Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Ridho dan Karunia-Nyalah, kami akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PROTISTA”
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat kami, sehingga kami
mampu menyelesaikannya.
Oleh karena itu, kami tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Hj. ALIYAH selaku Guru Bidang Studi Biologi.
2. Teman-teman Kelas X. MIA.3 yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi kami
untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritikan dan masukan serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makala “PROTISTA” ini memberi
manfaat bagi kita semua terkhusus bagi penyusun sendiri.

Pompanua, 11 September 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2

A. Pengertian Protista............................................................................................... 2

B. Protista Mirip Hewan........................................................................................... 2

C. Protista Mirip Tumbuhan..................................................................................... 8

D. Protista Mirip Jamur............................................................................................. 14

E. Peranan Protista dalam Kehidupan Manusia ....................................................... 15

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 17

ii
A. PENGERTIAN PROTISTA
Protista (Yunani, protos = pertama) merupakan organisme eukariot atau paling
sederhana. Sebagai organimes eukariotik, Protista memiliki membran sel. Kajian evolusi
menyatakan bahwa Protista merupakan organisme eukariotik yang paling awal (tertua).
Acritarch (Yunani, akritos = membingungkan, arch = asal-usul) secara umum mengacu pada
struktur organik yang belum diperhitungkan untuk diklasifikasikan.
Berdasarkan kemiripan ciri-cirinya dengan organisme lain dan cara memperoleh
makanan sebagai sumber energi, Protista dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan :
1. Protista mirip hewan (Protozoa), adalah protista heterotrof yang memperoleh makanan
dari organisme lain dengan cara “menelan” atau memasukkan makanan tersebut ke dalam
sel tubuhnya (intraseluler). Protozoa meliputi kelompok Mastigophora (Protista berbulu
cambuk), Sarcodina (Protista berkaki semu) Ciliophora (Protista bersilia), dan Sporozoa
(Protista berspora).
2. Protista mirip tumbuhan (Alga atau ganggang), adalah Protista fotoautotrof yang
dapat membuat makanannya sendiri dengan cara fotosintesis. Alga meliputi kelompok
Euglenophyta (Euglena), Chrysophyta (alga keemasan), Pyrrophyta (alga api),
Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga cokelat), dan Rhodophyta (alga merah).
3. Protista mirip jamur (jamur Protista), adalah protista hetertrof yang memperoleh
makanan dari organisme lain dengan cara menguraikan atau menelan (fagositosis)
makanan. Jamur Protista meliputi kelompok jamur lendir dan jamur air (Oomycota).
Jamur lendir terbagi menjadi jamur lendir plasmodial (Myxomycota) dan jamur lendir
seluler (Acrasiomycota).
B. PROTISTA MIRIP HEWAN (PROTOZOA)
1. Ciri-ciri Tubuh Protozoa
a. Ukuran dan bentuk Tubuh Protozoa
Protozoa bertubuh mikrokopis dengan ukuran sekitar 10-200 µm atau 0,01-0,2 mm,
namun ada pula yang berukuran hingga 500 µm.
b. Struktur Tubuh Protozoa
Struktur sel Protozoa terdiri atas sitoplasma yang diselubungi membran sel atau
membran plasma.
2. Cara Hidup dan Habitat Protozoa
Protozoa merupakan organisme heterotrof yang memperoleh makanannya dengan
cara fagositosis, yaitu menelan dan mencerna mangsanya. Pada umumnya, Protozoa
memangsa anggota protista organisme. Protozoa dikenal sebagai predator uniseluler yang
mengontrol jumlah populasi bakteri. Ada Protozoa yang hidup bebas di alam maupun
hidup bersimbiosis di dalam tubuh hewan multiseluler dan manusia.

