masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya, krisis

moral, etika dan masalah lingkungan lainnya, dapat menekan laju munculnya

permasalahan lingkungan .dan ini menjadi harapan masyarakat, bahkan menjadi

harapan bagi setiap negara di permukaan bumi ini. Di sisi lain peningkatan

kesejahteraan melalui kemajuan industri tidak mungkin dapat dihindari oleh negara

manapun di dunia ini. Di lain pihak kemajuan industri tidak mungkin dapat terwujud

tanpa bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin industri dari skala kecil sampai

skala besar dan raksasa.

10
Penggunaan bahan bakar minyak berakibat pada menurunnya kualitas

lingkungan udara, daratan dan air, karena mendapat suplai bahan pencemar dari

industri tersebut. Apalagi jika industri yang bersangkutan tidak disertai dengan proses

pengolahan limbah yang baik, maka kerusakan lingkungan di mana-mana akan terjadi

dan pada akhirnya manusia dan organisme lainnya jugalah yang akan menanggung

risikonya.

Menurut (Chiras, 1991), ada 8 penyebab munculnya permasalahan lingkungan

antara lain: populasi, konsumsi perkapita, kebijakan politik, psikologi, kultur daerah,

biologi, ekonomi dan teknologi. Dari delapan penyebab tersebut terdapat 13

permasalahan yang penting antara lain: over populasi, kekurangan makanan,

pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, penipisan sumber daya alam, ketidak

stabilan ekonomi, kepunahan tanaman dan hewan, kebodohan, ketidakstabilan politik

dan sosial, minimnya pelayanan kesehatan, perang nuklir, dan peningkatan kejahatan.

Sementara menurut Sotang Manik (2002), pada umumnya masalah lingkungan hidup

disebabkan oleh peristiwa alam, pertambahan jumlah penduduk yang pesat,

pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan, industrialisasi dan transportasi dan

sampah yang dihasilkan oleh semua aktivitas masyarakat, swasta dan pemerintah.

Penyebab lainnya berupa sampah dan limbah bahan berbaha dan limbah bahan

berbahaya dan beracun. Sementara menurut Supardi (1985), pertambahan jumlah

penduduk yang tidak diimbangi pertambahan lapangan kerja, penggalian sumber daya

alam, pembangunan industri-industri tanpa adanya usaha perlindungan terhadap

limbah yang dihasilkan. Sikap masa bodoh, kemelaratan, gaya hidup orang-orang

11
berada yang kurang serasi dan pola hidup boros menjadi penyebab timbulnya

permasalahan lingkungan.

2. Pandangan Manusia terhadap Lingkungan

Manusia sebagai salah satu populasi organism bersama dengan populasi

lainnya baik hewan maupun tumbuhan membentuk komunitas yang secara fungsional

saling berhubungan, dan saling menunjang untuk terciptanya kehidupan di di

permukaan bumi ini. Tidak satupun organisme bisa hidup tanpa dukungan, baik

secara langsung maupun tidak langsung dari lingkungan tempat tinggalnya, baik

dukungan itu bersumber dari lingkungan abiotik maupun dari lingkungan abiotik.

Lingkungan biotik dan abiotik ini akan membentuk suatu ekosistem. Jika ekosistem ini

diurai lebih jauh tersusun dari tumbuhan hijau sebagai produsen, hewan sebagai

konsumen, bakteri dan jamur sebagai pengurai dan lingkungan abiotik, termasuk di

dalamnya semua benda mati yang ada di alam ini.

Dalam ekosistem alam kedudukan manusia sama dengan posisi hewan, yakni

sebagai konsumen. Artinya manusai dalam kelangsungan hidupnya, memerlukan

bahan-bahan yang dihasilkan oleh produsen (tumbuhan hijau). Dalam ekosistem

manusia tergolong sebagai omnivora. Dari segi lain manusia sebagai makhluk sosial

dan berbudaya, kebutuhannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya hanya

sebatas untuk bertahan hidup, sama dengan organisme lainnya, tetapi tidak dapat

disangkal bahwa seringkali manusia menempatkan kebutuhan hidup sosial dan

budaya di atas segala-galanya untuk meraih harga diri dan status sosial di mata

masyarakat. Sebagai akibat dari sikap hidup seperti itu, manusia kadang-kadang

12
menghalalkan semua cara untuk mengksploitasi sumber daya alam dan lingkungan

yang ada di sekitarnya, tanpa mempertimbangkan risiko yang dapat terjadi akibat

perbuatannya. Di sisi lain tidak dapat dibantah kalau di lingkungan masyarakat juga

muncul pandangan lain, bahwa hidup sejahtera manusia tidak hanya ditentukan oleh

materi dan kekayaan semata, melainkan juga ditentukan oleh tingkat kesehatan

lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Pandangan ini lahir dari para ilmuawan

khususnya yang berkecimpung di bidang ilmu lingkungan, memandang bahwa alam

ini sebaiknya diperlakukan dengan ramah dan bersahabat, tidak secara semena-mena

untuk dieksploitasi sebesar-besarnya bagi kepentingan manusia semata, tanpa

memperhatikan kelestariannya.

Kita harus menyadari bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan,

mempunyai sejumlah dampak negaif, misalnya terjadinya pencemaran udara, air dan

lahan yang menjadi tempat tinggal manusia. Menurunnya populasi tumbuhan dan

hewan, berakibat pada timbulnya berbagai bencana alam misalnya banjir, wabah

penyakit, perubahan iklim gelobal, panas berkepanjangan terjadinya banjir sebagai

akibat dari curah hujan tinggi dan lain-lain yang pada akhirnya manusialah yang akan

merasakan akibatnya.

Dari uraian di atas jelaslah, bahwa pandangan manusia terhadap lingkungan

alam ini berbeda-beda. Perbedaan pandangan tentu saja tidak berlangsung secara tiba-

tiba tanpa penyebab, melainkan melalui proses panjang dengan berbagai kodisi yang

berbeda, misalnya pendidikan, wawasan, pengalaman, karakter, kebiasaan-kebiasaan

hidup. Perbedaan kondisi lingkungan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan

pandangan terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Adat istiadat

13
manusia yang terbentuk sejak kecil melalui interaksi sosialnya baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat termasuk dari lingkungan pendidikan baik formal, informal

maupun non formal selama manusia menjalani hidupnya. Melalui interaksi sosial,

karakter, adat istiadat, kebiasaan-kebiasan hidup akan terkeristal pada diri seseorang

yang selanjutnya akan mewarnai sikap dan perilakunya sehari-hari terhadap segala

sesuatu yang ada di sekitarnya selama hidupnya, termasuk pandangan terhadap alam

lingkungannya. Pandangan seseorang terhadap sesuatu akan menentukan bagaimana

manusia memperlakukan sesuatu itu termasuk bagaimana seseorang itu

memperlakukan alam untuk memenuhi hajat hidupnya.

Selanjutnya pada tulisan ini akan dikemukakan beberapa pandangan manusia

terhadap alam ini atau terhadap sumber daya alam antara lain: antroposentris,

ekosentris dan biosentris.

a. Antroposentris

Pandangan antroposentris, memandang manusia sebagai pusat segala-galanya,

alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia bukan untuk siapa-siapa, bukan untuk

hewan dan bukan untuk tumbuhan. Sebagai implikasi dari pandangan antroposentris

ini, seseorang memandang alam ini merupakan sumber daya alam dapat dieksploitasi

sebesar-besarnya sesuai kepentingan manusia tanpa batas demi memenuhi hajatnya,

tanpa harus mempertimbangkan akibat negatif yang timbul akibat dari perilakuanya.

Mereka memandang manusia berada di luar alam, sehingga mereka dapat

melalakukan apa saja terhadap alam semesta. Mereka lupa bahwa eksploitasi sumber

daya alam melewati ambang batas akan berdampak negatif terhadap alam termasuk

14
terhadap manusia, dan yang lebih parah dapat mengancam keberadaan berbagai

tumbuhan dan hewan termasuk manusia dari permukaan bumi ini. Pandangan

antroposentris memandang alam ini sebagai sumber daya yang tak terbatas untuk

digunakan oleh manusia bukan untuk berbagi dengan makhluk hidup lainnya. Jadi

alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Selain itu aliran antroposentris, juga

memandang manusia bukan bagian dari alam . Alam dipandangnya sebagai sesuatu

yang harus dikuasai, ditaklukan dan dieksploitasi tanpa batas untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, dengan alasan alam ini beserta isinya diciptakan oleh Tuhan

bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk manusia, sehingga dapat dieksploitasi tanpa

batas dan tanpa etika dan perlakuan moral terhadap mereka sesuai kepentingan dan

kebutuhan yang dikehendaki manusia tanpa mempertimbangkan upaya penyelamatan

terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang bersangkutan.

b. Ekosentrisme

Aliran ekosentrisme memandang manusia sebagai bagian dari ekosistem tempat

hidup mereka dan menempatkan lingkungan sebagai bagian dari hidupnya. Antara

manusi dan lingkungan baik biotik maupun lingkungan abiotik terjalin hubungan

ketergantungan satu sama lain. Oleh karenanya, pemanfaatan sumber daya alam

selalu memperhitungkan keberlanjutan penggunaannya pada masa akan datang.

Aliran ini memandang perlunya etika, moral dan perlakuan yang baik dan bijaksana

terhadap alam ini, tidak hanya terhadap makhluk hidup semata tetapi berlaku terhadap

seluruh komunitas ekologis pada semua ekosistem yang menyusun biosfer di

permukaan bumi ini. Berbeda dengan pandangan kaum biosentris yang memandang

etika lingkungan lebih memusatkan perhatian terhadap makhluk hidup, tidak terhadap

15
sumber daya alam yang tidak hidup. Juga berbeda dengan pandangan antroposentris

yang memandang bahwa etika dan moral hanya berlaku bagi manusia, tidak terhadap

kiomunitas lainnya baik tumbuhan dan hewan maupun terhadap makhluk yang tidak

hidup.

Manusia dalam pandangan ekosentris sangat memahami bahwa kualitas

lingkungan selalu berpengaruh pada kehidupannya. Peningkatan kualitas lingkungan

akan berdampak pada meningkatnya kualitas kesehatan dan sebaliknya kualitas

kesehatan manusia akan menurun, ketika kualitas lingkungan juga menurun. Misalnya

saja ketika lingkungan tidak sehat karena berkembangnya wabah penyakit sebagai

akibat kondisi lingkungan yang kotor, maka manusia menjadi rentan terhadap

penyakit dan sebaliknya tingkat kerentanan manusia terhadap timbulnya penyakit akan

menurun ketika kualitas lingkungan tempat tinggal mereka menjadi lebih baik.

c. Biosentrisme

Biosentrisme memandang etika dan moral tidak hanya berlaku bagi komunitas

manusia tetapi juga terhadap komunitas hewan dan tumbuhan. Mereka memandang

hewan dan tumbuhan sama dengan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,

sehingga kepadanya juga berhak mendapat perlakuan yang arif dan bijaksana dan

kepadanya juga melekat hak asasi yang harus dihormati demi kelangsungan hidupnya.

Keraf (2002) menyebutkan, bahwa inti dari teori biosentrisme pada umumnya adalah

komunitas biotis dan seluruh kehidupan di dalamnya, diberi bobot dan pertimbangan

moral yang sama. Hewan, tumbuhan dan manusia berada pada posisi yang sama,

sehingga ketika manusia memerlukan perlakuan etis dan bermoral, maka hewan dan

tumbuhan juga berhak mendapatkannya. Kemudian Susilo (2008) mengemukakan

16
bahwa, pokok-pokok pandangan biosentrisme antara lain. Pertama, alam mempunyai

nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Kedua, alam diperlakukan

sebagai makhluk moral, terlepas dari dia bermanfaat atau tidak.

Biosentrisme menganjurkan menghormati segala bentuk kehidupan di alam ini,

baik manusia maupun tumbuhan dan hewan. Berbeda dengan pandangan

antroposentris yang hanya memandang dan menghormati manusia sebagai makhluk

yang memerlukan perlakuan yang etis dan bermoral.

BAB II

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Istilah ekologi pada tahun 1869 diperkenalkan oleh seorang akhli biologi

berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Ekologi diartikan Oicos berarti rumah atau

tempat tinggal dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Ekologi berarti ilmu yang

mempelajari rumah tangga mahluk hidup, atau lebih spesifik lagi ekologi merupakan

ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya baik antara makhluk hidup dengan lingkungan biotiknya

maupun hubungan makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Selanjutnya

dipertegas oleh Ernes Haeckel (1966) bahwa dalam ekologi, tidak hanya hubungan

timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, tetapi juga hubungan

antara organisme yang satu dengan organisme lain yang ada di sekitarnya. Selanjutnya

17
dikatakan bahwa ekologi memusatkan pengkajiannya pada hubungan interaksi dan

interdependensi antara organisme dengan lingkungannya dengan tujuan untuk

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip keilmuan yang digunakan untuk

mengatasi permasalahan lingkungan.

Menurut Miller (1979) ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk

mempelajari ekologi, yaitu pendekatan ekosistem dan pendekatan evolusi biologik.

Dalam tulisan ini digunakan pendekatan ekosistem. Oleh karena itu pembahasan akan

terfokus pada konsep populasi, komunitas dan ekosistem.

Ekologi secara tersirat sebenarnya telah ada sejak awal peradaban manusia.

Pada tulisan –tulisan akhli filsafat Yunani kuno seperti Hipokrates dan Aristoteles

sudah mengandung bahan-bahan yang jelas menyangkut ekologi, hanya pada waktu

itu istilah, ekologi belum dikenal. Istilah ekologi mula-mula diusulkan oleh

biologiwan bangsa Jerman yang bernama Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi

sebagai bidang ilmu yang jelas dan diakui baru dimulai sekitar tahun 1900. Dengan

timbulnya kesadaran lingkungan terutama pada tahun 1968 dan 1970 maka ekologi

semakin berkembang. Meskipun ekologi tetap merupakan cabang dari biologi, tetapi

telah berkembang menjadi disiplin ilmu yang baru yang mempertanyakan proses fisik

dan biologis dan menjembatani ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial, yang sekarang

disebut Ilmu lingkungan.

Ekologi dapat dibedakan atas autoekologi dan sinekologi. Autoekologi adalah

merupakan cabang ekologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara satu

spesies saja dengan lingkungannya. Sedangkan sinekologi mempelajari hubungan

18
timbal balik antara kelompok mahluk hidup dengan lingkungannya. Sinekologi dapat

dibedakan atas ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem. Populasi

adalah kumpulan indivudu sejenis yang terdapat pada suatu daerah dan waktu tertentu.

Sedang komunitas adalah kumpulan dari semua populasi yang saling berkaitan yang

terdapat pada suatu daerah. Ekologi dapat juga dibagi berdasarkan kelompok makhluk

yang dipelajari, misalnya : ekologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi insekta, ekologi

mikroba dan lain-lain. Pembagian lain ekologi berdasarkan atas habitat atau

lingkungannya antara lain : ekologi laut, ekologi perairan tawar, ekologi sungai,

ekologi padang rumput, ekologi hutan hujan tropis dan lain-lain. Habitat adalah tempat

hidup atau tempat mahluk hidup itu dapat dijumpai.

Seperti telah diketahui bahwa ekologi merupaka dasar ilmu lingkungan. Sebagai

sentral ekologi adalah ekosistem, artinya pengembangan ekologi menggunakan

pendekatan sistem yaitu ekosistem. Pendekatan ekosistem dimaksudkan bahwa semua

unsur-unsur dalam lingkungan hidup, tidak berdiri secara tersendiri, melainkan secara

terintegrasi sebagai komponen yang berkaitan satu sama lain dalam suatu sistem.

Pendektan ini disebut juga pendekatan holistik. Dengan kata lain bahwa dalam

pendekatan ekosistem , yang menjadi perhatian utama adalah hubungan fungsional

antara semua komponen yang saling berkaitan dalam satu kesatuan yang teratur.

Berbeda dengan pendekatan analitik atau parsial yang artinya komponen-komponen

penyusun suatu sistem bukan merupakan totalitas dan bukan kesatuan fungsional

melainkan terpisah-pisah antara masing-masing komponen.

Ekologi merupan pendekatan yang terintegrasi dalam mempelajari individu,

populasi dan komunitas tumbuhan, hewan dan manusia dengan lingkungannya.

19
Dengan demikian ekologi tidak saja memerlukan biologi, tetapi juga ilmu pengetahuan

dari disiplin lain, seperti : fisika, kimia, klimatologi, geologi, hidrologi, ilmu tanah,

hukum ilmu agama, ekonomi, biologi, kehutanan, pertanian dan lain-lain. Karena itu

pendekatan ekologi adalah pendekatan sistem yang dikenal sebagai ekoistem.

Hubungan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya tidak

mungkin dapat dihindari mengingat bahwa untuk kelangsungan hidup suatu

organisme memerlukan berbagai kebutuhan, misalnya makanan, minuman, bahan-

bahan mineral, bahan pernafasan dan sebagainya, semuanya hanya dapat diperoleh

dari lingkungan tempat mereka tinggal. Setiap makhluk hidup perlu makan, perlu

bernafas dan sebagainya. Ketika kebutuhan akan makanan dan bernafas tidak

terpenuhi berarti organisme tersebut akan terancam mati dan bahkan punah. Sebagai

contoh seekor kerbau, rusa, perlu makan tapi kebutuhan hidupnya hanya terpenuhi

sebagian kecil saja, maka kerbau dan rusa tersebut akan menjadi kurus, mobilitas dan

reproduksi kerbau dan rusa juga ikut menurun. Artinya adaptasi kerbau dan rusa

tersebut menurun yang pada tingkat tertentu akan mati karena kebutuhan akan energi

untuk kelangsungan hidupnya tidak terpenuhi. Sama saja dengan organisme lain

termasuk tumbuhan dan manusia, pasti akan mengalami nasib yang sama, akan mati

ketika kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, sampai pada batas-batas toleransi yang

dimiliki oleh masing-masing organisme.

Menurut Miller (1979), untuk mempelajari ekologi ada dua pendekatan yang

dapat digunakan yakni pendekatan ekosistem dan pendekatan evolusi biologis. Dalam

pembahasan selanjutnya kita akan menggunakan pendekatan sistem, oleh karena itu

maka pembahasan kita akan terfokus pada populasi, komunitas dan ekosistem.

20
Populasi adalah suatu kelompok kolektif individu sejenis yang menempati satu

area tertentu. Kelompok kolektif kerbau yang hidup pada suatu tempat merupakan

suatu populasi, demikian juga kelompok kuda yang hidup pada suatu tempat tertentu

juga merupakan populasi. Sebagian kelompok kolektif, populasi mempunyai

karakteristik yang unik. Yang perlu kita fahami untuk kepentingan mempelajari

masalah lingkungan adalah population size, population density, fecundity, dan

produktivity.

Populasi size atau ukuran populasi , dinyatakan dengan menyebut jumlah individu

atau berat biomasa per unit ruang sedang population density atau kepadatan populasi

dinyatakan dengan menyebut jumlah individu per unit luas. Kepadatan populasi

berubah-ubah menurut perjalanan waktu, bisa naik dan bisa turun. Naiknya kepadatan

populasi menimbulkan permasalahn lingkungan. Permasalahannya berkaitan dengan

masalah daya dukung lingkungan, sumber daya, dan ruang hidup. Naiknya kepadatan

populasi akan menimbulkan kompetisi antar individu dalam populasi itu yang dalam

jangka pendek dapat menimbulkan dampak ekologis, seperti tekanan pada

pertumbuhan populasi dan tekanan yang memacu perpindahan populasi.

Pertumbuhan populasi ditentukan oleh faktor fecundity atau daya biak populasi.

Daya biak populasi dapat menurun karena pengaruh dua faktor, yaitu: density

dependent factors, seperti kurangnya sumber makanan dan kurangnya ruang tempat

tinggal dan density independent factors, seperti perubahan kondisi lingkungan.

Produktivitas populasi dapat diukur dengan mengukur biomassanya (berat total

populasi), standing crop (jumlah individu) atau berat biomassa populasi pada suatu

21
satuan waktu. Produktivitinya adalah jumlah jaringan hidup yang dihasilkan oleh

suatu populasi dalam jangka waktu tertentu.

Komunitas adalah suatu himpunan dari semua populasi baik hewan maupun

tumbuhan, yang hidup di suatu area tertentu dan berinteraksi satu sama lain dan

dengan lingkungannya. Stabilitas komunitas tergantung pada arus energi melalui strata

fungsional populasinya. Dalam setiap komunitas kebanyakan populasi mempunyai

status fungsional dengan nisia ekologi tertentu, seperti :

1. Produsen, yaitu spesies tumbuhan dan fitoplankton yang melalui fotosintesis dapat

mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpannya dalam

jaringan tubuhnya;

2. Konsumen, yaitu : konsumen tingkat pertama yakni jenis herbivora yang memakan

tumbuhan atau fitoplankton. Konsumen tingkat kedua yaitu semua karnivora yang

memakan semua herbivore. Konsumen tingkat ketiga yaitu karnivora yang memakan

karnivora

3. Parasit, yaitu organisme yang mendapatkan makanannya dari tubuh organisme

lainyang menjadi inangnya

4. Scavangers yaitu hewan yang mendapatkann makanannya dari tinja, bangkai, atau

bagian tubuh organisme lain yang membusuk

5. Dekompuser atau pengurai yaitu bakteri, mikroba lain yang dapat menguraikan

serpih organik menjadi bahan kimia asal dan melepaskannya kembali kelingkungan.

Konsep nisia ekologi sangat berguna bagi orang yang berurusan dengan tugas

pemantauan lingkungan. Dengan konsep itu orang dapat meramalkan macam

22
tumbuhan dan hewan apa yang dapat dijumpai pada lingkungan yang menjadi sasaran

studi

Komunitas mempunyai keanekaragaman. Deskripsi mengenai keanekaragaman

komunitas bermanfaat untuk mengukur status perkembangan komunitas. Makin tinggi

keanekaragaman suatu komunitas makin tinggi tingkat stabilitasnya. Menurunnya

keanekaragaman suatu komunitas mengindikasikan adanya perubahan stabilitas

komunitas. Menurut Mergelef (1958) keanekaragaman komunitas dapat diukur

dengan cara, mengalokasikan individu-individu yang dijumpai ke dalam spesiesnya,

menempatkan spesies yang teridentifikasi pada status nisianya, menentukan kepadatan

relatifnya.

Komunitas mengalami perkembangan sereal dari sere pioner sampai ke sere

klimak, melalui suksesi ekologis. Ilustrasi perkembangannya dapat diikuti pada

perkembangan batu karang (Coral dune) menjadi hutan pantai. Batu karang pantai

merupakan sere pioner. Organisme pioner sperti ganggang dan lumut kerak

menginvasi batu karang, sehingga batu karang itu berkembang menjadi komunitas

pioner. Interaksi antara komunitas pioner dengan lingkungannya merubah batu karang

menjadi substrat potensial bagi jenis organisme lain, sehingga pada perkembangan

berikutnya muncul berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Kompetisi antar populasi

untuk memperoleh ruang hidup dan sumber daya mulai terjadi. Kompetisi antar

populasi ini lama kelamaan menghasilkan populasi dominan. Populasi tumbuhan yang

dominan ini tampak menonjol, mandiri dan stabil, sehingga menjadi identitas

komunitas klimaksnya. Suksesi yang berasal dari stadium pioner ini disebut suksesi

23
primer. Suksesi yang diawali dari akibat perusakan lingkungan seperti pembabatan

hutan disebut suksesi sekunder.

B. KONSEP EKOSISTEM

1. PENGERTIAN EKOSISTEM

Ekosistem diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh adanya

hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya, baik biotik

maupun abiotik. Seperti diketahui suatu sistem terdiri dari komponen-komponen atau

subsistem yang bekerja secara teratur sebagai satu kesatuan. Secara alami ekosistem

selalu dalam kondisi keseimbangan yang dinamis dan mempunyai mekanisme

homeostasis untuk mempertahankan keseimbangan tersebut.

Bumi tersusun dari banyak ekosistem . Antara ekosistem satu dan ekosistem

lainnya ada saling ketergantungan. Salah satu contoh yang dapat dijumpai dalam

ekosistem adalah vegetasi, tanah dan air. Tanah dan air saling berinteraksi secara

timbal balik, saling pengaruh-mempengaruhi, membentuk suatu ekosistem yang

mempunyai struktur dan fungsi tertentu. Interaksi tumbuhan, tanah dan air sangat

kompleks dan sangat mendasar bagi kelangsungan hidup organisme autotrof. Interaksi

ini berlangsung pada suatu titik pada sisitem perakaran dalam tanah. Pada titik ini

unsur hara esensial dari lingkungan abiotik memasuki mata rantai makanan (food

chain). Bersama dengan air menjadi bahan mentah yang perlukan untuk membentuk

karbohidrat melalui proses fotosintesis. Tanah juga menjadi medium untuk rantai

makanan detritus, dimana unsur hara dilepas ke dalam detritus, diuraikan, kemudian

diikat/ditahan oleh partikel tanah dan diserap kembali oleh tanaman.

24
Bumi kita sebagai suatu ekosistem dapat dibagi dalam sub ekosistem utama

yaitu lautan, daratan, sungai, danau dan hutan. Lebih lanjut sub ekosistem daratan

dapat dibagi menjadi sub-sub ekosistem : hutan, pemukiman, persawahan, ladang,

padang rumput dan padang pasir. Masing-masing ekosistem utama ini saling

berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh kehidupan ikan di muara sungai yang

berhubungan langsung dengan pantai sangat dipengaruhi oleh flulktuasi dan aliran air

sungai. Fluktuasi ini terkait dengan neraca air di alam yang siklusnya sangat

ditentukan oleh kondisi hutan. Dengan adanya hutan, maka hujan akan turun dan hujan

yang jatuh ke bumi sebagian masuk ke dalam tanah ditahan oleh akar tanaman

sehingga air hujan tidak segera mengalir ke sungai dan dengan cepat menuju ke laut,

melainkan mengalir sedikit demi sedikit sehingga kebutuhan air tawar di daerah pantai

akan terpenuhi setiap saat sehingga kehidupan ikan pada muara sungai dapat tetap

berlangsung.

Pengertian lain ekosistem menurut Chiras (1990) ekosistem adalah satu sistem

lingkungan yang menggambarkan hubungan kerja yang konsisten antar organisme

dengan lingkungan tempat tinggalnya atau ekosistem adalah saling ketergantungan

yang dinamis antara sistem biologi, fisika dan sistem kimia. Ekosistem tersusun dari

komponen abiotik dan biotik. Sementora menurut Supardi (1985), ekosistem adalah

hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya di mana manusia adalah

bagian integral dari ekosistem tempat hidupnya. Lanjut dikatakan bahwa di alam

inibaik tumbuhan maupun hewan termasuk manusia membentuk suatu komunitas

biota (kumpulan populasi yang menghuni suatu daerah). Komunitas ini dan

lingkungan abiotiknya berfungsi bersama-sama sebagai suatu ekosistem. Jadi

25
ekosistem merupakan unit yang berperan sebagai fungsional dasar dalam ekologi ,

karena meliputi komunitas biotik dan lingkungan abiotik yang masing-masing saling

mempengaruhi dan keduanya penting untuk mempertahankan kehidupannya.

Sebelum pembahasan tentang ekosistem, perlu kiranya diketahui tentang

biosfer, bioma, habitat, dan nisia.

a. BIOSFER. Bagian bumi yang mendukung kehidupan disebut biosfer atau ekosfer.

Biosfer mulai dari dasar laut sampai sekitar 11.000 m atau 36.000 kaki di bawah

dasar laut sampai ke puncak gunung tertinggi sekitar 9.000 m (30.000 kaki). Jika

bumi ini digambarkan sebagai buah apel maka biosfernya hanya bagian kulitnya

saja yakni bagian bumi tempat berlangsungnya kehidupan. Pada daerah-daerah

pegunungan yang tinggi hanya ditemukan bakteri dan jamur dan pada dasar laut

bagian dalam terdapat beberapa organisme yang dapat bertahan hidup.

Kebanyakan organisme berada pada lithosfer, atmosfer dan hidrosfer karena pada

daerah tersebut terdapat banyak mineral-mineral yang berasal dari tanah. Oksigen

dan karbon dioksida dari udara dan air yang berasal dari laut dan danau sebagai

bahan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup organisme. Biosfer merupakan

bagian planet bumi yang memungkinkan organisme dapat hidup. Kehidupan dapat

berlangsung karena terpenuhinya kebutuhan hidup bagi organisme yang berasal

dari lingkungan tempat ttinggal mereka misalnya dari sumber daya tanah, air,

tanaman dan hewan serta bakteri dan jamur. Kebutuhan akan mineral-mineral

tersedia di dalam air. Mineral tersebut bersama dengan air masuk ke dalam tubuh

tanaman untuk disintesis menjadi bahan organik. Air dari dalam tanah bersama

dengan karbon dioksida, dengan bantuan energi sinar matahari, melalui proses

26
fotosentesis akan membentuk C6H12O6 yang kemudian di konsumsi oleh hewan

herbivora sebagai sumber energi. Jika tanaman dan hewan mati maka akan terurai

menjadi mineral-mineral lagi , selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh tumbuhan

dan hewan untuk di sintesis kembali menjadi bahan organik, baik berupa lemak,

protein, vitamin-vitamin atau zat lain yang bermanfaat bagi tubuh oraginisme. Dari

gambaran hubungan antara organisme dan lingkungan menunjukkan bahwa untuk

berlangsungnya kehidupan harus ditunjang oleh adanya siklus materi dan energi

melalui proses fotosintesis pada tanaman hijau. Selain dihasilkan bahan makanan

juga dihasilkan oksigen yang juga dikenal sebagai zat asam atau zat pembakar

yang fungsinya untuk mengoksidasi gula. Proses oksidasi akan menghasilkan

tenaga yang diperlukan untuk berbagai aktivitas organisme. Selain itu proses

oksidasi terhadap gula akan menghasilkan karbon dioksida dan air. Selanjutnya air

dan karbon dioksida masuk ke dalam tumbuhan hijau dan melalui proses

fotosintesis dengan bantuan energi sinar matahari akan menghasilkan lagi gula dan

oksigen dan seterusnya. Gula (C6H12O6) merupakan sumber energi dan sebagai

bahan pernafasan bagi mahluk hidup. Dari uraian diatas menunjukkan kepada kita

bahwa di alam ini terjadi siklus materi dan energi yang tidak pernah terputus.

Tujuannya tidak lain agar kebutuhan hidup bagi berlangsungnya kehidupan

organisme dapat terus berjalan. Siklus ini berjalan kompleks dan terus-menerus

berlangsung di atmosfer, di air, di tanah tidak ada henti-hentinya.

b. BIOMA. Bagian teresterial dari biosfer terbagi menjadi bioma-bioma dengan tipe

dan ciri iklim dan vegetasi serta hewan yang berbeda-beda. Misalnya daerah hutan

hujan tropis, hutan tropik daun rontok, hutan tropik tanaman berduri, savana,

27
padang pasir (gurun), padang rumput, taiga, tundra, pegunungan, daerah kutub.

Tiap bioma mempunyai iklim yang berbeda. Perbedaan tersebut berakibat pada

perbedaan jenis tanaman dan hewan yang menghuni bioma tersebut. Selain itu

kondisi iklim yang berbeda menyebabkan adaptasi kehidupan juga berbeda dan

yang paling penting kondisi iklim yang dimaksud adalah presipitasi dan

temperatur.

Selain zona teresterial, pada bioma juga terdapat zona aquatik, misalnya laut.

Laut juga dapat dibagi beberapa zona antara lain batu karang, estuaria, laut dalam

dan laut dangkal (daerah pantai). Pada zona yang berbeda juga akan ditemukan

tanaman dan hewan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nutrien,

temperatur, tingkat penetrasi energi sinar matahari dan faktor lingkungan lainnya.

Zona Aquatic sangat luas dan terdapat keanekaragaman hidup yang tinggi. Zona

ini pada umumnya merupakan bagian dari daerah laut, yang merupakan daerah

pertemuan daratan dan air laut dan ini disebut estuaria. Estuaria berada pada

mulut sungai. Pada daerah ini, air asin bercampur air tawar. Selain estuaria yang

termasuk zona aquatic antara lain mangrove, rawa, dan lagon. Pada zona estuaria,

nutrien berasal dari erosi tanah yang kaya mineral. Di daerah ini banyak terdapat

mikroorganisme insekta dan ikan, pada zona ini seringkali ditemukan pada daerah

yang beriklim hutan hujan tropis).

c. HABITAT DAN NISIA. Habitat adalah daerah tertentu atau suatu lingkungan

eksternal tempat tinggal tanaman dan hewan. Habitat merupakan suatu keadaan

yang lebih umum yang merupakan tempat organisme terbentuk dari keadaan luar

dan dipengaruhi oleh keadaan luar yang ada di situ baik secara langsung maupun

28
tidak langsung mempengaruhi organisme tersebut. Habitat utama yang ada di alam

ini adalah habitat perairan dan habitat teresterial. Antara kedua habitat tadi ada

perbedaan yang mendasar yang terletak pada sifat air dan sifat udara. Secara alami

dua organisme tidak mungkin menempati suatu tempat yang persis sama dalam

habitat tetentu dan mempunyai cara hidup (fungsi) yang sama, apabila kedua

organisme tersebut berbeda spesies, dalam hal ini akan terjadi kompetisi dalam

memperebutkan makanan dan energi. Akibatnya salah satu organisme akan

terdesak dan kemungkinan akan punah atau pindah ke habitat yang lain. Apabila

kedua organisme tersebut adalah satu spesies, maka terjadi persaingan berebut

materi dan energi, tetapi antara spesies itu sendiri. Jika organisme tersebut

jumlahnya menjadi besar, maka persaingan dalam kelompok tersebut makin besar

dan lebih intensif, organisme yang kalah akan terdesak ke nisia yang lebih

marginal. Selain itu, nisia tersebut akan lebih besar, dalam hal ini organisme dalam

spesies tersebut cenderung bersifat generalis yang berarti sumber energi atau

makanannya lebih beragam atau disebut juga polifag.

Mahluk hidup yang menghuni suatu habitat tertentu, akan bertahan hidup dan

bahkan berkembang apabila mahluk hidup tersebut mampu menjalankan fungsinya

sesuai dengan habitat yang dihuni. Konsep hubungan antara fungsi dan habitat ini

disebut dengan nisia (relung). Dengan kata lain organisme tersebut dapat

menjalankan fungsinya pada habitat tempat tinggalanya . Nisia sangat ditentukan

oleh kemampuan adaptasi dari organisme tersebut terhadap habitat yang ditempati.

Beberapa cara adaptasi mahluk hidup antara lain adalah adaptasi fisiologis,

29
adaptasi morfologis, adaptasi perilaku, maupun adaptasi kultural khususnya pada

manusia.

Aliran air yang deras cenderung memiliki kandungan oksigen yang lebih banyak

dari pada yang lambat, hanya saja bahan makanan (materi) pada aliran deras tidak

berada untuk waktu yang cukup lama. Nisia bukanlah hak milik yang melekat pada

satu spesies. Sebab nisia ini ditentukan oleh banyak faktor, selain faktor genetik,

faktor sosial dan kondisi lingkungan memberi pilihan terhadap nisia. Sementara

nutrien, intensitas cahaya dan durasi cahaya, kelembaban, temperatur merupakan

komponen yang penting dalam membentuk nisia makhluk hidup.

Dua jenis spesies tidak dapat hidup dalam nisia yang sama, setiap spesies

mempunyai nisia sendiri-sendiri, tetapi nisia ini mempunyai daerah yang saling

melengkapi atau tumpang tindih dengan nisia lain, sehingga bisa terjadi jika dua

spesies ada pada nisia yang sama akan terjadi persaingan satu sama lain atau salah

satu dominan dari yang lain atau salah satu beradaptasi dengan yang lainnya.

Semua makhluk mempunyai tempat hidup.Tempat hidup itu disebut habitat.

Misalnya, habitat ikan mas ialah perairan tawar dan habitat ikan hiu ialah perairan

air asin di laut. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup

makhluk yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik

minimum dan batas atas disebut titik maksimum.Antara dua kisaran itu terdapat

titik optimum. Ketiga titik itu, yaitu minimum, maksimum dan optimum,disebut

titik kardinal. Sebenarnya masing-masing titik kardinal itu merupakan pula kisaran.

