Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PARASITOLOGI VETERINER I

( Gasterophilidae )

OLEH :

Sherly M. Ludji
Agnes L. Tandjung
Beatrix Barut
Marisa Aplugi
Yakobus R. Ladju
Elmarlen I.N.P Oematan
Yunita A. Nope
Nina I. Welndy
Lucyan M.A. Owa Milo
Lelita Antoh

( 1309011001 )
( 1309012004 )
( 1309012006 )
( 1309012008 )
( 1309012017 )
( 1309012020 )
( 1309012024 )
( 1309012025)
( 1309012028 )
( 1309015043 )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan rahmatNya maka penulis dapat menyelesaikan makalah parasitologi veteriner 1 khususnya
Gasterophilidae ini dengan baik. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada ibu dosen
pengampu mata kuliah parasitologi veteriner 1 yang telah memberikan tugas makalah ini sebagai
pelengkap materi dan juga sebagai penambah nilai tugas. Yang terakhir penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Pada makalah ini penulis menyampaikan materi mengenai ordo Diptera famili
Gasterophilidae. Kiranya apa yang telah penulis sajikan dalam makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan segala masukan dan kritikan dari para pembaca yang membangun guna perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.

Kupang, Oktober 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar

.......................................................................................... 1

Daftar Isi

.......................................................................................... 2

Bab 1 Pendahuluan

.......................................................................................... 3

Latar Belakang

.......................................................................................... 3

Tujuan

.......................................................................................... 4

Bab 2 Pembahasan

.......................................................................................... 5

Taksonomi

.......................................................................................... 5

Morfologi

.......................................................................................... 5

Bioekologi dan Daur hidup

.......................................................................................... 6

Peran

.......................................................................................... 10

Bab 3 Penutup
Kesimpulan
Daftar pustaka

.......................................................................................... 11
.......................................................................................... 11
.......................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang :
2

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin


besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi,
cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat,
pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah
dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan dan vektor penyakit yang tidak
terkendali yang salah satunya disebabkan oleh lalat. Dilihat dari kehidupannya lalat yang
menetap tinggal pada tempat yang sesuai dengan keinginannya, tanpa memandang tempat
tersebut bersih atau kotor.
Fenomena munculnya lalat yang berkeliaran dan menyerbu permukiman
penduduk, tentu sangat mengganggu kenyamanan dan bisa menyebarkan berbagai
penyakit. Sehingga secara langsung kondisi ini akan menyebabkan terjadinya ancaman
penyakit kepada penduduk semakin besar karena lalat menyuplai beberapa bibit
penyakit terhadap penduduk.
Diptera berasal dari bahasa Yunani yaitu di yang berarti dua dan ptera yang
berarti sayap. Serangga dewasa dicirikan sifatnya yang pandai terbang, pada umumnya
diural, memiliki sepasang sayap tipis seperti selaput untuk terbang, dan sepasang alat
keseimbangan pada saat terbang yang disebut halter. Kepala jenis serangga ini mudah
bergerak dan memiliki mata majemuk berukuran besar. Tipe mulutnya menusuk,
menghisap dan menjilat. Larvanya tidak bertungkai, kepalanya berukuran kecil, sifat
larva dalam setiap famili sangat berbeda. Kadang-kadang larva dari ordo Diphtera disebut
belatung. Ordo diptera mengalami metamorfosis sempurna dengan tipe holometabol
Gasterophilidae merupakan salah satu famili dari ordo Diptera. Lalat ini bertindak
sebagai vektor penyakit myasis asspesifik pada ternak kuda dan creeping cutaneus myasis
pada manusia.

B. Tujuan :
Untuk Mengetahui Taksonomi dari family Gasterophilidae
Untuk Mengetahui Morfologi dari family Gasterophilidae
Untuk Mengetahui Bioekologi dan Daur Hidup dari family Gasterophilidae
Untuk Mengetahui Peran dari family Gasterophilidae

BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Hexapoda
Kelas: Insecta
Subkelas: Pterygota
4