2
3. Reproduksi Protozoa
Protozoa dapat bereproduksi secara aseksual (tak kawin) maupun secara seksual
(kawin). Reproduksi secara aseksual pada umumnya dengan pembelahan biner. Dari satu
sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dan seterusnya. Pembelahan biner
diawali dengan pembelahan inti (kariokinesis), kemudian diikuti pembelahan sitoplasma
(sitokinesis). Sementara reproduksi secara seksual, yaitu dengan cara penyatuan gamet
yang berbeda jenis sehingga menghasilkan zigot atau secara konjungsi (penyatuan inti
vegetatif sel). Namun, ada pula Protozoa yang tidak melakukan reproduksi seksual,
misalnya Amoeba, sp.
4. Klasifikasi Protozoa
Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya. Terdapat empat filum
Protozoa, yaitu sebagai berikut :
a. Ciliata (Ciliophora/Infusoria), bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).
Contohnya Paramecium, sp.
b. Rhizopoda (Sarcodina), bergerak dengan menggunakan pseudopodia (kaki semu).
Contohnya Amoeba, sp.
c. Flagellata (Mastigophora), bergerak dengan flagela (bulu cambuk). Contohnya
Trypanosoma, sp.
d. Sporozoa (Apicomplexa), tidak memiliki alat gerak. Contohnya Plasmadium, sp.
a. Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Ciliata (Latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora (Yunani, phora = gerakan) adalah
protozoa yang bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar). Ciliata disebut
juga infusoria (Latin, Infundere = menuang), karena biasanya hidup di dalam air
buangan yang banyak mengandung zat organik.
1) Bentuk dan struktur tubuh Ciliata
Ciliata memiliki bentuk tubuh yang tetap karena memiliki pelikel. Pelikel
merupakan selaput protein atau glikoprotein yang keras untuk menyokong
membran sel. Bentuk tubuh Ciliata bervariasi, ada yang menyerupai sandal,
lonceng, terompet, atau oval. Tubuh Ciliata memiliki rambut getar (silia)
berukuran pendek, yang membentuk barisan di seluruh permukaan tubuh atau
hanya di bagian-bagian tertentu dari permukaan sel.
2) Cara Ciliata menangkap dan mencerna makanan
Makanan Ciliata berupa bakteri dan serpihan bahan organik. Ciliata menggunakan
rambut getar di sekitar corong mulut untuk mendorong makanan agar masuk ke
dalam sitostoma.
3) Reproduksi Ciliata

3
Reproduksi seksual terjadi dengan cara konjugasi. Reproduksi secara konjugasi
ini menghasilkan Ciliata dengan sifat kombinasi baru (rekombinasi genetik).
Mekanisme konjugasi pada Paramecium adalah sebagai berikut :
a) Dua sel Paramecium yang cocok untuk kawin saling berdekatan, kemudian
saling berdekatan pada sebagian tubuhnya.
b) Mikronukleus dengan kromosom diploid (2n) pada masing-masing sel
membelah secara meiosis sehingga masing-masing sel memiliki empat
mikronukleus yang haploid (n). Namun tiga mikronukleus akan hancur.
c) Satu mikronukleus haploid (n) yang tersisa, kemudian membelah secara
mitosis menjadi dua mikronukleus yang haploid (n).
d) Pasangan mikronukleus pada setiap sel kemudian saling bertukar
mikronukleus satu sama lain.
e) Mikronukleus yang didapatkan dari sel lain akan menyatu dengan
mikronukleus dari sel asal, membentuk mikronukleus yang diploid (2n)
dengan sifat genetik campuran (rekombinasi genetik). Penyatuan
mikronukleus dari individu yang berbeda tersebut disebut singami.
f) Pasangan sel Paramecium kemudian berpisah. Mikronukleus diploid (2n)
pada setiap sel kemudian membelah secara mitosis tiga kali secara berturut-
turut, sehingga menghasilkan delapan mikronukleus yang diploid (2n).
4) Habitat Ciliata
Sebagian besar Ciliata hidup sebagai sel soliter di air tawar maupun di air laut.
Ciliata banyak ditemukan di air sawah, air sungai, air kolam, dan air selokan,
terutama yang banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan dan hewan, atau sampah
organik.
5) Contoh Ciliata
a) Paramecium caudatum berbentuk seperti sendal, dengan silia berjumlah
ribuan yang menutupi permukaan tubuh dan di sekitar celah mulut.
Paramecium caudatum hidup bebas di air tawar sebagai pembangsa bakteri.
b) Balantidium coli, hidup parasit di usus besar (kolon) hewan ternak dan
manusia, menyebabkan diare balantidiasis.
c) Stentor roeseli, berbentuk seperti terompet, dengan barisan silia yang rapat di
sekeliling mulutnya, memiliki tangkai yang melekat pada suatu tempat.
Stentor roeseli hidup di air sawah atau air yang menggenang yang banyak
mengandung bahan organik.
d) Didinium, merupakan predator uniseluler di perairan, sebagai pemangsa
Paramecium.