30
Apabila sifat habitat berubah sampai di luar titik minimum atau maksimum, maka

makhluk itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Apabila perubahannya

lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk itu umumnya dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula. Melalui proses

adaptasi itu sebenarnya telah terjadi makhluk yang mempunyai sifat yang lain,yang

disebut ras baru, bahkan dapat terjadi jenis baru.

Habitat makhluk dapat lebih dari satu, misalnya, burung pipit. Habitat untuk

mencari makanannya ialah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-

pohonan di kampung. Ikan salmon, yang terkenal di Eropa dan Amerika

Utara,waktu dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan bertelur ikan itu

berenang ke sungai sampai ke hulu. Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal di

sungai, kemudian kembali ke laut untuk menjadi dewasa, sampai saatnya ikan akan

bertelur di daerah hulu sungai lagi.

Di dalam habitatnya makhluk mempunyai cara tertentu untuk hidup. Burung yang

hidup di sawah ada yang memakan serangga, ada yang memakan buah padi,dan ada

pula yang memakan katak dan ikan. Cara hidup itu disebut nisia. Nisia itu ada yang

bersifat umum, ada pula yang bersifat khusus. Makhluk yang mempunyai nisia

yang umum disebut generalis dan organisme yang mempunyai bermacam-macam

makanan misalnya makan cacing, serangga, dan buah-buahan disebut polifag,

artinya makan banyak jenis.

Makhluk yang hanya makan dengan sedikit jenis makanan disebut spesialis.

Spesialis ada yang oligofag, artinya makan sedikit jenis. Ada yang disebut

31
monofag, yaitu yang makan satu jenis saja. Wereng misalnya, adalah monofag

karena makanannya hanyalah tanaman padi.

Nisia dapat diartikan sebagai profesi makhluk dalam habitatnya. Profesi

menunjukkan fungsi makhluk itu pada habitatnya. Habitat itu dapatlah disebut

alamat organisme. Berjenis makhluk dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan

tetapi apabila dua jenis makhluk mempunyai nisia yang sama akan terjadi

persaingan. Makin besar tumpang tindih nisia kedua jenis makhluk itu, semakin

intensif persaingannya. Dalam keadaan itu, masing-masing jenis akan

mempertinggi efisiensi cara hidup atau profesinya. Masing-masing akan menjadi

lebih spesialis, yaitu nisianya menyempit. Jadi efek persaingan antara sejenis akan

menyempitnya nisia dari jenis organisme yang bersaing, sehingga terjadi

spesialisasi.

Apabila populasi suatu jenis menjadi besar, terjadi pula persaingan antar individu

dalam jenis tersebut. Dalam persaingan ini individu yang lemah akan terdesak ke

bagian nisia yang marginal. Efek persaingan antar-individu dalam satu jenis adalah

melebarnya nisia. Jenis itu menjadi lebih generalis.

Makin spesialistis suatu jenis,makin rentan populasinya. Misalnya,wereng yang

monofag dan hidup dari tanaman padi, populasinya kecil setelah masa panen dan

populasinya meningkat lagi, setelah sawah ditanami dengan padi. Populasi yang

kecil setelah panen menanggung risiko kepunahan. Sebaliknya jenis mahluk yang

generalis populasinya tidak banyak berfluktuasi. Ia dapat berpindah dari jenis

makanan yang satu ke jenis makanan lainnya.

32
Pada manusia kita dapatkan hal yang serupa. Bangsa yang makanan pokoknya

hanya beras, hidupnya amat rentan. Apabila produksi beras menurun, misalnya

karena iklim yang buruk, kehidupannya mengalami goncangan. Hal ini berlaku juga

untuk sumber pendapatan. Orang yang hanya hidup dari hasil kebun cengkeh, akan

sangat terpukul waktu kebunnya terserang wabah penyakit cacar daun.

2. KOMPONEN EKOSISTEM

Sebelum dijelaskan pengertian ekosistem maka terlebih dahulu akan dijelaskan

pengertian sistem. Sistem adalah kumpulan, atau kesatuan komponen atau subsistem

yang secara fungsional bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan demikian suatu sistem tersusun dari subsistem yang mempunyai

fungsi dan tugas tertentu, masing-masing subsistem bekerja sesuai fungsi dan tugasnya

masing-masing dan ini berlaku pada sistem apa saja, tidak hanya pada sistem

lingkungan tetapi juga pada sistem sosial dan sistem lainnya yang menyangkut aspek

kehidupan bermasyarakat, baik dalam sekala kecil maupun dalam skala besar. Bahkan

dalam tubuh organisme juga terdapat sistem, misalnya sistem pernafasan dapat

berjalan dengan baik ketika organ-organ penyusun saluran pernafasan termasuk

hormon dan segala suatu yang diperlukan dalam proses pernafasan berada dalam

kondisi yang stabil. Tingkat keberlangsungan proses pernafasan tergantung kestabilan

masing-masing subsistem yang ikut terlibat. Jika salah satu komponen terganggu maka

pernafasan juga terganggu atau tidak berjalan secara optimal dan akan dirasakan oleh

subsistem bahkan oleh sistem lainnya yang ada pada tubuh manusia. Contoh seseorang

33
yang terkena flu, maka semua bagian tubuh kita akan merasakannya walaupun sebagai

penyebabnya berada dalam saluran pernafasan, demikian juga dalam sistem yang ada

di alam, justru yang terganggu pada tempat tertentu, namun yang akan merasakan

dampaknya bukan hanya pada daerah tersebut tapi juga pada daerah lain, walaupun

berada pada jarak yang jauh. Sebagai contoh, jika hutan dibabat secara besar-besaran,

yang merasakan dampaknya tidak hanya organisme dan manusia di sekitar hutan itu,

tapi juga akan dirasakan oleh organisme termasuk manusia yang tinggal pada jarak

yang lebih jauh. Misalnya saja terjadi banjir pada musim hujan sebagai akibat dari

penebangan hutan, dampaknya tidak hanya terasa oleh masyarakat di sekitar hutan,

akan tetapi yang tinggal jauh dari hutan bahkan yang berdomisili di perkotaan juga

ikut merasakannya.

Ekosistem tersusun dari empat komponen yakni, produsen, konsumen, pengurai

dan lingkungan abiotik.

a. Produsen, yakni organisme autotrof berupa tumbuhan hijau, dapat menghasilkan

zat organik, protein, gula, lemak, dan zat anorganik misalnya H2O, CO2 dan

mineral. Pembentukan zat organik terutama melalui proses fotosintesis. Dengan

bantuan energy sinar matahari CO2 dari udara dan H2O dari dalam tanah dengan

bantuan energy sinar matahari akan menghasilkan C6H12O6 dan H2O. C6H12O6

merupakan bahan makanan bagi organism konsumen dan O2 sebagai bahan

pernafasan bagi organism. Oksigen kemudian masuk ke dalam tubuh organisme

dan berfungsi sebagai bahan pembakar, menguraikan gula menjadi CO2, H2O dan

tenaga. Pada manusia oksigen masuk melalui hidung terus ke paru-paru, dari paru-

paru diteruskan ke jantung kemudian melalui pembuluh darah arteri bersama dalam

34
darah dalam bentuk HbO2 akan diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Selanjutnya

masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses oksidasi. Hasil

oksidasi berupa CO2, H2O dan tenaga. CO2 kemudian dikeluarkan melalui hidung

menuju udara bebas, diserap lagi oleh tanaman hijau bersama H2O disintesis

kembali menjadi gula melalui proses fotosintesis. Sementara, H2O hasil proses

oksidasi keluar melalui penguapan, melalui keringat, air seni dan sebagainya, yang

pada akhirnya bergabung kembali dengan air di perairan yang selanjutnya diserap

kembali oleh tumbuhan hijau sebagai bahan baku fotosintesis lagi dan seterusnya.

b. Konsumen, merupakan organisme heterotrof yang menggunakan zat organik yang

dibentuk oleh produsen menjadi sumber energi dan bahan pembentuk tubuhnya.

Termasuk dalam komponen ini yakni hewan dan manusia. Dalam piramida

makanan dikenal konsumen tingkat pertama, konsumen tingkat kedua, bahkan

konsumen puncak. Konsumen tingkat pertama disebut herbivora, konsumen tingkat

kedua dan konsumen puncak disebut karnivora atau pemakan daging. Sedangkan

manusia termasuk pemakan segala macam (omnivora)

c. Pengurai, biasa juga disebut dekompuser, misalnya bakteri dan jamur, fungsinya

menguraikan bahan organik menjadi mineral-mineral melelui pembusukan

(dokomposisi). Terjadinya pembusukan ditandai oleh timbulnya bau busuk. Melalui

proses pembusukan bahan organik akan terurai menjadi mineral yang selanjutnya

dapat dimanfaatkan lagi oleh tanaman.

d. Komponen abiotik. Komponen abiotik atau komponen tidak hidup yakni segala

sesuatu yang tidak hidup, meliputi komponen fisik meliputi bahan kimia misalnya

pH, CO2, H2SO4, logam berat, mineral-mineral, dan bahan kimia lainnya, baik

35
yang berbahaya maupun yang bermanfaat, komponen fisika misalnya curah hujan,

temperatur, cahaya matahari, dan lain-lain. Tiap organisme di alam ini memiliki

toleransi pada daerah kisaran tertentu untuk beradaptasi terhadap kondisi fisika

maupun kondisi kimia suatu lingkungan. Batas toleransi meliputi batas maksimum

dan minimum. Pada batas ini, organisme bersangkutan masih bisa hidup namun

akan mati jika dibiarkan beberapa saat berada pada lingkungan tersebut. Selain

batas maksimum dan minimum ada kondisi optimum yakni kondisi yang paling

baik bagi pertumbuhan organisme. Beberapa organisme mempunyai daya toleransi

maksimum dan minimum pada kondisi lingkungan tertentu tetapi organisme lain

merupakan kondisi yang optimum. Atau suatu organisme mempunyai toleransi

maksimum tertentu pada suatu kondisi lingkungannya tetapi merupakan kondisi

minimum bagi organisme lain. Bisa juga toleransi minimum bagi organisme

tertentu tetapi merupakan kondisi maksimum dan optimum bagi organisme lain. Di

sisi lain dikenal zona stresfisiologis. Pada kondisi ini organisme tidak survival.

Sebagai contoh ikan pada umumnya mempunyai kisaran daya toleransi yang sempit

terhadap temperatur air, apabila suhu air melewati batas toleransi terendah atau

batas toleransi tertinggi, mereka akan mati atau menyelamatkan diri dengan

mencari air yang lebih hangat, untuk mempertahankan hidupnya. Batas toleransi

organisme juga terjadi pada kondisi kimia suatu lingkungan, sama halnya dengan

pada kondisi fisika.

3. RANTAI MAKANAN DAN JARING-JARING MAKANAN

36
Di alam ini kita mengenal organisme prudusen dan organisme konsumen.

Produsen adalah organisme yang mendukung seluruh kehidupan di alam, melalui

proses fotosintesis. Tanaman hijau merupakan penghasil bahan organik yang kaya

akan energi. Organisme tersebut sering disebut organisme autotrof. Organisme

autotrof dapat melakukan fotosintesis dengan menggunakan energi sinar matahari , air

dari dalam tanah dan karbon dioksida di udara, akan menghasilkan glukosa dan

oksigen. Konsumen mengkonsumsi tanaman disebut herbivora (hewan pemakan

rumput) disebut juga konsumen tingkat pertama. Herbivora dikonsumsi oleh

konsumen tingkat dua yakni karnivora tingkat pertama. Selanjutnya karnivora tingkat

pertama dikonsumsi oleh karnivora tingkat ke dua dan seterusnyta. Proses makan

memakan antara organisme disebut rantai makanan dan prosese makan memakan lebih

dari dua rantai disebut jaring-jaring makanan. Untuk lebih jelasnya rantai makanan

dan jaring-jaring makan ditunjukkan pada gambar 2.1 dan 2.2.

37
Gambar 2.1. Rantai makanan

38
Gambar 2.2. Jaring-jaring makanan.

4. PIRMIDA EKOLOGI

Piramida Ekologi adalah diagram dari data – data yang menunjukkan hasil

bawaan ( standing crop ) dari setiap tingkatan tropik. Data – data itu dapat disusun

menurut jumlah dari organsime, besarnya biomasa atau besarnya aliran energi pada

setiap tingkatan tropik pada waktu tertentu. Hasil diagram itu cenderung mempunyai

bentuk piramida dengan dasar yang lebar dan menyempit ke arah puncak. Dikenal tiga

macam piramida ekologi yaitu piramida jumlah, piramida biomasa, dan piramida

energi.

Secara umum Elton pada tahun 1927 ( Colinvaux, 1973 ), telah menunjukkan

bahwa organisme pada tingkatan tropik yang rendah biasanya jumlah relatif banyak,

makin tinggi tingkatan tropiknya makin sedikit jumlah individunya dalam suatu

ekosistem. Kalau jumlah individu persatuan luas untuk tiap tingkatan tropik

digambarkan dalam suatu histogram, menunjukkan makin ke atas akan membentuk

piramida jumlah yang semakin kecil (gambar 2.2). Informasi yang diperoleh dari

piramida jumlah ini adalah berupa kenyataan berapa herbivora ( konsumen 1 ) yang

39
dapat disokong hidupnya oleh sejumlah tumbuhan dalam areal tertentu, berapa jumlah

karnivora ( konsumen 2 ) dapat disokong hidupnya oleh herbivore dan seterusnya.

K3 = 3

K2 = 354.904

K1 = 708.624
Produsen 5.842.424

Gambar 2.3. Piramid jumlah dari suatu padang rumput ( blue grass field

),satuan, jumlah individu per acre (± 0,4 Ha)

K1 = Invertebrata herbivora, K2 = karnivora tingkat satu; berupa laba-laba,

semut, kumbang predator

K3 = Karnivora tingkat dua berupa burung, tikus tanah dan sebagainya.

(Menurut Odum 1958)

40
Kalau kita akan membandingkan dua ekosistem yang kebetulan serupa,

misalnya danau dengan danau lainnya, piramida jumlah dapat dibandingkan banyak

berbeda, misalnya danau dengan hutan maka jumlah individu dari tiap –tiap tingkatan

tropiknya, tidak dapat dibandingkan karena produsen di danau yang terutama berupa

phythoplankton tidak dapat dibandingkan jumlahnya dengan produsen di hutan yang

berupa pohon dengan ukuran yang besar. Kesukaran tadi sebagian dapat diatasi kalau

satuan piramida yang dipakai adalah jumlah berat organisme persatuan luas, atau

biomasa yang biasanya dinyatakan dalam berat kering, yang kalau digambarkan akan

membentuk piramida biomasa seperti pada gambar 2.4 a dan b.

(a) (b)

KP = 1,5 Zooplankton

K = 11 dan

H = 37 Fauna dasar
Produsen 809 Phytoplankton

Gambar 2.4. Piramida biomasa

41
Penjelasan gambar 2.3. Piramida biomasa dari dua ekosistem akuatik : a.

Silver Spring Florida, b. English channel. Satuan gram berat kering/ m2 H =

herbivora; K= karnivora; KP = karnivora puncak; (Odum 1959)

Dari piramida ini dapat diartikan bahwa makin rendah tingkat tropiknya makin

besar biomasanya, meskipun dalam hal jumlah individunya makin sedikit. Keadaan ini

mudah dipahami karena suatu biomasa produsen yang besar dapat menyokong

kehidupan herbivora dengan biomasa yang lebih kecil.

Dari hasil beberapa penelitian piramida biomasa menunjukkan bahwa piramida

yang didapat bentuknya terbalik; biomasa tumbuhan kecil dari pada biomasa

herbivora. Hal ini biasanya dijumpai di perairan English Channel , biomasa

phytoplankton ternyata lebih kecil dari biomasa zooplankton. Bagaimana mungkin

phytoplankton yang biomasanya kecil ini dapat menyokong kehidupan zooplankton

yang biomasanya lebih besar? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : biomasa dari

masing – masing tingkatan tropik dinyatakan dalam satuan berat kering (gram)

persatuan luas (meter2) dari suatu ekosistem. Pengumpulan organisme untuk

menetukan biomasanya dilakukan dalam waktu yang singkat. Jadi piramida biomasa

hanya menunjukkan jumlah bahan materi dari suatu populasi yang ada pada saat

tertentu dikenal sebagai hasil bawaan (standing crop), tidak memberi penjelasan

tentang kecepatan dari produksi bahan materi tadi. Pada perairan English Channel

tadi, phytoplankton yang hasil bawaannya kecil, tetapi reproduksi dan

pertumbuhannya cepat sehingga dalam interval waktu tertentu dapat memproduksi

bahan materi yang besar. Sedangkan zooplankton yang hasil bawaannya lebih besar,

42
tetapi reproduksi dan pertumbuhannya lebih lambat dari phytoplankton, produksi

bahan materi dalam satuan waktu yang sama lebih kecil dari phytoplankton. Macam

piramida ekologi yang ketiga ini, yang dapat memberikan informasi tentang kecepatan

dari proses pembentukan bahan materi atau kecepatan aliran energi dalam suatu

ekosistem adalah piramida energi seperti pada gambar .2.5.

KP = 21

(6)

K = 383
5060

D = (67)

H = 3368
(460)
(1478)
20.810

43
Produsen (8.833)

Gambar 2.5. Piramida energi dari silver springs, Florida. Satuan dalam

Kcal/m2/tahun. Angka dalam kurung = energi yang tinggal sebagai biomasa.

(Odum, 1959)

5. HOMEOSTASIS

Homeostasis ( homeo = sama; stasis = berdiri ), merupakan istilah yang umum

diterapkan terhadap kecenderungan sistem-sistem biologi untuk bertahan terhadap

perubahan-perubahan dan tetap berada dalam keadaan keseimbang (Odum, 1993).

Soeriaatmaja (1977) menjelaskan bahwa homeostasis ekosistem merupakan istilah

teknis untuk keseimbangan alam. Dalam arti luas, ia tidak saja menunjukkan

keseimbangan pada spesies saja, seperti keseimbangan predator dan mangsanya atau

antara parasit dengan inangnya, tetapi juga keseimbangan antara daur nutrisi dan aliran

energi di dalam suatu ekosistem. Suatu ekosistem dalam keadaan homeostasis, berarti

segala aspek tentang fungsi ekosistem terdapat dalam keseimbangan. Terdapat

keseimbangan antara produsen, konsumen dan pengurai, begitu pula antara semua

spesies yang ada di dalam sistem itu termasuk lingkungan abiotiknya.

Konsep homeostasis pada tingkat individu merupakan hal sangat penting pada

bidang ilmu faal. Ia memberi pengertian yang lebih besar terhadap peranan

pengawasan syaraf dan endokrin pada pengaturan dan proses – proses metabolisme

dalam tubuh. Konsep Homeostasis pada tingkat ekosistem, dalam beberapa hal

membantu kita dalam memahami proses pengaturan yang berlangsung di dalam

44
komunitas tumbuhan dan hewan. Konsep pengaturan dan intrisik, atau sibernatik

adalah sangat penting dalam memahami homeostasis. Sebagai contoh pada ilmu faal

diketahui bahwa aktivitas otot akan menaikkan konsentrasi karbon dioksida di dalam

darah dan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam darah. Keadaan ini akan

merangsang denyut jantung dan pernafasan menjadi lebih cepat, membantu lebih

banyak karbon dioksida yang dibuang dan lebih banyak oksigen yang masuk ke dalam

tubuh. Apabila tingkat kadar karbon dioksida dan oksigen telah kembali pada keadaan

normal. Dengan demikian sistem tetap dalam keadaan seimbang untuk mencapai

tingkat kebutuhan metabolisme dari individu.

Dalam suatu ekosistem akuatik yang berjalan mantap, walaupun tidak begitu

cermat seperti di atas, namun pengaturan homeostasis yang analog yang melibatkan

karbon dioksida dan oksigen juga dijumpai. Sebagai contoh misalnya, kenaikan suhu

pada musim panas, akan menaikkan metabolisme dan respirasi tumbuhan dan hewan

air, dan ini akan menaikkan kadar karbon dioksida dalam air. Tinggi tingkat karbon

dioksida bebas dan naiknya suhu air itu akan merangsang bertambah cepatnya proses

fotosintesis dan pertumbuhan tanaman air, dan ini selanjutnya akan mempergunakan

CO2 dan menghasilkan O2 lebih banyak. Dengan demikian kadar CO2 dan O2

mempunyai kecenderungan untuk kembali pada batas normal. Apabila suhu dan

kecepatan metabolisme menurun dan CO2 bebas di dalam air telah dipergunakan,

maka pertumbuhan tanaman air akan terhenti sampai terjadi kembali penambahan CO2

oleh adanya proses pembusukan.

Ekosistem mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri pada batas

– batas tertentu. Bila batas ini dilampaui, maka mereka tidak dapat berfungsi kembali

45
sebagai semula dan akan mengalami berbagai perubahan, kerusakan, atau kehancuran.

Pada teori ekologi, setiap ekosistem yang tidak homeostasis atau ekosistem binaan,

mempunyai sifat yang tidak stabil, dan harus selalu diawasi oleh tindakan langsung

dari manusia. Hal ini misalnya dapat dilihat pada ekosistem pertanian, gulma dan

hama harus diawasi dengan penyiangan, anti hama atau pengawasan bentuk lain dan

tanpa pengawasan dan perhatian manusia secara terus menerus maka harapan untuk

mempertahankan hasil produksi suatu sistem pertanian yang maksimal tidak mungkin

dapat terwujud.

6. DAYA LENTING

Daya lenting menunjukkan kemampuan suatu sistem untuk pulih. Makin

pendek masa pulihnya, dan makin besar gangguan yang dapat ditanggungnya, makin

tinggi daya lenting sistem tersebut. Misalnya hutan yang terbakar atau peladangan

yang berpindah, setelah dibiarkan kembali maka dalam waktu yang relatif singkat

telah kembali menjadi hutan, karena hutan mempunyai daya lenting yang cukup

tinggi. Suata ekosistem dengan potensi daya lenting yang tinggi seperti cagar alam,

dapat kembali pulih walaupun selalu mendapat gangguan secara alamiah maupun

oleh gangguan manusia, misalnya tanah longsor, angin puyuh, kebakaran, penebangan

dan perburuan. Sebaliknya bagi ekosistem yang daya lentingnya terbatas masa

pulihnya memerlukan waktu yang relative panjang untuk pulih.

Pentingnya konsep daya lenting itu terletak pada pengertian adanya kemampuan

sistem untuk menerima gangguan dan belajar dari gangguan itu. Belajar dari

gangguan berarti mengubah gangguan itu menjadi informasi yang kemudian

46
digunakan untuk penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan yang baru. Dengan

demikian konsep daya lenting mengandung arti adaptif. Ekosistem mempunyai

kemampuan untuk mengadaptasikan diri terhadap gangguan dan dengan sifatnya yang

adaptif itu ekosistem dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun harus

diketahui bahwa setiap ekosistem, betapapun besar daya lenting yang dimiliki, pada

saatnya nanti akan sampai pada suatu “ titik-tak-kembali”. Artinya apabila suatu

ekosistem terdorong sampai batas tertentu melampaui ambang batas, di mana faktor

pembatas bekerja demikian keras, maka pemulihan dalam periode skala waktu yang

berarti bagi manusia, menjadi tidak mungkin lagi. Contoh, erosi pada tanah tebing

gunung dapat mencapai suatu titik di mana batuan akan terbuka. Jika hal ini terjadi,

hanyalah proses primer suksesi biota yang belangsung sangat lamban bahkan berabad-

abad atau berjuta – juta tahun, yang dapat membangun kembali tanah dan vegetasi

pada ekosistem yang bersangkutan.

Demikian juga halnya dengan eksploitasi suatu spesies secara berlebihan yang

terus menerus dapat memperkecil jumlah individu dalam suatu populasi sampai pada

tingkat yang tidak memungkinkan untuk pemulihan kembali, misalnya sampai pada

suatu kondisa yang tidak memungkinkan terjadinya pembiakan yang efektif, maka

pemulihan hewan yang bersangkutan tidak mungkin dapat terjadi , meskipun

beberapa individu masih dapat hidup untuk beberapa waktu. Demikian juga halnya

dengan tumbuhan yang keberadaannya di suatu habitat sangat minim, maka sulit

menjamin keberadaan tumbuhan tersebut pada habitat bersangkutan dalam waktu yang

relatif lama, akan tetapi pada satnya nanti mereka akan mati semua, kecuali jika ada

47
campur tangan manusia melalui berbagai upaya pelestarian terhadap organism

bersangkutan.

7. ADAPTASI

Adaptasi, berarti cara suatu organism untuk mengatasi tekanan lingkungan

tempat tinggalnya, agar dapat bertahan hidup. Dapat juga adaptasi berarti penyesuaian

diri organisme terhadap faktor lingkungan tempat tinggalnya, baik terhadap faktor

fisik, kimia atau biologi. Faktor fisik misalnya suhu, kelembapan, salinitas, tingkat

keasaman dan lain-lain. Faktor kimia misalnya konsentrasi dari bahan kimia tertentu

yang masih berada pada batas toleransi untuk hidupnya. Pengertian lain

menyebutkan, adaptasi sebagai suatu proses evolusi yang menyebabkan organisme

mampu hidup lebih baik pada lingkungan hidup tertentu dan sifat genetik yang

membuat organisme menjadi lebih mampu untuk bertahan hidup. Dalam beradaptasi

ada dua kemungkinan dapat terjadi, gagal atau berhasil. Apabila batas toleransi

melampaui ambang batas maksimum dan minimumnya, maka organisme tersebut akan

mati, namun jika perubahan faktor lingkungan ke kondisi faktor lingkungan

maksimum dan minimum berjalan sedikit demi sedikit, maka organisme bersangkutan

akan beradaptasi sedikit demi sedikit dan mereka masih bertahan hidup dan menurut

teori evolusi akan berubah menjadi varietas lain berbeda dengan bentuk asalnya.

Makin besar kemampuan adaptasi suatu jenis makin besar peluang untuk

kelangsungan hidupnya, sebab organisme tersebut dapat menempati habitat beragam.

Adaptasi meliputi berbagai bentuk yaitu adaptasi fisiologis, adaptasi morfologi,

48
adaptasi tingkah laku dan bagi manusia dapat terjadi adaptasi kultural akibat

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki..

Adaptasi morfologi pada tumbuhan misalnya, adaptasi Xerofit untuk

memperkecil penguapan , misalnya: daunnya tebal, sempit, kadang-kadang berubah

bentuk menjadi bentuk duri, sisik, atau bahkan tidak mempunyai daun, maksudnya

untuk mengurangi atau memperkecil penguapan. Selain itu seluruh permukaan

tubuhnya termasuk daun tertutup oleh lapisan kutikula atau lapisan lilin. Batangnya

tebal mempunyai jaringan spons untuk menyimpan air. Selain itu akarnya panjang

sehingga jangkauannya lebih jauh untuk mendapatkan air.

Adaptasi tumbuhan yang hidup di daerah lembap, yakni : mempunyai daun yang

tipis dan lebar, permukaan daun mempunyai banyak stomata sehingga dapat

mempercepat proses penguapan, contoh tumbuhan higrofit: tumbuhan keladi. Adaptasi

tumbuhan yang hidup di air, yakni: hidupnya terapung di air, mempunyai rongga

antar sel yang berisi udara untuk memudahkan mengapung di air, daun lebar dan

tangkai daun menggembung berisi udara, contoh: eceng gondok, kiambang. Pada

tumbuhan yang mengapung di permukaan air, mempunyai dinding sel yang kuat dan

tebal untuk mengurangi osmosis, misalnya Hyidrilla. Tumbuhan yang sebagian

tubuhnya di atas permukaan air dan akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga

udara dalam batang atau tangkai daun, sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun

muncul ke permukaan air. Contoh teratai dan kangkung. Tumbuhan yang hidup di

daerah pasang surut, mempunyai perakaran yang kuat dan lebat, sehingga tidak mudah

roboh jika terkena ombak. Contoh: tumbuhan bakau.

49
Adaptasi morfologi pada hewan , antara lain: berbagai bentuk paruh burung

sesuai dengan jenis makanannya. Paruh pada pangkal paruh bebek terdapat bentuk

seperti sisir, berguna menyaring makanan dari air dan lumpur. Paruh burung pipit

tebal, pendek dan runcing untuk memecah biji-bijian. Kaki bebek berselaput untuk

berenang dan berjalan di atas lumpur. Burung yang mempunyai bentuk kaki yang

berbeda-beda disesuaikan dengan tempat hidupnya dan jenis mangsa yang

dimakannya. Kaki ayam yang mempunyai kuku yang keras dan tajam digunakan untuk

mengais makanaan di tanah. Bentuk pengisap dari mulut kupu-kupu seperti belalai

yang dapat digulung dan dijulurkan, digunakan untuk mengisap madu dari bunga.

Nyamuk dengan tipe mulut pengisap digunakan untuk menusuk dan menghisap darah

manusia. Lebah yang bentuk mulutnya penjilat terdapat lidah yang panjang,

digunakan untuk menjilat makanan berupa nektar bunga. Serangga dengan tipe mulut

penyerap ,misalnya lalat, berguna untuk menyerap makanan yang berbentuk cair. Gigi

hewan karnivora beradaptasi menjadi empat gigi taring dan runcing gunanya untuk

menangkap mangsa serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk

mencabik-cabik mangsanya dan lain-lain contoh yang belum sempat disebutkan.

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri fungsi atau kerja alat-alat tubuh

terhadap lingkungan. Adaptasi fisiologi pada manusia misalnya, bagi yang tinggal di

pegunungan darahnya banyak mengandung eritrosit dibandingkan dengan orang yang

tinggal di di dataran rendah yang darahnya memiliki eritrosit yang rendah. Contoh lain

pada saat udara dingin orang cendrung mengeluarkan banyak air seni. Orang yang

jumlah eritrositnya normal pindah ke dataran tinggi yang kadar oksigennya rendah,

50
darah akan meningkat jumlah eritrositnya, agar pengikatan oksigen di dalam alat

pernapasan dapat berjalan efektif.

Adaptasi fisiologi pada hewan misalnya pada sapi, kambing dan kerbau,

mempunyai saluran pencernaan panjang dan menghasilkan enzim selulase. Enzim ini

berfungsi memudahkan pencernaan selulose yang menyusun dinding sel tumbuhan.

Ikan laut yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari tekanan osmosis air

laut. Agar ikan tidak mati kekeringan, karena air di dalam sel tubuh ikan akan habis

tertarik oleh air laut, makan ikan air laut beradaptasi dengan cara banyak minum dan

sedikit mengeluarkan urine. Tujuannya untuk menjaga jumlah cairan di dalam sel

tubuh ikan.. Sedangkan kelebihan garam yang turut terminum akan dikeluarkan ke air

laut melalui insangnya secara aktif. Berbeda denga ikan air tawar, tekanan osmosisnya

di dalam tubuhnya lebih tinggi dari tekanan osmosis air pada habitatnya, akibatnya

secara osmosis air akan masuk ke tubuh ikan. Supaya ikan tidak kelebihan air maka

ikan air tawar sedikit minum dan banyak mengeluarkan urine dan menggunakan

insantgnya secara aktif untuk mengikat garam yang terlarut dalam air. Onta yang dapat

bertahan lama tidak minum di padang pasir, dilengkapi dengan kantung air di

pundaknya. Anjing laut dapat bertahan di daerah dingin karena pada kulitnya memiliki

lapisan lemak.

Adaptasi bisa terjadi untuk waktu singkat maupun lama. Adaptasi untuk jangka

waktu yang lebih lama dianggap sebagai sikap yang normal. Misalnya padi gogo yang

dianggap normal untuk tumbuh di lahan kering. Kondisi lingkungan selalu berubah

baik secara cepat maupun perlahan. Perubahan dasar secara cepat mudah terlihat dari

usaha makhluk hidup menyesuaikan dirinya terhadap perubahan itu. Tetapi tidak

51
selalu adaptasi itu berhasil. Kemampuan untuk mengadaptasikan diri harus selalu

dijaga. Kita harus dapat belajar dari gangguan, sehingga kita dapatkan informasi dari

gangguan itu. Informasi itu kita gunakan untuk adaptasi. Sistem yang dapat mengubah

gangguan menjadi informasi dan menggunakan informasi untuk adaptasi disebut

sistem yang berdaya lenting

Pada hewan, kemampuan adaptasinya lebih besar dibanding dengan kemampuan

adaptasi pada tumbuhan, hewan mudah bergerak dari tempat yang satu ke tempat lain,

sehingga ketika lingkungan tempat tinggalnya menjadi tidak sesuai, maka ia dapat

mencari tempat lain yang sesuai untuk kelansungan hidupnya. Misalnya saja ikan

diperairan diperhadapkan kondisi di bawah ambang batas, maka ikan dengan cepat

mencari alternatif perairan yang lebih sesuai. Demikian juga pada hewan lain

melakukan adaptasi, misalnya kerbau untuk menghindari panas terik, ia masuk

lumpur, sehingga sengatan matahari tidak langsung menyengat kulitnya. Berbeda

dengan tumbuhan dengan tingkat adaptasi yang relatif sangat terbatas. Tumbuhan

tidak dapat bergerak secara aktif, melainkan hanya pasrah pada lingkungan, tetapi

tidak berarti bahwa tumbuhan tidak beradaptasi. Misalnya saja pohon jati pada musim

kemarau menggugurkan daunnya, untuk menghindari penguapan dan kekeringan,

karena pada musim panas cadangan air di dalam tanah relatif terbatas. Nanti setelah

musim hujan, daunnya diperbanyak lagi, maksudnya agar tingkat penguapan juga

meningkat, agar tanaman tidak kelebihan air dan bisa menjadi penyakit pada

tumbuhan. Masih banyak contoh-contoh lain yang tidak sempat dikemukakan pada

tulisan ini. Adaptasi tidak hanya terjadi pada tumbuhan dan hewan, juga pada

manusia. Malah manusia merupakan organisme yang paling tinggi kemampuan

52
adaptasinya, hal ini disebabkan oleh kemapuan berpikir, dapat mengolah informasi

dengan baik dan dengan akalnya dapat mengolah lingkungan agar sesuai dengan

kebutuhan hidupnya.

8. EVOLUSI

Evolusi ialah perubahan sifat jenis secara perlahan–lahan perubahan itu bersifat

terarah dan sifat yang berubah itu dapat diturunkan. Evolusi menghasilkan jenis baru.

Evolusi sifatnya tidak terbalikan. Menurut teori Darwin mekanisme utama dalam

evolusi ialah seleksi alam. Tetapi akibat tindakan manusia juga dapat terjadi seleksi

buatan, misalnya hewan dan tumbuhan jenis unggul yang dibudidayakan.

Akibat seleksi alam, maka individu yang mempunyai sifat yang paling sesuai

dengan kondisi lingkungan, memiliki kesempatan lebih baik untuk berkembang biak

dan meneruskan generasinya. Sedang yang tidak sesuai dengan lingkungan

perkembangbiakannya akan terhambat dan akibatnya, besarnya populasi menurun

dan pada kondisi yang lebih parah lagi makhluk hidup tersebut pada saatnya nanti

akan punah. Evolusi dan seleksi alam berjalan secara bersama-sama. Seleksi alam

sebenarnya merupakan ujian alam terhadap organisme, sehingga untuk

mempertahankan hidupnya organism harus beradaptasi dengan lingkungan baru

tersebut melalui berbagai bentuk adaptasi, baik berupa adaptasi morfologi, adaptasi

fisiologi, adaptasi perilaku maupun adaptasi budaya khususnya pada manusia. Dalam

proses adaptasi tersebut akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh makhluk hidup

secara perlahan-lahan sesui jenis dan tingkat gangguan faktor lingkungan yang

menimpanya.

53
9. PRINSIP YANG BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR PEMBATAS.