Infrakelas: Neoptera
Superordo: Endopterygota
Ordo: Diptera
Subordo: Cyclorrapha
Family: Gasterophilidae
Subfamily: Gasterophilinae
B. Morfologi
Kepala lalat relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu di garis
tengah (holoptik) atau terpisah oleh ruang muka (dikhoptik), dan biasanya 3 oceli atau
mata sederhana. Thoraks seperti bentuk kotak chitin, untuk melekatnya otot-otot kuat
yang membantu lalat untuk terbang. Mesotoraks yang membesar (ruas kedua) merupakan
bagian utama dari toraks dan menempel sayap yang besar, protoraks (ruas pertama) dan
metatoraks (ruas ketiga) menjadi kecil yang menghubungkan toraks dengan kepala dan
abdomen tiap toraks mempunyai sepasang kaki yang berwarna dan mempunyai duri-duri
dan rambut. Kaki yang beruas-ruas dapat berakhir sebagai kuku yang berambut yaitu
pulvillus, yang mengeluarkan bahan perekat.
Antena yang dilengkapi dengan alat peraba, terdiri dari serangkaian ruas yang
serupa atau tidak serupa, yang jumlah dan bentuk serta perangkai bulu-bulunya
merupakan sifat khas untuk berbagai genus. Lalat yang lebih primitif mempunyai antena
panjang dengan banyak ruas, sedangkan spesies yang lebih berkembang mempunyai
antena pendek yang lebih kuat dengan jumlah ruas yang lebih sedikit. Antena terdiri 3-40
segmen tergantung dari kelompoknya.
Berbagai modifikasi bagian mulut dapat digunakan untuk membedakan genus dan
spesies. Untuk menembus kulit digunakan mandibula yang berbentuk seperti gergaji dan
maxilla seperti kikir. Pada Musca penghisap darah alat pemotong adalah prostoma yang
terbentuk khusus pada ujung labella dari labium. Pada spesies bukan penghisap darah,
lalat menghisap makanannya dalam bentuk cairan melalui labella. Tipe mulutnya
menghisap, yang digunakan untuk menghisap darah pada hewan ternak.
Sayap lalat merupakan sayap sejati yang kadang-kadang mempunyai sedikit sisik,
tetapi lebih sering seluruhnya membranosa. Pasangan sayap belakang diwakili oleh
sepasang batang ramping yang berbungkul disebut halter yang dipakai untuk
keseimbangan.

Pada genus gasterophilus dewasa berukuran besar dengan rambut yang berwarna
kuning sampai hitam, hampir menyerupai lebah besar, tetapi mereka hanya memiliki satu
pasang sayap. Lalat betina mempunyai ovipositor yang panjang melengkung di bawah
abdomen, organ ini dapat dikelirukan dengan alat sengat.
C. Bioekologi dan Daur Hidup
Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar
sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur,
kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35- 40C, kelembaban 90%.
Aktifitas terhenti pada temperatur < 15C.
Kebanyakan spesies lalat adalah ovipar, tetapi ada beberapa lalat yang melahirkan
larva dalam berbagai stadium perkembangan. Telur atau larva diletakan dalam air, tanah,
kotoran, atau dalam badan veterbrata. Larva berbentuk cacing, panjang, tanpa kaki, hidup
dalam air atau di darah. Larva ini mengambil makanan dari bahan organik secara rakus
menggunakan bagian mulut untuk mengunyah atau telah menyesuaikan diri untuk hidup
sebagai parasit. Setelah 3-4 kali pergantian kulit, larva menjadi pupa yang tidak
mengambil makanan lagi dan pada waktunya menjadi lalat dewasa (imago).
Dalam kehidupan lalat dikenal ada empat tahapan yaitu mulai dari telur, larva,
pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran
kurang lebih 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120130 telur
dan menetas dalam waktu 816 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas
(dibawah 12 13 C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan,
panjang 12-13 mm. Akhir dari fase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan
ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya. Setelah itu berubah menjadi
kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak.
Fase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 3035 C, kemudian
akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450900 meter. Siklus hidup dari
telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya kurang lebih inci,
dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian
sudah siap untuk bereproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur
sampai lima kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang

lebih sejuk biasa sampai tiga bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.