4
e) Vorticella, berbentuk seperti lonceng dengan tangkai yang panjang berbentuk
lurus atau spiral, memiliki silia di sekitar corong mulutnya, dan tangkai
melekat pada suatu tempat.
f) Stylonychia, silia hanya terdapat di sisi mulut dan di bagian tertentu
permukaan tubuhnya, dapat bergerak dengan cepat dan berputar pada suatu
tempat, dan memakan serpihan atau potongan bahan organik. Stylonychia
banyak ditemukan pada permukaan daun yang terendam air.
b. Rhizopoda (Sarcodina)
Rhizopoda (Yunani, rhizo = akar, pod = kaki) atau Sarcodina (Yunani, sarco =
daging) adalah Protozoa yang bergerak dengan menggunakan pseudopodia (kaki
palsu atau semu). Pseudopodia (Yunani, pseues = palsu, pod = kaki) merupakan
sitoplasma yang terbentuk saat bergerak untuk mendekati sumber makanan.
1) Bentuk dan struktur tubuh Rhizopoda
Bentuk sel Rhizopoda terutama yang telanjang (tidak bercangkang) tampak selalu
berubah-ubah, misalnya pada Amoeba. Sitoplasma di dalam sel Amoeba dapat
dibedakan menjadi ektoplasma (plasma bagian luar) dan endoplasma (plasma
bagian dalam).
2) Cara Rhizopoda menangkap dan mencerna makanan
Rhizopoda bersifat heterotrof dan memangsa Protozoa lain, Ciliata, bakteri,
maupun alga uniseluler. Rhizopoda mendekati sumber makanan dengan
menjulurkan kaki semu. Kaki semu akan mengelilingi sumber makanan hingga
permukaan membran yang mengelilingi makanan tersebut bertemu.
3) Reproduksi Rhizopoda
Rhizopoda hanya bereproduksi secara aseksual, sedangkan reproduksi secara
seksual tidak diketahui. Rhizopoda bereproduksi secara aseksual melalui berbagai
mekanisme pembelahan sel yang mengarah ke pembelahan mitosis.
4) Habitat Rhizopoda
Rhizopoda pada umumnya hidup bebas di alam, amun ada pula yang hidup
sebagai parasit di tubuh hewan dan manusia. Rhizopoda yang hidup parasit dapat
menyebabkan penyakit.
5) Contoh Rhizopoda
a) Amoeba proteus, hidup di tanah basah dan tidak memiliki cangkang
(telanjang).
b) Entamoeba gingivalis, hidup pada gusi dan gigi manusia dengan memakan
sisa-sisa makanan di sela-sela gigi dan dapat menyebabkan kerusakan gigi dan
radang gusi.
c) Entamoeba coli, hidup di usus besar (kolon), tidak bersifat parasit, tetapi
kadang-kadang menyebabkan diare.

5
d) Entamoeba hissolytica, hidup parasit di usus manusia dan menyebabkan
penyakit disentri. Organisme ini menyebar melalui makanan, air minum, dan
peralatan makan yang terkontaminasi protozoa tersebut dalam bentuk sista
maupun dalam bentuk sel aktif.
e) Diffugia, hidup di air tawar, mengeluarkan lendir yang menyebabkan butir-
butir pasir halus dapat melekat.
f) Arcella, hidup di air tawar. Cangkang Arcella tersusun dari zat kitin atau
fostoprotein. Cangkan tubuh bagian atas berbentuk kubah, sedangkan bagian
bawah berbentuk cekung dengan lubang-lubang sebagai tempat keluarnya
pseudopodia.
g) Foraminifera, memiliki cangkang dari bahan organik dan kalsium karbonat
yang keras. Foraminifera hidup di tumpukan pasir atau melekat pada plankton,
ganggang, dan batuan.
h) Radiolaria, hidup dilaut, cangkang serupa gelas, dengan bentuk yang berbeda-
beda pada setiap spesies. Radiolaria yang sudah mati akan mengendap di
dasar perairan menjadi lumpur radiolaria. Lumpur radiolaria dimanfaatkan
sebagai bahan alat penggosok dan bahan peledak. Contohnya Collosphaera
dan Acanthometron.
i) Hellozoa (hewan matahari), hidup di air tawar. Pseudopodia Hellozoa bersifat
kaku. Cangkangnya mengandung kitin atau silika seperti kaca.
c. Flagellata (Mastigophora)
Flagellata (Latin, flagell = cambuk) atau Mastigophora (Yunani, mastig = cambuk,
phoros = gerakan) adalah protozoa yang bergerak dengan menggunakan flagela (bulu
cambuk).
1) Bentuk dan struktur tubuh Flagellata
Flagellata memiliki bentuk tubuh yang tetap karena terdapat pelikel yang
menyokong membran sel. Flagellata juga memiliki 3-4 membran bergelombang,
yaitu membran yang terbentuk karena flagela melingkari sel.
2) Cara hidup Flagellata
Flagellata pada umumnya hidup sebagai parasit di tubuh hewan vertebrata,
termasuk juga manusia. Beberapa flagellata membutuhkan hewan perantara
(vektor) untuk masuk ke tubuh inang, contohnya lalat tsetse yang menjadi vektor
Trypanosoma sp.
3) Reproduksi Flagellata
Flagellata bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner dengan arah
membujur. Dari satu sel dihasilkan dua sel, dari dua sel dihasilkan empat sel, dan
seterusnya. Pembelan sel dan inti sel tidak diikuti oleh pembelahan flagela, tetapi
flagela baru akan terbentuk pada sel anak hasil pembelahan.