Lingkungan tempat tinggal organisme merupakan suatu tatanan yang kompleks

dan bervariasi, faktor lingkungan berinteraksi dan berjalan secara simultan selama

perjalanan hidup organisme, walaupun interaksi antara keduanya sering tidak terjadi

sama sekali. Hal ini tidak saja tergantung pada besaran intensitas faktor itu dan faktor

– faktor lainnya dari lingkungan, tetapi juga kondisi organisme, baik tumbuhan

maupun hewan

\a. Hukum Minimum dari Liebiq

Bagi keperluan pertumbuhan atau perkembangbiakan, setiap organisme

membutuhkan sejumlah bahan esensial dan besaran faktor – faktor lain dari

lingkungan, yang sesuai. Kebutuhan tersebut berbeda – beda, tergantung dari jenis

dan kondisi spesies hewan atau tumbuhan yang bersangkutan. Justus Van Liebieq (

1840 ), seorang pelopor dalam penelitian di bidang pertanian khususnya tentang

pengaruh berbagai faktor lingkungan, terutama unsur – unsur kimia di dalam tanah,

terhadap hasil produksi tumbuhan(pertanian). Ditemukan bahwa produksi pertanian

sering ditentukan oleh bahan nutrisi dalam jumlah banyak, seperti air atau CO2

misalnya, karena bahan – bahan ini terdapat dalam jumlah yang banyak di lingkungan,

melainkan ditentekan oleh berbagai zat, misalnya boron, yang diperlukan oleh

tumbuhan dalam lingkungan dan dalam jumlah yang kecil. Unsr boron dalam hal ini

merupakan unsur esensial yang tersedia dalam jumlah yang mendekati tingkatan

minimu kritis, bersifat membatasi atau menentukan. Prinsip minimum ini dikenal

sebagai hukum minimum dari Liebieq dan setelah ditambah dengan hasil penelitian –

54
penelitian lainnya diformulasikan sebagai berikut : “Dalam kondisi yang mantap,

maka bahan esensial yang tersedia di lingkungan dalam jumlah yang mendekati

minimum kritis, cenderung bersifat membatasi”.

Kondisi lingkungan yang mantap adalah suatu kondisi apabila masukan dan

hasil dari energi atau materi terdapat dalam keseimbangan. Hukum minimum ini

berlaku bagi kondisi lingkungan yang keadaannya kurang mantap, seperti terjadinya

eutrofikasi atau polusi air. Dalam kondisi lingkungan demikian, terjadi secara

menyolok pelonjakan kenaikan populasi ganggang yang kemudian melonjak turun

dengan terjadinya pengikatan dan pelepasan bahan nutrisi. Di sini unsur – unsur P, dan

N serta CO2 dan bahan – bahan lainnya secara silih berganti berperan sebagai faktor

pembatas.

b. Hukum toleransi dari Shelford

Berhasil tidaknya suatu organisme melangsungkan aktivitas hidupannya di

suatu tempat, bergantung pada dapat tidaknya organisme tersebut menyesuaikan diri

dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegagalan suatu organisme

mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak saja ditentukan oleh faktor lingkungan

dalam jumlah yang minimum seperti yang dikemukakan oleh Liebieq, melainkan

sangat banyak faktor lingkungan yang dapat membahayakan kehidupan organisme

karena dibatasi oleh kebutuhan minimum dan maksimum. Konsep yang menyatakan

bahwa daya toleransi suatu organisme dibatasi oleh kebutuhan minimum dan

maksimum dari berbagai faktor lingkungan, kemudian menjelma menjadi hukum

toleransi dari Shelford.

55
Bagi setiap organisme, misalnya ada suatu nilai ambang, berupa besaran

minimum dari suatu faktor yang masih dapat diterima dan memberi efek pada

organisme itu. Misalnya nilai ambang berupa suhu terendah yang menyebabkan

organisme tetap aktif atau misalnya intensitas cahaya terendah yang masih dapat

ditangkap oleh fotoreseptor. Di atas nilai ambang tadi sesuatu fungsi akan bertambah

naik, sejalan dengan makin naiknya intensitas faktor lingkungan, hingga tercapai suatu

tingkatan maksimum, untuk kemudian terjadi penurunan. Sehubungan dengan itu

maka dapat dikatakan bahwa setiap kondisi yang mendekati batas toleransi suatu

organisme, akan menjadi faktor pembatas. Sebelum batas toleransi ini tercapai,

biasanya organisme berada dalam suatu daerah tegangan fisiologis ( gambar 2.6.)

Dibandingkan dengan individu dewasa yang tidak sedang berbiak, maka

individu yang sedang berbiak termasuk biji, kecambah, telur, embrio dan larva,

biasanya mempunyai kisaran toleransi yang relatif sempit untuk sejumlah faktor

lingkungan. Selain faktor fisik sebagai salah satu persyaratan hidup dan penyebaran

bagi suatu organisme, maka faktor hubungan antara sesama organisme misalnya

interaksi individu atau populasi berupa kompetisi, predasi, kompetisi atau parasituisme

juga menjadi faktor yang menentukan. Suatu spesies mungkin saja tidak berhasil

melanjutkan hidupnya meskipun persyaratan kondisi lingkungan fisiknya sudah

terpenuhi, namun dia tidak dapat melanjutkan hidupnya karena hubungan biotik

dengan sesamanya mengalami masalah.

56
57
Gambar 2.6. Hubungan toleransi, penyebaran dan populasi.

10. PERTUMBUHAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

Kecepatan pertumbuhan suatu populasi ditentukan oleh potensi biotik dari

populasi yang bersangkutan. Makin tinggi potensi boiotiknya, makin tinggi pula

kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan yang maksimum hanya terjadi

jika keadaan spesies yang bersangkutan paling menguntungkan, misalnya terjadi

kelahiran maksimum dan kematian minimum. Faktor pembatas yang berasal dari

lingkungan mencegah suatu spesies untuk terus menerus mempertahankan

pertumbuhan pada potensi biotiknya. Faktor pembatas dari lingkungan yang dimaksud

adalah jumlah keseluruhan faktor penyebab kematian yang berpengaruh pada

menurunnya kelahiran. Namun jika potensi biotis seimbang dengan hambatan

lingkungan, populasi spesies tidak akan bertambah.

Berdasarkan hambatan lingkungan, maka model pertumbuhan populasi pada

dasarnya dapat dibedakan atas dua model yaitu : model Malthus atau pertumbuhan

irupsi ( irruptive growth ), lihat gambar 2.7.a, dan model pertumbuhan logistik

(gambar 2.7.b). Model pertumbuhan yang dikemukakan oleh Malthus adalah

pertumbuhan yang menggambarkan populasi akan bertambah dengan cepat secara

eksponensial sesuai dengan potensi biotiknya, sampai mencapai jumlah tertentu dan

58
sudah jauh melampaui daya dukung lingkungan, di mana pada saat itu akan terjadi

bencana ( penyakit, kelaparan, perang ,dan lain- lain ) yang mengakibatkan

meningkatnya kematian. Akibat kematian yang tinggi, populasi akan turun secara

drastis mencapai tingkat daya dukung). Pertumbuhan logistik adalah model

pertumbuhan yang menggambarkan pertumbuhan populasi tidak akan berlangsung

terus sesuai dengan potensi biotiknya, tetapi akan terhambat oleh daya dukung

lingkungan (K), hal tersebut lebih jelas terlihat pada gambar 2.7.b. Organisme

memiliki model pertumbuhan yang dikemukakan Malthus disebut berstrategi r sedang

yang memiliki model pertumbuhan logistik disebut berstrategi ( K ).

Berdasarkan gambar 2.7 b. dapat diartikan bahwa daya dukung adalah suatu

ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan

tertentu. Pada gambar 2.7 B, asimtot ( K ) menunjukkan batas maksimum organisme

yang dapat ditampung disebut daya dukung maksimum. Pada titik belok dimana

kecepatan pertumbuhan paling tinggi disebut dengan daya dukung optimum atau hasil

lestari maksimum, di mana secara teoritis pada titik itu biomassa yang dipanen akan

cepat bergenerasi.

59
60
Gambar 2. 7 a dan b.

10. ARUS ENERGI DAN MATERI MELALUI EKOSISTEM

Proses fotosintesis yang hanya dapat berlangsung pada tanaman hijau,

merupakan titik awal dari semua rantai makanan. Tanaman hijau merupakan

organisme satu-satunya yang mampu menangkap energi sinar matahari yang

merupakan sumber energi bagi semua komponen ekosistem. Walaupun jumlah energi

yang dapat ditangkat oleh tanaman hijau sangat kecil yakni 1-2% dari energi matahari

yang masuk ke bumi, namun energi sinar matahari ini sangat penting artinya bagi

terlaksananya proses fotosintesis yang merupakan sumber kehidupan di bumi ini.

Sebelum membahas aliran energi dan materi akan dibahas secara singkat

tentang energi. Apa yang dimaksud dengan energi?. Energi adalah kemampuan untuk

melakukan usaha. Secara umum energi dapat dibagi menjadi energi kinetik dan energi

potensial. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh materi. Contoh pohon yang

jatuh , motor bergerak dan lain-lain. Energi potensial adalah energi yang tersimpan

dalam suatu benda yang dapat dilepaskan dan dikonversi menjadi energi kinetik.

Energi kimia adalah energi potensial yang disimpan dalam bentuk ikatan kimia contoh

energi yang tersimpan dalam bahan bakar, bahan peledak dan energi yang tersimpan

61
dalam makanan (karbohidrat, protein dan lemak). Energi dapat berasal dari berbagai

sumber misalnya energi panas, cahaya, bunyi, listrik, batu bara, minyak bumi, gas

alam, energi mekanik, energi geotermal, angin, tenaga nuklir, tenaga hidroelekterik

dan energi magnetic. Energi dapat didefinisikan juga sebagi kapasitas untuk

melakukan kerja. Hukum dasar tentang energi disebut hukum termodinamika.

Hukum ini banyak membantu dalam memahami dan memecahkan masalah-masalah

ekologi dan masalah lingkungan. Hukum termodinamika adalah sebagai berikut :

a. Hukum termodinamika pertama

Hukum Termodinamika pertama sering juga disebut hukum konservasi energi

yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dihancurkan

tetapi hanya dapat berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.

Misalnya motor dapat bergerak karena bensin sebagai energi potensial dikonversi

menjadi energi mekanik yang dapat menggerakkan motor. Sebagian energi itu menjadi

limbah panas. Limbah panas yang kemudian bergabung dengan panas yang ada di

atmosfir. Contoh lain gula yang ada dalam tubuh merupakan energi potensial dan

melaului proses oksidasi terhadap gula sebagai energi potensial akan di konversi

menjadi energi mekanik yang dapat digunakan organisme lain termasuk manusia

dalam melaksanakan aktivitasnya. Kemudian limbah yang dihasilkan dalam proses

oksidasi berupa CO2, H2O dan panas akan dilepaskan ke lingkungan yang selanjutnya

CO2 dan H2O akan bermanfaat dalam proses fotosintesis pada tanaman hijau, dan

menghasilkan gula dan oksigen yang kemudian digunakan oleh organisme termasuk

62
manusia sebagai bahan makanan dan bahan pernafasan. C6H12O6 kemudian menjadi

sumber energy bagi hewan termasuk manusia setelah melalui proses oksidasi.

b. Hukum termodinamika kedua.

Energi bervariasi dalam kemampuan untuk melakukan usaha. Energi mengalir

dari yang berkualitas tinggi ke kualitas rendah. Energi potensial yang tersimpan dalam

bensin dan batu bara merupakan energi berkualitas tinggi karena energi tersebut

terkonsentrasi, maka mampu untuk melakukan usaha. Sebaliknya energi yang tidak

terkonsentrasi (energi panas dalam suhu rendah) mempunyai kemampuan yang kecil

untuk melakukan usaha). Energi selalu terdegredasi menjadi bentuk yang lebih

terdispersi sebagai panas pada suhu yang rendah ke lingkungan. Contoh di dalam

mesin mobil hanya sekitar 20% energi kimia dengan kualitas tinggi yang terdapat

dalam bensin yang akan dikonversi menjadi energi mekanik yang dapat digunakan

untuk menggerakan kendaraan. Sisanya 80 % terdegredasi menjadi energi panas

kualitas rendah dan dilepas ke lingkungan. Contoh lain konversi energi surya menjadi

energi kimia dalam makanan. Fotosintesis mengkonversi energi cahaya dari matahari

ke dalam energi kimia kualitas tinggi yang tersimpan dalam tanaman berupa energi

dalam bentuk molekul gula . Jika makanan tersebut dikonsumsi maka energi kimia

kualitas tinggi akan bertransformasi ke dalam tubuh untuk menggerakan otot, untuk

proses metabolisme sementara energi panas yang berkualitas rendah akan dilepaskan

ke lingkungan. Hukum Termodinamika dua juga menjelaskan bahwa energi

cenderung mengalir atau berubah secara spontan dari bentuk terkonsentrasi menjadi

bentuk terdispresi contoh, jika pewarna dilepaskan ke air maka secara spontan kristal

akan terlarut di alam air dan memancarkan warnanya ke segala penjuru. Ini

63
membuktikan bahwa molekul zat pewarna secara spontan cenderung terdispresi di

dalam air.

Hukum termodinamika kedua secara singkat dapat dijelaskan bahwa energi

mengalami penyusutan pada saat terjadi perubahan dari bentuk yang satu ke bentuk

yang lain dan konsentrasi lebih besar menjadi konsentrasi yang lebih kecil, artinya

tidak ada penggunaan energi yang betul-betul efisien, misalnya ketika terjadi

pembakaran bensin pada mobil, akan berubah dari konsentrasi yang lebih besar ke

konsentrasi yang lebih kecil.

Pada umumnya suatu sistem akan mengalami penurunan atau mengalami

gangguan. Hal ini disebabkan kualitas energi yang tinggi akan dikonversi menjadi

panas. Konversi ini juga tertinggi pada zat yang mengalami perubahan signifikan.

Aepoting batu bara yang ketika dibakar banyak menghasilkan karbon dioksida dan

karbon dioksida kemudian terdispersi ke atmosfer secara random. CO2 yang

terdispresi ke udara secara acak disebut entropy, Entropy ini berlaku secara umum.

Bahan yang keluar bumi akan mengalami peningkatan, tetapi CO2 yang ke atmosfer

sangat penting artinya bagi diri kita dan bagi organisme lainnya. Tanaman hijau akan

mengolah CO2 dari atmosfer dan merubahnya menjadi bahan organik sebagai bahan

makanan. Proses entropy dapat kembali tetapi bukan hanya dapat kembali tetapi dapat

juga menghasilkan energi setelah melalui proses oksidasi di dalam tubuh organisme.

CO2 diserap oleh klorofil dan bersama dengan air (H2O) dari dalam tanah dengan

bantuan energi sinar matahari akan terbentuk C6H12O6 dan O2. .C6H12O6 adalah

glukosa yang merupakan sumber energi. Energi ini berasal dari sinar matahari dan

kemudian dapat berubah menjadi energi kinetik yang dapat digunakan organisme

64
dalam melaksanakan aktivitas hidupnya. Hukum termodinamika kedua mengatakan

bahwa energi adalah berdegradasi ketika terjadi konversi dari satu bentuk ke bentuk

lain.

Pengertian lain entropy adalah sebagai bagian energi yang tidak dapat dipakai

untuk melaksanakan kerja. Pada proses penggunaan energi yang tidak dapat terbalikan

maka entropi alam raya bertambah. Dalam rantai makanan, energi mengalir dari

makhluk yang dimakan ke makhluk yang memakan. Arus energi bersifat satu arah

sementara materi merupakan suatu siklus atau berupa daur. Energi dari sinar matahari

masuk ke tumbuhan hijau, melalui proses fotosintesis. Energi matahari tersimpan

dalam karboidrat, masuk ke herbivora, karnivora dan seterusnya lalu keluar ke

lingkungan dalam bentuk panas.

Ada hubungan antara tingkat entropi dengan keteraturan sistem. Ketika kondisi

sistem teratur, maka tingkat entropy tinggi. Ini berarti pada sistem yang teratur terjadi

efisiensi penggunaan energi. Energi lebih mengarah kepada stabilitas sistem,

peningkatan keanekaragaman, menjaga stabilitas sistem dan setiap subsistem bekerja

beraturan dan secara bersama-sama, sehingga ketika ada gangguan atau tekanan faktor

luar yang akan mengganggu stabilitas sistem tetap dapat teratasi . Berbeda dengan

dalam kondisi ekosistem alam yang tidak stabil, sumber daya yang ada pada ekosistem

tersebut akan diarahkan sepenuhnya untuk melawan ketidakstabilan ekosistem yang

bersangkutan, sehingga memerlukan energi yang besar. Ini berarti materi atau sumber

daya yang ada akan terkuras secara habis-habisan untuk melawan gangguan itu agar

ekosistem dapat bertahan. Dalam kondisi seperti ini, peningkatan populasi dan

keanekaragaman akan terhambat.

65
Menurut hukum termodinamika tentang jumlah energi di alam ini adalah tetap,

boleh saja energi bertambah pada suatu tempat dengan mengurangi jumlah energi di

tempat lain. Hal ini merupakan informasi yang bermanfaat agar manusia lebih

berhati-hati. Kalau demikian keadaannya maka tidak ada alternatif lain kecuali

penghematan energi harus dilakukan pada semua sektor kehidupan dari bentuk

kehidupan, baik untuk kepentingan manusia maupun untuk kepentingan hewan dan

tanaman dipermukaan bumi ini. Apabila kita kehabisan energi, tak ada jalan lain harus

mengimpor dari luar negeri atau mengganti dengan sumber energi lain misalnya batu

bara, energi angin, energi surya, air dan bahkan dengan bioenergi, dan energi nuklir.

Penggunaan tenaga PLTA, tenaga surya dan nuklir sebagai sumber energi

harus lebih hati-hati karena memerlukan teknologi tinggi dan teknologi tersebut harus

dijaga dengan ketat, dengan alasan keamanan, sehingga ketergantungan teknologi dari

negara asing tidak dapat terhindarkan. Bahaya lain terjadinya radiasi karena

kecelakaan dan pengobatan serta pembuangan sampah radioaktif. Dengan melihat

dampak penggunaan radioaktif sebagai sumber energi, maka penggunaannya harus

mendapat pertimbangan dan kajian yang sangat mendalam. Sama halnya dengan

penggunaan tenaga surya sebagai tulang punggung, juga perlu dipertimbangkan mau

tidak mau ketergantungan kita kepada negara maju untuk mewujudkannya juga tidak

dapat dihindari, sehingga harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati dan

mendalam. Penggunaan bioenergi juga sebagai salah satu alternatif untuk

dipertimbangkan, namun masalahnya terkait dengan penyediaan lahan yang sangat

luas untuk menghasilkan bahan bakar.

66
Hukum termodinamika kedua, juga menyatakan secara universal entropy akan

selalu bertambah. Energi dapat saja menurunkan entropy disuatu tempat, tapi bersama

itu akan terjadi peningkatan entropy pada tempat lain. Dapat juga dikatakan bahwa

dengan melakukan kerja, keteraturan dapat dinaikkan secara lokal di suatu tempat,

tetapi dengan konsekwensi menurunnya keteraturan di tempat lain. Pembuangan

limbah dari rumah tangga dan pabrik adalah contoh menurunnya entropy di rumah

tangga dan pabrik tetapi sebaliknya terjadi peningkatan entropy pada tempat

pembuangan sampah atau lingkungan yang menerima limbah tersebut. Alat pendingin

AC menurunkan entropi dalam ruangan dan menaikkan entropy di luar ruangan.

Dalam skala yang besar entropy di bumi dapat terjaga pada tingkat rendah dan

keteraturan pada tingkat tinggi dengan menggunakan energi matahari melalui proses

fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Karena itu sering pula dikatakan fotosintesis

mempunyai efek entropy,yaitu entropy negatif atau pengurangan entropy.

67
BAB III

SIKLUS BIOGEOKIMIA

Berikut ini akan diuraikan siklus biogeokimia dari karbon, oksigen, nitrogen,

posfor, sulfur dan hidrologi.

a. Siklus Karbon

Ada dua sumber utama karbon yaitu atmosfer dan hidosfer. Secara alamiah

keduanya berada dalam bentuk CO2, pertukaran dapat melalui disfusi, ovaporasi dan

prospitasi. CO2 diatmosfer diikat dalam biomassa melalui fotosintesis terutama oleh

tanaman. Kemudian karbon bergerak melalui berbagai tingkat tropik dan akhirnya

dilepaskan lagi ke sumbernya sebagai CO2 melaui aktivitas respirasi baik oleh

tanaman dan hewan, pengolahan limbah dan proses dekomposisi. Beberapa karbon

diikat dalam endapan-endapan dari tanaman dan hewan menjadi gambut, batu bara,

beberapa dalam cangkang organisme akuatik dan batuan karbonat di laut. Pelapukan

68
batuan dan pembakaran minyak dan batu bara akan melepaskan karbon-karbon yang

terikat kedalam siklus pertama dimulai (Gambar 3.1).

Siklus oksigen terpelihara karena adanya dua proses yang melibatkan komponen

biotic. Proses respirasi organisme memerlukan oksigen bebas. Oksigen ini diambil dari

udara, sebaliknya proses fotesintesis pada tumbuhan hijau menghasilkan oksigen yang

kemudian dilepaskan ke lingkungan udara. Pola siklus inilah yang mengatur keajegan

proporsi oksigen di udara.

Siklus karbon yang melibatkan karbon dioksida lebih kompleks. Karbon

dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan. Melalui fotosintesis karbon dioksida

dan air disintesis menjadi karbohidrat. Melalui assimilasi dan proses metabolisme

karbohidrat yang terbentuk dapat dijadikan lemak dan protein, sehingga kandungan

gizi tanaman dapat memenuhi kebutuhaan makanan herbivora. Melalui rantai

makanan, karbon yang terkandung dalam karbohidrat, lemak dan protein tumbuhan

ditransfer ke dalam tubuh herbivora, karnivora. Melalui proses respirasi karbon dari

tumbuhan, herbivora dan karnivora dikembalikan ke udara dalam bentuk

karbondioksida. Melalui proses dekomposisi bakteri dan kapang menguraikan

senyawa kompleks bahan organik yang terdapat pada jasad tumbuhan, herbivora dan

karnivora yang telah mati menjadi senyawa sederhana. Karbon organik yang

tersimpan di kerak bumi, seperti batu bara dan minyak bumi. Melalui pembakaran (

combustion ) bahan itu melepaskan karbon dioksida kembali ke udara

69
70
Gambar 3.1. Siklus karbon

b. Siklus Oksigen

71
Gabar 3.2. Siklus oksigen

c.. Siklus Nitrogen

Nitrogen adalah gas dominan di atmosfer, namun sangat sedikit organisme

yang dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas. Pertama-tama nitrogen harus

diikat dalam senyawaan organik untuk dimanfaatkan produsen dalam proses biologi.

Beberapa kelompok mikroba aerobik dan anaerobik yang hidup bebas terutama bakteri

serta mikroba yang bersimbiosa, dapat mengikat nitrogen dari atmosfer. Nitrogen yang

terkandung dalam tubuh hewan dan tanaman, ion ammonium atau senyawa amino,

seperti protein dan asam nukleid. Mineralisasi nitrogen melalui proses ammonifikasi

dan nitrifikasi. Dalam proses ammonifikasi beberapa mikroba aerobik dan anaerobik

memetabolisme ikatan nitrogen dan melepaskan NH3. Konversi ammonia menjadi

nitrat (NO3 ) dikenal dengan nitrifikasi. Proses ini terdiri atas dua tingkat yaitu :

Oksidasi ammonia menjadi nitrit oleh bakteri nitrit dan konversi nitrit menjadi nitrat

oleh bakteri nitrat. Pada kondisi anaerob total atau sebagian dalam tanah, beberapa

mikroba mengkonversi nitrat menjadi nitrit, dan beberapa nitrogen oksida sperti N2

dan NH3 yang dikenal dengan nitrifikasi. Beberapa produk ini berada dalam tanah dan

72
sebagian dilepaskan ke atmosfer. Beberapa nitrogen terikat dalam sedimen laut dan

batuan sedimen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3.

Nitrogen udara yang kadarnya mencapai 81% juga beredar melalui siklus

biogeokimia. Prosesnya lebih komplek bila dibandingkan dengan siklus oksigen dan

karbondioksida. Fiksasi nitrogen ( N2 ) terjadi sebagai akibat petir (elektrisasi) dan

aktivitas bakteri pengikat nitrogen yang banyak terdapat di tanah, seperti Azotobacter,

Clostridium, dan Rhizobium. Tumbuhan memanfaatkan nitrogen hasil fiksasi oleh

bakteri tanah. Oleh tumbuhan nitrogen disintesis menjadi protein. Protein tumbuhan

dimanfaatkan oleh herbivora dan karnivora melalui rantai makanan. Jasad tumbuhan,

herbivora dan karnivora yang telah mati dan hasil ekskresinya yang mengandung

senyawa nitrogen organik melalui aktivitas bakteri diuraikan kembali menjadi nitrogen

bebas dan dikembalikan ke udara

73
Gambar 3.3. Siklus nitrogen.

c. Siklus sulfur

Elemen sulfur tak dimanfaatkan oleh organisme produsen. Bentuk sulfur yang

dipakai dalam sistem biologi adalah sulfat anorganik. Walaupun beberapa organismen

memperoleh sulfur dari senyawa organik. Dekomposisi mikroba dihasilkan dalam

mineralisasi ikatan sulfur dalam biomassa. Dalam kondisi aerob, beberapa bakteri

dapat mereduksi sulfat untuk menghasilkan sulfida sebagai elemen sulfur. Sedangkan

dalam lingkungan aerobik mikroba akan mengoksidasi H2S menjadi sulfat atau elemen

sulfur. Sulfur dapat dihilangkan dari siklus aktif presipitasi air netral atau basa

dibawah kondisi anaerobik oleh pembentukan ferrodin ferri sulfida.

74
Gambar 3.4. Siklus sulfur

d. Siklus hidrologi

Peredaran air dalam ekosistem berdaur ulang. Ada dua proses yang terjadi,

yaitu evaporasi dan persipitasi. Air menguap dari permukaan air (sungai, danau, laut

). Uap air pada ketinggian tertentu membentuk awan. Oleh pengaruh atmosfir yang

dingin awan mengembun, kemudian jatuh kepermukaan air berupa air hujan. Siklus

sederhana ini dikategorikan sebagai siklus hidrologik kecil. Bila awan terbawa angin

ke daratan dan mengembun diatas pegunungan dan kemudian mengalami persipitasi

berupa hujan di pegunungan, air akan tertahan di tanah hutan atau mengalami run off

mengalir ke badan air. Siklus ini disebut siklus hidrologik sedang. Dalam skala lebih

besar uap air dapat terbawa naik ke ketinggian yang menyebabkan awannya berubah

menjadi salju, dan mengalami persipitasi dalam bentuk hujan salju. Siklus ini disebut

siklus hidrologik besar.

75
76
Gambar 3.5. Suklus hidrologi

e. Siklus fosfor

Sebahagian mineral, seperti fosfor dan kalsium (gambar 3.6 ), mengalami siklus

biogeokimiawi juga. Fososfor dan kalsium yang terlarut mengendap melalui proses

sedimentasi. Proses ini menghasilkan deposit mineral yang dapat tersimpan dalam

tanah. Melalui proses mineralisasi deposit mineral itu diuraikan kembali menjadi

unsur hara yang siap untuk diserap oleh tumbuhan. Melalui mata rantai makanan

mineral itu pindah ke tubuh herbivora dan karnivora. Mineral yang terkandung dalam

jasad tumbuhan, herbivora dan karnivora melalui proses dekomposisi dikembalikan ke

lingkungan. Fosfor didapatkan pada organisme dalam bentuk fosfat (PO4). Fosfor

merupakan bagian penting dari DNA dan RNA dan komponen membran sel tulang

dan gigi.

77
78
Gambar 3.6. Siklus fosfor

BAB IV

ASAS- ASAS ILMU LINGKUNGAN

Menurut Soeriatmadja(1997), ada 14 asas yang mendasari ilmu lingkungan

yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menghadapi permasalahan lingkungan

hidup, antara lain:

Asas 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme, populasi atau ekosistem

dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat

diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat dihancurkan

atau diciptakan.

Asas ini maknanya sesuai dengan hukum termodinamika pertama dalam ilmu fisika.

Asas ini disebut juga hukum konservasi energi yang menyebutkan , bahwa energi

dapat diubah-ubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Semua energi yang memasuki

jasad hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan

atau terlepaskan. Energi dari sinar mata hari melalui proses fotosintesis akan tersimpan

79
di dalam glukosa yang dihasilkan oleh proses fotosintesis pada tanaman hijau sebagai

energi biokimia. Selanjutnya tanaman sebagai produsen dikonsumsi oleh herbivora.

Herebivora dimakan oleh karnivora tingkat I, kemudian karnivora tingkat I dimakan

oleh karnivora tingkat II dan seterusnya dimakan oleh karnivora puncak. Selanjutnya

tanaman, herbivora dan karnivora mati akan membusuk dan terjadi proses

mineralisasi. Pembusukan dilakukan oleh bakteri dan jamur sebagai dekompuser.

Proses makan memakan antara organisme pada suatu lingkungan melibatkan

perpindahan materi dan energi dari organisme yang satu ke organisme lainnya.

Selanjutnya mineral-mineral bersama dengan air diserap kembali oleh tanaman huijau

untuk disintesis lagi menjadi bahan organik melalui fotosintesis dan menghasilkan lagi

gula sebagai sumber energi oleh herbivora dan karnivora.. melalui energi dan materi

kemudian pindah ke herbivora selanjutnya herbivora dikonsumsi lagi oleh karnivora

dan seterusnya. Jadi nampaknya ekosistem merupak sistem pengubah energi dan

merupakan jalur materi dan energi. Arus materi berbeda dengan arus energi, karena

materi merupakan suatus siklus, jadi tidak berujung, sementara energi hanya sampai

bakteri dan jamur (dekompuser). Setelah berubah menjadi mineral-mineral aliran

energi berakhir sampai di situ, sementara siklus materi masih terus bersama dengan air

diserap kembali untuk disintesa menjadi bahan kimia organik lagi. Berkaitan dengan

proses pengubahan energi berkaitan dengan kemapuan organisme untuk melawan

berbagai bentuk seleksi alam dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Asas 2. Tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien.

Makna asas ini sesuai dengan hukum termodinamika kedua yang menyatakan bahwa

sebenarnya tidak ada energi yang hilang di alam raya ini. Sesungguhnya jika tidak

80
ditemukan energi, sebenarnya energi seolah-olah hilang hanya berubah menjadi

bentuk yang kurang bermanfaat. Umpamanya energi yang dimakan oleh hewan, itu

tidak seluruhnya dapat digunakan untuk keperluan hidupnya akan tetapi sebahagian

energi (energi panas) dari hasil metabolisme untuk berbagai aktivitas misalnya lari,

terbang dan lain-lain ternyata terbuang tanpa guna dan beradiasi lepas mempengaruhi

suhu lingkungan. Jadi pada dasarnya semua sistem biologi kurang efisien dalam

penggunaan energi. Dengan kata lain di alam ini tidak ada penggunaan energi yang

benar-benar efisien. Hanya sebahagian saja dari input energi yang masuk dapat

digunakan atau dipindahkan. Pada piramida makanan terlihat penggunaan energi yang

tidak efisien, banyak energi yang hilang pada tingkat trofi tanaman hijau

menunjukkan adanya energi yang terbuang dari tumbuhan hijau ke herbivora dan

seterusnya, sehingga makin naik tingkat makanannya, makin kurang biomassanya dan

yang paling ujung atau puncak menerima energi paling sedikit padahal oerganisme

yang berada paling puncak seharusnya menerima energi yang paling besar untuk

mengejar mangsanya. Akibatnya persaingan antara mereka sangat ketat, organisme

yang kuat akan dan dapat melanjutkan hidupnya. Pada herbivora memperoleh

makanan tidak terlalu sukar karena jenis dan populasi tanaman lebih besar, sehingga

persaingannya tidak seketat dengan pada karnivora.

Asas 3. Materi, energi, ruang , waktu dan keanekaragaman semuanya termasuk

kategori sumber alam.

Ruang dan waktu juga termasuk sumber alam. Ruang yang sempit dapat

mengganggu proses pembiakan bagi hewan dan tumbuhan. Bagi hewan, yang jantan

akan memperebutkan betina, selain itu ruang terbatas berakibat pada meningkatnya

81
kepadatan populasi, dan semakin ketatnya persaingan untuk kebutuhan hidup dari

lingkungan. Sama halnya pada tumbuhan keterbatasan ruang juga meningkatkan

persaingan antara mereka untuk mendapatkan kebutuhannya. Sebaliknya ruang terlalu

luas berakibat pada jarak individu dalam suatu populasi sangat jauh, sehingga

kemungkinan pertemuan antara jantan dan betina dalam proses pembiakan lebih kecil.

Selain itu ruang juga dapat memisahkan jasad hidup dengan sumber makanannya dan

hal ini sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan individu dan populasi

hewan yang bersangkutan. Oleh sebab itu pengaruh ruang terhadap individu, populasi

atau ekosistem beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.

Soeriaatmaja (1997) menyebutkan bahwa waktu sebagai sumber alam tidak berdiri

sendiri, dicontohkan pada musim kering dan persediaan air kurang, hewan mamalia di

padang pasir pindah ke tempat yang ada sumber air. Berhasil tidaknya hewan tersebut

bermigrasi tergantung adanya waktu dan energi untuk menempuh jarak dari tempat

semula dan tempat tujuan. Di alam ini, soal waktu sangat penting artinya bagi

makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Seekor harimau sering harus menahan

lapar yang cukup lama untuk mengintai, sebelum yakin bahwa ia dapat berhasil

menerkam mangsanya.

Selain materi, energi, ruang dan waktu, juga keanekaragaman, merupakan sumber

alam. Makin beranekaragam jenis makanan, makin kuat organisme untuk

mempertahankan hidupnya. Sebaliknya spesies yang hanya memakan satu jenis

makanan saja mudah terancam kelaparan dan bahkan berakibat pada menurunnya

populasi. Asas 3 ini juga mempunyai implikasi penting bagi masa depan kesejahtraan

hidup manusia. Pada awalnya manusia secara langsung atau tidak langsung

82
bergantung pada matahari sebagai sumber enrgi. Kemudian ketergantungan dialihkan

kepada minyak dan gas bumi sebagai sumber enrgi. Kapasitas sumber energi akan

segera menurun dengan sangat tragis apabila ketersediaan gas habis di dalam tanah. Di

prediksi ketergantungan manusia pada minyak tidak akan berlangsung lama. Dalam

hal ini waktu adalah sumber alam yang berharga bagi manusia untuk mencari sumber

alam pengganti misalnya, sumber energi nuklir, angin, pemanfaatan sinar matahari

sebagai sumber enrgi langsung, sampah dll. Untuk mencapai maksud itu diperlukan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang menjadi persoalan sekarang,

apakah tersedia waktu untuk itu. Bagi negara yang sedang berkembang termasuk

Indonesia ini merupakan tantangan di satu pihak negara yang sedang berkembang

berusaha meningkatkan kesejahtraan energi dan materi banyak yang disedot untuk

menyokong populasi manusia yang tinggi dan penyebarannya di kota, desa dan pulau

yang tidak merata, juga jarak merupakan faktor yang turut menentukan pembagian

sumber daya alam ini. Di pihak lain negar – negara tersebut dikejar oleh waktu demi

terciptanya teknologi baru untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju.

Asas 4. Eksploitasi sumber daya alam kecuali keaneka ragaman dan waktu hanya

dapat dilakukan sampai pada batas tertentu. Eksploitasi lebih lanjut

melampaui batas ini justru akan menurunkan nilai sumbernya sampai pada

suatu saat tidak dapat diselamatkan lagi.

Asas ini mempunyai makna bahwa pempanfaatan sumber daya alam dilakukan

seefisien mungkin. Eksploitasi secara besar-besaran tanpa kendali harus dihindari,

agar tidak cepat habis, terutama terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat

diperbaharui, misalnya batubara dan minyak bumi perlu mendapat perhatian khusus.

83
Bahkan perlu menciptakan teknologi baru untuk mendapatkan sumber enrgi baru,

untuk mengimbangi sumber enrgi yang sudah ada. Selain itu eksploitasi sumberdaya

alam minyak bumi dan batubara secara besar-besaran berakibat pada peningkatan

pencemaran terhadap lingkunga, baik pencemaran pada air, udara dan lahan. Kualitas

kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat juga ikut menurun. Berbagai

penyakit dapat timbul yang menimpa manusia dan organisme lainnya.