Ditegaskan oleh Waddel (1972) di Queensland, biasanya lalat Gasterophilus


dewasa aktif pada bulan September sampai Januari. Pada waktu musim dingin hingga
awal musim panas, larva instar pertama dan instar kedua tidak dijumpai pada lambung
kuda. Hal ini sesuai dengan laporan Drudge (1975) yang dikutip oleh Arundel (1978) dari
hasil penelitiannya selama 22 tahun di Kentucky, Amerika Serikat. Populasi larva G.
Intestinalis dalam lambung hewan berkisar antara 50 larva pada bulan Desember sampai
229 larva pada bulan Maret dan G. Nasalis paling rendah 14 larva pada bulan September
sampai 82 larva pada bulan Februari.
Gasterophilus intestinalis meletakkan telurnya yang berwarna kuning dikaitkan
pada bulu kaki depan dan panggul kuda (Ross, 1932). Beberapa telur lainnya dikaitkan
pada bulu tengkuk dan punggung, tetapi yang paling digemari yakni di bawah tubuh.
Sedangkan sejumlah telur dapat ditemukan berada di permukaan bagian medial antara
lutut dan kuku kaki depan.
Telur siap menetas pada hari kelima sampai kesepuluh, memerlukan udara lembab
dan rangsangan lidah kuda. Hal ini terjadi pada waktu kuda menjilat-jilat tubuhnya.
Perkembangan beberapa telur mengalami hambatan terutama di musim dingin. Telur
menetas menjadi larva di luar mulut dan tetap tinggal di tempat selama seminggu, suatu
saat larva akan merayap masuk ke rongga mulut dan menembus lidah bagian anterior
(Tolliver dkk., 1974), kemudian bersembunyi di mukosa pipi selama 24-25 hari.
Perkembangan larva terdiri dari tiga instar. Beberapa larva instar pertama
bersembunyi dalam kantung di antara gigi serta di antara gusi dengan molar. Sesudah
molting instar kedua akan menempel selama beberapa hari di faring dan di sisi epiglotis,
selanjutnya ia pergi menuju lambung. Dalam waktu lima minggu ia molting menjadi
instar ketiga yang berwarna merah muda (Waddel, 1972). Larva dewasa berwarna coklat
7

gelap ikut bersama tinja, sesudah itu akan berubah menjadi pupa di tanah dalam waktu
tiga sampai empat minggu kemudian.
Gasterophilus nasalis meletakkan telurnya yang berwarna kuning pada bulu di
antara bawah dagu dan pipi. Telur diletakkan membujur pada bulu induk semangnya dan
biasanya setiap bulu mengandung satu butir telur (Beesley, 1974 dalam Soulsby, 1982).
Setiap betina dapat menghasilkan 300-500 telur yang akan menetas dalam lima sampai
enam hari. larva pindah ke bibir dan selanjutnya menyerbu gusi serta kantong di antara
gigi (Tolliver dkk., 1974). Tiga sampai empat minggu kemudian mereka masuk ke dalam
lambung menjadi larva yang berwarna kuning pucat, ia menempel ada pilorus dan bagian
pertama duodenum. Sekitar 10-11 bulan sesudah menetas, instar ketiga keluar bersama
feses dan menjadi pupa di tanah. Tahap pupa memerlukan waktu 16-64 hari (Hatch dkk.,
1976).
Gasterophilus haemorrhoidalis (lalat hidung), mengaitkan telurnya pada bulubulu disekeliling bibir, hidung dan pipi kuda. Telur yang berwarna hitam kecoklatan akan
menetas dalam dua sampai lima hari, lalu masuk ke dalam mulut. Kemudian mereka
meneruskan perjalanan menuju lambung sampai suatu saat diam di jaringan sub epitel
dan menempel pada mukosa terutama di bagian fundus dekat pylorus.
Ia akan menetap di lambung selama delapan sampai dua belas bulan. Sebelum
meninggalkan perut, larva sering menempel terlebih dahulu pada rektum selama beberapa
hari dan sesudah itu berubah menjadi pupa. Menurut Faulkner dan Kingscote (1934) yang
dikutip oleh Arundel (1978) bahwa sejumlah pupa ada yang meninggalkan induk
semangnya pada musim gugur, tetapi umumnya mereka keluar dari dalam perut pada
musim semi. Setelah sampai di tanah, tiga sampai lima minggu kemudian pupa berubah
menjadi lalat.
Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari
biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih
terang. Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik
hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat.
Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai, dinding, langit-langit,
rumput-rumput dan tempat yang sejuk. Lalat juga menyukai tempat yang berdekatan
dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang
terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan
8

tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih
dari lima meter.
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada
lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan
meningkat jumlahnya pada temperatur 20 C 25 C dan akan berkurang jumlahnya
pada temperatur < 10 C atau > 49 C serta kelembaban yang optimum 90 %.