6
Siklus hidup Trypanosoma brucei gambiense dijelaskan sebagai berikut :
a) Lalat tsetse Glossina palpalis yang mengandung Trypanosoma menggigit
manusia. Trypanosoma beredar dalam jaringan darah.
b) Trypasonoma hidup dan bereproduksi dengan cara pembelahan biner
memanjang di dalam jaringan darah manusia, getah bening, limpa, dan
berpotensi merusak sistem saraf. Penderita akan mengalami demam, nyeri otot
dan sendi, tidak dapat berjalan, tidak dapat berbicara, dan banyak tidur di
siang hari tetapi tidak dapat tidur (insomnia) di malam hari. Semakin lama
penderita tidak bisa dibangunkan dan akhirnya meninggal dunia.
c) Penyebaran kepada orang lain dapat terus terjadi bila lalat tsetse menggigit
serta mengisap darah penderita, kemudian menularkannya kepada orang lain.
d) Trypanosoma hidup di dalam saluran pencernaan lalat tsetse selama 20-30
hari. Trypanosoma infektif akhirnya menetap di kelanjar air liur lalat tsetse.
Lalat tsetse banyak terdapat di sepanjang tepi sungai Afrika di bagian barat dn
tengah. Lalat tersebut mampu terbang dengan jarak jangkau hingga mencapai
2 mil dan biasanya menggigit pada waktu siang hari.
4) Contoh Flagellata
a) Trypanosoma brucei gambiense merupakan hemoflagellata (flagellata yang
hidup di darah), penyebab penyakit tidur pada manusia di Afrika bagian barat
dan tengah. Trypanosoma brucei gambiense disebarkan oleh hewan perantara
(vektor) lalat tsetse Glossina palpalis.
b) Trypanosoma brucei rhodesiense, penyebab penyakit tidur dengan hewan
perantara lalat tsetse Glossina morsitans.
c) Trypanosoma cruzi, penyebab penyakit chagas (disebut juga American
trypanosomiasis) di Amerika Latin.
d) Trypanosoma evansi, penyebab penyakit surra pada hewan ternak (kuda,
keledai, unta) di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Penyakit ini disebarkan
oleh vektor lalat pengisap daran genus Tabanus.
e) Trypanosoma lewisi, parasit pada tikus dengan vektor kutu tikus.
f) Trichomonas vaginalis, parasit pada vagina wanita dan menyebabkan
keputihan.
g) Leishmania tropica dan Leishmania brasiliensis, penyebab penyakit
leishmaniasis yang menyerang kulit serta kelenjar lendir hidung dan
kerongkongan.
h) Trichonympha campanula, hidup bersimbiosis mutualisme di usus rayap dan
membantu rayap untuk mencerna kayu.

7
i) Giardia lamblia, menginfeksi usus manusia dan menyebabkan diare yang
hebat dan kejang usus (giardiasis). Penyebarannya melalui air minum yang
terkontaminasi oleh feses penderita.
d. Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah protozoa yang tidak mememiliki
alat gerak dan memiliki bentuk seperti spora pada salah satu tahap dalam siklus
hidupnya. Sporozoa merupakan sel infektif sngat kecil yang disebut sprozoit.
1) Bentuk dan struktur tubuh Sporozoa
Tubuh Sporozoa berbentuk bulat atau oval. Sporozoa tidak memiliki alat gerak,
namun dapat berpindah dari suatu jaringan tubuh inang ke jaringan lainnya
melalui aliran darah tubuh inang.
2) Cara hidup Sporozoa
Seluruh Sporozoa hidup sebagai parasit di tubuh manusia dan hewan lainnya,
misalnya burung, reptil dan rodentia (hewan pengerat). Sporozoa masuk ke dalam
tubuh inang dan ditularkan melalui hewan perantara. Contoh Plasmadium sp.
3) Reproduksi Sporozoa
Sporozoa bereproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara
aseksual dilakukan dengan pembelahan biner, sedangkan reproduksi secara
seksual dengan peleburan antara gamet jantan dan betina.
Siklus hidup Plasmadium sp.
a) Nyamuk Anopheles betina yang mengandung sporozoit Plasmadium sp,
menggigit manusia, dan meninggalkan sporozoit di dalam jaringan darah
manusia.
b) Melalui aliran darah, sporozoit masuk ke jaringan hati (liver). Sporozoit
bereproduksi secara aseksual (pembelahan biner) berkali-kali, dan tumbuh
menjadi merozoit.
c) Merozoit menggunakan kompleks apeks (ujung sel) untuk menembus sel
darah merah (eritrosit) penderita.
d) Merozit tumbuh dan bereproduksi aseksual (pembelahan biner) secara
berulang-ulang sehingga terdapat banyak merozit baru. Merozit baru ini
disebut juga tropozoit. Tropozoit keluar setelah memecah sel darah merah dan
menginfeksi sel darah merah lainnya, secara berulang-ulang dengan interval
48-72 jam (tergantung pada spesiesnya). Akibatnya penderita mengalami
demam dan menggigil secara periodik.
C. PROTISTA MIRIP TUMBUHAN (GANGGANG/ALGA)
1. Ciri-ciri Ganggang
a. Ukuran dan bentuk tubuh Ganggang