Asas 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya

dapat merangsang penggunaan seterusnya dan sumber alam yang tidak

mempunyai daya rangsang pada penggunaan selanjutnya

Salah satu contoh jenis kepompong serangga meningkat secara drastis penggunaannya

oleh sejenis tikus sebagai sumber makanannya, sebagai akibat meningkatnya

kepadatan populasi kepompomg. Berarti tikus berhasil meningkatkan daya guna

kepompong tersebut sebagai sumber alam. Tetapi kalau kepadatan tikus tersebut

diperhadapkan pada sejenis makanan lain, maka daya guna kepompong oleh tikus tadi

tidak mempunyai kesan merangsang pendayagunaan lagi. Contoh lain kalau ada suatu

jenis hewan sedang mencari berbagai bahan sumber makanan. Kalau kemudian

diketahui, bahwa suatu jenis makanan tiba – tiba menjadi sangat banyak jumlahnya

yang tersedia di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada

penggunaan jenis makanan itu. Bearti, kenaikan pengadaan sumber alam, merangsang

kenaikan pendayagunaannya. Contoh lain, jika sekelompok monyet menemukan jenis

makanan tertentu, maka kelompok monyet tersebut akan memusatkan perhatiannya

memakan jenis makanan tersebut, artinya daya guna makanan ini mengalami

peningkatan dan bahkan monyet-monyet lain pun akan datang ikut mengkonsumsinya.

84
Asas 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada

saingannya cenderung berhasil mengalahkan saingannya.

Asas ini sebenarnya adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Apabila pada jasad

hidup terdapat perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor

lingkungan fisik atau biologi dan kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya

sehingga timbul persaingan, maka jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi yang

akan kalah. Dapat juga diartikan bahwa jasad hidup yang adaptiflah yang akan

menang dalam persaingan, sehingga mampu menghasilkan lebih banyak keturunan

dibanding dengan yang non adaptif. Individu yang lebih adaptif itu mempunyai kesan

yang lebih banyak merusak kepada yang lain daripada kesan merusak individu lain

yang kurang adaptif kepadanya, hal ini memberi peluang kepada jasad adaptif untuk

tetap mempertahankan generasinya.

Pada umumnya, suatu spesies atau komunitas yang dapat bertahan dalam suatu

keadaan lingkungan tertentu, ialah yang mempunyai daya pembiakan lebih tinggi.

Meskipun demikian kalau keadaan lingkungan berubah, beberapa spesies lain

mungkin akan lebih adaptif daripada spesies yang sudah ada sebelumnya. Sebagai

contoh kalau mula- mula di tepi pantai atau di atas batu, lava masuk tumbuhan

pelopor, maka tumbuhan pelopor itu kemudian berhasil mengubah keadaan

lingkungan. Selanjutnya muncul spesies lain yang lebih adaptif sehingga tumbuhan

pelopor kemudian tersisihkan. Proses penggantian spesies secara berurutan inilah yang

dikenal sebagai proses suksesi. Organisme yang adaptif dan daya reproduksi yang

tinggi akan mengalahkan organisme yang kurang adaptif.

85
Asas 7. Kemantapan keaneka ragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam

lingkungan yang mudah diramal (stabil).

Mudah diramal artinya ada keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam

suatu periode yang relatif lama. Pada suatu lingkungan yang stabil tingkat keaneka

ragaman tinggi dengan kata lain terdapat banyak spesies dari umum hingga yang

jarang dijumpai. Sedangkan lingkungan yang tidak stabil hanya dihuni spesies yang

relatif sedikit jumlahnya dengan kepadatan populasi yang relatif sama. Makin lama

lingkungan yang berada pada kondisi yang stabil makin banyak spesies organisme

yang muncul sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Keadaan iklim yang stabil

sepanjang waktu yang lama sekali tidak saja hanya meningkatkan keaneka ragaman

spesies tetapi juga meningkatkan keanekaragaman pola penyebaran populasi.

Asas 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keaneka ragaman takson,

tergantung bagaimana nisia lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson

tersebut.

Asas ini menjelaskan bahwa setiap spesies mempunyai nisia tertentu. Dengan

demikian, spesies itu dapat saja hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa

persaingan. Hal ini dapat terjadi karena masing – masing spesies mempunyai

keperluan dan fungsi yang berbeda di alam. Akan tetapi, seandainya ada suatu

kelompok taksonomi lain yang terdiri atas spesies dengan cara makan yang sama dan

toleransinya terhadap lingkungan beragam dan meluas, maka jelas alam lingkungan itu

hanya akan ditempati oleh sedikit spesies ( keanekaragaman rendah ).

86
Asas 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi

produktivitas.

Asas ini mengandung pengertian adanya hubungan antara biomasa, aliran energi, dan

keanekaragaman dalam suatu sistem biologi. Jika dalam suatu perjalanan waktu

keanekaragaman meningkat berarti biomasa dan produktivitas juga meningkat.

Asas 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan
𝐵
produktivitas ( 𝑃
) dalam perjalan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Asas ini mempunyai makna bahwa sistem biologi selalu mengalami perubahan ke arah

ekosistem yang mantap (stabil), karena dalam ekosistem alam yang stabil akan terjadi

efisiensi penggunaan energi, sehingga pelung peningkatan kepadatan populasi dan

keaneka ragaman organisme, meningkat. Dengan kata lain kalau P (Produktivitas )

sudah mencapai maksimum yang berupa energi matahari masuk ke dalam ekosistem,

sedangkan D dan B ( biomasa dan keanekaragaman) masih dapat meningkat dalam

perjalanan waktu, maka jumlah ( quantum) energi yang tersedia dalam ekosistem itu

dapat digunakan untuk menyokong biomasa yang lebih besar melalui peningkatan

populasi dan keanekaragaman ekosistem yang bersangkutan.

Asas 11. Sistem yang sudah mantap ( dewasa ) mengeksploitasi sistem yang belum

mantap ( belum dewasa ).

Asas ini mempunya makna adanya aliran materi dan energi dari ekosistem yang

mantap ke ekosistem yang belum mantap. Ini berlaku baik pada sistem alam maupun

pada sistem sosial, ekonomi dan budaya di seluruh aspak kehidupan. Salah satu contoh

87
negara-negara maju selalu mengeksploitasi negara sedang berkembang atau negara

belum maju, walaupun alasannya untuk membantu negara baru berkembang namun

pada akhirnya keuntungan itu tetap buat negara maju. Contoh lain orang desa banyak

yang masuk kota untuk mengadu nasib di kota, karena tingkat kompleksitas kota lebih

tinggi, banyak lapangan kerja, sehingga mereka nekad melakukan urbanisasi ke kota.

Juga terjadi di alam, hewan-hewan yang tadinya menempati suatu ekosistem hutan,

namun karena sesuatu hal, hutan tersebut mengalami kerusakan dan tidak sesuai lagi

habitat mereka, akhirnya bermigrasi ke ekosistem atau habitat baru yang sesuai.

Contok lain orang desa yang sekolah di kota, jarang sekali ada yang mau kembali

mengabdi pada tempat asalnya di desa, mereka lebih senang mencari pekerjaan di

kota.

Asas 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada

kepentingan relatifnya pada suatu lingkungan.

Seperti diketahui bahwa pada ekosistem yang stabil, keanekaragaman terus

mengalami peningkatan, sehingga dalam perjalanan waktu dapat diharapkan juga

adanya perbaikan dalam sikap adaptasi terhadap lingkunganya. Pada ekosistem yang

mantap sifat responsif terhadap fluktuasi faktor lingkungan yang tidak terduga, tidak

diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi kepekaan terhadap lingkungan sosial

dan biologi dalam habitat itu. Sebagai kesimpulan dari asas ini ialah bahwa populasi

dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan

fisikokimia dibandingkan dengan populasi ekosistem yang sudah mantap. Populasi

dalam lingkungan yang mantap fisikokimia yang cukup lama tidak perlu berevolusi

untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.

88
Ekosistem yang stabil lebih sensitif dan kaku terhadap perubahan lingkungan.

Perubahan faktor lingkungan yang ekstrim menyebabkan ekosistem stabil ini lebih

terancam karena secara genetik, populasinya sangat kaku terhadap perubahan,

sehingga kondisi yang terjadi pada ekosistem tersebut sangat sulit bahkan tidak dapat

pulih ke keadaan semula.

Asas 13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan

keanekaragaman biologi yang seterusnya dapat menggalakkan kemantapan

populasi lebih jauh lagi.

Salah satu asas sebelumnya mendukung asas ini adalah asas 7 mengemukakan bahwa

keanekaragaman organisasi makin meningkat pada lingkungan fisik yang mantap.

Maksudnya terjadi jumlah kenaikan spesies dan varietas pada rantai makanan dalam

komunitas dengan kata lain bahwa dalam komunitas yang mantap jumlah jalur energi

yang masuk melalui ekosistem meningkat. Sehingga kalau terjadi sesuatu terhadap

ekosistem yang mengakibatkan salah satu jalur energi terganggu maka kemungkinan

adanya jalur lain yang dapat menutupi adanya kerusakan, lebih besar kemungkinannya

jika dibandingkan dengan pada komunitas yang lebih mantap. Pada ekosistem yang

mantap risiko dibagi secara merata, sehingga kemantapan lebih terjaga. Kalau

kemantapan lingkungan fisik merupakan syarat bagi penimbunan kompleksitas

organisasi dan keanekaragaman biologi maka kemantapan faktor fisik itu akan

mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap. Asas 12 menyatakan

bahwa pada komunitas yang mantap, maka adaptasi yang peka dan kompleks, akan

berevolusi sebagai suatu tanggapan terhadap lingkungan biologi dan sosial, ikut

mendukung asas 13 ini. Selain itu asas 9 juga menyokong hal yang berkaitan

89
hubungan antara kemantapan yang tinggi dengan efisiensi penggunaan energi, jika

dalam suatu perjalan waktu keanekaragaman meningkat berarti biomasa dan

produktivitas juga meningkat. Pada ekosistem yang belum mantap terjadi pemborosan

energi, sehingga produktivitas dan biomasa juga menurun. Hal itu disebabkan karena

materi dan energi yang ada, digunakan untuk melawan ketidakstabilan ekosistem

yang bersangkutan, bukan untuk meningkatkan kompleksitas.

Asas 14. Derajat pola keteraturan naik turunnya populasi tergantung kepada jumlah

keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan

mempengaruhi populasi itu.

Jumlah populasi di alam ini mengalami fluktuasi dan berbeda untuk setiap jenis

organisme. Asas ini juga menjelaskan, bahwa sejarah populasi sebelumnya

menentukan jumlah populasi yang akan datang.

Selanjutnya hubungan logis ke 14 asas dasar dalam ilmu lingkungan dapat

ditunjukan pada gambar 4.1.

90
91
Gambar 4.1. Hubungan logis di antara 14 asas dasar ilmu lingkunga

BAB V

DAMPAK POLUSI UDARA DAN HUJAN ASAM

A. Pendahuluan

Polusi adalah perubahan yang tidak diinginkan pada udara, daratan dan air

secara fisik, kimiawi ataupun biologi yang mungkin atau akan merupakan bahaya bagi

kehidupan manusia atau jenis-jenis penting, proses industry, lingkungan hidup dan

nilai-nilai kebudayaan; atau yang mungkin akan menyia-nyiakan dan merusak sumber

daya bahan mentah. Penyebab polusi sebenarnya adalah sisa-sisa benda yang dibuat,

dipakai dan dibuang oleh manusia. Polusi meningkat bukan hanya disebabkan oleh

meningkatnya pemakaian lahan yang tersedia untuk setiap manusia semakin sempit,

tetapi juga disebabkan oleh tuntutan setiap manusia yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Bumi semakin padat sehingga tidak ada lagi tempat lowong. Tempat

sampah seseorang adalah ruang hidup bagi orang lain ( Odum, 1993)

Polusi udara adalah terdapatnya satu atau lebih kontaminan atau kombinasinya

di atmosfer dalam bentuk debu, uap air, bau, asap dan berbagai jenis gas lainnya, yang

dalam jumlah/konsentrasi sifat dan lama waktu keberadaannya di atmosfer dapat

menyebabkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, baik terhadap gangguan

kesehatan, kerusakan pada kualitas barang (benda tertentu, atau kenyamanan makhluk

hidup di sekitarnya (Kozak dan Sudarmo 1992) ). Lutgens dan Tarbuch (1982)

92
menyatakan bahwa udara tidak akan pernah bersih karena senantiasa ada sumber

polusi alami seperti asap dari letusan gunung api, spora dari tanaman, asap dari

kebakaran hutan dan sampah, gas – gas yang dihasilkan oleh pembusukan sampah dan

debu dari erosi tanah. Berdasarkan pergerakannya sumber polusi dibagi menjadi dua

bagian yaitu sumber tidak bergerak dan sumber bergerak.

Sumber polusi tidak bergerak dapat menghasilkan unsur – unsur polutan ke

atmosfer sebagai berikut: kabut asam, nitrogen oksida, karbon monoksida, sulfur

dioksida, amoniak, chlorin, chlorida, timah hitam, air raksa, seng, partikel padat, dan

gas – gas lainnya. Dalam hal ini sumber polutan yang tidak bergerak antara lain

pemukiman industri, dan pembangkit listrik.

Menurut Kozak dan Sudarmo (1982) ada dua bentuk emisi dari unsur – unsur

atau senyawa polutan udara adalah : Polutan udara primer yaitu emisi unsur polutan

udara langsung ke atmosfir dari sumber statik dan bergerak seperti CO, NO, SO, HC

dan partikel. Polutan sekunder yaitu polutan udara dari hasil proses fisik dan kimia

atmosfir dalam bentuk fotokimia yang umumnya bersifat reaktif dan mengalami

transformasi fisika kimia menjadi unsur atau senyawa lainnya seperti : Ozon,

Aldehida, PAN (Peroxy acetyl nitrat), hujan asam dan lain – lain. Gas SO2 pada

umumnya merupakan gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar minyak dan

batu bara serta gas buangan dari proses produksi industri yang menggunakan bahan

baku yang mengandung sulfur. Senyawa sulfur yang banyak menjadi polutan adalah

SO2, H2S dan Sulfat. SO2 juga berasal dari H2S yang dihasilkan oleh aktivitas

mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik, di udara kemudian bereaksi

dengan oksigen dengan reaksi sbb:

93
2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2H2O

Sulfur dioksida terhadap kesehatan, gangguan terhadap saluran pernafasan dan iritasi

pada mata. Pencemaran sulfur dioksida pada kosentrasi yang tinggi dapat

menyebabkan kematian. Di Belgia pada tahun 1930 pencemaran dengan konsenterasi

sebesar 38 ppm mengakibatkan 60 orang meninggal dan ratusan sapi dan ternak

lainnya mati. Di atmosfer SO2 diubah menjadi asam dengan reaksi sbb:

2SO2 + O2 + 2H2O 2 H2SO4

Asam sulfat mengganggu pertumbuhan tanaman, gejalanya berupa bintik-

bintik pada daun. Sementara dampak SO2 terhadap tanaman adalah merusak jaringan

dan tulang daun, daun berwarna kuning dan bintik-bintik. Gas NOx (NO dan NO2)

dihasilkan dari proses pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi seperti mesin –

mesin kendaraan bermotor dan generator listrik. Nitrit oksida, tidak berwarna dan

tidak berbau. Sebagian besar NOx masuk ke udara sebagai NO karena pada suhu yang

tinggi, terjadi reaksi:

N2 + O2 2 NO

94
Kebutuhan energi yang sangat diperlukan bagi jalannya roda pembangunan akan

masih tergantung pada bahan minyak. Peningkatan pembangunan di berbagai sektor

mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan energi yang otomatis kebutuhan bahan

bakar minyak juga meningkat. Adanya kecenderungan tersebut pada akhirnya akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah gas SO2 dan NOx yang masuk ke udara.

Bersamaan dengan itu jumlah gas SO2 dan NOx yang bereaksi dengan uap air akan

meningkat dan membentuk uap asam sulfat dan uap asam nitrit. Meningkatnya jumlah

gas SO2 dan NOx yang masuk ke udara akan mengakibatkan jumlah kedua gas tersebut

yang larut ke dalam air hujan membentuk asam sulfat dan asam nitrit akan meningkat.

Kedua proses terakhir akan mengakibatkan peningkatan keasaman air hujan. Air hujan

yang memilki tingkat keaasaman yang tinggi atau air hujan dengan pH kurang dari

5,60 dan berlangsung pada periode yang relatif lama akan mengakibatkan kerusakan

lingkungan. Dalam proses peningkatan keasaman air hujan beberapa faktor iklim

misalnya tingkat kelembaban udara, pola angin dan pola curah hujan merupakan faktor

yang mempunyai peranan penting. Ke tiga unsur iklim tersebut dapat memperkecil

konsentrasi gas SO2 dan NOx di udara.

Selain unsur – unsur iklim tersebut di atas ada beberapa faktor lain seperti daya

absorpsi oleh tanah dan tanaman dan sifat kimia atmosfer dapat mempengaruhi

konsentrasi SO2 dan NOx di udara. Perubahan konsentrasi gas pencemar tersebut di

udara pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keasaman air hujan. Konsentrasi SO2

dan gas NOx, di udara sangat dipengaruhi oleh jumlah gas pencemar tersebut yang

diemisikan ke atmosfir. Jumlah emisi SO2 dan NOx ke udara antara lain tergantung

95
pada jumlah bahan bakar minyak dan batu bara yang digunakan dalam berbagai

sektor kegiatan pembangunan.

Dampak polusi udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh

negara – negara sedang berkembang dan negara industri. Akibat yang ditimbulkannya

oleh polusi udara ternyata sangat merugikan. Polusi udara tidak hanya mempunyai

akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak

lingkungan lainnya seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain-lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980,

kematian yang disebabkan oleh polusi udara mencapai kurang lebih 51. 000 orang.

Angka tersebut cukup mengerikan, karena sangat bersaing dengan angka kematian

yang disebabkan oleh penyakit lainnya. Selama 20 tahun angka kematian yang

disebabkan oleh polusi udara naik mendekati 14 % atau mendekati 0,7 % per tahun.

Sumber polusi udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan

industri dan teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih

lagi. Udara di daerah industri kotor terkena bermacam – macam pencemar. Dari

beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh

dalam pencemaran udara adalah: Karbon Monoksida ( CO ), Nitrogen Oksida, ( NOx )

Belerang Oksida, ( SOx ) Hidro Karbon ( HC ), Partikel ( Particulate ), dan lain –

lain.

Komponen pencemar udara tersebut di atas bisa mencemari udara secara sendiri

– sendiri, atau dapat pula mencemari udara secara bersama – sama. Jumlah komponen

pencemar udara tergantung pada sumbernya. Sumber pencemar udara di Indonesia

96
pada saat ini masih terus diteliti. Akan tetapi kalau dilihat persentase komponen

pencemar udara dari sumber pencemaran transfortasi, seperti dilihat pada tabel 5.1,

mungkin data pada tabel tersebut dapat menjadi dasar untuk menentukan data

pencemaran di Indonesia karena sama – sama menggunakan bahan bakar fosil.

Perkiraan prosentase komponen pencemar udara di Indonesia dari sumber pencemar

transfortasi dapat dilihat pada tabel 5.1.

Perkiraan prosentase tersebut di atas dengan anggapan bahwa gas buangan dari

hasil pembakaran yang keluar dari corong knalpot kendaraan transfortasi memenuhi

persyaratan teknis pembakaran yang benar. Apabila gas buangan yang keluar dari

knalpot kendaraan berupa asap tebal berwarna hitam tentu saja prosentase HC dan

partikelnya akan jauh lebih besar dari perkiraan data tersebut di atas. Pencemaran

udara seringkali tidak dapat ditangkap oleh panca indra kita. Walaupun tidak dapat

ditangkap panca indra, namun potensi bahayanya tetap saja ada. Kalau panca indra

kita dapat menangkap bentuk pencemar udara maka tentu bentuk pencemar udara yang

terjadi sangat “mengerikan” atau sudah sangat parah. Sebagai contoh, misalnya

dengan mata, kita dapat melihat gas buangan hasil pembakaran berbentuk asap tebal

berwarna hitam, berarti komponen partikel di dalam asap tersebut sangatlah banyak.

Seandainya indra penciuman kita dapat mencium bau pencemar atau bahkan merasa

sesak pada dada akibat mencium bau gas tersebut, maka hal itu berarti tingkat

pencemaran udara sudah sangat tinggi dan mungkin saja sudah menjadi racun yang

dapat mematikan.

97
Kalau indra perasa ( tangan ) dapat merasakan pencemaran udara, misalnya

terasa adanya butir – butir minyak atau bentuk partikel lain, maka hal itu berarti

komponen pencemar udara banyak mengandung hidro karbon ( HC ) dan partikel

padat.

Sebagian pencemar udara ( sekitar 75 % ) berasal dari gas pembuangan hasil

pembakaran bahan bakar fosil. Persentase komponen pencemar udara yang keluar dari

hasil pembakaran tersebut tergantung dari sumber bahan bakarnya. Bahan bakar

minyak adalah campuran senyawa hidrokarbon yang komposisinya bervariasi

tergantung asal minyak tersebut, akan tetapi yang paling banyak terkandung di dalam

bahan bakar minyak adalah hidro karbon jenuh. Belerang juga terdapat dalam bahan

bakar minyak.

Gas alam saat ini juga banyak digunakan sebagai bahan bakar yang dianggap

relatif lebih bersih dibandingkan dengan batu bara atau minyak. Gas alam merupakan

campuran senyawa alifatik ringan yang sebagian besar berupa metana ( CH4 ), sekitar

80 – 90 %, kemudian etana ( C2H6 ) sekitar 5 – 10 % dan sisanya Propana ( C3H8 ) dan

lain – lainnya.

Karbon Monoksida (CO)

98
Gas CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak

berasa. Gas CO dapat berbentu cairan pada suhu di bawah – 192o C. Gas CO sebagian

besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di udara, berupa gas buangan. Kota

besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO, kadar CO dalam

udara relatif tinggi di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

pedesaan. Selain dari itu gas CO juga dapat terbentuk dari proses industri. Secara

alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas

hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain – lain.

Nitrogen Oksida atau NOx

Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai

dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2

adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau.

Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.

Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih

tinggi dari pada di daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan

karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah

kadar NOx di udara, seperti transfortasi, generator pembangkit listrik, pembuangan

sampah dan lain – lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas

buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau

mesin – mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam.

Sulfur dioksida

99
Sulfur dioksida ( SO2 ) yang berasal dari proses pembakaran bahan bakar fosil (

batu bara, minyak bumi, dan gas bumi ) dan oksida nitrogen (NO2) hasil buangan

kendaraan bermotor dapat menimbulkan bau, gangguaan dalam sistem pernapasan

manusia dan menghambat pertumbuhan tanaman. Pada keadaan kelembaban tinggi

SO2 dapat membentuk asam sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai benda –

benda logam. Gas – gas polutan ini dapat bereaksi dengan uap air maupun air hujan

dan menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat .

Proses pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber terbesar bahan

pencemar udara baik dalam skala lokal, regional maupun skala global ( Miller, 1979 ).

Bahan pencemar yang dihasilkan oleh proses pembakaran akan mempengaruhi

konsentrasi polutan di atmosfir. Dari beberapa bahan pencemar udara terdapat dua

jenis bahan pencemar yang paling dominan menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu

SOx dan NOx. Di samping membentuk hujan asam NOx dan SOx dapat pula bereaksi

dengan oksigen di udara yang kemudian membentuk aerosol dan jatuh ke permukaan

bumi sebagai defosit padat. Strahler ( 1973 ) mengemukakan bahwa emisi komponen

sulfur ke atmosfir dapat diimbangi pemanfaatan oleh tanaman maupun oleh

mekanisme pembersih atmosfir berupa hujan . Konsentrasi sulfur di atmosfir enam

kali lebih banyk larut dalam air hujan sebagai mekanisme pembersih dibanding

pemanfaatan oleh tanaman.

Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemar udara yang

dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan hidrokarbon karena penyusun

100
utamanya adalah atom karbon dan atom hidrogen yang dapat terikat ( tersusun ) secara

ikatan lurus ( ikatan rantai ) seperti kelompok senyawa alkana atau terikat secara

ikatan cincin ( ikatan tertutup ) seperti Benzena. Jumlah atom karbon ( atom C )

dalam senyawa hidrokarbon akan menentukan bentuknya, apakah akan berbentuk gas,

cairan ataukah padatan. Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah ( jumlah

atom C sedikit ) akan berbentuk gas, hidrokarbon suku menengah ( jumlah atom C

sedang ) akan berbentuk cairan dan hidrokarbon suku tinggi ( jumlah atom C banyak )

akan berbentuk padatan. Sumber utama hidrokarbon adalah asap kendaraan bermotor.

Kebanyakan hidrokarbon yang di dapat adalah metan dan selain itu di dapat senyawa

hidrokarbon lainnya.

Partikel

Partikel adalah pencemar udara yang dapat bersama – sama dengan bahan atau

bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai

bahan pencemar udara yang membentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih

luas dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel

dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai

dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk

pencemaran udara.

Selain pengertian tersebut di atas, ada juga sementara pendapat yang

menyatakan bahwa partikel maupun aerosol adalah suatu bentuk pencemaran udara

yang berasal dari zarah – zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,

cairan ataupun padatan dan cairan secara bersama – sama yang dapat mencemari

101
lingkungan. Dengan demikian maka pengertian partikel maupun aerosol hampir sama.

Perbedaannya hanya terletak pada ukurannya. Ukuran ( diameter ) partikel berkisar

antara 0,0002𝜇 - 500𝜇. Aerosol mempunyai ukuran yang relatif lebih besar dari

ukuran partikel.

Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga

berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Pencemaran partikel yang berasal dari alam contohnya adalah : debu tanah/pasir halus

yang terbang terbawa oleh angin kencang, abu dan bahan – bahan vulkanik yang

terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi, semburan uap air panas di sekitar

daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.

Dampak Polusi Udara

1. Dampak CO terhadap manusia

Karbon Monoksida ( CO ) apabila terhisap ke dalam paru – paru akan ikut

peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh

tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi

secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi

dengan darah ( Hemoglobin ). CO dapat menggeser oksigen yang terikat pada Hb dan

mengikat Hb menjadi karbon monoksida hemoglobin (COHb )seperti reaksi sebagai

berikut :

O2Hb + CO COHb + O2

102
Hal ini disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb adalah 210 kali daripada

afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini akan mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah

untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan

meningkatnya kadar CO dalam atmosfir. Pada konsentrasi CO sebesar 10 ppm, akan

terdapat 2 % COHb dalam darah seimbang. Gejala yang terasa pusing – pusing bila

terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat, perubahan fungsi paru – paru dan

jantung, terjadi sesak nafas pingsan pada 250 ppm dan akhirnya dapat menyebabkan

kematian pada dosis 750 ppm.

Bagi manusia yang telah mengidap penyakit lain maka CO dalam dosis

rendah dapat menimbulkan keracunan/ gangguan. Hal ini terjadi misalnya pada

penderita paru – paru, jantung ataupun pada perokok yang hemoglobinnya sudah

terikat oleh CO, dapat menimbulkan efek terhadap kesehatannya yaitu penyakit

menjadi lebih parah ( Slamet J. S 1994 ) selanjutnya Wardhana ( 1995 ) menyatakan

bahwa konsentrasi gas CO sampai 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak

hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm jika terhisap oleh manusia selama 8 jam

akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan

waktu kontak selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah –

merahan. Untuk kontak yang sama dengan konsentrasi CO pada 1300 ppm, kulit akan

langsung berubah menjadi merah tua disertai rasa pusing yang hebat. Untuk keadaan

yang lebih tinggi lagi akan berakibat kematian.

Pengaruh CO terhadap tubuh manusia tidak sama antara yang satu dengan

lainnya. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap

pengaruh CO. Pada olahragawan, umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap

103
CO. Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa pusing, sakit

kepala, dan mual dan pada keadaan yang lebih berat berakibat pada menurunnya

kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung dan

bahkan kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas CO pada tingkat yang

relatif masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ke tempat yang segar

dan memberikan kesempatan untuk bernapas dalam – dalam. Masuknya oksigen ke

dalam tubuh korban, mengubah karbon monoksida hemoglobin menjadi

oksihemoglobin berdasarkan reaksi keseimbangan berikut :

COHb + O2 _ O2Hb + CO

Walaupun dikatakan bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi keseimbangan,

namun apabila udara yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak maka pada akhirnya

reaksi akan bergeser terus ke kanan sampai semua karbon monoksida hemoglobin

habis menjadi oksihemoglobin yang diperlukan oleh manusia. Pada umumnya

keracunan gas CO tidak bersifat kumulatif. Kerusakan permanen hanya terjadi apabila

ada sel vital misalnya sel – sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dalam waktu

yang relatif cukup lama

Konsentrasi gas CO di udara secara langsung akan mempengaruhi COHb. Bila

konsentrasi CO di udara tetap, maka konsentrasi COHb di dalam darah akan mencapai

keseimbangan tertentu dan akan tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada

konsentrasi CO di udara. Dalam keadaan normal darah sebenarnya mengandung

104
COHb sebanyak 0,5 % yang berasal dari proses metabolisme dalam tubuh dan

ditambah dengan konsentrasi CO di udara dalam konsentrasi rendah

2. Dampak CO terhadap tanaman

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai 3

minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm, tidak memberikan pengaruh yang nyata

pada tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh

bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO pada konsentrasi 2000 ppm

selama kontak 35 jam. Demikian juga kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri

yang terdapat pada akar tanaman juga akan terhambat dengan pemberian CO sebesar

100 ppm selama 1 bulan.

3. Dampak Hujan Asam

Hujan asam yang jatuh ke permukaan tanah akan mempengaruhi semua benda

dan lingkungan yang secara langsung terkena air hujan asam . Tingkat pengaruh yang

timbul tergantung pada kapasitas penyangga yang dimiliki oleh masing – masing

reseptor. Secara umum dampak yang dapat ditimbulkan oleh hujan asam menurut

Hehanusa (1986) antara lain : sumber daya air permukaan dan tanah, sumber perairan

biotik dan abiotik, sumber daya hutan , pertanian, kesehatan, benda –benda logam di

udara terbuka (korosif) dan bangunan – bangunan

Cooling dan linthurst ( 1981 ) mengemukakan efek biologis dari hujan asam

terhadap tanaman diantaranya : Gejala luka bakar pada daun, nekrosis, dan klorosis

pada daun. Menghilangkan bahan makanan karena peluruhan daun dan organ lain,

kecenderungan tanaman terserang infeksi oleh bakteri dan jamur, mempercepat erosi

105
lapisan lilin permukaan daun, menurunkan proses fiksasi nitrogen oleh bakteri

simbiotik dan mengurangi laju dekomposisi sampah daun, sehingga menurunkan

proses mineralisasi.

Hujan asam yang jatuh di suatu daerah aliran sungai dengan lahan yang miskin

kalsium, lahan podzolic asam, lahan granitik atau lahan bersilikat dapat menimbulkan

dampak air permukaan maupun air tanah. Kennedy ( 1986 ) mengemukakan bahwa

hujan asam akan meningkatkan keasaman tanah dan air tanah dan selanjutnya

berakibat pada meningkatnya kelarutan unsur Al yang merupakan racun bagi tanaman

serta tercucinya unsur – unsur Mg2+, Ca2+, Na+, dan K+ yang bermanfaat bagi tanaman.

Sehingga secara umum hujan asam dapat mengakibatkan kerusakan hutan,

menurunkan produksi tanaman pertanian dan merusak tumbuhan lainnya. Pada

ekosistem akuatik hujan asam akan menetralisasi basa dari danau dan aliran sungai

dari kondisi yang menguntungkan bagi organisme akuatik menjadi kondisi yang

menghambat produksi dan populasi ikan serta organisme makanan ikan. Pada danau

atau perairan yang telah dipengaruhi oleh hujan asam, maka ikanlah yang paling akhir

terkena dampak. Sebelum ikan mati oleh pH air yang rendah mula – mula bakteri –

bakteri perombak di dasar perairan akan mati terlebih dahulu jika pH air telah

mencapai 5,5. Dengan matinya bakteri – bakteri perombak maka serasa dan bahan

organik akan terakumulasi di dasar perairan, dan selanjutnya diikuti oleh kematian

fitoplankton.

Jika pH perairan berkisar antara 4,5 hingga 5,5 maka perairan tersebut mulai

terancam dan berbahaya bagi kehidupan biotik akuatik. Pada pH air 4,5 jenis ikan,

katak, dan beberapa jenis serangga air akan mati. Semakin rendah pH air maka

106
semakin banyak logam beracun antara lain Al, Cd, Pb, Ni, Hg, Cr, dan lain – lain yang

terdapat pada padatan tersuspensi maupun sedimen dasar perairan yang akan larut

dalam air.

Dampak hujan asam yang telah diraskan di bagian Eropa dan Amerika dengan

munculnya danau – danau mati. Kematian danau- danau ini disebabkan oleh

akumulasi asam. Mula – mula beberapa tumbuhan air yang tahan asam akan tumbuh

dengan pesat dan menutupi seluruh permukaan danau sehingga mengganggu proses

aerasi dan penetrasi cahaya, sebaliknya organisme yang peka terhadap perubahan air

akan mati.

Ada kolerasi antara kandungan sulfat dalam kolam atau danau dengan kematian

ikan. Semakin tinggi kandungan sulfat maka kematian ikan juga semakin meningkat.

Banyak bukti – bukti yang menunjukkan adanya korelasi tersebut. Pada perairan yang

dipengaruhi oleh hujan asam, semula di duga kematian ikan disebabkan oleh

keasaman, namun sebenarnya disebabkan oleh aluminium yang terlarut akibat pH air

yang rendah.

Hasil penelitian di Kanada dan Amerika serikat bagian timur menunjukkan pada

daerah yang menunjukkan air hujan dengan pH lebih besar dari 4,7 atau dengan

deposisi sulfat sebesar 14 – 16 kg/ha/tahun belum menunjukkan adanya kerusakan

ekosistem. Diperkirakan kerusakan terhadap ekosistem baru akan timbul apabila

deposisi sulfat telah mencapai lebih dari 20 kg/ha/tahun. Kerusakan ekosistem

dipastikan akan terjadi apabila deposisi sulfat mencapai 30 kg/ha/tahun ( Seinfeld,

1986 ).

107
Hujan asam dapat merusak bangunan melalui kandungan sulfat yang terdapat

dalam air hujan. Asam sulfat mudah bereaksi dengan bahan – bahan bangunan yang

mengandung kapur seperti porselen. Dalam reaksi yang terjadi karbonat akan

digantikan oleh sulfat membentuk kalsium sulfat ( gips ) yang larut dalam air. Gips

yang terbentuk

CaCO3 + H2 SO4 CaSO4 + CO2 + H2O

tersebut akan tercuci, sehingga menyebabkan benda yang terkena hujan asam

akan berlubang – lubang dan menjadi buram. Selain itu sulfat juga bersifat korosif

terhadap benda – benda logam. Schikorr, 1964 ( dalam Environmental Resources

Limited, 1983 ) mengemukakan adanya korelasi linier antara kandungan SO2 di udara

dengan laju korosi seng.

Adanya unsur – unsur logam berat seperti timah hitam, tembaga dalam hujan

asam akan menurunkan kualitas air minum dan mempengaruhi kesehatan manusia.

Larutnya gas – gas asam dalam air hujan asam dapat menimbulkan rasa gatal pada

kulit. Rasa gatal ini disebabkan kulit yang terkena air dengan pH yang rendah akan

mengeluarkan asam amino histamin. Hujan asam dapat membawa dampak positif

terhadap lingkungan yaitu dapat meningkatkan kesuburan tanah pada lahan yang

kekurangan unsur belerang dan nitrogen.

Pengendalian Deposisi Asam

108
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar

yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terjadinya zat pencemar pada

waktu pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan

energi. Semua usaha itu memerlukan biaya.

Menurut komisi sedunia lingkungan hidup dan pembangunan ( World

Commission on Environment and Development ) penurunan emisi SO2 dengan 50 %

dari sumber yang sekarang ada di Amerika Serikat bagian timur akan memerlukan

biaya $ 5 milyar/tahun. Jika bersamaan dengan itu emisi NOx juga ingin dikurangi,

biaya totalnya akan sebesar $ 6 milyar/tahun. Untuk mengurangi emisi SO2 di negara

anggota masyarakat Eropa dengan 55 – 65% akan diperlukan biaya $ 4,6 – 6,7 milyar/

tahun. Bagi negara yang belum maju ekonominya, biaya tambahan untuk desulfurisasi

sebesar itu tentulah tidak terpikul. Karena itu negara maju haruslah bersedia untuk

memberi bantuan untuk memikul biaya itu.