D. Peran
Ordo diptera yang terdiri atas lebih dari 80.000 spesies serangga yang berasal dari
140 famili. Pada golongan diptera berderajat tinggi, larva sering mampu menembus
jaringan dan organ tubuh manusia atau hewan hidup sehingga menimbulkan myasis.
Genus gasterophilius atau horse bot-fly adalah anggota famili gasterophilidae
yang sebenarnya secara alami merupakan parasit hewan kuda. Larva hidup di dalam usus
kuda setelah tertelan melalui mulut atau sesudah menembus kulit. Pada manusia, larva
gasterophilus dapat dijumpai di daerah subkutan dan menimbulkan creeping eruption
akibat larva Ancylostoma braziliensis. Karena itu, myasis ini disebut creeping cutaneous
myasis.
Lalat dewasa akan menyebabkan gangguan pada saat mulai bertelur. Bunyi
dengungan dan serangannya yang mendadak ketika meletakkan telur, menyebabkan
hewan lari dengan menggoyang-goyangkan kepala dan berdesak-desakan mencari
perlindungan (Rainey, 1948). Yang lebih suka mengganggu yakni spesies G. nasalis
karena menyerang bibir dan leher secara tiba-tiba.
Instar pertama lalat G. nasalis dan G.intestinalis mengadakan penetrasi di antara
jaringan gusi atau di sisi gigi molar, hal tersebut akan menimbulkan kantung-kantung
nanah dan iritasi yang berlebihan. Hewan merasa sakit dalam mengunyah dan
pertumbuhannya akan terhambat. Ketika mereka menempel di faring dan duodenum
anterior dapat menyebabkan peradangan dengan penebaalan berupa cincin di sekeliling
larva tersebut. Apabila infeksi berat maka timbul gangguan pencernaan berupa obstruksi
saluran pencernaan.
Adanya investasi larva ini menyebabkan kuda menjadi gelisah dan seringkali
mengalami kolik. Di tempat melekatnya larva tersebut menimbulkan peritonitis. Selain
9

itu akan ditemui gejala ulcerasi di daerah esofagus dan lambung, keadaan ini merupakan
luka yang paling umum (Tolliver dkk., 1975). Larva Gasterophilus juga dikenal sebagai
penyebab peradangan dan pemborokan pada membrana mukosa lambung dan duodenum
(Waddel, 1972).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur dan kelembaban.
Ada empat tahapan kehidupan lalat yaitu; telur, larva, pupa dan dewasa.
Morfologi tubuh lalat terdiri dari tiga bagian yaitu; kepala, thorax dan abdomen.
Larva Gasterophilus mempunyai peranan yang lebih penting karena sebagian
besar perkembangan larvanya berlangsung di induk semangnya. Ia akan
menerobos lidah, mukosa pipi dan gusi sebelum sampai ke lambung.
Perjalanannya akan menyebabkan iritasi yang berlebihan sehingga menurunkan
nafsu makan. Dalam jumlah banyak larva ini akan menimbulkan obstruksi saluran
pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA
10

Hatch, C., J, McCaughey., J. O. Brein. 1976. The prevalence of Gasterophilus

intestinalis and G. Nasalis in horses in Freland. Vet. Rec. 98.874-276


Rainey, W. J. 1984. Clinical communications: Equine mortality due to

Gasterophilus larvae (stomach bots). Aust. Vet. J. 24:116-119


Ross, C. 1932. The occurence of bot-fly larvae (Gasterophilus veterinus) in

subcutaneus tissues of the horse. Aust. Vet. J. 8:34-35


Tatchell, R. J. 1958. The Physiology of digestion i the larvae in the mouth of

the horse. The Journal of parasitology. 36:448-456


Waddel, A. H 1972. The pathogenicity of gasterophilus intestinalis larvae in
the stomach of the horse. Aust. Vet. J. 48:332-335

11

Anda mungkin juga menyukai