8
Tubuh ganggang ada yang bersel satu (uniseluler), ada pula yang bersel banyak
(multiseluler). Ukuran tubuh ganggang bervariasi, mulai dari yang mikroskopis
berukuran 8 µm hingga yang makroskopis berukuran 60 meter.
b. Struktur tubuh Ganggang
Sel ganggang memiliki struktur mirip sel tumbuhan, yaitu bersifat eukariotik
(memiliki membran inti) serta memiliki dinding sel dan kloroplas. Dinding sel
ganggang ada yang mengandung selulosa, hemiselulosa, silika, kalsium karbonat,
polisakarida, pektin, algin, agar dan karagenan. Bahan-bahan tersebut membentuk gel
sehingga ganggang terasa berlendir atau seperti karet.
2. Cara Hidup dan Habitat Ganggang
Semua ganggang fotoautotrof dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis dilakukan oleh
sel-sel yang mengandung klorofil dan pigmen fotosintesis lainnya. Ganggang hidup di
habitat yang lembab, basah atau perairan, baik air tawar maupun laut yang masih dapat
ditembus oleh cahaya matahari. Di dalam perairan, ganggang merupakan penyusun
fitoplankton.
Berdasarkan tempat hidupnya di perairan, ganggang dibedakan ke dalam beberapa
kelompok berikut :
a. Ganggang subaerial, hidup di permukaan air.
b. Ganggang intertidal, secara periodik muncul ke permukaan air karena terbawa oleh
pasang surut air.
c. Ganggang sublitoral, berada di bawah permukaan air.
d. Ganggang edafik, hidup di lumpur atau pasir di dasar perairan.
3. Reproduksi Ganggang
a. Reproduksi Aseksual pada Ganggang
1) Pembelahan biner
Pembelahan biner dapat terjadi pada ganggang uniseluler, misalnya Euglenoid,
Chlorella, DAN Pyrrophyta ( ganggang api). Pada Euglenoid, pembelahan biner
terjadi secara membujur. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti, diikuti
pembelahan sitoplasma. Dari satu sel induk akan dihasilkan dua sel anakan yang
akan tumbuh menjadi ganggang baru.
2) Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemutusan sebagian tubuh ganggang. Bagian tubuh yang
terlepas dari tubuh induk akan tumbuh menjadi ganggang baru. Fragmentasi
terjadi pada ganggang multiseluler yang berbentuk filamen dan talus. Contohnya
Cladophora, Spirogyra, Lamanaria, Sargassum, dan Macrocystis.
3) Pembentukan spora vegetatif
Pembentukan spora vegetatif terjadi di dalam sel induk yang menghasilkan
zoospora. Pembentukan spora vegetatif ini dapat terjadi bila kondisi lingkungan

9
mendukung dan jumlah makanan mencukupi. Hal ini dapat terjadi pada ganggang
uniseluler maupun multiseluler, misalnya Chlamydomonas, Hydrodictyon,
Vaucheria, dan Ulothrix.
Siklus hidup Chlamydomonas
a) Chlamydomonas dewasa berflagela dan berkromosom haploid (n).
b) Tahap reproduksi aseksual diawali dengan menghilangnya flagela, kemudian
terjadi pembelahan secara mitosis sebanyak dua kali atau lebih sehingga
menghasilkan empat sel anak atau lebih.
c) Sel-sel anak membentuk dinding sel dan flagela menjadi zoospora. Bila
dinding sel induk pecah, maka keluarlah zoospora yang dapat berenang.
Zoospora tumbuh menjadi Chlamydomonas baru yang haploid (n).
d) Bila persediaan makanan berkurang atau lingkungan kering, Chladynomonas
akan bereproduksi secara seksual. Reproduksi seksual diawali dengan
pembentukan gamet haploid (n) melalui pembelahan mitosis berulang kali.
Gamet lalu dilepaskan dari sel induk.
e) Terjadi singami antara gamet yang berbeda jenis ((+) dan (-)) yang
menghasilkan zigot diploid (2n).
f) Zigot membentuk selubung yang kuat dan resisten, disebut zigospora.
g) Zigospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan empat
individu baru yang haploid (n).
b. Reproduksi Seksual pada Ganggang
1) Konjugasi
Konjugasi adalah proses saling berlekatan dua individu yang berbeda jenis, diikuti
dengan terjadinya plasmogami (peleburan plasma sel) dan kariogami (peleburan
inti sel). Contoh ganggang yang dapat berkonjugasi adalah Spirogyra yang
berbentuk filamen tak bercabang.
2) Singami (Isogami)
Singami atau Isogami adalah peleburan antara dua sel gamet yang sama bentuk
dan ukurannya, tetapi berbeda jenisnya ((+) dan (-)), diikuti terjadinya peleburan
inti. Singami menghasilkan zigot yang diploid (2n). Contoh ganggang yang dapat
melakukan singami adalah ganggang hijau Ulva.
3) Anisogami
Anisogami adalah peleburan antara sel gamet yang berbeda ukuran dan
bentuknya. Anisogami dapat berupa oogami, yaitu masuknya sel gamet jantan
berflagela (sperma) ke sel gamet betina (ovum) kemudian terjadi peleburan inti.
Hasil fertilisasi adalah zigot. Contoh ganggang yang dapat melakukan anisogami
adalah Laminaria.

