Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN
“PENGARUH FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK TERHADAP
PERKEMBANGAN HEWAN & INDIKATOR EKOLOGI”
DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD ZULHARIADI, M.Pd

OLEH:
KELOMPOK III
1. JUWITA LESTARI (210104051)
2. LULU WARIZA (200104032)
3. HEVI BUNGA MANORA (210104053)
4. M. SATRIA JAYA (200104048)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
TA 2022/2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas semua
kehendaknya sehingga kami kelompok III dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini. Adapun pembuatan makalah ini guna menyempurnakan tugas pada
mata kuliah Ekologi Hewan dengan judul makalah “Pengaruh Faktor Biotik dan
Abiotik Terhadap Perkembangan Hewan & Indikator Ekologi”.
Tak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini. Secara singkat
makalah ini menerangkan terkait dengan pengaruh factor hidup dan factor tak
hidup di lingkungan hewan yang dapat memengaruhi keberlangsungan dan
perkembangan hewan. Selain itu, dalam makalah ini juga penulis membahas
materi terkait dengan indicator lingkungan. Yang itu semua kami harapkan dapat
menambah wawasan para pembaca mengenai media pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku
dan jurnal referensi yang berkaitan dengan factor perkembangan hewan dan
indicator ekologi. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau informasi
yang kurang valid, tim penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang
membangun untuk diperbaiki.

Mataram, 22 Februari 2023

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik ..............................................2
B. Indikator Ekologi............................................................................5
BAB III PENUTUP.......................................................................................7
A. Kesimpulan ....................................................................................7
B. Saran ..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di muka Bumi terdapat suatu tatanan kehidupan yang di dalamnya
terdapat interaksi antar makhluk hidup. Tatanan kehidupan tersebut dapat
dilihat dalam tatanan ekosistem, yang dipelajari dalam ekologi. Dalam ekologi
inilah terdapat interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya sehingga
membentuk suatu kehidupan di muka bumi. makhluk hidup khususnya hewan
dapat survive atau bertahan hidup dikarenakan adanya factor biotik dan factor
abiotic. Factor biotik merupakan factor yang berasal dari makhluk hidup lain,
seperti tumbuhan dan berbagai hewan lainnya. Sedangkan factor abiotic
merupakan factor yang berasal dari benda non hidup seperti air dan udara.
Factor-faktor di atas merupakan factor yang memengaruhi perkembangan
hewan. Kedua factor tersebut memberikan pengaruhnya terhadap kelangsungan
hidup dari hewan. Factor biotik dapat terlihat dari adanya interaksi antar hewan
dengan makhluk hidup lain, seperti membentuk hubungan mutualisme dan
lainnya. Keberlangsungan hidup hewan itu juga tak lepas dari pengaruh abiotik,
seperti udara, air dan tanah.
Dalam makalah ini pembaca akan disuguhkan dengan pembahasan
mengenai keterlibatan factor biotik dan abiotik terhadap perkembangan hewan.
Selain itu, penulis juga menyuguhkan pembahasan terkait dengan materi
indicator ekologi yang juga merupakan bahasan yang masih relevan dan dan
saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh factor biotik dan abiotik terhadap perkembangan
hewan?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam indicator ekologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui factor biotik dan abiotik yang memengaruhi
perkembangan hewan.
2. Untuk mengetahui indicator ekologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik Perkembangan Hewan
Hubungan antara hewan dan lingkungannya bersifat timbal balik seperti
sudah dinyatakan diatas, keberhasilan hidup hewan sangat ditentukan oleh
kondisi dan sumberdaya yang terdapat di lingkungan itu pun dapat berubah
oleh kehadiran dan dampak aktifitas hewan hidup. Sebagai contoh, kehadiran
rusa di suatu padang rumput atau hutan menunjuk ketersediaan sumberdaya
makanan yang cukup dan kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan
rusa . Demikian sebaliknya ,kehadiran rusa di habitat tersebut , sebagai
herbivor yang melakukan perumputan (grazing) , sebagai organisme yang
menukarkan gas-gas pernafasan, sebagai hewan yang membuang kotoran
organiknya ke tanah, akan menentukan corak dan kondisi lingkungan padang
rumput atau hutan tersebut.
Perlu diketahui bahwa terdapat dua factor yang memengaruhi
keberlangsungan hidup hewan, yaitu factor biotik dan abiotik. Berikut
penjelasan dari kedua factor tersebu.
1. Factor biotik
Factor biotik ialah factor hidup, seperti tumbuhan yang berperan sebagai
produsen bagi konsumennya. Dalam konsep rantai makanan, hewan
ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hal
ini karena hewan tidak dapat mensintesis makanannya sendiri dari bahan
anorganik dilingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan-
bahan organik berenergi tinggi, guna menyediakan energi untuk aktifitas
hidup dan menyediakan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya ,hewan
mengambil bahan organik dari mahkluk hidup lain, baik tumbuhan maupun
hewan lain .
2. Factor abiotik
Factor abiotik merupakan factor non hidup, seperti udara, air, cahaya, suhu
dan factor lingkungan lainnya.