1. Bahan bakar dengan kandungan belerang rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah cadangan

minyak yang besar di dunia, yaitu di Timur Tengah yang mempunyai cadangan

minyak 55 % dunia dan Amerika Latin dengan 11 % cadangan minyak dunia,

mengandung kandungan belerang yang tinggi antara 1,4 – 1,6 %. Dengan demikian,

dunia sebagian besar tergantung pada minyak yang mengandung kadar belerang yang

tinggi.

Cadangan batu bara yang mengandung belerang rendah, yaitu 1 % atau kurang,

jumlahnya lebih banyak. Cadangan batu bara demikian itu terdapat di Amerika

Serikat, Australia, dan Afrika Selatan. Akan tetapi, penyebaran geografisnya tidak

109
merata dan tempat depositnya tidak selalu sesuai dengan penggunaannya. Di Amerika

Serikat, konsumsi batu bara terbesar terdapat di bagian timur negara itu. Dengan

demikian perubahan dari batu bara dengan kadar belerang tinggi ke batu bara dengan

kadar belerang yang rendah akan memerlukan tambahan biaya angkutan. Selain itu,

tungku pembakaran telah disesuaikan untuk pembakaran batu bara dengan kandungan

belerang tinggi sehingga perubahan ke batu bara dengan belerang rendah akan

memerlukan biaya modifikasi tungku pembakaran.

Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi

kebocoran gas ini melalui pipa dan tempat lain menambah emisi metan, sebagai gas

rumah kaca yang kuat. Usaha lain lagi ialah untuk menggunakan bahan bakar

alternatif yang tidak mengandung belerang dan nitrogen, antara lain metanol, etanol,

dan hidrogen. Akan tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati – hati, karena

penggantian itu dapat memecahkan suatu masalah, tetapi menimbulkan masalah lain.

Contohnya ialah metanol yang pada pembakaran menghasilkan dua sampai lima kali

lebih banyak formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini diketahui mempunyai

sifat karsinogenik ( penyebab kanker ). Apabila metanol itu diproduksi dari batu bara,

proses produksi dan pembakaran metanol menghasilkan 20 – 160 % lebih banyak CO2

daripada bensin.

2. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran

Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan

teknologi tertentu. Dalam proses produksi, batu bara biasa dicuci. Proses pencucian

110
itu, yang bertujuan untuk membersihkan batu bara dari pasir, tanah dan kotoran lain,

juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit ( belerang dalam bentuk besi sulfida

) sampai 50 – 90 %. Untuk mengurangi kadar belerang organik dalam batu bara lebih

sulit dan memerlukan teknologi yang lebih canggih. Namun, telah dikembangkan

teknologi yang relatif murah dan telah digunakan secara komersial.

3. Pengendalian pencemaran selama pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisis SO2 dan NOx pada waktu

pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple

burners ( LIMB ). Dengan teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam dapur

pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat pembakaran

khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang membentuk gipsum ( kalsium sulfat

dihidrat ). Penurunan suhu mengakibatkan penurunan pembentukan NOx, baik dari

nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.

4 Pengendalian setelah pembakaran

Zat pencemar dapat pula dikurangi dari gas limbah hasil pembakaran.

Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue- gas desulfurization ( FGD ). Prinsip

teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan

absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70 – 95 % SO2 yang

terbentuk dapat diikat. Kerugian cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi,

limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai

111
industri. Suatu cara lain ialah untuk menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya

sehingga limbah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk.

Amerika Serikat telah mengoperasikan FGD terbanyak, yaitu telah dipasang

pada pembangkit listrik dengan total kapasitas 62.000 MW. Akan tetapi pada Januari

1987 ini hanya merupakan 20 % kapasitas terpasang total, sedangkan di Jerman Barat

40 %, Swedia 50 %, Austria 60 %, dan Jepang 85%.

Cara khusus untuk mengurangi emisi NOx ialah dengan reduksi katalik efektif (

selective catalytic reduction = SCR ). Dengan cara ini, 80 – 90 % NOx diubah

menjadi nitrogen elementer yang dapat dilepas ke udara dengan tidak menimbulkan

masalah. Akan tetapi, SCR lebih mahal daripada penggunaan pembakar khusus

dengan suhu rendah. Namun, SCR telah banyak dipakai di Jepang. Pada akhir 1986,

Jepang telah mengoperasikan 61 unit SCR. Demikian pula, beberapa negara di Eropa

mempunyai pembangunan SCR. Pada umumnya dapat dikatakan, instalasi baru yang

akan atau sedang di bangun di negara maju diharuskan memasang peralatan

pengendalian pencemaran dan diawasi dengan ketat pembangunannya. Akan tetapi,

yang masih menjadi masalah ialah untuk memasang peralatan itu pada instalasi yang

telah ada karena ini memerlukan biaya yang tidak kecil.

Perhatian juga harus diberikan pada pencemaran yang disebabkan oleh

transfortasi, karena transfortasi merupakan 35% – 50% dari pencemaran total. Metode

yang paling banyak digunkan ialah pengubah katalitik ( catalylitic converter ). Akan

tetapi, alat ini hanya berguna pada kendaraan dengan bahan bakar bensin dan tidak

pada mesin diesel. Alat ini juga tidak dapat digunakan pada bensin yang mengandung

timbal ( Pb ) sehingga tidak dapat digunakan di negara yang masih menggunakan

112
bensin ini, seperti di Indonesia. Namun, karena timbal merupakan zat pencemar yang

beracun, oleh negara maju kendala ini justru dimanfaatkan untuk mengurangi

pencemaran Pb dengan memproduksi bensin tanpa timbal. Beberapa negara bahkan

melarang penggunaan bensin dengan Pb. Pengubah katalitik yang dipasang pada

knalpot menggunakan campuran platinum dan rhodium sebagai katalisator. Pengubah

ini mengubah CO dan HC menjadi CO2 dan air serta mereduksi NOx menjadi

nitrogen. Dengan alat ini emisi CO, HC, dan NOx dapat dikurangi hingga 90%.

Kelemahan pengubah ini ialah alat itu rumit dan memerlukan pengendalian dengan

baik campuran udara/bahan bakar pada pembakaran. Alat itu juga cukup mahal. Biaya

pembelian dan pemeliharaannya dihitung selama 10 tahun ialah $ 60 - $ 80 / tahun.

5. Penghematan Energi

Semua pengendalian pencemaran seperti diuraikan di atas mempunyai

kelemahan hanya mempunyai efek terhadap SO2 dan NO2 dan tidak terhadap CO2

yang merupakan gas rumah kaca yang penting. Bahkan, dapat terjadi emisi CO2 justru

naik. Semua cara pengendalian pencemaran memerlukan biaya. Penghematan energi

pun memerlukan biaya. Tetapi, penghematan energi mempunyai keuntungan bahwa

efeknya juga mengurangi emisi CO2. Biayanya sangat bervariasi dari yang murah

sampai yang mahal sehingga terdapat pilihan yang luas yang dapat dilakukan oleh

rakyat kecil, melarat sampai yang kaya. Pilihan tertentu bahkan sangat

menguntungkan rakyat kecil sehingga sangat sesuai dengan GBHN, misalnya

pengembangan transfor massal umum dengan bus dan kereta api serta transfor sepeda

dan jalan kaki untuk jarak yang dekat. Oleh karena itu, penghematan energi untuk

113
menanggulangi pencemaran merupakan pilihan yang baik untuk negara yang sedang

berkembang, termasuk Indonesia. Yang dimaksud dengan penghematan energi

bukanlah mengurangi penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan,

melainkan menaikkan efisiensi energi sehingga per unit energi di dapatkan pelayanan

yang lebih banyak.

114
BAB VI

EFEK RUMAH KACA, DAN PENANGGULANGANNYA

A. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Bumi sebagai suatu ekosistem global, merupakan kesatuan komponen seperti

atmosfir, samudra, daratan dan aneka ragam bentuk kehidupan termasuk manusia yang

saling berkaitan secara fungsional satu sama lain. Perubahan pada salah satu

komponen atau bagian dari ekosistem bumi dapat mempengaruhi bagian-bagian

lainnya.

Akibat dari aktivitas manusia, ekosistem mengalami perubahan ke arah yang

tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Kualitas

lingkungan ( udara, air dan tanah ) menurun sampai ke tingkat yang tidak dapat lagi

digunakan sesuai peruntukannya. Berbagai risiko muncul, kematian meningkat,

besarnya populasi dan keanekaragaman organisme menurun karena kondisi

lingkungan yang sudah melampaui batas toleransi untuk kelangsungan hidupnya.

Atmosfir bumi sebagai salah satu komponen sistem bumi merupakan lapisan

gas yang menyelimuti bumi dan berpengaruh terhadap iklim dunia. Ketika radiasi

matahari memasuki atmosfir, beberapa bagian direfleksikan kembali oleh awan, debu

115
dan bagian lainnya diteruskan ke arah permukaan daratan. Sebagian dari radiasi yang

langsung diserap oleh bumi dan bagian lainnya direfleksikan kembali ke angkasa oleh

es, salju, air dan permukaan reflektif lainnya. Sinar infra merah yang dipantulkan oleh

bumi ke angkasa terserap oleh gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfir misalnya uap

air, karbondioksida (CO2), klorofluorokarbon (CFC), nitrat oksida (N2O), ozon (O3),

methan dan secara perlahan-lahan dilepaskan kembali ke bumi, sehingga suhu bumi

mengalami kenaikan. Fenomena ini berlangsung sepanjang sejarah bumi yang dikenal

sebagai efek rumah kaca. Jika efek rumah kaca berlangsung melampaui batas

toleransinya, dapat berakibat naiknya suhu bumi melampaui batas normal dan

meningkatnya permukaan air laut karena mencairnya es di daerah kutub. Namun dilain

pihak efek rumah kaca dapat mempertahankan suhu bumi agar tidak mencapai titik

beku. Tanpa bantuan atmosfir dan efek rumah kaca permukaan bumi akan membeku

dan kehidupan di bumi tidak mungkin berlangsung.

Peningkatan eksploitasi bahan bakar minyak bumi dan gas alam sebagai

tuntutan kemajuan teknologi serta terjadinya penggundulan dan kebakaran hutan

dalam skala besar berdampak pada meningkatnya kadar CO2 dan produksi bahan

kimia CFC, Suatu fenomena yang memungkinkan terjadinya efek rumah kaca

melampaui batas toleransi untuk berlangsungnya kehidupan di permukaan bumi.

Penggundulan dan kebakaran dalam skala besar berakibat pada menurunnya populasi

tumbuhan hijau sebagai satu-satunya makhluk hidup yang mampu menyerap CO2 di

udara untuk keperluan fotosintesis.

116
B. Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca pada dasarnya terjadi karena pengaruh meningkatnya kadar

gas efek rumah kaca pada atmosfir bumi, terutama CO2 dan CFC. Sejarah

perkembangan alam menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfir bumi sifatnya

tidak tetap, bahkan mengalami peningkatan sejak permulaan revolusi industri yaitu

sekitar tahun 1800. Pada saat itu konsentrasi CO2 di atmosfir sekitar 290 ppm ( 0,29%

). Dalam tahun 1958 menjadi 315 ppm ( 0,315% ) dan dalam tahun 1980 meningkat

menjadi 335 ppm ( 0,335% ). Jika peningkatan gas ini berlangsung terus, diperkirakan

pada pertengahan abad yang akan datang kandungan CO2 meningkat dua kali lipat,

sehingga keadaan iklim dunia akan menjadi panas. Kenaikan suhu bumi akan diikuti

oleh naiknya permukaan air laut sebagai akibat mencairnya es di daerah kutub dan

berubahnya pola curah hujan yang otomatis berpengaruh pada keseimbangan

ekosistem secara global.

Menurut Dr. Irvin Mintser, bahwa jika tidak ada kebijakan global, maka pada

tahun 2030 suhu bumi meningkat 1,6-4,7oC dan tahun 2075 meningkat 2,9-8,6oC.

Akan tetapi jika ada pembatasan-pembatasan maka pada tahun 2030 diperkirakan

hanya meningkat antara 1,1-3,2oC dan pada tahun 2075 meningkat 1,4-4,2oC.

Selama manusia hanya menggunakan kayu sebagi bahan bakar, pertambahan

CO2 di atmosfir dapat diabaikan. Namun penggunaan bahan bakar fosil semakin

meningkat dan berlangsung cepat dapat mengubah kadar CO2 di atmosfir. Sebagian

CO2 digunakan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis dan sebagian diserap

117
oleh air yang kemudian diendapkan dalam bentuk garam. Hal ini mencegah kadar CO2

di udara melampaui ambang batas, yakni 0,03% ( 300 ppm ).

Pemasukan gas CO2 ke atmosfir dari hasil pembakaran karbon diperkirakan 10

kali lipat dari CO2 yang berasal dari pernapasan organisme. Oleh sebab itu jika tidak

ada proses fotosintesis yang menggunakan CO2 sebagai salah satu bahan dasar untuk

berlangsungnya proses tersebut, maka dalam waktu 500 tahun saja kadar CO2 dapat

menjadi dua kali lipat. Pada tahun 1973 jumlah CO2 ditaksir sekitar 2,3 x 1012.

Selama permulaan zaman industri sampai 1949 telah dihasilkan 0,33x1012 ton atau

14% lebih kecil dari tahun 1973, dan sejak 1950 dihasilkan 9x109 ton pertahun atau

rata-rata bertambah 1,6% per tahun. Jika proses itu berlangsung terus dan cepat, maka

kadar CO2 di atmosfir akan terus mengalami peningkaran dan pada suatu saat

nantinya, efek rumah kaca akan menjadi kenyataan.

Gas CO2 mempunyai sifat tembus sinar ultra violet sebagai sinar bergelombang

pendek yang berasal dari matahari. Sebaliknya karbondioksida menyerap sinar infra

merah bergelombang panjang yang berasal dari bumi dan memantulkannya kembaali

sinar infra merah tersebut ke bumi. Sifat menyerap dan memantulkan sinar infra merah

inilah menjadi penyebab naiknya suhu bumi bagaikan rumah kaca yang terus-menerus

akan bertambah panas. Keadaan ini sering disebut efek rumah kaca atau “greenhouse

effect”. Selain itu karbondioksida sukar bereaksi dengan zat lain, sehingga ia dapat

bertahan lama dan terakumulasi dalam jumlah besar di udara, tetapi sebaliknya mudah

bereaksi dengan ozon ( O3 ) menjadi sumber menipis dan rusaknya lapisan ozon

tersebut.

118
Selain CO2, CFC juga salah satu gas utama penyebab efek rumah kaca. Gas ini

merupakan bahan kimia yang berbentuk gas buatan manusia. CFC sifatnya sama

dengan gas CO2 sukar bereaksi dengan gas lain di angkasa, sebaliknya mudah bereaksi

dengan O3 (ozon). Sifat sukar bereaksi dengan zat lain menyebabkan umur CFC lebih

panjang sehingga kemungkinan terakumulasi di udara lebih besar. CFC juga mudah

bereaksi dengan ozon, dan berakibat pada menipisnya atau bolongnya lapisan ozon.

Sel.ain itu juga sifat CFC tembus sinar ultra violet dari matahari dilewatkan, sementara

sinar infra merah yang berasal dari permukaan bumi tertahan oleh CFC dan CO 2

bahkan diserap dan kemudian dipantulkan kembali sedikit demi sedikit ke bumi dan

berakibat pada naiknya suhu yang dikenal dengan efek rumah kaca.

CFC mulai diproduksi pada tahun 1920 dan digunakan dalam kegiatan industri

sejak tahun 1930. Bahan ini pertama kali ditemukan di Amerika Serikat untuk

menggantikan bahan lain yang dianggap tidak aman untuk mesin pendingin. CFC

bersifat sangat stabil dan murah harganya. Karena stabil, maka gas ini dapat bertahan

sampai 100 tahun. Perombakan CFC yang dipercepat oleh adanya sinar matahari

menyebabkan atom chlor zat itu lepas dan kemudian bereaksi dengan ozon (O3).

CFC sangat penting artinya dalam dunia industri, misalnya industri kimia,

pabrik mobil dan jenis usaha lainnya. Gas ini dipakai pada tabung-tabung aerosol,

misalnya pada tabung insektisida, parfum ruangan, hair spray. Juga digunakan pada

kulkas, air condition dan keperluan lainnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Gas

ini kemudian akan lepas ke udara dan menjadi polutan yang sangat berbahaya.

119
Baik gas CO2 maupun CFC, keduanya mempercepat efek rumah kaca. Efek ini

digambarkan bumi dan atmosfir sebagai rumah kaca raksasa, dimana gas CFC dan

CO2 berkumpul pada permukaan atmosfir bumi dan menjadi perangkap bagi panas

yang dipantulkan oleh bumi karena kedua gas tersebut diserap dan kemudian

dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya bumi bagaikan rumah kaca dengan suhu

yang terus meningkat.

Peningkatan suhu bumi menyebabkan lahan subur menjadi gundul dan lahan

gurun pasir semakin luas, areal hutan dan vegetasi lainnya semakin berkurang.

Kondisi seperti itu berdampak pada meningkatnya kadar CO2 di udara sebagai akibat

menurunnya populasi tumbuhan hijau yang dapat menyerap CO2 melalui proses

fotosintesis. Kenaikan suhu melampaui batas toleransi, menyebabkan tumbuhan dan

hewan tertentu akan mati dan bahkan akan hilang dari permukaan bumi. Bongkahan es

di daerah kutub akan meleleh sehingga permukaan air laut naik, akibatnya ekosistem

pantai, bahkan berbagai ekosistem baik aquatik maupun terestrial dapat terganggu.

Kota-kota yang terletak ditepi pantai bakal terendam air, berbagai aktivitas

perekonomian misalnya, pertanian, industri, angkutan dan kegiatan lainnya akan

lumpuh dan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian secara global.

Suatu perkiraan yang dimuat dalam Kompas ( 1987 ), menunjukkan, bahwa

malapetaka sebagai akibat dari efek rumah kaca mungkin akan terjadi sekitar tahun

2039, yakni ketika suhu bumi meningkat antara 1,5 sampai 4,5oC. Malapetaka tersebut

tidak dapat dihindari, hanya dapt diperlambat waktunya, itupun jika ada kemampuan

dan kerja sama secara global

120
C. Penanggulangan efek rumah kaca

Untuk memperlambat terjadinya efek rumah kaca dapat dilakukan

penanggulangan terhadap meningkatnya kadar gas yang tergolong gas efek rumah

kaca terutama, CO2 dan CFC dengan cara sebagai berikut :

1. Penanggulangan Gas CO2

Revelle pada tahun 1965 telah meramalkan bakal ada penambahan gas CO2

25% pada tahun 2000 dan 170% ketika semua bahan bakar fosil habis dikonsumsi, jika

tidak ada upaya penanggulangan yang dilakukan secara global. Penanggulangan mana

dimaksud berkaitan dengan efisiensi penanggulangan energi dari bahan bakar fosil

agar konsentrasi gas CO2 tidak terus mengalami penigkatan.

Pengurangan konsentrasi CO2 di udara, selain melalui efisiensi penggunaan energi

bahan bakar minyak, maka peningkatan populasi tumbuhan hijau melalui berbagai

upaya, misalnya penghijauan kembali, reboisasi, program sejuta pohon, perlindungan

hutan tentunya dengan penerapan perangkat perundang-undangan dan hukum secara

murni dan konsekuen. Semua itu menjadi tanggung jawab semua kelompok

masyarakat dan pemerintah, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau

hanya tanggung jawab masyarakat atau lembaga-lembaga tertentu saja dan

dilaksanakan secara global di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia atau di negara

tertentu saja. Peningkatan populsi dan variabilitas tanaman hijau, penting dalam upaya

menghambat efek rumah kaca. Sebab CO2 di udara akan diserap oleh tumbuhan hijau

dan dengan bantuan energi sinar matahari akan bersenyawa dengan air ( H2O )

membentuk gula sebagai bahan makanan bagi hewan dan oksigen sebagai bahan

pernafasan bagi mahluk hidup. Besarnya populasi tumbuhan menentukan kadar

121
fotosintesis dan kadar fotosintesis menentukan banyaknya CO2 yang diserap tanaman

hijau serta volume O2 di uadara yang merupakan hasil fotosintesis.

Selain penghijauan, peningkatan teknologi merupakan alternatif yang tidak

mungkin ditawar lagi terutama teknologi untuk mendapatkan alternatif sumber energi

yang relatif kurang menghasilkan CO2 dan CO. Pemanfaatan tenaga surya sebagai

sumber tenaga untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai hal dan

kepentingan, merupakan upaya yang positif untuk menghambat terjadinya efek rumah

kaca. Namun pengalihan sumber energi dari bahan bakar minyak dan gas bumi ke

sumber energi lain merupkan tantangan berat bagi negara berkembang, sebab selain

kesulitan dana, juga keterbatasan sumber daya manusia yang belum mampu bersaing

dengan negara-negara maju. Hal tersebut menjadi kendala untuk lahirnya teknologi

baru sebagai pengganti teknologi sebelumnya, sehingga harus menunggu dalam

ketidakpastian dan bersedia membayar mahal hasil teknologi dari negara maju.

2. Penanggulangan CFC

Tidak ada alternatif lain dapat dilakukan untuk mengurangi kadar CFC di

atmosfir, kecuali menghentikan sama sekali penggunaan zat tersebut untuk keperluan

industri. Untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan CFC dalam dunia industri

merupakan hal yang mudah jika alternatif pengganti bahan tersebut sudah ada. Sebab

kalau hal itu dipaksakan, risikonya sangat berat terhadap dunia perindustrian sekaligus

dunia perekonomian, khususnya dinegara-negara berkembang seperti Indonesia. Harga

CFC yang relatif terjangkau dan murah berpengaruh langsung pada rendahnya biaya

produksi bagi suatu perusahaan industri yang menggunakan bahan tersebut. Ini berarti

122
bahwa dengan modal yang relatif kecil produksi dapat terus ditingkatlkan dalam

memenuhi kebutuhan konsumen untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-

banyaknya.

Dalam menanggulangi CFC ini, telah dilakukan oleh berbagai negara antara lain

adanya upaya dari 27 negara industri pada awal maret 1987, mengirim delegasinya ke

Wina untuk mencari rumusan bagaimana mengurangi penggunaan dan produksi gas

CFC. Semua negara maju termasuk Unisoviet menyadari bahwa CFC, selain amat

bermanfaat bagi keperluan sehari-hari manusia, juga mempunyai bahaya potensial

bagi lingkungan dunia. Amerika Serikat, Kanada, dan Skandinavia sepakat untuk

mengurangi emisi CFC ke atmosfir sebanyak 95%. Berbeda dengan masyarakat

Eropah yang hanya mau mengurangi penggunaan CFC dalam jumlah yang lebih kecil,

sampai hasil penelitian baru sebagai alternatif pengganti gas tersebut ditemukan.

Pada tahun yang sama (1987), 31 negara maju di Montreal Kanada berunding dan

menandatangani perjanjian untuk menghentikan produlsi CFC sebelum tahun 2000,

jika hasil teknologi alternatif sebagai pengganti CFC telah ditemukan. Pada bulan

Maret 1989 para akhli lingkungan hidup dari 123 negara di London berkumpul

membicarakan hal yang sama menyangkut bolong dan menipisnya lapisan ozon yang

disebabkan oleh Gas CO2 dan CFC. Dan terakhir pertemuan di Den Haag Juga pada

Maret 1989 di hadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, juga membahas hal

yang sama. Namun pada kenyataannya penggunaan CFC untuk keperluan industri

pasca 2000 bahkan sampai sekarang masih ramai di pasaran, utamanya di negara-

negara berkembang bahkan di negara-negara maju. Patut kita mengharhgai semua

upaya yang ada, namu jika upaya itu tidak didasarkan pada rasa kemanusiaan dan

123
kesadaran akan pentingnya kehidupan di bumi ini, maka tekad untuk mengurangi CFC

ke angkasa untuk memperlambat terjadinya efek rumah kaca akan sia-sia. Bumi ini

akan semakin panas dan bencana besar semakin dekat untuk merenggut kehidupan

manusia dan mahluk hidup lainnya.

BAB VII

ADAPTASI MANUSIA TERHADAP

PERUBAHAN LINGKUNGAN

A. Pendahuluan

Hubungan antara organisme dan lingkungan merupakan hubungan timbal balik.

Pembusukan pada sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang sudah mati dapat

mempertahankan komposisi tanah untuk tetap subur sebagai tempat tumbuh tanaman.

Telah diketahui bahawa setiap organisme untuk mempertahankan hidupnya harus

mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya, baik terhadap lingkungan

abiotik misalnya: suhu, kelembaban, salinitas, curah hujan, bahan-bahan kimia,

maupun terhadap sesamanya makhluk hidup.

Ada 2 prinsip adaptasi yaitu :

124
Adaptasi genetik, terjadi variasi yang terus menerus ( dari gen individu yang

bersangkutan) akibat adanya perubahan lingkungan.

Adaptasi terhadap lingkungan, mekanisme adaptasi berkembang sedemikian rupa

sehingga individu tersebut tetap eksis walaupun terjadi perubahan lingkungan.

Contohnya pada anjing dan kucing belajar terhadap respon untuk bercanda dengan

induknya. Juga manusia yang mempunyai kultur yang paling tinggi mengembangkan

adaptasi dengan belajar dengan luar biasa, yaitu menggunakan sumber daya alam

seperti air, tanah dan udara dengan tidak merusak susunan ekosistem.

B. Dasar biologis dari adaptasi genetik.

Penurunan sifat orang tua kepada anak-anaknya sudah sejak lama diakui oleh

para ilmuwan. Salah seorang ilmuan adalah Gregor Mendel (1822-1884) di Eropa

Tengah. Mendel mengawinkan dua jenis erchis dengan bermacam-macam sifat.

Faktor-faktor pembawa sifat keturunan disebut gen. Ada gen dominan dan ada gen

resesif. Selanjutnya pada abad 19, para akhli di bidang biologi mengobservasi

kromosom dalam nukleus, yang dapat dipisahkan selama proses pembuahan dan pada

saat pembelahan sel. Pada tahun 1902 aktivitas kromosom ini dihubungkan dengan

pasangan gen dari Mendel, dan sejak 60 tahun kemudian dipelajari tentang penurunan

sifat-sifat keturunan melalui biologi molekuler.

Dengan perkembangan biokimia dan biologi molekuler didapatkan bahwa kromosom

dibentuk oleh deoxyribonucleic acid (DNA), yang susunannya dobel helix. DNA ini

125
sangat panjang dan molekulnya sangat kompleks. Tiap untaian DNA dibentuk oleh

rantai panjang yang terdiri dari gula-fosfat-gula-fosfat-gula, ada 4 basa pembentuk

utama DNA yaitu: adenin, guanin, thynine dan cytosine, jadi secara skematis

gambarannya jadi demikian :

Gula – fosfat – gula – fosfat – gula – fosfat – gula

A G C A

Tiap molekul terdiri dari 2 untaian, dimana pada pasangan untaian itu basanya tidak

selalu sama, hanya A – T dan G – C yang konstan, sehingga akan dilihat skema

sebagai berikut :

Gula – fosfat – gula – fosfat – gula – fosfat – gula

T C G A

A G C T

Gula – fosfat - gula – fosfat – gula – fosfat – gula

126
DNA adalah molekul pembawa gen, oleh karena itu bila gen adalah DNA maka DNA

harus membawa informasi, oleh karena itu harus diketahui apa yang terjadi pada DNA

pada fungsi sel yang normal. DNA dipergunakan oleh sel untuk mensintesis protein,

jadi dipergunakan dalam reaksi-reaksi biokimia membantu membentuk molekul lain

yang hampir sama dengan DNA yang disebut ribonucleic acid (RNA).

RNA yang dibentuk ini langsung mensintesis protein. Sekarang baru bisa dijawab

bagaiamana DNA membawa informasi? Jawabannya adalah ada pasangan basa yang

khusus pada DNA yang menentukan pasangan basa pada RNA yang menentukan

perubahan pasangan spesifik asam amino dalam molekul protein. Sebagai contoh –

ATCCG/TAACG- berbeda dengan pasangan - ATGGG/TATCC –

Informasi yang berisi informasi basa spesifik DNA dipergunakan oleh sel untuk
membentuk asam amino spesifik dalam protein, sehingga akibatnya bahasa basa dari
DNA dan RNA diterjemahkan oleh sel ke dalam bahasa asam amino protein. Jadi
secara sederhana gen adalan DNA yang direntangkan dimana langsung mensintesis
(melalui RNA intermediate) satu rantai protein yang komplit.

Mutasi

Ada dua penyebab utama terjadinya mutasi yakni, pengaruh radiasi dan kimia.

Keduanya menghasilkan perubahan di dalam pasangan basa DNA. Mutasi yang

terjadi pada binatang tergantung pada 2 keadaan yaitu :

Protein mutan yang baru (protein ini dibentuk oleh translasi dari gen yang mengalami

mutasi

Kondisi berhubungan dengan gen yang mengalami mutasi dominan atau resesif

terhadap gen yang asli dari individu yang bersangkutan.

127
Bila gen dominan maka penotipe juga dipengaruhi, tetapi bila gen resesif maka

penotipnya tidak bisa diobservasi. Bila mutasi yang resesif ini terjadi pada sel seks,

informasi akan menurun dan penotip akan tampak pada generasi selanjutnya.

Beberapa contoh kelainan genetik :

Dwarfisma akondroplastik

Penderita ini cebol, kaki dan tangan pendek sedangkan badan dan kepala normal,

penurunan gen dominan, heterosygot.

Penilketonurea (PKU). Terjadi efek sintesis enzim penilalnina hydroksilase

penurunannya bersifat homosygot resesif.

Sickle cell anemia (anemia sel sabit) penderita ini eritrositnya berbentuk sabit, kurang

afinitasnya terhadap oksigen dan rapuh eritrositnya mengandung HbS -- . Untai asam

amino No 6 diganti dengan valine (HbS) denga kode gen GUG sedangkan asam amino

normalnya adalah asam glutamt yang dikode oleh GAG

Sistem golongan darah ABO. Butir darah merah manusia pada permukaannya

mengandung bermsca-macam substansi yang dapat dibedakan dengan reaksi kimia

sederhana. Satu dari grup tersebut membentuk sistem ABO golongan darah. Butir

darah merah dapat dibedakan menjadai tipe A, B, AB, dan O tergantung dari sel

mengandung substansi A, B, keduanya A dan B dan tidak keduanya. Pada sel darah

merah dikontrol oleh 3 grup dari 3 gen , umumnya Ia, Ib, Io. Untuk jelasnya sebagai

berikut :

Genotipe : Io Io Io Ia , Ia Ia I o Ib , Ib Ib Ia Ib

Phenotipe : O A B AB

128
Pengaruh lingkungan terhadap gene pool

Secara nyata individu yang banyak membuat keturunan akan lebih besar kontribusinya

pada gene pool dibanding dengan yang keturunannya sedikit. Individu yang

mempunyai kesempatan bereproduksi lebih besar dari yang lain akan memberikan

keturunan yang lebih besar. Pengaruh lingkungan terhadap spesies disebut seleksi

alam yang oleh Darwin disebut teori evolosi, walaupun Darwin sendiri tidak

mengetahui tentang variasi dan mutasi genetik namun menurutnya seleksi alam terjadi

karena pengaruh lingkungan.

Ada dua mekanisme untuk mempengaruhi spesies, yaitu variasi genetik dan hence

individuality. khromosom didapatkan dari kombinasi dari sifat keturunan dan mutasi

pada sel kelamin. Contoh seleksi alam antara lain pada abad pertengahan 19 kupu-

kupu hitam jarang terlihat tetapi pada akhir abad 19 mulai banyak kupu-kupu yang

berwarna hitam. Mungkin hal ini disebabkan oleh adanya polusi udara pada era

industrilisasi. Terjadi pada perubahan gen menjadi gen yang berwarna. Pada analisa

genetik dari variasi yasng gelap berasal dari gen dominan tunggal yang tadinya

normal. Pada seleksi alam dapat dihasilkan sifat keturunan yang menguntungkan pada

lingkungan yang ditempati. Sedangkan gen yang tidak menguntungkan akan di

elminasi pada populasi tersebut tetapi ada juga gen yang merugikan dengan adanya

mutasi maka gen-gen yang jelek ini akan nampak lagi pada sel seks dan akan muncul

129
pada pasangan yang homosigot. Ternyata heterosygot lebih baik dari homosygot.

Contoh pada Sickle sel anemia (anemia sel sabit).

Adaptasi dengan belajar

Binatanga beradaptasi melalui mekanisme belajar dari pengalaman. Contoh di Afrika

dibuat “ game – park “ yang diberi pagar dan dihuni oleh beberapa binatang termasuk

singa. Singa tersebut oleh karena keadaan tempat akan menyesuaikan diri, dan belajar

dari pengalaman untuk tidak memburu binatang lain , tetapi karena respon memori

singa tersebut dapat menjadi pemangsa lagi apabila dilepas ke lingkungan. Dalam hal

berkomunikasi, tidak hanya manusia saja, tetapi hewan lain misalnya singa, kucing,

kuda, laba-laba, anjing, harimau, gaja dan lain-lain dapat berkomunikasi dengan

sesamanya. . Singa dapat berbicara dengan singa lainnya, koloni lebah juga

berkomonikasi sesama mereka di sekitar sarang lebah untuk mencari sumber makanan.

Burung bernyanyi tidak untuk bersair, tapi untuk menyampaikan keadaan bahaya atau

ada makanan pada teman-temannya. Jadi komunikasi dilakukan melalui perilaku dan

gerakan –gerakan tertentu dari hewan yang bersangkutan dan bisa ditangkap oleh

hewan lainnya. Mereka ada kerja sama dalam kehidupan sosial hewan yang

bersangkutan. Namun semua itu merupakan instin yang dibawa sejak lahir. Dari sisi

lain komonikasi bisa juga berlangsung antara hewan yang berbeda, misalnya seekor

anjing yang marah dan mau menerkam seekor kucing, maka kucing tersebut

menangkap perilaku anjing tadi sebagai sikap mau marah dan menerkam dirinya

akhirnya kucingnya lari untuk menyelamatkan dirinya.

130
Adaptasi kultural lebih dominan dari adaptasi genetik, semua ini disebabkan karena

jumlah dari pengalaman belajar mengajar lebih banyak berasal dari lingkungannya dan

hususnya kepada manusia sangat mudah beradaptasi dengan budaya karena potensi

berfikir yang mereka miliki sangat mendukung. Astronot bisa ke bulan bukan karena

faktor genetik tetapi faktor ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki.

Secara umum dikenal 2 metode adaptasi ;

Adaptasi kultural. Dalam banyak hal adaptasi ini berjalan lebih pleksibel dan kuat dari

adaptasi genetik.

Adaptasi genetik. Adapatasi ini memerlukan waktu yang lama dari adaptasi kultural ,

sebagai contoh kehidupan manusia penuh dengan tantangan. Respon terhadap malaria,

terhadap lingkungan tidak menguntungkan manusia dengan cepat berupaya untuk

beradaptasi dengan lingkungan tersebut.

Interaksi antara budaya dan mekanisme genetik

Seperti telah dijelaskan sebelumnya antara adapatasi genetik dan daptasi kultural

seolah-olah tak ada hubungan, pada hal mungkin ada hubungan yang tertutup .

Adaptasi kultural ini merupakan hasil repleksi dari adaptasi genetik yang anatomis,

fisiologi dan sistem saraf sebagai dasarnya. Salah satu alasan adanya hubungan faktor

genetik dan kultur misalnya organ tubuh manusia misalnya seperti jantung, ginjal dan

gonad, berkembang pada saat manusia masih dalam kandungan yang semuanya

ditentukan oleh organ seks yang belum jelas dan belum banyak diketahui misalnya

bagaimana gen bersama dengan lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan

sistem saraf .Walaupun gen dapat dikatakan memperngaruhi kultur tapi juga mungkin

131
sebaliknya kultur mempengruhi gen dan mungkin ada hubungan yang belum

diketahui.

Bagaimana terjadinya perubahan pada masyarakat modern. Pada evolusi Darwin

“fitnes” hanya merupaka reproduksi lanjutan misalnya tinggi badan, berat badan dan

sebagainya. Jadi pada masyarakat modern sangat sulit bila hanya ditentukan oleh

faktor reproduksi. Pengelompokan manusia di kota akan mempengaruhi perubahan

pola, resistensi manusia terhadap penyakit yang ada hubungannya dengan genetik.