10
4. Klasifikasi Ganggang
a. Euglenoid (Euglenophyta)
Euglenoid (Yunani, eu = sejati, gleen = mata) adalah ganggang uniseluler, memiliki
bintik mata berwarna merah (stigma), tidak memiliki dinding sel, memiliki flagela,
dan dapat bergerak aktif (motil) seperti hewan, tetapi memiliki klorofil dan dapat
berfotosintesis seperti tumbuhan. Euglenoid memiliki klorofil a, klorofil b, dan
pigmen karoten. Hasil fotosintesis disimpan sebagai cadangan makanan berupa
polisakarida paramilon.
b. Chrysophyta (Ganggang Keemasan atau Ganggang Pirang)
Chrysophyta (Yunani, chrysos = emas) adalah ganggang yang memiliki pigmen
dominan derivat karoten berupa xantofil (kuning), dan pigmen lainnya yaitu klorofil
a, klorofil c dan fukosantin (cokelat). Chrysopyta ada yang uniseluler soliter,
uniseluler berkoloni. Dan ada pula yang multiseluler.
1) Xanthopyceae
Xanthopyceae berwarna hijau kekuningan karena memiliki pigmen klorofil dan
xantofil. Tubuhnya multiseluler, berbentuk filamen bercabang, dan senositik (sel
memiliki banyak inti). Xanthopyceae bereproduksi secara vegetatif maupun
generatif.
2) Chrysophyceae
Chrysophyceae tampak berwarna cokelat keemasan karena mengandung pigmen
klorofil dan karoten. Cadangan makanan disimpan dalam bentuk karbohidrat dan
minyak. Tubuh terdiri atas satu sel dan hidup secara soliter atau berkoloni.
3) Bacillariophyceae (Diatomae atau diatom)
Bacillariophyceae (Yunani, bacillus = batang kecil, phykos = alga) adalah
ganggang uniseluler,, berwarna kuning kecokelatan, dan memiliki dinding sel
yang unik seperti gelas dari campuran bahan organik dan silika.
c. Pyrrophyta (Dinoflagellata atau Ganggang Api)
Pyrrophyta (Yunani, phyrhos = api) atau ganggang api adlaah alga uniseluler yang
menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam hari karena sel-selnya
mengandung fosfor. Pyrrophyta disebut juga Dinoflagellata (Yunani, dinos =
berputar, flagel = cambuk) karena memiliki flagela.
Jenis-jenis ganggang api penghasil racun antara lain sebagai berikut :
 Pfiesteria menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan sistem saraf
(neurotoksin). Neurotoksin dapat menyebabkan kematian ikan, udang, kepiting
dan burung. Manusia akan mengalami gangguan kesehatan apabila
mengkonsumsi produk laut yang terkontaminasi neurotoksin.

