Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

TINGKAT STRES PERAWAT


DI RUANG PSIKIATRI INTENSIF RUMAH SAKIT
DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

SKRIPSI

CILIK RATNANINGRUM
NPM. 1006823186

FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
INDONESIA DEPOK, JUNI 2012

Tingkat stres..., Cilik Ratnaningrum, FIK UI, 2012


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

CILIK RATNANINGRUM
NPM 1006823186

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK,
JUNI 2012
KUESIONER TINGKAT STRES

Petunjuk pengisian

Berilah tanda cek list (V) pada kedua kolom dibawah ini sesuai dengan apa yang
saudara alami dan rasakan ! Jika saudara mengisi pilihan tidak pernah pada kolom A
maka saudara tidak perlu melanjutkan pengisian pada kolom B pada pernyataan pada
nomor tersebut.

1. Saya mengalami menerima perilaku kekerasan secara fisik dari pasien


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang tegang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) (2) (1) pendapat (0)

2. Saya merasa sulit berkomunikasi dengan pasien.


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang tegang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) (2) (1) pendapat (0)
3. Saya mengalami konflik dengan perawat satu bangsal / ruangan
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat (0)

4. Saya mengalami konflik dengan perawat bangsal/ ruangan lain


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat (0)
5. Dokter mengabaikan masukan yang saya berikan
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat(0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat (0)

6. Dokter tidak ada ditempat saat diperlukan


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat (0)
7. Tim kesehatan lain tidak menghargai pengetahuan saya
Kolom A

Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada


(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

8. Atasan tidak membantu saya saat saya merasa kesulitan menghadapi


pasien
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
9. Atasan kurang menghargai kemampuan saya
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

10. Saya mengalami konflik dengan atasan


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
11. Atasan tidak memperlakukan saya dengan adil
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

12. Keluarga pasien menuntut hal diluar kemampuan saya


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
13. Saya mengalami konflik dengan keluarga pasien
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

14. Saya merasa kesulitan mengatur waktu istirahat karena terlalu banyak
pekerjaan.
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B
Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada
tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
15. Saya merasa jumlah tenaga tidak sesuai dengan beban kerja
Kolom A

Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada


(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

16 Peralatan dan perlengkapan yang terbatas menghambat tugas saya


Kolom A

Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada


(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
17. Lingkungan kerja kurang aman bagi saya
Kolom A

Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada


(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya

Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

18. Lingkungan kerja kurang aman bagi pasien .


Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
terjadi pendapat

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat
19. Rumah sakit kurang memahami kebutuhan saya sebagai perawat
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

20. Rumah Sakit tidak melindungi saya ketika ada masalah terkait dengan
pekerjaan saya sebagai perawat
Kolom A
Sering terjadi Kadang Jarang terjadi Tidak pernah Tidak ada
(4) terjadi (3) (2) (1) pendapat (0)

Kondisi itu membuat saya


Kolom B

Sangat Tegang Kadang Tidak tegang Tidak ada


tegang (4) (3) tegang (2) (1) pendapat

Kuesioner diadaptasi dari Pshychiatric Nursing Occupational Stres Scale (PNOSS) yang
dikembangkan oleh Dawkins, dkk dalam Konstantinos dan Christina (2008) Factor
Influencing stress and Job Satisfaction of Nurses Working in Psychiatric Unit. Health
Science Journal® Volume 2, Issue 4 . Athena. www.hsj.gr.

Ernawaty (2005). Tesis. Hubungan Stres, Koping Dan Kepuasan Kerja Pada Perawat
IGD Di Tiga Rumah Sakit Pemda DKI Jakarta. Program Pasca Sarjana FIK UI.
lontar.ui.ac.id.

2.4.5 Pengukuran Stress


Brink dan Wood (2000) mengemukakan bahwa tingkat stress adalah angka dan
intensitas kejadian yang dirasakan oleh seseorang akibat ketegangan. Tingkat
stress bervariasi antar individu tergantung dari sumber stres, dan persepsi individu
Universitas Indonesia
mengenai stres. Stres berat yang dialami seseorang mungkin merupakan stres
ringan pada orang lain, meskipun mungkin dengan sumber stress yang serupa.

Pengukuran stres kerja seperti dikutip oleh Ernawaty, (2005) dalam penelitiannya
adalah:

Ernawaty, J. (2005). Hubungan stres kerja dan koping pada kepuasan Kerja perawat
Di Tiga rumah Sakit pemda DKI Jakarta. Tesis. Lontar.ui.ac.id

a) Self report measure, yaitu mengukur stres kerja dengan menanyakan


melalui kuesioner tentang intensitas pengalaman psikologi, fisiologi dan

perubahan fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang (live event
scale. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan seberapa sering individu
mengalami situasi yang menyebabkan stres dan apa yang dirasakannya ketika
mengalami kejadian yang membuat stres.
Performance measure, yaitu mengukur stres kerja dengan melihat atau
mengobservasi perubahan perilaku yang ditampilkan sesorang , misalnya
perubahan prestasi kerja yang menurun yang tampak dengan gejala cenderung
berbuat salah, cepat lupa, kurang perhatian terhadap detail dan meningkatkan
waktu relaksasi.
Psychological measure, yaitu melihat perubahan yang terjadi pada fisik seperti
tekanan darah, ketegangan otot, bahu, leher pundak dan sebagainya. Cara ini
dianggap yang paling tinggi reliabilitasnya namun kelemahannya adalah tergantung
pada alat ukur yang dipakai.
Biochemical measure., yaitu pengukuran stres dengan melihat respon biokimia
melalui perubahan hormone katakolamin dan kortikostreroid setelah pemberian
stimulus. Cara ini dianggap mempunyai reliabilitas yang paling tinggi, namun
kelemahannya adalah jika responden adalah perokok, peminum alcohol dan kopi,
karena akan meningkatkan kedua hormone
tersebut.
Ernawaty (2005), dalam penelitiannya di tiga rumah sakit di Jakarta, mengukur
tingkat stres pada perawat yang bertugas di unit gawat darurat menggunakan Self
report measure, yaitu mengukur stress kerja dengan menanyakan melalui
kuesioner tentang intensitas pengalaman psikologi, fisiologi dan perubahan fisik
yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang (live event scale). Sedangkan
untuk isi pertanyaan kuesioner dibuat mengacu pada kondisi yang merupakan
Universitas Indonesia
stressor perawat di ruang unit gawat darurat yang terdiri dari 4 parameter yaitu
beban kerja, konflik dengan dokter/teman kerja/ keluarga pasien, keterbatasan
sumber fasilitas dan death and dying of patient. Penelitian ini menemukan data
bahwa perawat di unit gawat darurat mengalami stres sedang (moderate).

Jones, et all (1987) yang dikutip Konstantinos, Christina (2008) menggunakan


self report measure instrument untuk mengukur stres pada perawat yang bekerja
di Rumah sakit jiwa yang menemukan stres perawat disebabkan 3 tututan kerja
yaitu tuntutan administrasi (administration demands), supervise pasien (patient
supervision) dan bekerja dengan pasien (work with patient).

Dawkins, Depp, Selzer (1985) dikutip Konstantinos dan Christina (2008)


mengembangkan Psychiatric Nursing Occupational Stress Scale (PNOSS) yang
menemukan sumber stres perawat psikiatri dengan 5 parameter yaitu
karakteristik negative pasien (Negative patient characteristic), ancaman fisik dari
pasien (physicall treath from patient), konflik staf (staff conflicts,) peran
supervisor
(supervisor role), perawatan langsung pada pasien (directly patient care).

2.6. Dampak stress perawat

Stres bisa dikatakan positif jika mempunyai dampak yang baik dengan
meningkatkan motivasi dan kewaspadaan, namun stres yang negatif akan
memberikan dampak yang sangat merugikan (Hawari, 2001 dikutip Sumiati et all,
2010). National safety Council (2004) mengatakan bahwa stres baik disebut
sebagai stres positif adalah situasi atau kondisi apapun yang dapat memotivasi
dan memberikan inspirasi. Sebagai contoh seseorang yang mendapatkan
promosi

jabatan bisa jadi menjadi stres karena merasa takut tidak dapat melakukan
pekerjaan baru yang dipercayakan kepadanya sehingga orang tersebut termotivasi
untuk dapat melaksanakan pekerjaan barunya dengan baik.

Stres dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kehidupan manusia termasuk


kesehatan fisik. Sumiati dkk (2010) mengatakan bahwa stres dianggap sebagai

Universitas Indonesia
faktor yang cukup dominan sebagai salah satu factor resiko penyakit jantung koroner (PJK

tegang, berdebar debar,keringat dingin, mulut kering, takut, berdebar debar,


tekanan darah tinggi dan sulit tidur, b) kemarahan dan agresi yang digambarkan
dengan perasaan jengkel sebagai respon dari kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman serta c) depresi yang ditandai dengan hilangnya gairah, semangat dan
kadang disertai perasaan sedih. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mojoyinola (2008) yang menemukan bahwa stres kerja
berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental perawat, yang ditunjukkan dalam
gejala sakit kepala, punggung atau leher rasa sakit, nyeri otot, kecemasan,
tekanan darah tinggi, kurangnya konsentrasi atau perhatian, dan kesulitan dalam
membuat
keputusan.
Menurut Lubis (2006) dalam Prihatini (2007), stres kerja dapat mengakibatkan
hal hal sebagai berikut:
Penyakit fisik yang disebabkan oleh stres, seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dan lain lain.
Kecelakaan kerja, terutama bagi pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi.
Absensi kerja.
Lesu dalam bekerja dan kehilangan motivasi kerja
Gangguan jiwa mulai dari tahap yang ringan seperti mudah gugup, tegang,

Anda mungkin juga menyukai