2
a. Air
Air bagi mahluk hidup bias menjadi sumberdaya dan juga menjadi
kondisi. Dilingkungan daratan, air seringkali dapat beroperasi sebagai
factor pembatas vagi kelimpahan dan penyebaran heawan-hewan
terrestrial.Demikian pula bagi hewan-hewan yang biasa hidup di tempat-
tempat yang lembab, kandungan air yang rendah atau kekeringan juga
merupakan factor pembatas yang menentukan keberhasilan hidupnya.
b. Suhu
Suhu juga merupakan suatu faktor lingkungan yang seringkali beroperasi
sebagai faktor pembatas dan paling mudah diukur.Variabilitas suhu
mempunyai arti ekologis. Fluktuasi suhu 10-20o C dengan suhu rata-rata
15o C, pengaruhnya terhadap hewan tidak sama dengan suhu konstan 15o
C. pada jenis-jenis belalang dan kupu-kupu yang diamati, suhu yang
bervariasi menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Berbagai jenis
hewan yang biasa hidup dilingkungan alam bebas yang suhunya
bervariasi, aktifitas hidupnya akan terganggu bila di pelihara dalam
lingkungan yang suhunya konstan.
c. Cahaya matahari
pada umumnya kehidupan tumbuhan sangat tergantung pada adanya
cahaya matahari, karena energi cahaya atau foton sangat mutlak untuk
fotosintesis. Tidak demikian halnya dengan hewan, yang seolah-olah tidak
selalu membutuhkan cahaya secara langsung.Namun sebenarnya cahaya
matahari mempunyai peranan penting khususnya bagi hewan-hewan
diumal, yang mencari makan dan melakukan interaksi biotik lainnya
secara visual atau mempergunakan rangsang cahaya untuk melihat
benda.Untuk mengetahui efek ekologis dari dari cahaya matahari, yang
perlu diperhatikan ialah aspek intensitasny, kualitasnya serta lamanya
penyinaran.
d. Gas-gas atmosfer

3
Hal ini terutama menyangkut gas oksigen, yang vital bagi sekalian
organisme aerob yang berperan membatasi pada kadar-kadar rendah.
Sementara itu, kandungan karbondioksida , yang penting bagi fotosintesis
organisme-organisme autotrof, peranannya membatasinya itu terjadi pada
kadar-kadar tinggi.
e. Garam dan salinitas
Untuk hewan-hewan perairan, garam terlarut berpengaruh secara langsung
sebagai faktor salinitas, karena itu bagi hewan-hewan yang bersifat
stenohalin tingkat salinitas lingkungan dapat beroperasi sebagai faktor
pembatas, baik pada konsentrasi tinggi atau rendah.
3. Pengaruh factor lingkungan terhadap perkembangan hewan
Karena adanya perbedaan factor abiotik dari lingkungan yang
dipengaruhi oleh kondisi geografis bumi sehingga melahirkan berbagai jenis
hewan dengan perkembangan yang berbeda. Sepeti adanya hewan ektotermi
dan endotermi. Posisi poros bumi yang tidak tegak terhadap lintasan edarnya
atau condong,menyababkan posisi jatuhnya sinar matahari dimuka bumi
berubah-ubah dan tidak sama waktunya disetiap tempat. Berdasarkan
gambaran panjang penyinaran setiap hari yang berbeda maka hewan
disetiapbagian belahan bumi mendapatkan radiasi cahaya yang akan
menimbulkan panas yang tidak sama.
Hewan ektotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya
memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan
hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan disebut sebagai hewan poikilotermi
(poikilotherm, poikilothermic), yang dalam istilah lain disebut hewan
berdarah dingin. Dikatakan hewan berdarah dingin karena rata-rata suhu
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan
tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai golongan protozoa sampai
reptil,aves dan mamalia merupakan hewan-hewan homeotermi. Ini berarti
bahwa hewan-hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung pada
sumber panas dan lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada

4
hewan-hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi
mengikuti suhu lingkungannya atau disebut juga sebagai penyelaras
(konformer).
Suhu lingkungan menentukan suhu tubuh bagi hewan poikilotermi.
Bahkan suhu menjadi factor pembatas bagi kebanyakan mahluk hidup. Suhu
tubuh menentukan kerja enzim-enzim yang membantu metabolisme didalam
tubuh. Karena itu dari sudut pandang ekologi, kepentingan suhu lingkungan
bagi hewan-hewan ektoterm tidak hanya berkaitan dengan aktifitasnya saja
tetapi juga mengenai pengaruhnya terhadap laju perkembangannya. Dalam
suatu kisaran suhu tertentu, antara laju perkembangan dengan suhu
lingkungan terdapat hubungan linier.
Hewan endotemi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi
panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstantkan atau menaikan suhu
tubuhnya, misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia atau
disebut homeotermi adalah hewan-hewan yang dapat mengatur suhu
tubuhnya sehingga selalu kostant berada pada kisaran suhu optimumnya.
Hewan-hewan homeoterm, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah-
ubah, suhu tubuhnya constant,. Hal ini karena hewan-hewan itu mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan
produksi panas(laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri.
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui
mekanisme metabolism ini dikarenakan hewan-hewan homoeterm memiliki
organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnya hypothalamus
sebagai thermostat atau pusat pengatr suhu tubuh. Suhu konstan untuk
hewan-hewan endotermi biasanya terdapat diantara 35-40°c.karena
kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka
kelompok ini disebut hewan regulator. Pusat pengendali suhu tubuh terdapat
dibagian hipotalamus dari otak .
B. Indikator Ekologi
Dalam skala ruang, faktor-faktor lingkungan di dapat berbeda-beda.Karena
setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran

5
hewan di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dan faktor lingkungan di
tempat tersebut. Analogi kebalikannya dapat diartikan bahwa kehadiran dan
kinerja populasi hewan di suatu tempat dapat memberikan gambaran tentang
kondisi fakor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Berdasarkan alasan atau
analogi seperti di atas lahirlah apa yang disebut spesies indikator ekologi, baik
pada kajian ekologi hewan maupun ekologi tumbuhan. Spesies indikator
ekologi, adalah suatu spesies organisme yang kehadirannya ataupun
kelimpahannya dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana kondisi
faktor-faktor fisika-kimia lingkungan disuatu tempat.
Suatu spesies yang baik digunakan sebagai indikator biasanya memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Kisaran toleransinya sempit untuk satu atau beberapa faktor lingkungan.
2) Berukuran tubuh cukup besar sehingga mudah terdeteksi dan memiliki laju
balikan yang rendah
3) Kelimpahannya tinggi sehingga mudah didapatkan dan mudah dijadikan
sample
4) Mudah diidentifikasi
5) Mempunyai distribusi yang kosmopolit
6) Mudah mengakumulasikan zat-zat polutan
7) Mudah dipelihara di laboratorium
8) Mempunyai keragaman jenis atau genetik dan relung yang sempit
Penggunaan spesies hewan sebagi spesies indikator dapat didasarkan pada ;
1) Kehadiran spesies indicator,
2) Ketidak-hadiran spesies lain yang biasanya ada,
3) Hubungan numerical populasi dalam komunitas,
4) Indeks keanekaragaman spesies, atau yang lainnya.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan dan keberlangsungan kehidupan hewan dipengaruhi oleh
dua factor yaitu factor biotik dan factor abiotik. Factor biotik merupakan factor
yang berasal dari makhluk hidup. Factor biotik bisa berasal dari makhluk hidup
berupa tumbuhan yang bertindak sebagai produsen bagi hewan, ataupun dapat
berasal dari hewan lain lewat interaksi seperti predasi. Sedangkan factor abiotik
ialah factor lingkungan yang tak hidup. Factor abiotik dapat berupa air, suhu,
cahaya matahari, salinitas dan kondisi geografis lainnya.
Dalam skala ruang, faktor-faktor lingkungan di dapat berbeda-beda.Karena
setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran
hewan di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dan faktor lingkungan di
tempat tersebut. Berdasarkan alasan atau analogi seperti di atas lahirlah apa
yang disebut spesies indikator ekologi, baik pada kajian ekologi hewan maupun
ekologi tumbuhan. Spesies indikator ekologi, adalah suatu spesies organisme
yang kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberikan petunjuk
mengenai bagaimana kondisi faktor-faktor fisika-kimia lingkungan disuatu
tempat.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku
dan jurnal referensi yang berkaitan dengan factor perkembangan hewan dan
indicator ekologi. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau
informasi yang kurang valid, tim penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran
yang membangun untuk diperbaiki.

7
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, dkk. 2021. Ekologi Karamunting. Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Aryanti, N. A., Wibowo, F. A. C., Mahidi, M., Wardhani, F. K., & Kusuma, I. K.
T. W. (2021). Hubungan Faktor Biotik dan Abiotik Terhadap
Keanekaragaman Makrobentos di Hutan Mangrove Kabupaten Lombok
Barat. Jurnal Kelautan Tropis, 24(2), 185-194.
Latuconsina, Husain. 2019. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan
Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Patech, L. R., Syukur, A., & Santoso, D. (2020). Kelimpahan dan Keanekragaman
Spesies Echinodermata sebagai Indikator Fungsi Ekologi Lamun di
Perairan Pesisir Lombok Timur. Jurnal Sains Teknologi dan
Lingkungan, 6(1), 40-49.

Anda mungkin juga menyukai