11
 Gymnodinium breve menghasilkan racun brevetoksin atau gymnocin A yang
menyebabkan keracunan dengan gejala pusing, mual, muntah, dan ataksia
(ganngguan koordinasi gerakan otot).
 Lingulodium polyedrum dan Gonyatulax menghasilkan racun saksitoksin yang
dapat menyebabkan muntah, diare, hingga hilangnya koordinasi tubuh jika
dikonsumsi manusia.
d. Chlorophyta (Ganggang Hijau)
Chlorophyta (Yunani, chloros = hijau) adalah ganggang yang berwarna hijau karena
memiliki pigmen dominan klorofil a, dan klorofil b, serta pigmen tamahan karoten
(kuning kemerahan) dan xantofil (kuning). Klorofil b adalah jenis klorofil yang
terdapat pada tumbuhan dan tidak dimiliki oleh ganggang lain, kecuali Chlorophyta
dan Euglenophyta. Chlorophyta memiliki dinding sel dari selulosa.
 Chlamydomonas nivalis, hidup soliter di air tawar, uniseluler, dan memiliki dua
flagela. Kloroplas Chlamydomonas nivalis berbentuk seperti mangkok, serta
memiliki bintik mata dan pirenoid. Chlamydomonas nivalis bereproduksi aseksual
dengan zoospora dan reproduksi seksual dengan singami.
 Chlorella, uniseluler, sel berbentuk seperti bola-bola kecil, kloroplas berbentuk
seperti mangkok, dan hidup di air tawar. Dinding sel Chlorella terbentuk dari
selulosa dan tidak berflagela. Reproduksi terjadi secara vegetatif dengan
membelah diri dan membentuk spora.
 Chlorococcum, hidup di air tawar, bersifat uniseluler, dan soliter. Kloroplas
Chlorococcum berbentuk seperti mangkok.
 Volvox, koloni berbentuk bola yang tersusun dari sekitar 500 sel dengan dua
flagela dan terangkai oleh benang sitoplasma.
 Scenedesmus, memiliki flagela, dikenal sebagai PST (protein sel tunggal) dan
dimanfaatkan untuk produksi makanan suplemen.
 Hydrodictyon, hidup di air tawar (sering ditemukan di sawah), tidak memiliki
flagela dan membentuk koloni seperti jala, kloroplas juga berbentuk jala.
 Spirogyra, hidup di air tawar (misalnya kolam), berbentuk benang bersekat dan
berlendir.
 Cauirepa taxifolia, hidup di laut, ditemukan di zona pasang surut hingga zona
subtidal, merupakan alga yang mengisi ekosistem padang lamun, tinggi mencapai
sekitar 10-15 cm, dan bisa tumbuh pada substrat pasir maupun pada batu karang.
 Ulothrix, berbentuk benang, hidup di air tawar atau laut, melekat pada medium
dengan holdfast , dan bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi.
 Cladophora, hidup di air tawar (sawah, kolam, selokan, sungai), melekat pada
medium dengan menggunakan holdfast, berbentuk seperti benang bersekat-sekat
dan bercabang, dan kloroplas berbentuk jala.

12
 Oedogonium, hidup di air tawar, berbentuk benang, dan kloroplas berbentuk
seperti jala. Bereproduksi seksual dengan fertilisasi ovum oleh spermatozoid.
 Ulva, hidup di daerah pasang surut laut atau melekat di substrat padat. Ulva
berbentuk lembaran dan mengalami metagenesis isomorfik (sporofit/talus diploid
dan gametofit/talus haploid secara struktural identik).
 Halimeda broneensis, berbentuk talus bersegmen, tinggi sekitar 7 cm, dan
memiliki struktur yang keras karena banyak mengandung kalsium karbonat.
 Caulerpa racemosa, dimanfaatkan untuk sayuran dan lalapan.
 Chara braunii dan Nitella, hidup di air tawar, bentuk talus beruas-ruas dan
bercabang mirip tumbuhan tingkat tinggi. Reproduksi aseksual dengan
fragmentasi dan reproduksi secara seksual dengan fertilisasi ovum dengan
spermatozoid.
e. Phaeophyta (Ganggang Cokelat)
Phaeophyta (Yunani, phaios = cokelat) adalah jenis ganggang yang hidup di laut,
berwarna cokelat karena mengandung pigmen dominan fukosatrin (cokelat) yang
menutup pigmen lainnya, yaitu krolofil a, klorofil c, dan xantofil.
f. Rhodophyta (Ganggang Merah)
Rhodophyta (Yunani, rhodos = merah) adalah ganggang yang berwarna merah karena
mengandung pigmen dominan fikobilin yang terdiri atas fikoeritrin (merah) dan
fikosianin (biru), serta pigmen lain yaitu klorofil a, klorofil d, dan karoten. Pigmen
fikoeritrin dan fikosianin membantu ganggang yang hidup di perairan dalam untuk
dapat menangkap gelombang cahaya matahari yang tidak dapat ditangkap oleh
klorofil.
 Palmaria palmata, disebut juga dulse, banyak terdapat di pantai utara laut atlantik
dan pasifik. Dulse banyak dimanfaatkan untuk makanan sop, salad, dan pizza.
Dulse kaya kaan vitamin B6, B12, zat besi, fluor, dan kalium.
 Chondrus crispus, berwarna ungu kemerahan, banyak terdapat di pesisir laut
atlantik, Irlandia, dan Inggris. Talus Chonrus crispus berbentuk pipih, dapat
dimakan serta banyak mengandung albumin, mineral, iodin dan belerang.
 Gigartina mamillosa dan gigartina acicularis, talus pipih, berwarna kemerahan,
untuk pembuatan jeli, agar-agar, dan es krim.
 Mastocarpus stellatus, sama seperti Chondrus crispus sering digunakan untuk
makanan dan minuman. Mastocarpus Stellatus banyak ditemukan di Irlandia dan
Skotlandia.
 Porphyra, umumnya tumbuh di daerah intertidal, di Jepang biasa digunakan untuk
membuat nori sebagai pembungkus susbi.