Orang Yahudi dan orang Eropa merupakan urban yang dominan. Sedangkan penyakit

TBC merupakan penyakit infeksi yang dominan pada orang urban, tetapi hal ini

menguntungkan pada masa sekarang. Justru orang Yahudi sudah resisten terhadap

penyakit TBC sementara etnis lainnya tidak resisten terhadap penyalkit TBC.

Adaptasi juga disebabkan oleh modifikasi dari ilmu pengetahun dan teknologi pada

masyarakat modern hal ini terjadi pada pengobatan penyakit. Contoh pada diabet

sebelum diketemukan insulin banyak anak-anak yang kena diabet, angka kematian

tinggi pada periode sebelum reproduksi. namun angka kematian menurun akibat

diabet, setelah insulin ditemukan, tetapi diabetes pada orang dewasa meningkat.

ADAPTASI GENETIK

INDIVIDU

Lingkungan Spesies

132
POPULASI

ADAPTASI KULTUR

Gambar : ……

BAB VIII

KEPUNAHAN SPESIES

A. EVOLUSI DAN KEPUNAHAN SPESIES

Secara individu, binatang dan tumbuhan mengalami tekanan, seperti kompetisi

intraspesies, antar spesies, juga tekanan dari lingkungan abiotiknya Dalam

menghadapi tekanan ini beberapa individu berhasil selamat sampai usia reproduksi,

namun beberapa lainnya mengalami kematian. Kemampuan adaptasi genetik yang

baik terhadap lingkungannya akan membuat usia hidup organisme menjadi lebih

panjang.

133
Perubahan genetik hanya dapat menjelaskan bagaimana suatu spesies berevolusi,

namun tidak dapat menjelaskan bagaimana “spesies yang baru” diciptakan. Untuk

membuat dua spesies menjadi berbeda, populasi harus diisolasi ( secara reproduktif )

selama periode waktu yang amat panjang, katakanlah 2000 sampai 100.000 generasi.

Selama isolasi ini, perubahan genetik pada masing-masing populasi terjadi dengan

saling tidak tergantung satu sama lain, serta karena faktor lingkungan yang

mempengaruhinya berbeda, maka spesies yang terpisah akan berbeda dengan spesies

asalnya.

Punahnya suatu spesies juga cocok dengan gambaran evolusi ini. Apa yang tampak

pada catatan fosil tentang kepunahan ini seringkali ditunjukkan adanya perkembangan

suatu spesies dari generasi ke generasi. Contoh : Dari generasi kuda kecil ‘Dawn

horse’ berkembang menuju kuda besar seperti sekarang ini, tentu saja kuda kecil telah

punah dan digantikan dengan kuda besar.

Pada kasus lain, kepunahan terjadi dengan pergantian secara ekologi, satu spesies

tertentu digantikan oleh spesies lain yang ukurannya mirip dan sama kebutuhannya.

Contoh : Pada masa hidupnysa dinosaurus raksasa stegosaurus (herbivora)

menghilang dan digantikan dengan beberapa spesies herbivora dengan ukuran yang

hampir sama, seperti antasaurus dan triceratop. Jadi punahnya suatu spesies dapat

digolongkan menjadi dua yaitu punah dengan adanya perkembangan dan punah

dengan adanya pergantian.

Selain itu menurut sejarah geologi, beberapa spesies tertentu tumbuh secara bertahap,

berkembang dengan subur, kemudian punah dengan begitu saja dengan meninggalkan

masa yang kosong dari keberadaan spesies tersebut.

134
Dinosaurus berjaya selama 100 juta tahun, mereka secara pelan berkembang dan

bertambah banyak dan bervariasi sampai mereka menguasai dunia, namun kemudian

semuanya mati. Dimana pada saat itu ekosistem yang ada dan jaring-jaring makanan

collaps. Kepunahan dinosaurus ini mengingatkan kita bahwa sistem biologi yang

tampaknya stabil ini suatu saat nanti mungkin akan collaps.

Apa penyebab kepunahan ini?. Banyak sekali ketidak pastian dalam menjawab ini.

Mungkin perubahan iklim, kita tahu pada saat itu lapisan es mencair dan

mengakibatkan perubahan iklim yang serius, namun binatang-binatang yang sama

dengan yang punah saat itu ada yang selamat dan mendapat keuntungan dari peristiwa

itu.

Mungkin juga perburuan manusia primitif berperan dalam menyebabkan kepunahan

ini. Contohnya beberapa herbivora yang punah saat ini juga disebabkan oleh aktivitas

perburuan orang purba. Namun jika benar herbivora punah karena perburuan,

seharusnya carnivora seperti macan juga akan punah.

Namun kita sekarang sampai pada pertanyaan yang amat penting. Bagaimana manusia

purba, meskipun 200 generasi yang menyebabkan rusaknya 200 generasi binatang

diseluruh permukaan bumi, yang disebabkan oleh persoalan kecil saja mungkin hanya

melalui berburu, manusia masih dapat hidup walaupun mangsanya telah punah ?

Salah satu penjelasan yang masuk akal adalah kemampuan yang amat kuat dari

populasi tersebut untuk melakukan adaptasi kultur terhadap situasi yang baru di

lingkungannya.

135
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KERUSAKAN SPESIES

Ada beberapa faktor penyebab kerusakan spesies pada zaman sekarang antara

lainseperti pada uraian berikut ini.

1. Kerusakan Habitat

Penyabab utama dan terbesar dari kepunahan suatu spesies pada peradaban dunia ini

adalah perusakan ekosistem alami yang dibuat oleh manusia. Hal ini dapat terjadi

melalui berbagai cara :

Pertumbuhan populasi manusia yang amat hebat, sehingga mengakibatkan

meningkatnya kebutuhan akan ruangan hidup, makanan dan lain-lain.

Kosumsi bahan bakar dan penggunaan energi yang semakin meningkat mengganggu

lingkungan. Hasil pembakaran bahan bakar seringkali merusak habitat.

Insektisida dan herbisida pada gilirannya membuat air, udara, dan persediaan makanan

menjadi tidak sehat bagi binatang liar dan tanaman.

Apabila ditelusuri lebih lanjut ternyata kepunahan suatu spesies tanaman atau hewan

kebanyakan disebabkan adanya kerusakan habitat.

2. Perburuan

Perburuan untuk olah raga maupun untuk gaya hidup, ikut memiliki andil dalam

kerusakan lingkungan. Kerbau liar, para pemburu menembaki dan membawa pulang

sebagai oleh-oleh. Bagi para pemburu atau turis yang tak mampu atau tidak ingin

menembak, mereka membeli dari pemburu setempat untuk dijadikan sebagi hiasan

136
dinding yang mewah. Dengan demikian harapan untuk hidup dari spesies-spesies

tertentu ini sangat tipis. Misalnya leopard salju, predator besar di kawasan Himalaya,

kulit binatang tersebut digunakan sebagai mantel hangat dan merupakan barang yang

mewah.

Dari contoh-contoh tersebut nyatalah bahwa perburuan untuk olah raga atau mode

mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap kepunahan dan kerusakan Ekosistem.

Sebenarnya, setelah punahnya pleistosen masyarakat pemburu primitif tampak dalam

keseimbangan ekologis dengan mangsa atau buruannya. Akan tetapi saat ini beberapa

spesies tersisihkan dari lingkungannya. Sebagai contoh, Pigmi hippipotamus dapat

hidup berdampingan dengan suku pemburu di Amerika Tengah, akan tetapi dengan

industrialisasi mengurangi makanan hewan tersebut dan mengakibatkan kelaparan

sehingga banyak yang mati. Pada akhirnya binatang ini menjadi buruan sehingga

berakhir dengan kepunahan.

3. Kepunahan Predator

Kepunahan predator juga merupakan mata rantai dari kerusakan ekosistem. Dengan

dalih guna menjamin keamanan manusai, manusia melakukan pembunuhan terhadap

binatang buas seperti beruang, harimau, alligator, singa dan lain-lain.

Sebagai catatan dalam hubungan manusia dengan predator, ternyata alligator tidak

pernah menyerang ,manusia bila tidak terpojok, Singa pada umumnya menghindari

manusia, harimau tidak pernah menyerang kecuali jika diburu, Beruang kutub jarang

menjadikan manusia sebagi mangsanya.

137
Disamping kehawatiran manusia terhadap kebuasan hewan ini, ternyata konflik antara

manusaia dengan predator adalah kompetisi untuk memperoleh makanannya.

Carnivora yang membunuh buruannya atau ternak peliharaan manusia menyebabkan

konsekwensi didukungnya pemusnahan predator tersebut oleh para pemburu, peternak

maupun petani.

Dalam upaya menjamin keselamtan peternakannya beberapa peternak melakukan

peracunan tanpa memperhatikan kompleksitas ekosistem, yang akhirnya kerusakan

ekosistem tak dapat dihindari lagi.

4. Kebun binatang dan perdagangan hewan peliharaan

Kebun binatang dan perdagangan hewan piaraan mempunyai peran dalam kepunahan

spesies. Sebagi contoh populasi orang hutan yang sangat menurun akibat desakan

pertanian, ditambah lagi komunitas yang kecil ini terus saja diburu. Sejak orang hutan

ini sukar dijerat dan yang dewasa sukar dipisahkan dengan anaknya, perburuan

dilakukan dengan menembak induknya dan mengambil anaknya. Harapan hidup anak

orang hutan ini tanpa dipelihara induknya hanya 15%, sedangkan orang hutan yang

mencapai pasaran di dunia Barat banyak yang mati.

Selain itu hal-hal di atas, masih ada mekanisme pelengkap penyebab kepunahan ini.

Ada beberapa cara yang aneh dalam kepunahan spesies, misalnya kepunahan badak

Jawa bercula satu yang selalu diburu akibat dipercayainya oleh sebagian orang asia

bahwa bubuk tanduk/cula berhasiat sebagi obat perangsang. Satu cula badak ini

harganya kira-kira 2000 dollar di Bangkok.

138
Demikian pula dengan kepunahan rusa Florida yang setelah PD II hampir punah,

namun kemudian dapat ditangkarkan. Akan tetapi bahaya baru dan serius makin

meningkat akibat asap tembakau dan asap mobil, serta dengan keberadaan jalan dan

bahkan dengan semakin majunya transfortasi hewan-hewan bisa mati karena tertabrak

oleh kendaraan.

B. BAGAIMANA SPESIES MENJADI PUNAH ATAU KRITIS

Telah didiskusikan dimuka tentang bagaimana berkurangnya spesies di dalam

populasi, akan tetapi jarang sekali membahas hilangnya beberapa individu terakhir

yang masih selamat. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kepunahan terakhir dari

suatu spesies.

Pada kasus Passenger pigeon (sejenis burung dara), pada akhir tahun 1800, kira-kira 2

juta burung dara ini terbang melintasi daratan Amerika Utara bergerombol sampai

menghitamkan langit di atasnya. Pemburu-pemburu menembaki gerombolan-

gerombolan itu dengan tanpa pandang bulu, baik untuk dimakan maupun hanya

sekedar bersenang-senang, mereka tidak berpikir bahwa burung dara itu bisa punah.

Perburuan pun semakin meningkat sehingga populasi burung tersebut menjadi sangat

berkurang dan menderita.

Pada awal tahun 1900, pasar perburuan sudah tidak menguntungkan lagi, beberapa

ribu burung dara terselamtkan. Kemudian secara tiba-tiba burung dara ini lenyap

begitu saja, hal ini disebabkan populasi burung dara itu berkurang sampai di bawah

“tingkat kritis”, sehingga populasi ini tidak bisa bertahan, walaupun beberapa pasang

burung dara ini masih hidup.

139
Untuk mengerti bagaimana cara kerja ‘tingkat kritis’ itu dan mengapa ‘tingkat kritis’

ini berbeda-beda pada masing-masng spesies, beberapa aspek dibawah ini perlu

diketahui :

a. Sewaktu binatang menghadapi stres tertentu, beberapa di antaranya gagal untuk

bereproduksi secara normal. Pengetahuan kita tentang perilaku binatang sangat kurang

sehingga tidak bisa meramalkan bagaimana sterss mempengaruhi kesuburan binatang

tertentu, tetapi kita tahu bahwa kasus perusakan ataupun perburuan akan mengubah

potensi reproduksi dari binatang yang tersisa. Penurunan kecepatan reproduksi yang

tiba-tiba waktu menghadapi stres tertentu akan menyebabkan penurunan populasi yang

cepat.

b. Kadang-kadang tekanan yang terjadi pada suatu spesies tidak mempengaruhi

keseimbangan seluruh ekosistem. Jika terjadi ketidakseimbangan, hal inilah yang

menjadi penyebab kepunahan. Perpindahan jutaan burung dara di Amerika Utara

misalnya, harus didukung oleh predator yang besar pula. Sewaktu pemburu

menembaki burung itu, ia tidak menembaki predator dengan proporsi yang sama. Hal

inilah yang menyebabkan burung dara itu lenyap karena perbandingan predator dan

burung menjadi tidak pas lagi.

c. Kepadatan populasi akan turun sampai pada titik dimana lawan jenis kesulitan untuk

memperoleh pasangannya sehingga prekwensi terjadinya perkawainan antara jantan

dan betina menurun yang berakibat menurunnya juga tingkat kelahiran sampai pada

angka yang terendah.

140
d. Jika populasi suatu spesies menjadi berkurang , berarti populasi itu menjadi tidak

beruntung dan kejadian-kejadian yang ekstrim merugikan akan menyebabkan

kepunahan spesies tersebut.

d. Perkawinan antar keluarga dekat memiliki bahaya tersendiri terhadap pengurangan

populasi. Secara umum, perkawinan antara binatang yang masih mempunyai

hubungan keluarga dekat misalnuya saudara laki-laki kawin denga saudara permpuan

dan antar kemenakan, akan mengurangi vitalitas populasi. Perkawinan antar keluarga

dekat biasanya terjadi pada populasi yang sangat kecil dalam hal ini lebih besar

kemungkianan untuk munculnya spesies yaitu generasi yang lemah.

C. KECENDERUNGAN KEPUNAHAN SPESIES PADA SAAT SEKARANG INI

Binatang atau tanaman yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan tidak

bergerak adalah spesies yang rentan terhadap kepunahan. Sulit untuk mengetahui

berapa jumlah invertabrata yang telah punah, namun pasti besar jumlahnya. Spesies

crustasea air tawar telah ditemukan sekitar 30 tahun yang lalu hidup di sebuah danau

kecil di Ohio. Para ahli biologi ingin mempelajari ulang binatang tersebut pada

beberapa tahun belakangan ini, namun yang ditemukan danau kecil itu telah kering

dan binatang tersebut telah lenyap. Pada organisme yang dapat bergerak dan dapat

beradaptasi maka ternyata mahluk yang besar lebih banyak mengahadapi risiko

kepunahan. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan, sebagai berikut :

Pertama.

141
Tekanan perburuan secara umum lebih berat pada binatang yang besar dari pada

binatang yang kecil. Binatang besar menjadi sasaran yang dinginkan oleh semua

pemburu juga binatang pengembara kecil seperti rusa selalu melarikan diri dari

predator, sedangkan rusa besar yang dewasa atau bison cukup kuat untuk melawan

serigala atau singa gunung. Oleh Karena itu jika manusia dengan senjata moderen

dapat menemukan bison yang tubuhnya lebih besar lebih mudah membunuhnya. Jika

menemukan rusa yang tubuhnya lebih kecil, akibatnya binatang seperti bison akan

musnah dalam proporsi yang lebih banyak dibanding dengan rusa.

Kedua.

Binatang kecil seperti tikus dan serangga mempunya tingkat reproduksi yang tinggi

dibanding dengan binatang yang lebih besar, sehingga jika terjadi kondisi yang

ekstrim tidak menguntungkan, binatang yang lebih besar akan lebih cepat populasinya

menurun dibanding dengan binatang yang lebih kecil, artinya peluang binatnag besar

untuk punah lebih besar dibanding kepunahan yang dapat terjadi pada binatang kecil.

Kondisi seperti ini bisa juga terjadi pada binatang dan tumbuhan lainnya.

D. PEMINDAHAN SPESIES PADA EKOSISTEM

Ekosistem biasanya dipisahkan satu sama lainnya oleh batas – batas seperti sungai ,

air terjun, padang pasir, gunung dan lautan. Akan tetapi saat sekarang ini telah banyak

tersedia sarana untuk melewati batas-batas tersebut. Banyak spesies organisme

berpindah ke tempat lain dengan perantaraan mobil, kerata api, kapal laut dan kapal

terbang untuk memasuki ekosistem yang baru. Pada satu sisi yang ekstrim di antara

142
organisme tersebut tidak dapat berkompetisi atau beradaptasi pada ekosistem yang

baru sehingga mereka tidak berhasil untuk melanjutkan hidupnya, namun di sisi lain

pada kondisi ekstrim tersebut masih dapat melanjutkan hidupnya.

Invasi ekologi yang sukses juga menimbulkan problem langsung pada manusia. Pada

banyak kasus organisme pendatang ini secara cepat menjadi hama pada organisme lain

yang bermanfaat bagi manusia bahkan dapat menimbulkan penyakit pada manusia

akibatnya banyak dana yang harus dikeluarkan untuk menghambat serangan hama

tersebut.

E. SIFAT ALAMI DARI KEPUNAHAN

Ekosistem dan rantai makanan akan mejadi semakin sederhana akan tetapi pola

konsumsi primer, sekunder dan tersier akan tetap berlanjut. Jika rusa menjadi binatang

pengembara yang paling besar dan anjing hutan adalah predator terbesar selain

manusia, binatang pengembara dan pemangsa berlanjut lalu kenapa hawatir terhadap

kepunahan?

Ada beberapa alasan sehingga harus hawatir salah satunya dari segi keindahahn dan

kepercayaan.

Spesies dalam hutan akan terpelihara secara alami

Manusia tidak ada hak untuk memusnahkan apa yang telah diciptkan Tuhan

Rimba merupakan suatu keindahan yang amat hebat dan menyenagkan.

Dengan demukian dengan alasan keindahan dan kepercayaan ini dapat kita yakini

akan menghambat terjadinya kepunahan pada organisme di permukaan bumi ini.

143
Alasan kedua adalah perkembangan tidak biologi dan ilmu kesehatan telah banyak

menghasilkan penelitian-penelitian, baik pada tanaman maupun pada hewan secara

luas. Thomas Hun Morgan mengawali penelitian kromosom dari lalat dua (drosophila)

dapart memacu penelitian-penelitian genetik lainnya pada tanaman maupun binantang.

Misalnya menciptkabn bibit unggul. Konsekuensinya bibit tanaman yang tidak unggul

akan kehilangan kesempatan untuk dikembangkan.

Alasan ketiga adalah kerusakan alam. Khusus pada kerusakan tanaman hiju akan

mengganggu kehidupan konsumen tingkat pertama karena pada konsumen tingkat

pertama (herbivora) akan kekurangan makanan karena populasi tanaman hijau

menurun akibatnya sebagian dari herbivora akan mati karena kekurangan makanan.

Alasan ke empat. Kepunahan yang terjadi bukan karena katastropi, tetapi akibat

ketidak seimbangan populasi dalam ekosistem misalnya kematian hewan mamalia di

Amerika Utara sampai 95% pada 8 ribu sampai 10 ribu tahun yang lalu. Akan tetapi

kepunahan, kerusakan dan evolusi pada kompenen ekosistem tidak ubahnya seperti

proses adaptasi terhadap lingkungan, oleh sebab itu sebagai manusia yang punya

kemampuaan ilmiah, pengetahuan dan teknologi bahkan mengenal agama diharapkan

dapat memelihara dan melanjutkan keseinmbangan alam dengan keyakinan bahwa

mahluk hidup selain manusia , juga mempunyai hak asasi seperti halnya hak asasi

yang dimiliki oleh manusia.

144
BAB IX

PERTUMBUHAN POPULASI MANUSIA

A. PENDAHULUAN

Pada tahun 1970 an merupakan dekade peningkatan percepatan angka

pertumbuhannya. Sebelum abad ke 20 estimasi jumlah penduduk dunia hanyalah

berdasarkan data yang kurang rinci hanya berupa perkiraan saja.

Selama jaman prasejarah jumlah penduduk dunia berfluktuasi cukup lebar. Sedangka

pada abad pertama sesudah masehi jumlah tersebut menjadi mantap dan pola

pertumbuhannya tidak menjadi berfluktuasi lagi. Pada tahun 1650 jumlah penduduk

dunia sebesar setengah milyar dua kali lipat dari juumlah penduduk saat benua

145
Amerika ditemukan yaitu seperempat milyar saja maka pada tahun 1970 sudah

mencapai 3 setengah milyard.

Semula peningkatan jumlah penduduk dunia perlahan , mungkin karena rincian

data yang kurang sempurna kemudian peningkatannya berubah menjadi sangat curam.

Pengamatan tersebut membuat kita cemas, bagaimana harus mengambil langkah-

langkah di bidang ekonomi maupun pertanian dalam menghadapi ledakan jumlah

penduduk tersebut. Kerusakan lahan , berkurangnya sumber daya alam, meningkatnya

limbah dan populasi akan terjadi secara otomatis sesuai dengan meningkatnya jumlah

penduduk tersebut. Tetapi kenyataannya pertumbuhan jumlah penduduk yang

meningkat secara tetap tersebut bukannya tanpa batas, karena kalau hal itu terjadi

maka untuk setiap panduduk dunia hanya tersedia lahan satu kaki persegi, sehingga

bagaimana mungkin seseorang dapat berdiri memproduksi makanan, pakaian maupun

tempat tinggal pada 700 tahun kemudian. Pada kenyataannya pertumbuhan penduduk

tersebut dibatasi oleh beberapa hal yaitu tersedianya lahan (ruang), bahan makanan

kesadaran membatasi jumlah anggota keluarga, kelaparan dan timbulnya penyakit atau

musibah maupun kejadian-kejadian sosial yang saling berkaitan dan kompleks. Jadi

pentingnya pembuatan kurva pertumbuhan penduduk dunia adalah sebagai bekal

untuk melakukan estimasi perencanaan masa depan dunia. Berapa banyak bahan

makanan yang harus disediakan 10 tahun yang akan datang, berapa banyak sekolah

yang harus di bangun, berapa panjang jalan raya yang harus dibuat, taman-taman dan

lain sebagainya.

Kepentingan lain kurva pertumbuhan penduduk adalah untuk melihat bahwa

faktor-faktor sosial dan ekonomi ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah

146
penduduk, dan sebaliknya jumlah penduduk menentukan situasi sosial dan ekonomi.

Misalnya masyarakat terpelajar dan cukup makanan cenderung tumbuh secara perlahan

dan mudah menerima program keluarga berencana. Seterusnya masyarakat yang

tumbuh perlahan tersebut akan menjadi masyarakat yang berkecukupan. Tetapi hal itu

juga tidak bersifat mutlak.

EKSTRAPOLASI KURVA PERTUMBUHAN PENDUDUK

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode yang mudah dalam memprediksi

pertumbuhan penduduk adalah dengan membentuk kurva dengan memplot jumlah

penduduk persatuan waktu dan menjelaskan ke arah mana kurva itu seterusnya.

Memperkirakan titik-titik pada kurva di luar daerah observasi disebut ekstrapolasi.

Ekstrapolasi adalah suatu seni yang menuntut kemampuan dan bakat . Setelah kita

tahu cara membuat kurva penduduk, pengetahuan sejarah akan membantu kita

membuat beberapa kurva tersebut. Populasi tanpa batas dan negatif tidaklah mungkin

terjadi, populasi nol berlaku beberapa tahun, dan jarang sekali terjadi fluktuasi yang

besar. Di sisi lain bila kita mempunyai teori pertumbuhan penduduk berarti kita telah

mempunyai dasar untuk membuat ekstrapolasi.

Model mekanisme pertumbuhan penduduk pertama kali diperkenalkan pada

tahun 1798 oleh Reverrend Thomas Robert Malthus dia mencatat bahwa jumlah

penduduk , bila tidak dikontrol akan tumbuh meningkat menurut skla geometris.

Sebagai contoh bila ada x manusia /penduduk pada tahun ke nol dan ax penduduk

pada tahun ke 1 (dimana a >1)maka akan ada a (ax) atau a2x pada tahun ke 2, a3 x pada

tahun ke 3, anx pada tahun ke n dan seterusnya. Sementara Malthus mengatakan

147
bahwa penyajian bahan makanan meningkat seperti deret hitung. Contoh bila ada y

pound makanan pada tahun ke nol, maka ada (y+a) pound untuk tahun ke 1, (y+2a)

pound untuk tahun ke 2 dan (y+na) pada tahun ke n. Pertumbuhan geometris secara

berkala akan lebih cepat dari pertumbuhan aritmatk (deret hitung). Dengan demikian

Malthus meramalkan bahwa kependudukan yang tidak terkendali suatu saat akan

tumbuh terlalu besar dibandingkan penyediaan bahan makanan. Dalam hukum ini

menjelaskan bahwa secara alamiah makananan selalu dibutuhkan umat manusia, efek

dari 2 hal yang tidak sama harus dibuat sama, hal ini memerlukan pengawasan yang

ketat dan terus menerus berkaitan dengan kesulitan yang mungklin timbul. Penigkatan

populasi manusia tidak bisa lepas dari hukum ini. Efek terhadap tumbuhan dan

binatang adalah pemborosan bahan makanan, sakit maupun kematian yang prematur,

juga merupakan malapetaka bagi umat manusia. Teori Malthus tidak terbukti benar

secara historis: Pertama, karena peningkatan teknologi pertanian tumbuh lebih cepat

dari perkiraan. Kedua, kurva pertumbuhan secara geometris tidak memadai dapat

menjelaskan atau menggambarkan peningkatan jumlah penduduk. Walaupun demikian

inti dari argumentasi Malthus tidak dapat diabaikan. Untuk itu batasan-batasan jumlah

manusia yang dapat ditampung oleh bumi kecuali jika pertumbuhannya dikendalikan

secara rasional. Kesengsaraan /malapetaka dan keterbelakangan menurut Malthus

mempengaruhi umat manusia.

Mengingat bahwa besarnya populasi semua spesies harus dibatasi maka ahli

lingkungan kadang-kadang menjelaskan pertumbuhan populasi dengan cara-cara

seperti dibawah ini. Terdapat bukti nyata bahwa pada bagian kecil tempat yang

berbahaya misalnya terjadinya epedemi, kelaparan atau sulitnya mendapatkan

148
keturunan, yang walaupun faktor-faktor tersebut tidak mengahancurkan penduduk

secara total tetapi hal itu akan membatasi angka paertumbuhannya, sehingga dengan

demikian pertumbuhannya menjadi lambat. Bagimanapun juga ketika suatu jumlah

penduduk ditetapkan maka jumlahnya akan meningkat dengan cepat sepanjang

persediaan makanan memungkinkan, sedikit gangguan dan kondisi kehidupan yang

layak. Bila jumlah penduduk menjadi besar karena suplay pangan yang cukup dan

kecilnya gangguan predator, maka pada suatu saat ketika wabah penyakit menyerang

maka pertumbuhan penduduk akan menurun. Seluruh kurva pertumbuhan menjadi

seperti hurup S dan disebut ‘Sigmoid’. Walaupun kurva sigmoid cocok untuk beberapa

spesies tetapi tidak dapat dikatakan mewakili semua populasi tepatnya populasi yang

mengalami kepunahan kurvanya seperti sepatu salju atau seperti tikus. Kurva tersebut

menunjukkan kurva pertumbuhan yang menurun ke arah kepunahan. Kita semua

setuju bahwa kurva pertumbuhan secara berangsur-angsur menjadi bentuk sigmoid

tetapi pengujian pada kurva tersebut tidak memberikan kemungkinan kapan puncak

dari bentuk S mulai terbentuk. Masih banyak lagi metode untuk meramal jumlah

penduduk untuk melihat buka perubahan-perubahan jumlah penduduk dalam

kaitannya dalam waktu tetapi melihat pola-pola perubahan dengan menggunakan

perubahan ‘rates’. Bagimana perubahan angka kelahiran dan kematian dan bagaimana

faktor-faktor yang mempengaruhi.

PENGANTAR DEMOGRAFI

Ada 2 kelompok besar dalam dinamika ekologi populasi yaitu

Binatang dan tumbuhan meliputi aspek :

149
Letak geografis yang paling sesuai untuk kehiduapnnya

Penyediaan makanan untuk populasi

Pluktuasi iklim

Spesies pemangsa

Kompetisi dalm satu spesies dan antar spesies

Manusia, meliputi aspek :

Kekuatan sosial ekonomi masyarakat

Kompetisi antar sesama

Peristiwa peperangan

Bila populasi hewan tumbuh terlalu pesat , mereka akan mati kelaparan. Over

populasi pada manusia mengakibatkan kekurangan pangan terjadinya imigrasi atau

impor pangan atau pengembangan teknologi pertanian. Demografi merupakan cabang

dai sosiologi atau anthropologi. Aspek yang dipelajari adalah statistik populasi

manusia yang meliputi jumlah , kepadatan, angka kesakitan, kelahiran dan kematian,

migrasi dan lain-lain. Populasi dipelajari sebagai kelompok bukan individual,

penekanan pada demografi tertutama pada sejarah suatu daerah, kecenderungan dan

terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial diperlajari dengan cara menganalisis

data vital antara lain kelahiran, kematian, perkawinan dan perpindahan penduduk. Bila

jumlah populasi pada tahun 1924 sebasar 732 orang dan pada tahun berikutnya terjadi

kelahiran 28 dan kematian 15 orang pendatang 4 orang dan 1 orang pindah ke luar dari

daerah tersebut maka pada tahun 1926 jumlah populasi penduduk diperkirakan 732 +

28-15+4-1 = 748 orang. Indikator demografi yang sering dipakai ialah angka ‘vital’

150
(‘vital rate’) yang berarti peristiwa vital yang terjadi selama kurun waktu dibagi

jumlah populasinya. Biasanya jumlah populasi yang dipakai adalah jumlah yang

dicapai pada pertengahan tahun. Pertumhuhan populasi analog dengan bunga bank.

Tetapi pengurangan satu satuan uang dari bank tidak memberi pengaruh yang berarti

terhadap sisanya.

Pada manusai pengurangan anggota populasi dapat memberi konsekuensi yang

bervariasi :

Bila kematian terjadi pada bayi, tidak akan mempengaruhi kelahiran pada tahun

tersebut

Bila kematian terjadi pada ibu yang seharusnya dapat merlahirkan pada tahun itu ,

maka kematian ibu berdampak pengurangan 1 kelahiran

Ada 3 pemahaman yang perlu untuk pendekatan terhadap aspek pertumbuhan populasi

yaitu :

Pertumbuhan populasi merupakan hasil akhir dari pertambahan penduduk

(kelahiran dan imigrasi) dan pengurangan (kematian dan imigrasi).

Peluang untuk mati dan memberi kelahiran dalam 1 tahun berbeda menurut

umur dan jenis kelamin. Komposisi umur dan jenis kelamin dalam populasi

menentukan angka kelahiran dan kematian dan tentunya merupakan angka

pertumbuhan populasi. Ada 3 ukuran dasar pada pertumbuhan populasi , yaitu :Crude

Bird Rate (CBR), Crud Death Rate (CDR), Rate of Natal increase = Crude

Reprolductive Rate (CRR). (CDR) pertahun = (jumlah kelahiran hidup setahun

/jumlah populasi pertengahan tahun. (CBR) pertahun sama dengan jumlah kematian

151
setahun berjumlah populasi pertengahan tahun. Rate of Natural Increase (CRR) =

(CBR-CDR) .

Migrasi penduduk mulai berarti jika jumlah yang bermigrasi besar. Kususnya

bila ada dominasi jenis kelamin dalam migrasi , misalnya sebagian besar laki-laki,

sementara wanitanya ditinggal. Karena laki-laki bermigrasi pada umumnya karena

masih muda dan fisiknya kuat akibatnya banyak wanita tidak beranak di daerah yang

ditinggal sementara terjadi kelebihan laki-laki didaerah yang baru.

PENGUKURAN MORTALITAS

Analisis terhadap data angka kematian pada suatu negara akan memberikan

gambaran yang keliru. Sebagai contoh , Taiwan pada 1970 angka kematian kasarnyua

sebesar 5,1. Jepang ekonominy yang lebih maju angka kematian kasar 6,9. Di daerah

selat Panama yang dihuni oleh orang Panama dan Amerika Serikat, angka kematian

kasarnya pada 1970 sebesar 1,7 sedang di Panama sebesar 8 dan di Amerika Serikat

9,4. Swedia sebagai salah satu negara yang pelayanan kesehatannya terbaik , angka

kematian kasarnya pada 1970 sebesar 9,9 dan di Skotlandian dengan pelayanan

kesehatan gratis diberikan kepada seluruh rakyat angka kematian pada tahun 1970

sebesar 12,3, hal ini menunjukkan bahwa angka kematian kasar tidak hanya

dipengaruhi oleh kemungkinan meninggal, tetapi juga dipengaruhi oleh distribusi

umur dari populasi. Populasi di swedia dan skotlandia rata-rata usianya jauh lebih tua

dari populasi di jepang dan populasi di Jepang lebih tua dari populasi di Taiwan.

Sedang daerah Selat Panama terutama terdiri dari instalasi militer sehingga sebagian

besar dihuni oleh orang usia muda. Oleh karena itu studi tentang pertumbuhan

152
populasi tidak menggunakan angka kematian kasar tetapi berdasarkan usia dan jenis

kelamin secara spesifik (age and sex specifik rate) yakni jumlah penduduk pada suatu

usia dan jenis kelamin tertentu dibagi jumlah penduduk pada usia dan jenis kelamin

tertentu. Secara umum angka tersebut tinggi pada bayi, mencapai nilai terendah pada

usia sekitar 10 tahun dan perlahan-lahan meningkat setelah usia 60 tahun angka

tersebut akan lebih tinggi dari angka kematian bayi.

Kondisi atau kejadian tertentu pada kehidupan masyarakat akan mempengaruhi

pola tingkat kematian misalnya kematian ibu melahirkan sangat tinggi pada

masayarakat primitif, orang usia muda akan memiliki tingkat kematian tinggi pada

peperangan. Swedia yang sistem kesehatannya sangat baik memiliki angka kematian

rendah sepanjang usia.sebaliknya di amerika serikat, yang banyak penduduknya tidak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik maka angka kematian bayinya lebih

tinggi dibandingkan Kanada, Taiwan, Jepang, australia dan sebagian negara Eropa

barat.

Bila kita ingin mengetahui dampak mortalitas terhadap populasi, misalnya

berapa banyak bayi yang lahir pada suatu tahun tertentu (birth cohort) akan dapat

bertahan hingga 10 tahun. Informasi tersebut dapat dihitung dari angka kematian

berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan menghitung fungsi survival yakni proporsi

dari (birth cohort) yang dapat bertahan selama jangka waktu tertentu setelah kelahiran.

Angka yang spesifik berdasarkan usia biasanya menunjukan keadaan pada

suatu waktu. hal ini merupakan suatu contoh pengukuran pada suatu periode (periode

measures) dan tidak menunjukkan kadaan cohort pada suatu keadaan atau secara

historikal, pengukuran pada suatu periode menunjukkan profil dari beberapa cohort

153
pada suatu waktu. Namun ternyata gambaran statis mengenai kesehatan secara umum

pada suatu populasi sebagaimana dinyatakan pada angka mortalitas merupakan suatu

yang tidak praktis maka itu digunakan angka harapan hidup(expectation of life).

Angka harapan hidup merupakan angka rata-rata dalam tahun dimana bayi yang baru

dilahirkan akan dapat hidup, karena itu angka harapan hidup jauh lebih berguna

dibandingkan angka kematian kasar dalam membandingkan mortalitas.untuk

pertambahan penduduk, maka dengan menurunkan angka kematian pada

prareproduksi dan sebelum reproduksi tanpa menurunkan angka kelahiran dapat

menyebabkan pertambahan angka penduduk yang sangat cepat.