13
D. PROTISTA MIRIP JAMUR (JAMUR PROTISTA)
1. Jamur Lendir Plasmodial (Plasmodial Slime Mold)
Jamur lendir plasmodial disebut juga Myxomycota (jamur lendir tidak bersekat). Jamur
lendir ini bersifat heterotrof fagosit dan memiliki tahapan (fase) makan berbentuk massa
ameboid (seperti amoeba) dalam siklus hidupnya. Massa Ameboid tersebut dinamakan
Plasmodium.
Siklus hidup jamur lendir plasmodial adalah sebagai berikut :
a. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan
dan oksigen lebih banyak.
b. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan),
plasmodium dewasa membentuk sporagium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa
memiliki kromosom diploid (2n).
c. Di dalam sporagium terjadi pembelahan secara meosis dan menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
d. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel
aktif yang haploid (n).
e. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel
amoeboid atau sel berflagela.
f. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami
menghasilkan zigot yang berkormosom diploid (2n)(.
g. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai
pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
2. Jamur Lendir Seluler (Cellular Slime Mold)
Jamur lendir seluler disebut juga Acrasiomycota (jamur lendir bersekat). Jamur lendir ini
memiliki tahapan (fase) makan berupa sel-sel yang hidup soliter, tetapi setelah
makanannya habis, sel-sel tersebut membentuk agregat (koloni) dalam satu unit. Dalam
satu agregat tersusun sekitar 125.000 sel.
Siklus hidup jamur lendir selular adalah sebagai berikut :
a. Pada saat persediaan makanan tidak ada, sel-sel amoeboid berkromosom haploid (n)
membentuk agregat.
b. Agregat terbentuk seperti peluru dan dapat berpindah tempat.
c. Agregat menetap di suatu tempat untuk membentuk tubuh buah (fruiting body).
d. Beberapa sel mengering membentuk batang penyokong (stalk).
e. Spora bersifat resisten atau tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (misalnya,
kekeringan).
f. Bila spora jatuh di tempat yang menguntungkan, maka akan tumbuh menjadi sel
amoeboid yang haploid (n).

14
g. Sel amoeboid berada dalam tahap makan, hidup soliter dan bergerak dengan
pseudopodia.
h. Bila makanan sudak tidak tersedia, maka sel-sel amoeboid mengeluarkan senyawa
kimiawi yang dapat merangsang sel amoeboid lain untuk bergerak ke arah pusat
agregat untuk membentuk suatu unit.
i. Pada kondisi tertentu, sel amoeboid dapat melakukan singami sehingga terbentuk
zigot yang diploid (2n).
j. Zigot yang diploid (2n) akan memakan sel amoeboid lain dan tumbuh menjadi sel
raksasa yang dilindungi dinding sel yang resisten.
k. Bila dinding sel raksasa pecah, maka sel amoeboid baru yang haploid (n) akan keluar
dan menjadi sel pemakan (misalnya memakan bakteri).
3. Jamur Air (Oomycota)
Oomycota (artinya fungi telur) atau jamur air (water mold) merupakan jamur uniseluler
atau multiseluler yang memiliki dinding sel dari selulosa. Oomycota disebut juga sebagai
jamur karat putih (white rust) atau jamur berbulu halus (downy mildew).
Terdapat sekitar 500 spesies Oomycota, antara lain sebagai berikut :
a. Saprolegnia, sp., parasit pada ikan dan serangga, dapat hidup di air tawar dengan suhu
sekitar 3oC-33oC.
b. Phytophthora sp., diantaranya phytophthora infestans (penyebab penyakit late blight,
menyerang tanaman budidaya, misalnya tomat dan kentang).
c. Plasmopara viticola, parasit pada tanaman anggur.
d. Pythium sp., menyebabkan penyakit rebah semai pada tanaman karena menyerang
bagian pangkal batang bibit tanaman.
E. PERANAN PROTISTA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
1. Peranan Protista yang Menguntungkan
Beberapa jenis protista bermanfaat bagi manusia. Protista mirip tumbuhan (alga)
sebagian besar menguntungkan karena dapat diolah menjadi makanan dan minuman
bergizi tinggi atau untuk bahan campuran dalam industri.
2. Peranan Protista yang Merugikan
Beberapa protista merugikan manusia. Sebagian besar protista mirip hewan (protozoa)
dan protista mirip jamur bersifat merugikan. Protozoa ini dapat menyebakan penyakit
pada manusia, hewan ternak, ikan, dan tanaman budidaya.

15

Anda mungkin juga menyukai