PENGUKURAN ANGKA KELAHIRAN

Pengukuran natalitas angka kelahiran berkaitan dengan data jumlah kelahiran

atau angka kelahiran pada area dan periode waktu tertentu.ukuran yang paling

sederhana adalah angka kelahiran kasar (CBR). Ukuran ini mudah dihitung seperti

(CDR) ukuran ini menggambarkan distribusi populasi yang sedang berlangsung, bila

probabilitas seorang wanita yang memberikan kelahiran maka indikator yang lebih

berguna adalah angka kelahiran spesifik menurut umur atau (age-specifik birt rate)

atau (ASBR) yaitu rasio kelahiran terhadap wanita dalam kelompok umur

tertentu.kumpulan(ASBR) bisa digunakan untuk menghitung indikator sederhana dari

angka kelahiran yang independent dari distribusi populasi. Dalam hal ini angka yang

digunakan secara luas adalah angka Vertilitas total (total fertility rate) (TFR), yang

diinterfrentasikan sebagai rata-rata jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang wanita

bila dia hidup sampai umur 49 tahun, dan bila (ASBR) constant untuk generasinya.

154
Oleh karena (TFR) didasarkan oleh hanya angka spesifik dan bukan pada distribusi

populasi, maka angka ini berguna untuk membandingkan anak yang pernah dilahirkan

secara internasional.di negara-negara maju (TFR) sebesar 2,1. (TFR) ini disebut juga

sebagai tingkat penggantian populasi(replacement level)

PENGUKURAN PERTUMBUHAN PENDUDUK

Untuk mengetahui pertambahan penduduk dari suatu negara dilakukan dengan

cara membandingkan jumlah penduduk dalam satu periode ke periode lainnya,

kemudian dengan cara mengurangi akan ditemukan besarnya. Misalnya di Indiapada

tahun 1970 terdapat 550 juta penduduk, dan pada tahun 1950 ditemukan hanya 358

juta. Jadi dalam kurun waktu 20 tahun telah bertambah 192 juta penduduk.Angka

tersebut akan menjadi lebih berguna bila dihitung’(growth rate)’-nya:

Average annual growth rate(india 1950-1970):

[(550 juta-358 juta)/(358 juta] dikali (1/20) dikali 100%=2,4% / tahun

Angka rata-rata diatas tidak berarti bahwa penduduk India bertambah 2,4% / tahun, karena

angka tersebut kompleks. Jadi pada tahun kedua misalnya (average growth) adalah 2,4

dikali (1+0.024) %, dan seterusnya.

Pada umumnya untuk menghitung perkembangan penduduk menggunakan ‘doubling time’ (t),

yaitu lamanya waktu suatu populasi yang diambil dua kali lipat banyaknya bila annual

growth rate-nya tetap.

Hubungan antara doubling time dengan growth rate adalah:

155
td =0,693 / r

Penggunaan doubling time ini sifatnya suatau proyeksi sehingga sangat kasar.untuk proyeksi

jumlah penduduk masa datang,akan lebih cepat menggunakan’age-sex specific birth

and death rate’, tetapi cara ini dapat juga salah bila age-specific vital rate tidak

konstan meskipun birth rate lebih stabil dibandingkan dengan death rate.

Untuk mengetahui jumlah penduduk di suatu daerah di masa yang akan datang dapat

digunakan’ age-sex distribution ’.

Bentuk dari age-sex distribution tidak terlalu simetris,dan bila keadaan simetris (hypothetical

age-sex) maka memenuhi beberapa kriteria:

Anak laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan frekuensi yang sama;

Jumlah yang dilahirkan sama setiap tahun selama satu abad;

Semua orang mati dalam usia 100 tahun;

Tiap orang pada saat lahir mempunyai peluang yang sama untuk mati sepanjang tahun

selama hayat.

Namun dalam posisi manusia yang sesungguhnya,106 anak laki-laki dilahirkan pada

setiap 100 anak perempuan dan kemungkinan untuk mati sepanjang hayat tidak

sama.

Banyak orang mati dalam usia muda dibandingkan pada orang usia antara 10 tahun

sampai 50 tahun, tetapi setelah 50 tahun kematian meningkat dengan

cepat.Perempuan dapat bertahan hidup lebih lama, mulai dari umur 1 tahun

sampai sepanjang hayatnya, kecuali dalam kelompok masyarakat tertentu pada

masa-masa melahirkan.

156
Dengan adanya data bahwa perempuan lebih bertahan hidup lebih lama daripada laki-

laki, walaupun angka kelahiran laki-laki lebih tinggi, maka ratio perempuan

terhadap laki-laki semakin meningkat pada usia lebih tua.

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh adanya perang,bencana, kemajuan-kemajuan

di bidang kesehatan dan perubahan-perubahan sosial.Dari distribusi kurva kita

dapat meramalkan jumlah pertumbuhan penduduk pada masa datang.Bila

banyak orang pergi dari rumah pada usia subur, maju perang dan tidak

kembali, maka generasi berikutnya dapat diharapkan jumlah yang dilahirkan

akan menurun.

Age distribution India pada tahun 1951 terlihat seperti segitiga dengan alas lebar. Dari

sini dapat diharapkan populasi akan cepat bertambah, sehingga 10 tahun

mendatang alas segitiganya akan melebar.Dan ternyata pada tahun 1961, alas

segitiga tersebut melebar secara menyolok dengan total populasi meningkat

25%, terutama pada kelompok usia dibawah 10 tahun meningkat antara 25-

30%. Dari populasi distribusi tahun 1961 dapat diramalkan akan terjadi

peningkatan lebih cepat lagi untuk dekade mendatang.

Bentuk-bentuk kurva populasi dapat menunjukkan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan yang cepat mempunyai alas yang lebar. Populasi yang tetap

konstan mempunyai alas yang relatif sempit, atau sama dengan kelompok usia

yang diatasnya.untuk meramalkan pertumbuhan populasi masa yang akan

datang didasarkan atas age-distribution saja tidaklah cukup, terutama bila

terdapat perubahan-perubahan dari mortalitas dan fertilitas secara menyolok.

157
AKURASI DATA

Bila kita memerlukan suatu data, misalnya data kependudukan yang masih berllaku dari suatu

negara, maka yang kita ambil mungkin lebih banyakdan bervariasi daripada hanya

sekedar apa yang kita butuhkan. Misalnya yang kita butuhkan adalah perkiraan angka

kelahiran, maka yang kita perlukan adalah dua perangkat informasi, yakni jumlah

penduduk keseluruhan dan jumlah kelahiran dalam satu tahun.

Sistem registrasi penting diperlukan juga dalam penyusunan data. Misalnya untuk melaporkan

kelahiran, harus mengetahui juga umur ibunya, sementara orang yang melaporkan

kematian seseorang juga diperlukan hari kelahiran almarhum. Banyak kemungkina

timbulnya kesalahan seperti informasi yang sedang dilaporkan, kesalahan dapat juga

ditemukan pada prosedur tabulasi data atau informasinya sendiri yang tidak tepat.

Teknik pengumpulan data selain dengan sistem registrasi, dapat pula dengan teknik

survei, tetapi teknik survei ini cukup mahal dan memerlukan keahlian. Walaupun data

yang kita dapatkan tampak dapat dipercaya, kita harus tetap berhati-hati dan juga perlu

ditegaskan apakah data ini masih berlaku atau tidak.sebagai contoh:menurut sensus

Meksiko tahun 1960,penduduk rupanya lebih menyukai melaporkan umurnya yang

dibulatkan 10 tahunan daripada umur yang berikutnya. Juga dari sensus tersebut

terdapat kelebihan penduduk dengan umur yang berakhiran 5 dan kekurangan

penduduk dengan umur yang berakhiran tujuh. Mengapa hal itu terjadi, jawabannya

tentu saja adalah pada penduduk yang cenderung melaporkan umur mereka yang telah

dibulatkan misalnya ke angka lima atau ke angka yang mendekati umur mereka yang

sebenarnya.

158
Kesalahan lain yang mungkin ditemukan dalam mendapatkan data selain diatas antara lain

mengenai definisi dari lahir hidup, imigran dan emigran dari negara satu ke negara

yang lain. Demikian juga kesalahan dalam menghitung jumlah penduduk yang dapat

dihitung dua kali karena adannya masalah politik, klaim wilayah dan lain-lain.

Kesulitan lain timbul misalnya kelompok pengembara (nomaden) yang terkenal sulit

didata. Oleh karena itu, dalam mendapatkan data kita harus selalu berhati-hati supaya

data itu mendekati sebenarnya.

AKIBAT DARI KEPADATAN PENDUDUK

Adanya kepadatan penduduk dari suatau negara membuat setiap orang akan

menggunakan bahan persediaan yang ada seperti tanah , air, bahan bakar, kayu,

logam, dan akibatnya semua sumber kebutuhan akan habis.

Pada waktu yang lampau, penduduk di berbagai tempat di dunia dapat

meningkatkan standar hidupnya walaupun populasi manusia juga meningkat

dengan cara meningkatkan efisiensi sumber-sumber kebutuhan yang ada.

Sebelum manusia musnah karena kelaparan dan kehausan, sudah dapat

dipastikan bahwa kualitas hidup di bumi akan berubah. Banyak hutan-hutan

dan daerah liar akan hilang dan akan diganti dengan lingkungan perkotaan dan

perumahan.

Beberapa individu dapat menerima perubahan ini, sedang sebagian lainnya akan

dirugikan.Dan apa yang akan terjadi terhadap masyarakat secara keseluruhan sebagai

populasi yang terus bertambah? Akan terjadi peningkatan tindak

159
kekerasan,perpecahan, kehebohan politik dan kesedihan, dan ini merupakan gambaran

akibat dari kepadatan penduduk.

Beberapa anggapan mengatakan bahwa angka kriminalitas lebih berkaitan dengan

kemiskinan daripada dengan kepadatan penduduk.Seberapa besar pengaruh faktor

kepadatan penduduk dalam hal meningkatkan sifat antisosial tidak dapat diketahui

dengan pasti.

Salah satu kesulitan dalam mempelajari pengaruh kepadatan penduduk pada manusia

adalah bahwa kebutuhan ruang pada individu harus ditetapkan dengan budaya masing-

masing. Untuk itu diperlukan banyak penelitian sosial untuk menyelami faktor-faktor

yang menyebabkan anggota masyarakat dari berbagai tingkat sosial merasa padat atau

berdesakan.

Dikatakan bahwa kepsadatan penduduk berhubungan dengan bentuk pemerintahan

dengan pola kehidupan sosial. Pada masyarakat primitif misalnya, kepadatan

penduduk berkaitan dengan macam binatang buruan. Bila mangsa tersebut adalah

binatang yang besar maka memerlukan banyak orang, membuat kelompok, sedang bila

mangsanya kecil maka cukup ditangani sendiri, maka masing-masing keluarga

cenderung hidup sendiri-sendiri. Misalnya ’Bushman’ di Australia, akan tetapi tipe

dari ’mangsa’ ini hanyalah satu faktor dari berbagai faktor yang menetukan cara

hidupnya.

Perubahan kepadatan penduduk tidak selalu merupakan tolok ukur dalam menilai efek

dari bertambahnya penduduk. Pada negara yang tanahnya luas dengan teknik pertanian

160
yang maju dapat menunjang lebih banyak penduduk per unit area dibandingkan

dengan negara-negara yang belum maju teknik pertaniannya.

Negara industri yang dapat mengimpor makanan dapat menunjang penduduknya yang

padat. Dikatakan bahwa dampak sosial ekonomi akibat pertumbuhan penduduk jauh

lebih penting daripada pengaruhsosial dan ekonomi terhadap kepadatan penduduk itu

sendiri.

TRANSISI DEMOGRAFI

Menurut sejarah, ledakan populasi banyak disebabkan oleh penurunan kematian bayi

tanpa suatu penurunan angka kelahiran.

Di Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan Jepang, angka kelahiran dan

angka kematian pada abad yang lalu keduanya lebih lambat. Di negara-negara Asia,

Afrika dan Amerika Latin angka kematian berubah dibandingkan dengan angka

kelahiran yang sifatnya tetap.

Pada suatu periode ditunjukkan angka kelahiran yang tinggi tetapi angka kematiannya

rendah.Periode ini disebut transisi demografi.

Apabila angka kematian rendah dan angka kematian juga rendah, maka ini merupakan

ciri perkembangan masyarakat.

Kadang-kadang perubahan distribusi umur populasi disebabkan oleh suatu

peningkatan angka kematian yang sederhana sebelum transisi.

161
Penurunan angka kelahiran tidak selalu terjadi secara sederhana, sebab tidak

tersedianya secara tetap alat kontrol kelahiran, kebijakan propaganda atau pendapat

umum.

Untuk negara yang sudah berkembang angka kematian sudah dapat diturunkan kira-

kira satu abad.

Dalam beberapa tahun ini mereka telah memberikan bentuk pola fertilitas dan

menghindari ledakan jumlah penduduk.Selanjutnya, dengan adanya perkembangan

teknologi dan ekonomi menyebabkan banyak wanita yang bekerja, dan ini

diperkirakan dapat menurunkan angka kelahiran.Untuk negara-negara yang sedang

berkembang saat ini masih dalam masa transisi. Dengan bantuan para misioneris dan

lain-lain angka kematian dapat diturunkan dalam beberapa dekade ini.Tetapi negara-

negara ini hanya mempunyai dana yang sedikit untuk membangun pola sosial secara

teknologis seperti negara-negara lain.

KECENDERUNGAN PENYEBARAN PENDUDUK TINGKAT DUNIA

Dikarenakan adanya perbedaan yang menyolok pada pola mortalitas dan fertilitas

antara negara berkembang dan belum berkembang, dan disebabkan oleh kurang

akuratnya data demografik pada sebagian besar negara-negara yang belum

berkembang, perkiraan masa depan dari populasi penduduk dunia sangat sulit disusun

apabila dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan penduduk pada negara-negara

secara individual. Negara berkembang mempunyai karakteristik yaitu dengan

rendahnya mortalitas dan fertilitas. Oleh karena itu pada umumnya pola ini tetap untuk

162
beberapa tahun kemudian,perkembangan populasi penduduk diperkirakan lambat apda

abad yang akan datang.Total populasi dari negara berkembang ialah 1,1 milyar orang

pada tahun 1970. Apabila (TFR) menurun 2,1 pada 1975, populasi penduduk dunia

akan stabil pada angka 1,3 milyar pada tahun 2050. Beberapa perhitungan proyeksi

menunjukkan angka minimum yang diharapkan. Populasi penduduk maksimum akan

diproyeksikan bila dapat diasumsikan bahwa (TFR) akan stabil sebesar 3,3 pada tahun

2000. Pada beberapa kasus total populasi negara yang berkembang dapat mencapai 1,8

milyar pada yahun 2050. Variasi antara angka harapan maksimum dan minimum

rendah, apabila diasumsikan tidak ada perang nuklir atau bencana yang lain, maka

estimasi populasi ialah 1,3-1,8 milyar orang, angka ini dapat digunakan sebagai acuan

yang bermanfaat.

Pada negara yang belum berkembang,perhitungan proyeksi ini sangatlah tidak jelas.

Pada keadaan yang tidak dikehendaki misalnya (TFR) turun sampai pada perhitungan

tahun 1975, maka populasi pada negara yang berkembang akan meningkat tajam dari

2,5 milyar pada tahun 1970 menjadi 4,0 milyar pada 2050 dan akan terus menerus

meningkat secara cepat setelah itu. Beberapa kondisi yang dapat menghambat

peningkatan tersebut ialah apabila fertilitas rendah,hal ini merupakan hal yang

memungkinkan pada periode kedua dari transisi demografi, pada saat itu angka

kematian yang rendah dan tingginya tingkat fertilitas akan mengakibatkan negara

berkembang penuh dengan orang-orang muda. Perbedaan angka sering kali tidak

realistik, seringkali karena kurangnya data yang menunjang seperti misalnya RRC dan

Afrika, oleh karena itu penyebaran penduduk pada negara berkembang harus menjadi

perhatian dan patut dicurigai.

163
Dapat disimpulkan bahwa keterbatasan penyebaran penduduk karen alam perang,

terutama pada negara berkembang akan meningkat cepat pada abad yang akan

datang,tanpa adanya emigrasi. Sekarang 70% dari populasi penduduk tinggal di negara

belum berkembang,gambaran ini dapat akan meningkat menjadi 80% pada tahun

2050, dan diperkirakan akan meningkat terus.

Perubahan keseimbangan populasi penduduk akan mempengaruhi taraf ekonomi,

sehingga yang miskin akan menjadi lebih miskin dan akan merupakan jumlah yang

terbesar.

DAMPAK PERKEMBANGAN POPULASI PENDUDUK YANG CEPAT PADA

NEGARA-NEGARA YANG BELUM BERKEMBANG

Perkembangan penduduk yang cepat,terutama apabila terjadi peningkatan urbanisasi

dan pengangguran,akan menyebabkan persoalan-persoalan ekonomi dan sosial negara

belum berkembang. Seringkali didapatkan pendapatan perkapita pertahun dibawah

US$600.Angka kelahiran diatas 30 per seribu atau mungkin lebih dari 40 per seribu

orang.Apabila dikehendaki peningkatan taraf ekonomi,maka salah satu cara ialah

dengan meningkatkan produksi pertanian.Peningkatan pendidikan dan penyebaran

saran pendidikan sangat diperlukan, karena kelompok usia 15 tahun tinggi. Untuk hal

tersebut juga diperlukan pencapaian tingkat gizi yang cukup, dan berbagai usaha

dilakukan agar standar minimal gizi tercapai.

164
Problem yang diakibatkan urbanisasi yang cepat merupakan perubahan yang

mendadak pada negara yang belum berkembang. Di negara-negara Barat urbanisasi

seringkali dikaitkan dengan dengan produktifitas, ekonomi, industri, artistik, dan

intelektual. Perpindahan penduduk di Barat dari desa ke kota hanyalah akan mengubah

gaya hidup saja. Berbeda dengan negara berkembang pada umumnya dikaitkan dengan

produktifitas.

Keberhasilan tingkat perekonomian pada negara berkembang walaupun dengan susah

payah tetapi dapat pula tercapai. Misalnya Ghana, jika tanpa investasi luar, dan bila

tingkat fertilitas konstan maka pendapatan perkapita akan turun 8%. Tetapi jika tingkat

fertilitas menurun 1% pertahun,pendapatan perkapita akan meningkat 9%.Bila

penuruna fertilitas 2% maka pendapatan akan meningkat 24%. Gambaran ini

menunjukkan pertumbuhan perkapita akan berhubungan dengan pendapatan.

ARGUMENTASI PENYANGGAH TERHADAP STABILISASI POPULASI

Pemerintah dari beberapa negara berkembang sudah memberikan peringatan apabila

pertumbuhan populasi penduduk menurun atau dibawah tingkat replacement.

Kekuatiran terpusat pada kemungkinan dampaknya pada ekonomi dan problem yang

berkaitan dengan mengelompoknya usia pada suatu saat. Pada tahun 1970 menjawab

kondisi dimana terjadi beberapa tahun dengan pertumbuhan di bawah tingkat

replacement, maka Jepang melakukan koreksi terhadap angka kelahiran.

Contoh yang lain ialah Rumania dilakukan aborsi dibawah 12 minggu usia kehamilan

untuk menjawab kondisi angka kelahiran sebesar 24,2 per 1000 ibu. Pada tahun 1958

didapatkan aborsi legal 29 untuk setiap 100 kelahiran hidup, tahun 1966, 400 aborsi

165
setiap 100 kelahiran hidup. Pada saat itu aborsi merupakan satu-satunya cara

pembatasan kelahiran yang penting. Pada tahun1966 perundang-undangan legalisasi

aborsi dicabut, tetapi ternyata jumlah kelahiran sudah menurun sehingga dapat

diasumsikan bahwa cara pembatasan kelahiran yang lain sudah dilaksanakan.

Semakin miskin kelompok etnis atau bangsa dapat diukur dengan stabilisasi populasi.

Semakin kaya kelompok tersebut dapat meningkatkan populasi tanpa penurunan

standar hidup secara nyata. Di lain pihak bangsa yang miskin mempunyai kesulitan

yang besar untuk mempertahankan taraf subsistence untuk mendukung semua warga

negaranya yang akibatnya akan meningkatkan tekanan ekonomi. Keadaan ini akan

menjadi kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin, sebagai contoh bahwa orang

kulit putih angka kelahirannya rendah sedang orang kulit hitam cenderung tinggi, hal-

hal semacam ini dikaitkan dengan masalah-masalah politik.

METODE KONTROL TERHADAP POPULASI

Kecenderungan hidup bermasyarakat mengarah kepada penurunan fertilitas, antara

lain dengan makin banyaknya wanita bekerja diluar rumah yang secara tidak langsung

mengurangi angka kelahiran.

Pendekatan yang terpenting adalah:

Kontrasepsi:Mencegah terjadinya konsepsi antara lain dengan IUD, pil,

kondom, diafragma dan spermisida.

Sterilisasi: Mengatur agar pria dan wanita tidak menghasilkan keturunan

166
Aborsi: Menghentikan kehamilan dengan sengaja

Sterilisasi dan aborsi merupakan cara yang lebih alami dan efektif sebagai

pembatas kelahiran.Namun demikian efektifitas dan keberhasilan sangat

tergantung pada pemilihan cara dan motivasi individu masing-masing. Sebagai

contoh ialah keberhasilan pemilihan cara coitus interuptus di Eropa yang

sebenarnya sangat menuntut motivasi pemakai. Sedangkan penggunaan foam

pada wanita seringkali menunjukkan kegagalan dengan adanya kelahiran. Cara

konvensional yang masih banyak digunakan ialah dengan menyusui anaknya,

karena fertilitas menurun selama saat tersebut.

Sebagian besar negara-negara mempunyai hukum yang berlaku tentang

pembatasan kelahiran. Seringkali sebagai dampaknya orang pergi keluar

negara ke negara lain yang memberikan legalisasi terhadap cara yang akan

dipilihnya,atau pergi ke dokter pribadi secara diam-diam. Cara aborsi yang

legal dan sanitasi yang jelek akan memberikan akibat kematian. Oleh karena

pertimbangan-pertimbangan sosio-ekonomi dan agama tertentu maka setiap

negara belum tentu memberlakukan perundangan yang sama terhadap cara-

cara pembatasan kelahiran.

PBB pada tahun 1968 mengaitkan kebebasan pelaksanaan kontrasepsi terhadap

hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu PBB menghimbau negara-negara agar

melakukan ketentuan perundangan dengan dasar bahwa:

• Legalisasi kontrasepsi, sterilisasi dan aborsi akan membantu kelancaran

usaha penurunan pertumbuhan populasi;

167
• Ilegal aborsi akan mengakibatkan peningkatan kematian ibu terutama bila

sanitasinya kurang terjamin.

Namun deklarasi PBB ini tidak mempunyai kekuatan hukum yang memaksa

terhadap negara-negara anggotanya.

Di negara-negara berkembang pemerintah ikut campur tangan dalam

pelaksanaan pemilihan cara pembatasan kelahiran. Karena tingkat pengetahuan

yang rendah dan pemilihan yang kurang tepat akan mengakibatkan program

tersebut gagal. Dan kenyataannya setiap negara memilih caranya sendiri yang

disesuaikan dengan kultur yang ada.

AKHIR DARI POPULASI MANUSIA

Tak seorang pun tahu secara pasti apa yang akan membatasi kehidupan

manusia. Kelompok pesimistis meramalkan akan berakhir dengan adanya

kelaparan, perang besar, ketiadaan sumber air minum, ketiadaan keseimbangan

antara oksigen dat zat asam.Atau kemungkinan terjadi kanibalisme pada tikus-

tikus atau sebangsanya. Kelompok optimistis mengatakan tentang pembatasan

yang berlaku dengan sendirinya yang terpengaruh oleh lingkungan

sekitarnya.Kemungkinan akan terjadi persaingan makanan yang akan

mengakibatkan mudah terserang penyakit, rendahnya fertilitas, dan kemudian

akan menjadi punah dengan sendirinya,apabila sumber alam tidak mendukung.

Perkiraan terhadap potensi pertumbuhan populasi manusia akan sangat

berhubungan diantara manusia dengan lingkungannya, jika kita

memperkirakan dalam jangka waktu yang pendek, maka kita hanyalah

168
berorientasi dan mengaitkan pada species yang lain. Tetapi apabila kita akan

memperkirakan dalam jangka waktu yang panjang,maka seluruh alam semesta

harus menjadi pokok perhatian,antara lain kecukupan sumber air, udara, dan

ruang gerak manusia. Paling tidak kita dapat memperkirakan, dengan

meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk secara bertahap akan

memperburuk keadaan tingkat kesehatan, pangan dan akan mengakibatkan

tingkat penduduk dunia yang semakin besar.

BAB IX

PEMBERANTASAN HAMA DAN RUMPUT LIAR

KOMPETISI DALAM HAL MAKANAN ANTARA HERBIVORA KECIL DAN

MANUSIA

Salah satu kendala yang dihadapi dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi

ialah masalah mengatasi pemberantasan hama dan rumput liar yang banyak

mengganggu tanaman pertanian. Misalnya sulitnya menghatasi herbivora-herbivora

kecil. Herbivora besar dapat di halau misalnya burung, babi dan sebagainya. Berbeda

dengan herbivora kecil berupa insekta, tikus, fungi nematoda pemakan akar.

Organisme-organisme tersebut dapat membiak dengan cepat dan bahkan termasuk

pemangsa kuat. Selain sifat rakus, hama tersebut juga membawa penyakit. Sebagai

169
contoh hama penyebab penyakit pes oleh tikus, nyamuk penyebab penyakit malaria

pada manusia. Namun demikian tidak semua insekta rodensia, fungi dan nematoda

merupakan hama. Banyak juga yang tidak mengganggu manusia, bahkan banyak yang

berguna ribuan nematoda hidup pada tanah yang berperan dalam proses pembusukan.

Dengan fungsinya ini berarti ia dapat mendaur ulang makanan. Fungi juga penting

dalam proses dalam pembusukan pada semua ekosistem di alam ini. Beberapa jenis

jamur dapat digunakan untuk menghasilkan obat antibiotika, membuat roti, keju.

Beberapa rodentio berperan juga dalam skosistem. Tupai misalnya membantu dalam

penyebaran biji pinus. Insekta memegang peran penting di dalam biosfer, membantu

penyerbukan, sewaktu lebah mencari serbuk sari untuk makanannya, tanpa disengaja

ia memindahkannya serbuk sari kebunga lain, sehingga juga berperan dalam proses

pembuahan. Akibatnya di lapangan petani memindahkan sarang lebah dipindah ke

ladang waktu musim bunga untuk membantu penyerbukan.

Insekta juga banyak dimangsa oleh hewan dan hal lain membantu keseimbangan di

alam. Contoh burung pemakan buah dan pemakan insekta. Biji buah akan disebarkan

lewat pencernaan makanannya ketempat yang berjauhan. Dengan demikan insekta

memegang peranan penting untuk kelestarian. Pada burung yang berperan dalam

siklus hidup pada pohon-pohonan liar yang dapat menunjang kehidupan suaka

margasatwa.

Sebenarnya beberapa jenis hama hidup berdampingan dengan manusia, terutama jika

jumlah populasi manusia dan kebutuhannya tidak tinggi. Jika kontrol alam ini terhadap

insekta tidak berjalan dengan baik, berakibat meningkatnya jumlah hama berlipat

ganda dan menyebabkan bencana kelaparan bagi manusia. Hal ini mungkin

170
disebabkan karena jumlah penduduk meningkat dan kebutuhan akan pangan yang

bertambah.

INSEKTISIDA

Pemberantasan hama secara kimiawi bukan hal baru. Marco pollo

memperkenalkan pyrethrum ke Eropa sesudah mempelajari penggunaannya di timur

jauh. Meskipun demikian, hingga awal abad 20 belum dilakukan penyemprotan yang

sistematik. Wal tahun 1900 banyak dipakai rotenone, pyrethrum, nikotine, kerosene,

fish oil, dan senyawa timah, arsen, dan HG. Formula tersebut tidak berubah hingga

tahun 1940. Terobosan penting terjadi pada awal PD II, waktu DDT ditemukan. DDT

lebih murah dan lebih efektif untuk sebagian besar insekta, lebih daripada insektisida

sebelumnya. Kegunaan DDT amat sukses, antara lain untuk membasmi epidemitipus

yang melanda tentara sekutu di Italia, untuk pemberantasan nyamuk malaria dan

deman kuning, untuk pestisida yang meningkatkan penen diseluruh dunia dan

menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan.

Pendukung pengguna DDT meramalkan terberantasnya hama insekta secara total. Ahli

kimia penemu DDT mendapat hadiah nobel. Tetapi sesudah 30 tahun, ramalan dan

keharuman khasiat DDT hilang. Pada bulan januari 1993 semua pengangkutan,

penjualan DDT dilarang kecuali untuk keadaan darurat yang bisa menyebabkan

kematian.

Dalam bab ini akan ditinjau tentang masa transisi tersebut, suatu contoh klasik

interaksi aktivitas teknokrat dengan kekuatan dinamis yang dimiliki lingkungan yang

171
dicoba untuk dikendalikan. Kurang lengkap bila yang dibahas hanya DDT sebab

masih banyak insektisida lain yang digunakan dalam jangka waktu 20 tahun, seperti

organochlorit, organofosfat, carbanat, yang mempunyai persamaan struktur kimiawi.

Zat kimia yang berpegaruh terhadap sel makhluk hidup dapat diketahui dari susunan

molekulnya. Secara garis besar dikatakan bahwa semua insektisida golongan

organochlorid mempunyai efek sama terhadap sel hidup, dan sama sifat kelarutannya

dalam air, alkohol, lemak.

Macam-macam insektisida golongan organofosfat juga mempunyai persamaan, tetapi

golongaan ini berbeda dengan golongan organochlorid. Golongan insektisida tersebut

diatas tidak diproduksi oleh mahluk hidup tetapi dibuat secara sintetis dilaboratorium

dan pabrik kimia. Insektisida yang diproduksi mahluk hidup ialah nikotin, pyrethrum,

rotenone yang dapat diekstrakkan dari sel-sel tanaman yang memilikinya.

PENGARUH INSEKTISIDA

Mula-mula insektisida amat digemari sebab murah harganya, mudah dipakai, bereaksi

cepat dan efektif terhadap macam-macam hama. Waktu itu para petani beranggapan

bahwa bula terjadi serangan hama misalnua pada tanaman tomat sebelum buah

dipanen, mereka dapat segera membeli insektisida tanpa meneliti lebih dahulu jenis

insekta penyebabnya, kemudian hanya dalam 2-3 hari sekitar 90% hama yang ada

dapat terbasmi.

Tampaknya masalah yang ada demikian sederhana dan mudah teratasi, padahal

kenyataannya tidak demikian. Sebab dalam masalah ini bukan hanya ada 2 pihak yang

172
saling terkait. Tanaman tomat dan hama yang adas merupakan anggota kelompok

beribu-ribu sepesies antara lain insekta predator, bakteria, parasit, hewan penggali

tanah, karnivora, herbivora, burung omnivor dan hewan-hewan migrator.

Sebab itu meskipun program penggunaan insektisida ini selama 25 tahun mencapai

sukses, masih nterasa perlu untuk meneliti seluk beluk masalah ini.

Kontrol alami dapat rusak karena penggunaan insektisida yang non selektif.

Contohnya pada penggunaan DDT dan 2 hydrocarbon chlorine lainnya di suatu

pedesaan di Peru. Dalam jangka waktu 4 tahun produksi kapasnya meningkat dari 440

pound ke 650 pound per are. Tetapi satu tahun sesudahnya terjadi penurunan sebanyak

100 pond. Hasil penyelidikan mengatakan bahwa insekta predator ikut terbunuh

bersama dengan burung dan hama, dan dengan terganggunya kontrol alami ini, hama

ditempat itu berkembang biak dengan lebih cepat daripada sebelumnya.

Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan:

Apa sebab hamanya berkembang biak lagi ? Mengapa bukan predatornya ? Mengapa

para petani tidak dapat membasmi hama tersebut dengan penyemprotan insektisida ?

Masalahnya adalah banyak insekta yang kemudian menjadi resisten terhadap racun

insektisida, dengan perkataan lain suatu insektisida yang diberikan dalam dosis

tertentu akan berkurang efektivitasnya sesudah beberapa tahun dipergunakan, seakan-

akan berkurang khasiatnya padahal komposisinya tidak berubah. Suatu mutant dapat

bertahan hidup karena adanya mutasi yang dapat melindunginya dari lingkungan yang

mematikan.Mekanisme mutasi secara random inilah yang menyebabkan insekta dapat

beradaptasi terhadap lingkungan dalam waktu jutaan tahun, dan hal ini pula yang

173
melindunginya dari pestisida. Suatu Strain insekta akan berevolusi dalam suatu areal

yang mendapat penyemprotan berat. Dan hal ini merupakan kejadian yang harus

mendapat perhatian. Pada tahun 1945 ada 12 species insekta yang resisten terhadap

DDT. Tahun 1967 ada 165 species, diantaranya 30 species pembawa penyakit, 75

hama tanaman. Disatu pihak induk insekta menurunkan sifat resistennya kepada

keturunannya, dipihak lain pestisida kehilangan efektifitasnya. Hilangnya efek

insektisida dapat dibuktikan dengan meletakkan bedbugs yang resisten DDT pada

sehelai kain yang ditaburi DDT. Bedbugs tersebut tumbuh, kawin, bertelur, beranak

normal.

Jadi bila ada upaya mengganti insektisida, upaya tersebut hanya akan menghasilkan

insekta yang resisten terhadap lebih dari satu insektisida. Insekta reisten sudah

merupakan masalah dan akan bertambah lagi bila predatornya tidak resisten sehingga

hama insekta akan mendapat keuntungan biologis dan akan berkembang biak dengan

cepat.

Semua kejadian ini bisa terlaksana karena 3 hal :

Hama insekta relatif kecil dan membiak lebih cepat dibanding predator. Karena

cepat berkembang biak, maka kemungkinan mutasi juga lebih besar. Dan

karena dapat berada pada Niche ekologisnya lebih daripada species yang lebih

besar yang kurang cepat pembiakannya, maka insekta resisten akan lebih cepat

berkembangnya daripada predator

Predator menyerap insektisida lebih banyak dibanding hama insekta.Insekta

herbivor tidak segera mengeluarkan ekspresinya yang mengandung zat kimia

174
beracun. Dan kadarnya akan ditambah lewat kontak langsung dengan

insektisida atau lewat daun yang disemprot. Bila insekta ini tidak segera mati,

insekta ini dimangsa predator, akibatnya predator menelan lebih banyak

insektisida dibanding insekta.

Dalam ekosistem jumlah predator kurang dibanding herbivor (

misalnya insekta). Suatu species yang kecil populasinya lebih mudah punah

binasa oleh bencana, akibatnya species herbivor mendapat kesempatan unggul.

Adanya pestisida yang berpengaruh luas, akan juga menyebabkan munculnya

suatu populasi hama yang baru. Sebagai contoh masalah spider mite yang ada

di hutan di united states sebelah barat. Spider mite adalah pemakan klorofil

yang ada di daun-daunan evergreen needles. Jumlah spider mite tersebut tidak

menjadikan masalah sebab dalam hutan ada predator dan ada kompetisi. U.S

Forest service pada tahun 1956 melakukan kampanye pemberantasan hama

sprucebugs dengan DDT. Yang terberantas bukan hanya sprucebugs, tetapi

juga lawan spidermite seperti ladybugs, gallmidges, predator mite lainnya.

Sehingga dalam waktu satu tahun sesudahnya spider mite amat meningkat

jumlahnya dan menimbulkan masalah yang lebih parah.

Adanya pestisida juga menyebabkan masalah sosial seperti bunuh diri,

pembunuhan, kematian karena racun. Meskipun masalah ini memprihatinkan

harus diingat pula insektisida telah menyelamatkan jutaan orang dari bencana

kelaparan dan penyakit. Selain itu telah ditentukan pula batas penggunaannya

sehingga tidak menjadikan racun pada bahan makanan. Juga dianjurkan untuk

menghindari daerah penyemprotan dan pemerintah melarang pengedaran

175
makanan yang terkontaminasi insektisida. Tetapi hewan liar dan ternak tak

dapat terlindungi, sehingga banyak populasi hewan vertebrata yang mati akibat

DDT . Contoh kejadian seperti ini di Illinois Timur tahun 1954, dimana

dilakukan penyemprotan untuk mencegah meluasnya sejenis kepik Japanese

Bugs ke daerah barat. Yang ikut mati adalah burung sehingga tampak hampir

terbasmi didaerah tersebut, Tupai hampir terberantas, sejumlah 900% Kucing

milik petani mati, demikian pula beberapa domba, tikus dan ayam teracuni.

Mungkin hal ini dianggap sebagai penukar keberhasilam insektisida, teapi

pada kenyataannya hama yang dituju tetap meluas kearah barat.

Meskipun suatu program semacam itu berhasil, orang akan berfikir apakah

keberhasilan dalam bidang ekonomi dan sosial itu, lebih besar harganya

mengingat banyak pula margasatwa yang mati.

PENGARUH PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN

Suatu senyawa kimia umumnya bersifat biodegredable, artinya dapat

dihancurkan organisme. Hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan

organisme di mana organisme mengkonsumsi suatu senyawa yang dapat

menghasilkan energi dan yang mengandung bahan mentah makanan. Tetapi

insektisida kimia bersifat sintetis dan baru akhir-akhir ini muncul dalamm

lingkungan. Ada insektisida yang serupa dengan yang ada di alam, jadi bersifat

biodegredable. Ada yang dirombak karena bereaksi dengan air, oksigen, zat

basa atau asam dan lain-lain.

176
Umumnya Organofosfat, Carbamat, dan Insektisida Organik lain tidak

mempunyai sifat menetap. Separuh dari senyawa kimia yang diberikan

dirombak dalam beberapa minggu, sedang hanya sedikit dari sisanya dirombak

dalam beberapa bulan. Perlu ditambahkan bahwa tingkat dekomposisi

tergantung pada suhu, tipe tanah, kelembaban kandungan humus. Berbeda

dengan senyawa tersebut diatas, senyawa organochlorid menetap dalm jangka

waktu tahunan. DDT dan Endrin bisa didapatkan 15 tahun dalam tanah sesudah

penyemprotan pertama. Sifat menetap ini merupakan masalah, tetapi juga

penyemprotan yang dilakukan setiap tahun akan terakumulir.

PENYEBARAN SECARA FISIS ORGANOKLORID

Oganochlorid tidak hanya menetap dalam tanah pertanian yang berdekatan,

tetapi juga dapat menetap dalam biosfer sesudah diangkut baik secara biologis

maupun secara teknis. Untuk memahami mobilitasnya kita perlu memahami

sifat fisiknya. Organochlorid mempunyai sifat tidak larut dalam air, lambat

menguap, mudah menempel pada partikel kecil debu, kotoran gas dan

mempunyai sifat larut dalam jaringan lemak mahluk hidup.

Marilah kita simak apa yang terjadi pada DDT dan sejenisnya yang

disemprotkan dari pesawat terbang. Biasanya insektisida akan dicampur

dengan ramuan yang terbang lamban, supaya dapat disemprotkan sebanyak

1,5-5 pounds peracre, dengan kecepatan pesawat dan kecepatan penyemprotan

tertentu, dan hal ini tergantung juga pada tipe insektisida dan tipe tanaman

yang dipanen. Tidak semua penyemprotan mencapai target, hal ini tergantung

177
beberapa faktor, misalnya keterampilan pilot, banyaknya dan posisi kawat

listrik dan pohon yang harus dihindarinya, arah angin, turbulensi, dan

kecepatannya. Yang tidak sampai pada sasaran akan mengenai rumah-rumah

yang berdekatan, jalan, sungai, danau, hutan dan sebagian ada di udara dalam

bentuk gas atau menempel pada partikel debu, atau embun. Jumlah yang

diudara cenderung sama banyak dengan yang di darat, tetapi keadaan ini tidak

selalu terjadi sebab adanya badai debu, penguapan akan mempertinggi

konsentrasi yang di udara, atau adanya pengendapan akan menguranginya. Hal

yang menguntungkan adalah insektisida tersebut dapat jauh menyebar. Tetapi

bagaimanapun juga semua organisme yang ada di bumi akan terpapar zat kimia

ini tiap hari, dan air hujan sebagian besar mengandung Organochlorid yang

terukur kadarnya, demikian pula racun terbawa arus angin dan akan beredar di

seluruh permukaan bumi.

KONSENTRASI BIOLOGIS INSEKTISIDA ORGANOKLORID EFEKNYA PADA

SPESIES NONTARGET

Makhluk hidup yang ada di dalam tanah amat banyak, sehingga racun dengan

konsentrasi tinggi yang berada dalam tanah amat berbahaya. Dalam satu pound

tanah pertanian terkandung sekitar 1 triliun bakteri, 200 juta fungi, 25 juta alga,

15 juta protozoa, ada pula insekta, cacing dan semut. Organisme tersebut

penting bagi kesuburan tanah. Mereka mengikat ‘N’, menyediakan mineral

bagi tanaman, dengan menghancurkan karang-karang, menjaga kelembaban,

178
memberi aerasi dalam tanah, membantu pembusukan. Tanpa organisme

tersebut tanaman akan mati. Yang belum banyak diketahui adalah efek

peningkatan racun dalam tanah terhadap organisme tersebut diatas. Yang

diketahui adalah peningkatan panen pada tempat-tempat yang banyak

disemprot. Tetapi kemudian akan diketahui adanya beberapa kejadian yang

dapat menjadi sebab timbulnya bencana kelaparan.Penelitian di Florida

menunjukkan bahwa pestisida yang mengandung klorin menghambat

nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri yang hidup dalam tanah. Rayap tidak

dapat hidup di tanah yang sudah yang disemprot dengan Endrin 10 tahun

sebelumnya. Endrin dengan konsentrasi rendah 1 ppm, menyebabkan

perubahan mencolok pada populasi organisme tersebut. Kandungan nutrisi

polongan dan jagung yang tumbuh di tanah yang diberi endrin berbeda dengan

yang tumbuh di tanah tanpa endrin, karena beberapa mineral bertambah dan

beberapa berkurang. Dan semuanya berakibat pada proses pertumbuhan

tanaman. Endrin yang disemprotkan secara rutin di padang golf, akan

membasmi populasi cacing tanah.

Seperti halnya gangguan-gangguan ekologis, akibat jangka panjang insektisida

pada organisme dalam tanah belum diketahui. Mungkin organisme akan

menjadi kebal terhadap akumulasi insektisida. Tetapi hal ini riskan dikerjakan

sebab bila suatu ketika organisme tanah mati, tanaman pun akan mati.

Pestisida tidaklah semuanya terikat pada tanah, ada pula yang merembes

masuk ke air tanah sehingga berada di air minum. Kejadian ini nampak pada

sumur-sumur di Illinois berdasarkan survei air yang dilaksanakan pemerintah.

179
Fraksi tanah yang mengandung insektisida akan terbawa bersama berton-ton

tanah pertanian menuju ke air permukaan, sehingga sungai-sungai yang besar

di U.S. mengandung insektisida dalam ppb. Dalam air sungai yang bersuhu 72

derajat C, yang merupakan suhu normal untuk ikan trout 1,4 ppb Endrin akan

menyebabkan kematian separoh dari jumlah ikan rainbow dalam waktu 3 hari.

Sama halnya dengan ikan-ikan lain, juga tidak tahan berada dalam air dengan

konsentrasi insektisida lebih dari 1-10% ppb. Sekarang di U.S. ikan Trout

hanya dapat dijumpai di mata air daerah pegunungan yang bebas polusi tidak

lagi dapat dijumpai di Great Lake Water System dimana ikan tersebut pernah

ada, juga tidak ada di hulu sungai Missouri. Keadaan yang lebih parah terjadi

pada tahun 1950 di daerah selatan pada waktu hujan lebat terjadi sesudah

dilakukan penyemprotan, sehingga konsentrasi residual pestisida meningkat

beberapa kali lipat, dan menyebabkan matinya hampir semua ikan yang ada di

air yang tergenang.

Bila Insektisida berada di sungai-sungai yang besar, maka mau tidak mau air

laut pun mengandung insektisida, dan konsentrasi tertinggi berada di kuala

muara sungai dan teluk laut. Yang merupakan masalah yang berat ialah

fotosintesis yang dilakukan plankton dapat tereduksi oleh insektisida. Dalam

suatu penelitian diketahui bahwa DDT dengan konsentrasi 1 ppb mereduksi

10% aktivitas dan 100 ppb mereduksi 40% aktivitas fotosintesis yang

dilakukan plankton dalam lingkungan bebas polusi.

Penyemprotan akan lebih hebat akibatnya pada insekta karnivora daripada

yang dialami oleh hama. Karena insektisida mempunyai sifat menetap di

180
seluruh biosfer (air – tanah – udara – jaringan tanaman) maka tidaklah

mengherankan bila, biological magnification dari DDT dan senyawa

sejenisnya banyak berada di jaring-jaring makanan, dan konsentrasi tertinggi

akan berada dalam jaringan tubuh semua macam karnivor.

Karena senyawa Organochlorid mempunyai sifat menetap dan larut dalam

lemak, senyawa ini mudah terangkut secara biologis dan disimpan dalam

jaringan lemak.

Senyawa beracun tersebut tidak pula dapat dikeluarkan dari tubuh melalui

pengeluaran ekskresi, sebab ekskresi pada makhluk hidup dilakukan oleh

media air di darah dan urine. Jadi mekanisme ini tidak dapat menanggulangi

adanya senyawa Organochlorid yang merusak itu.

Kita ingat kembali peristiwa penangulangan biting pest di Clearlake California

(1950) dengan DDT. Setelah proyek selesai, dalam air terkandung DDT 0,02

ppm. Tetapi DDT dalam plankton sebesar 5 ppm. Pada ikan pemakan tanaman

sebesar 40-300 ppm (tergantung spesiesnya). Dalam tubuh karnivor yang

berada di puncak piramida makanan, sebesar 2000 ppm. Dapat dimengerti

bahwa ikan dan burung-burung akan keracunan insektisida, padahal DDT yang

awalnya terkandung di air kadarnya rendah hampir tak berarti. Memang

insektisida tak lagi ada di air di Clearlake dan di perairan lainnya, tetapi

keberadaannya tetap dalam jaring-jaring makanan.

Pengaruh Insektisida pada ikan dan burung karnivor cukup besar. Dalam

banyak kasus karnivor mati segera sesudah penyemprotan. Bila dosisnya

subletal, aktivitas dan reproduksi hewan akan terganggu yang berakibat

181
kematian dalam jangka waktu panjang atau penurunan dalam pertumbuhan

populasinya. Sebagai contoh ikan pemakan insekta seperti Salmon fry bukan

hanya menjadi sasaran racunnya, tetapi juga sasaran kelaparan sebab

mangsanya banyak yang mati. Trout dan Salmon yang terinfekster tidak

menyukai air dingin dan meletakkan telurnya di air yang lebih panas sehingga

anaknya akan mati sebab tidak tahan hidup. Pestisida juga berbahaya bagi

hewan yang mengumpulkan energi dalam lemak untuk keperluan musim

dingin. Trout akan mengumpulkan cadangan lemak pada musim panas dengan

mengkonsumsi banyak makanan. Bila hidupnya di tempat yang telah

disemprot, jaringan lemaknya mengandung banyak DDT.

Dalam musim dingin cadangan lemak dipakai untuk energi. DDT yang terbawa

ke aliran darah akan mematikan hewan tersebut. Telur ikan juga mengandung

lemak yang menjadi makanan anaknya. Dan dalam suatu kasus ada 700.000

salmon yang keracunan racun yang berada dalam telurnya sendiri. Dan hal

yang terelakkan adalah DDT menjadi penyebab pula bagi penurunan drastis

banyak burung, lebih-lebih yang menjadi konsumer sekunder dan tersier.

Keracunan DDT mengganggu metabolisme kalsium, sehingga telur yang

dihasilkan mempunyai cangkang yang tipis. Akibatnya telur mudah pecah dan

anaknya prenatal dan mati. Burung yang dipelihara di laboratorium dan diberi

makan ber- DDT juga akan menghasilkan telur yang tipis dengan cangkang

yang lunak. Populasi beberapa jenis burung termasuk di dalamnya Peregrine

Falcon, Pelican, dan beberapa jenis elang, demikian cepat menyusut jumlahnya

sehingga para konsevator mengkhawatirkan kepunahannya.

182
PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

Sejak pertengahan 1940 kejadian keracunan akut akibat pestisida, konstan

sekitar 1 per 1 juta pertahun. Lebih dari separuhnya, kini adalah kanak-kanak

yang terpapar zat kimia beracun disebabkan kecerobohan kemasan dan

penyimpanannya. Dan akhir-akhir ini keracunan banyak terjadi pada orang

yang akrab dengan zat kimia di pabrik atau di daerah pertanian. Bila tidak ada

perhatian dalam menangani masalah ini, seperti mengganti Organofosfat

dengan DDT yang bersifat kurang beracun, maka jumlah korban kematian akut

akan bertambah terus.

Efek lainnya dari insektisida adalah efek kronis, yang berlangsung dalam

jangka waktu lama. Dalam hal ini kita batasi hanya pada efek kronis akibat

DDT, sebab pengetahuan yang ada tentang efek kronis akibat insektisida

lainnya hanya sedikit. Akhir-akhir ini perdebatan berkisar pada adanya

kemungkinan kerusakan jangka waktu lama pada manusia. Kita rinci tentang

perdebatan seputar DDT, sebab perdebatan ini menggambarkan kesulitan

menata pendapat masyarakat diantara bukti-bukti ilmiah.

Kemungkinan efek jangka panjang hydrocarbon dengan klorin pada manusia

menjadi perhatian, sejak Rachel Carson di Silent Spring menduga bahwa orang

yang terpapar DDT akan meningkat kemungkinannya terkena kanker. Dalam

jangka waktu 10 tahun pembuktian tentang atau menentang kualitas penyebab

kanker pada DDT belum memadai.

Di bawah ini ditulis tentang beberapa penelitian :

183
Pemberian DDT langsung ke subjek manusia.

Subjek diberi DDT sebanyak 35 mg per hari selama 22 bulan, kemudian di

observasi, beberapa diobservasi sesudah jangka waktu 5 tahun, ternyata tidak

ada efek klinis dan kimia yang merugikan.

Pengamatan pada orang-orang yang terpapar DDT dalam jangka waktu yang

lama.

Bukti adanya efek toksik tidak tampak pada orang yang terpapar sejumlah 400

kali lebih banyak DDT per harinya dibanding yang normal. Tetapi penyanggah

kesimpulan ini mengatakan bahwa jumlah orang di observasi terlalu kecil

untuk memberikan kesimpulan yang sah tentang apapun juga, kecuali

kesimpulan secara kasar. Lagipula jangka waktu untuk di observasi terlalu

pendek untuk memberikan kesimpulan yang benar tentang suatu efek seperti

Carcinogenesis, sebab munculnya kanker membutuhkan waktu tahunan

sesudah terpapar pada agen penyebab kanker. Penelitian lain memberi

kesimpulan bahwa terpapar pada insektisida akan meningkatkan kelainan

fungsi paru, tetapi disinipun sulit untuk membuktikan apakah efek ini

merupakan efek jangka panjang.

Eksperimen dengan hewan laboratorium.

Dalam dekade akhir diketahui bahwa rodentia yang diberi DDT lebih sering

kemungkinan mendapatkan tumor dibanding yang tidak diberi DDT. Tetapi

kesimpulan yang tampak mudah dan sederhana ini memberikan tanda tanya

mengenai beberapa hal seperti :

Kesalahan pola eksperimen.

184
Dosis DDT yang diberikan kepada tikus lebih besar dibanding yang diberikan

kepada manusia

Tikus laboratorium adalah hasil pembiakan khusus dan mempunyai angka

insidens spontan tumor yang sangat tinggi, sehingga mereka tidak dapat

menangkal reaksi terhadap zat kimia seperti tikus yang biasa.

Penyebab tumornya adalah semacam tumor hati. Para ahli tidak setuju bila

tumor ini disebut tipe kanker. Tetapi memang dalam beberapa kasus tumor itu

tampak punya persamaan dengan tumor pada kanker manusia.

Karena adanya perbedaan spesies, sulit mengatakan apakah yang terjadi pada

tikus juga terhadap manusia.

Suatu fakta yang ada adalah bahwa efek kronik DDT pada kesehatan manusia

tidak dapat diketahui dari ilmu murni.

Namun pada akhir tahun 1960, karena adanya tekanan kelompok lingkungan,

larangan terhadap DDT mulai digalakkan. Dan sesudah melewati banyak

perdebatan yang sengit, William Ruchelhaus kepala Enviromental Protection

Agency ( EPA ), pada tanggal 30 juni 1972 memberikan perintah larangan

penggunaan domestic dan transfortasi DDT, mulai Januari 1973, kecuali dalam

keadaan darurat kesehatan.

Keputusan tersebut dibuat bukan hanya karena kekhawatiran terhadap

Carcinogenicity tetapi juga karena kekhawatiran efek-efek lain sehubungan

dengan biosfer seperti yang telah disebutkan di depan, dan juga anggapan

adanya alternatif yang cukup memuaskan yaitu Organofosfat. Keputusan ini

disanjung sebagai pandangan masa depan, tetapi dibenci karena dianggap

185
picik. Diperdebatkan akan lebih banyak yang dicapai bila penggunaan DDT

dibatasi dan bukan dilarang total. Dan larangan semacam di negara

berkembang akan serba salah, lagipula harga alternatif DDT jauh lebih mahal.

Yang lain menekankan adanya kekurangan data-data yang bersifat positif, dan

mengkritik (EPA) karena dianggap mengalah pada pakar-pakar lingkungan.

Kritikus yang paling menggebu ialah Dr. Norman E Boorlang pemenang

hadiah nobel perdamaian 1970, dalam usaha pengembangan gandum tinggi

panen. Ia sungguh-sungguh menyangkal bahwa zat kimia semacam DDT

punya peranan besar pada kerusakan lingkungan, dan khawatir akan

dilarangnya macam-macam insektisida lain, yang akan menyebabkan

kegagalan panen dan selanjutnya menyebabkan bencana kelaparan. Dugaan ini

memang terlau pesimistis, tetapi memberikan gambaran dasar keinginan

memunculkan masalah ini.

Di pihak lain pendukung adanya larangan terhadap DDT, juga pembatasan

insektisida lain, berpendapat bahwa akan ada anggapan tidak berbahaya bagi

manusia terhadap substansi yang aktif biologis, menetap dan asing terhadap

jaring-jaring makanan alami seperti insektisida Organochlorid.

Mereka menyebutkan asap rokok, debu asbestos sebagai contoh untuk

menggambarkan betapa tersembunyinya bahaya yang akan yang ditimbulkan

oleh suatu zat. Asap rokok dan debu asbestos akan memunculkan efek yang

merugikan kesehatan sesudah beberapa dekade. Juga tidak mudah membuat

prediksi apakah dengan beralih ke Organofosfat yang kurang sifat menetapnya

tetapi yang lebih beracun merupakan tindakan yang lebih baik atau buruk

186
dalam jangka waktu yang lama. Dan akhirnya dia mempersalahkan sikap lunak

terhadap zat kimia pestisida, sebab pembatasan yang dilakukan berlebihan

akan mendorong timbulnya pengawasan pestisida yang bernada lingkungan,

seperti yang akan ditulis dalam bagian berikutnya.

Akan amat membingungkan awam bila para pakar tidak setuju, sebab mereka

tidak akan tahu keputusan mana yang benar. Tetapi yang lebih penting adalah

membuat keputusan atas dasar pemahaman yang mempunyai alasan.

Kuntungan dari penggunaan pestisida yang larut dalam air ialah bahwa pestisida

tersebut akan lebih cepat terurai di dalam air melalui reaksi kimiawi. Sebagian

pestisida organik akan terurai (mengalami dekomposisi) secara alami dalam waktu

beberapa minggu dan sebagian lainnya akan terurai dalam waktu beberapa bulan.

Kecepatan penguraian dipengaruhi antara lain oleh suhu, jenis tanah, dan kelembaban.

Selain keuntungan penggunaan pestisida yang larut dalam air juga ada kerugiannya,

karena pestisida yang larut dalam air ini terbawa masuk ke sungai, maka air sungai

akan tercemar oleh pestisida tersebut. Bila air yang mengandung pestisida yang belum

terurai ini kemudian dikonsumsi oleh hewan dan terserap oleh tanaman yang ada di

perairan tersebut akan tercemar oleh pestisida. Sebetulnya hewan dan tumbuhan tadi

akan mati. Yang berakibat pada rusaknya ekosistem sungai, karena tumbuhan dan

hewan merupakan komponen penyusun ekosistem sungai tersebut.

Penggunaan pestisida yang mudah larut dalam air lebih praktis bila pestisida tersebut

dapat dengan cepat terurai secara alami menjadi unsur-unsur yang tidak berbahaya lagi

untuk kemudian kembali ke alam. Namun demikian kadar pestisida perlu mendapat

187
perbaikan, karena kemampuan alam untuk menguraikan pestisida juga mempunyai

batas-batas tertentu. Bila kadar pestisida terlalu tinggi, maka proses penguraian akan

berlangsung lama sehingga kan mengganggu ekosistem.

Penggunaan DDT sedapat mungkin dihindari. Jika makanan yang telah tercemar DDT

terpaksa harus kita makan, maka cara yang paling efektif untuk mendektesi kadar

insektisida yang bersangkutan ialah dengan dipanggang diatas api orang. Kemudian

kulitnya dikupas agar DDT yang melekat pada partikel orang dapat dikurangi atau

dihilangkan. Alasannya berdasarkan sifat DDT relatif tidak dapat larut dalam air,

lambat menguap cenderung melekat kuat pada partikel-partikel kecil seperti debu,

kotoran atau garam dan dapat larut dalam jaringan lemak organisme. Bila ikan yang

tercemar DDT, maka ada kemungkinan DDT justru akan melekat pada partikel garam.

Jika ikan diasap atau dioven maka DDT juga lambat menguap. Demikian juga bila

ikan direbus, Maka kadar DDT juga sulit kurang , karena DDT relatif tidak larut

dalam air.

Sebenarnya tubuh kita secara alami mempunyai mekanisme untuk zat-zat yang tidak

dikehendaki dan terlanjur masuk kedalam tubuh. Pembersihan tersebut dapat

dilakukan melalui aliran darah dan urine. DDT yang terkandung dalam tubuh ikan

akan dikeluarkan dari tubuh kita. Setelah masuk kedalam tubuh kita akan dikeluarkan

oleh tubuh melalui aliran darah dan akhirnya dialirkan melalui urine setelah melewati

proses dalam sistem ekskresi.

Dampak dari DDT misalnya terhadap telur burung mempunyai cangkang yang tipis,

karena DDT mempengaruhi metabolisme kalsium. Demikian juga pada burung yang

188
dipelihara di laboratorium, jika makanannya tercemar DDT juga cangkang telur tipis,

sehingga mudah pecah dan anaknya prenatal dan mati. Telur tipis, karena DDT

mempengaruhi metabolisme kalsium.

METODE LAIN MENGENDALIKAN HAMA

Telah ditunjukkan bagaimana merusak populasi predator tanpa pandang bulu

akan menyebabkan kenaikan populasi hama.

Hasil yang sangat baik dengan beberapa tehnik telah dicapai dalam beberapa

kasus. Telah disebutkan penyemprotan DDT pada kumbang Jepang di Illinois

menyebabkan malapetaka yang luas diantara spesies yang lain. Kumbang

Jepang asli dari orient, yang terbawa oleh tanaman Asia yang diimport lewat

kapal laut, dengan tidak adanya pengendalian alami yang efektif kumbang

tumbuh dengan subur di pantai Timur Amerika Serikat dan secara pelan

menyebabkan hama yang hebat. Para ilmuwan berusaha mencari predator

natural dan sejenisnya, diantaranya penyengat oriental yang menyediakan

makanan untuk anaknya dengan melumpuhkan tempayak kumbang Jepang

dan melekatkan telornya ditempayak. Bila kumbang muda menetas akan

menyantap tempayak sebagai makanan pertama. Siklus hidup penyengat

oriental tergantung pada tempayak kumbang Jepang saja. Karenanya

pengendalian semacam ini spesifik untuk spesies tertentu dan tidak

mempengaruhi ketenangan ekosistem. Mendatangkan spesies bakteri yang

menginfeksi kumbang Jepang dalam kehidupan aslinya juga sangat membantu

mengendalikan hama.

189
Banyak sukses yang sama telah dicatat terhadap hama yang besar. Saat ini

virus yang efektif terhadap “Cotton Bollworm” dan “Corn Earworm” telah

dibuktikan oleh agen regulator federal.

Ada banyak keuntungan dalam mendatangkan musuh hama, sebab musuh

hama adalah suatu organisme hidup yang dapat reproduksi secara alami dan

dapat dipakai untuk beberapa tahun, mereka sangat spesifik dan tidak

mempengaruhi kesehatan vertebrata, tidak berbahaya dan tidak ada bahan

kimia yang dimasukkan kedalam lingkungan hidup.

Dengan keuntungan yang menggembirakan ini orang boleh heran mengapa

musuh insekta ini tidak lebih sering dipakai. Keberatan yang besar untuk

menggunakan predator, parasit dan patogen adalah pertimbangan sosial dan

ekonomi.

Kesukaran lain pada penggunaan musuh natural untuk mengendalikan hama

insek adalah tehnik yang tidak mudah untuk diterapkan. Petani harus tahu

siklus hidup hama dan orbanisme pengendali hama untuk memilih waktu yang

tepat melepas predator, parasit atau patogen. Walaupun hasil pengendalian

hama tinggi tetapi hasilnya tidak dapt segera diharapkan.

TEHNIK STERILISASI

“Screwworm” adalah hama ternak yang serius dimana telah dilaporkan besar

kerugian uang pada banyak peternakan. Departemen pertanian Amerika Serikat

memulai program di negara sebelah tenggara dengan mensterilkan

“Screwworm” jangan dengan iridiasi dan melepaskan mereka pada daerah

190
perkawinan naturalnya. Pasangan betina dari jantan yang telah irradiasi tidak

dapat membuat telor yang subur. Didalam 2 tahun sejak dimulai proyek ini,

ancaman “screwworm” telah dapat dikendalikan di daerah yang dituju. Ini

contoh tehnik lain yang spesifik terhadap hama yang dituju tanpa mengganggu

seluruh ekosistem. Sayang banyak problem tehnik yang harus diselesaikan

sebelum meneterapkan tehnik pejantan steril pada hama yang lain. Diantaranya

harus ditemukan suatu jalan supaya pejantan steril tidak kehilangan

kesempatan menemukan pasangan. Pada insek betina yang kawin beberapa kali

dengan pasangan yang berbeda tidak mungkin mengurangi efek kontrol dengan

tehnik pasangan tidak subur (pejantan steril). Pada “screwworm” kawin hanya

sekali. Dalam praktik pejantan steril memerlukan usaha yang besar untuk

membanjiri daerah yang dituju.

Tehnik sterilisasi yang akan datang bisa berkoordinasi dengan program

semprotan dengan ditemukannya bahan kimia untuk mensterilkan

(chemosterilants). Bahan ini dapat mensterilkan pejantan maupun betina

sebesar 90%.

PENGGUNAAN HORMON INSEK

Pada pertumbuhannya insek mengalami metamorposa dari stadium

larva sampai dewasa. Pada stadium larva dihasilkan “ hormon juvenlis “,

dimana agen b iokimia ini dapat menghentikan metamorpose. Para ilmuan

dapat menghentikan metamorpose dengan menyemprot hormon juvenilis

191
didalam laboratorium. Dalam praktek timbul kesukaran yakni hormon ini

hanya stabil didalam tubuh cartepillar.

Problem ini dapat diatasi dengan ditemukannya bahan kimia organik yang

mempunyai struktur sama dan lebih stabil dilingkungan hidup. Kesukaran lain

yang timbul adalah saat yang terbaik untuk menyemprot, pada percobaan di

Colorado terhadap kumbang kentang hormon dapat mencegah metamorpose

dengan efektif, tetapi carterpillar tidak segera mati, mereka tumbuh menjadi

bentuk yang besar dan memakan seluruh hasil panen.

Problem teknik sudah dapat diatasi, dengan bantuan saat yang tepat maka

populasi hama dapat diberantas tanpa mengurangi predatornya.

PENGGUNAAN ATRAKSI SEKS

Pada banyak spesies insek, apabila perawan betina sudah siap untuk kawin,

mengeluarkan bahan kimia atraksi seks yang spesifik untuk suatu spesies yang

disebut “ pheromone “. Pejantan membahu dan mencari sumber bahu

pheromone yang jumlahnya hanya sedikit. Dengan memasang perangkap yang

didalamnya diberi bahan kimia atau perawan betina mengeluarkan pheromone.

Program ini hanya membutuhkan sangat sedikit bahan kimia natural sehingga

amat sedikit mengganggu lingkungan. Ada beberapa problem mengenai teknik

aktraksi seks diantaranya hasil efektifnya hanya 10% dan biaya pemasangan

perangkap mahal. Teknik pengacauan telah dicatat sebagai salah satu yang

192
sukses. Caranya dengan menyebarkan “ cardboard squares ” yang telah diisi

dengan pheromone yang jumlahnya jutaan sehingga pejantan kacau lalu

berusaha kawin dengan cardboard square akibatnya pejantan tidak dapat

menemukan pasangannya.

MENGGUNAKAN KETURUNAN YANG MEMPUNYAI DAYA TAHAN

Telah diketahui beberapa tanaman mensintesis pembunuh hama sendiri,

sehingga dapat menghasilkan keturunan yang mempunyai daya tahan kuat.

Misalnya beberapa keturunan tumbuhan biji-bijian mempunyai ketahanan

tehadap infeksi penyakit biji merah (rust). Walaupun cara ini sangat

membesarkan hati tetapi secara teknik sukar dan dapat terjadi perubahan

genetik sehingga daya tahannya hilang perlu ditumbuhkan varietas baru yang

punya daya tahan.

PENGENDALIAN DENGAN PENGOLAHAN (PENANAMAN)

Uniform adalah tidak tipik (khas) untuk tanah ladang yang perawan. Sistem

pertanian modern berbeda dengan sistem natural, dimana ladang yang luas

ditanami tanaman macamnya sedikit. Misalnya di Kansas dan Nebraska yang

luasnya ribuan are hampir semuanya diliputi ladang gandum. Sehingga

ngengat, jamur dan insekta mendapat konsumsi makanan yang tidak terbatas,

tidak ada batas untuk menyebarkan keberadaannya maka hama akan tumbuh

193
dengan cepat tanpa ada kendali. Keuntungan keanekaragaman natural adalah

dapatnya suatu ekosistem mempertahankan hidup dari gangguan. Satu

gangguan menyerang satu konsumer yang spesifik. Jamur yang menyerang

gandum akan menyebar pelan jika setengah dari dari ladang ditanami bukan

gandum, spora berkurang kesempatan untuk melekat pada gandum. Jika

penyakit berjalan lambat ada kesempatan tumbuhnya musuh natural dari jamur

dan kesempatan membentuk turunan yang resisten (punya daya tahan). Oleh

karena itu salah satu solusi untuk problem hama adalah menanam tanaman

diladang yang sempit dan soesies yang berbeda pada ladang yang berdekatan.

Metode lain dari pengolahan untuk mengendalikan hama adalah :

Rotasi tanaman yang tidak memberi kesempatan spesies hama tumbuh

permanen pada satu ladang.

Cara pembajakan dan penanaman spesifik yang menyuburkan predator

melebihi hama.

Menanam rumput liar tertentu dengan insekta yang omnivora yang

memerlukan makanan dari sebagian siklus hidupnya.

TEKNIK PENGENDALIAN YANG LAIN ( MISCELLANEOUS)

Burung pipit Mesir pemakan butir padi, datang dengan jumlah yang besar pada

saat musim panen. Pengendalian secara modern tidak bisa sebab tidak mungkin

memberi racun padi sebelum dipanen. Tetapi orang China mempunyai tehnik

yang menarik yakni dengan menyembunyikan gong atau berteriak-teriak

194
selama lebih 15 menit, sebab burung pipit akan terbang ke udara jika ada

bunyi atau suara dan akan mati kelelahan bila terbang lebih dari 15 menit.

Beberapa tehnik modern yang tidak sukses mengendalikan hama adalah :

Menggunakan suara atau cahaya untuk menarik insekta keperangkap.

Memakai suara untuk membunuh insekta (repellent).

Memakai sanitasi air mengalir untuk nyamuk.

Memasukkan insekta yang tidak berbahaya yang dapat berkompetisi efektif

dengan hama.

PENGENDALIAN YANG TERPADU

Jika belajar dari era pemakaian DDT dan pemberantasan hama kapas dengan

menggunakan insektisida di Peru maka para ilmuan yakin pengendalian suatu

hama harus dilihat dari semua sisi dan terpadu dengan program yang lain.

Maka diperlukan cara kerja yang baik dan teratur walaupun lama dan mahal.

HERBICIDA

Selama 10 tahun terakhir penggunaan herbicida sebagai bahan kimia untuk

mengendalikan tanaman yang tidak diinginkan semakin bertambah populer dan

195
menghasilkan industri yang nilainya jutaan dolar. Penggunaan herbicida sejajar

erat dengan penggunaan insektisida. Ada 75 bahan kimia herbicida yang

dipakai, tetapi yang sangat terkenal adalah 2,4-D dan 2,4,5-T kedua bahan

kimia ini sangat beracun pada mamalia.

Walaupun hubungan preparat komersial 2,4,5-T dan kelainan teratogenik

masih diperdebatkan, telah ada argumen kuat bahwa 2,4,5-T dan bahan limbah

yang dihasilkan pabrik adalah teratogen. Selama ini 2,4,5-T dan bahan limbah

pabrik dapat dibeli dipertokoan.

PENGGUNAAN HERBICIDA

PERTANIAN

Pengendalian hama dan rumput liar sangat diperlukan pertanian supaya efisien.

Petani yang berumur tidak bisa menyewa sekelompok orang untuk membajak,

memotong rumput liar diselokan irigasi dan memotong alang-alang sepanjang

pagar, maka pengendalian dengan bahan kimia tidak bisa dielakkan dan sudah

umum dipakai. Misalnya pemakaian yang ekstensif herbicida untuk membunuh

“ sagebrush “ disebelah barat Amerika Serikar. Padahal sagebrush berperan

dalam ekosistem pada musim panas yang kering dan pada musim dingin.

MEMBERSIHKAN JALAN PINTAS

196
Herbicida digunakan secara luas didalam industri dan pemerintah untuk

mengekang pertumbuhan liar dari semak belukar dan hutan yang mengganggu

jalan lintas. Kabel transmisi, jalan kereta api, jalan bebas hambatan, jalan

pemadam kebakaran dihutan nasional menjadi sasaran penggunaan bahan

kimia untuk mengendalikan rumput liar yang menghalangi pandangan.

BERKEBUN DI HALAMAN RUMAH

Jumlah yang besar dari herbicida telah dijual kepada pemilik rumah setiap

tahun, untuk mengendalikan rumput liar dan alang-alang dihalaman rumah.

Mempertimbangkan dua orang bertetangga, yang satu percaya bahwa dia benar

duduk dihalaman belakang dan menghirup udara segar sore hari dihari minggu,

sedangkan tetangga yang lain dia yakin benar menyemprot bahan kimia ke

alang-alang. Dimana bahan kimia mengalir dari halaman rumah yang satu ke

halaman rumah yang lain, ini suatu persoalan yang tidak mudah baik legal atau

moral.

PEPERANGAN

Selama perang di Asia tenggara banyak areal hutan dan tanah pertanian

digunduli dengan bahan kimia. Banyak ditemukan bayi cacat lahir yang

mungkin disebabkan oleh tingginya konsentrasi 2,4,5 – T diudara, air, dan

persediaan makanan di daerah ini. Kerusakan ekosistem natural, erosi dan awal

197
tumbuhan yang berurutan seperti bambu akan merubah sifat tanah sampai abad

mendatang.

FAKTOR EKONOMI DALAM MENGENDALIKAN HAMA

Telah di bicarakan beberapa tehnik pengendalian hama, dan ditawarkan pilihan

yang menarik terhadap lingkungan dibanding penggunaan pestisida persisten

yang dibuat dari bahan kimia. Pembaca boleh heran, mengapa beberapa cara

yang menguntungkan jarang dipakai. Salah satu jawaban adalah cara

pengontrolan hama yang diinginkan lingkungan sering kurang menguntungkan

dipasaran.

Misalnya predator, parasit atau patogen tidak dipesan ulang oleh petani seperti

pestisida dari bahan kimia. Bahan kimia baru dapat di hak paten sedangkan

microba atau predator tidak dapat. Pembuatan bahan kimia baru membutuhkan

biaya yang besar. Maka dapat dimengerti ketidaksesuaian antara tujuan

ekonomi dan ekologi sehingga menimbulkan masalah yang serius dalam

mengatur lingkungan hidup.

198
199
200
201
202
203
204
205
206
207

Anda mungkin juga menyukai