Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

DASAR DASAR PARASITOLOGI

Di susun oleh :

Nama: TIARA

Nim : 20201440120087

Sem : III B

Koordinator MK Mikrobiologi & Parasitologi

Martini Nur Sukmawaty S.Kep Ns.,M.Kep

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”ASAR DASAR
PARASITOLOGI” dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

MARTAPURA,17 September 2021

Tiara
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................…. 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Parasitologi.........................................................................… 3
B. Protozoologi.............................................................................................. 7
C. Helmintologi..........................................................................................… 21
D. Entomologi............................................................................................… 30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................…. 38
B. Saran......................................................................................................… 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tantang organisme (jasad hidup),
yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat
sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau
seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain
tersebut dirugikan. Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut
dengan parasit. Organisme atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih
besar daripada parasit disebut Host atau Hospes, yang memberi makanan dan
perlindungan fisik kepada parasit.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap
kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan
pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat
diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan parasitologi serta klasifikasinya?
2. Apakah yang dimaksud dengan protozoologi?
3. Apakah yang dimaksud dengan helmintologi?
4. Apakah yang dimaksud dengan entomologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2. Untuk mengetahui pengertian dari protozoologi.
3. Untuk mengetahui pengertian dari helmintologi.
4. Untuk mengetahui pengertian dari entomologi.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari protozoologi.
3. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari helmintologi.
4. Mahasiswa (i) mengertahui pengertian dari entomologi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Parasitologi
Kata parasitologi berasal dari kata parasitosyang berarti jasad yang mengambil
makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah
ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di
dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian
atau seluruhnya dari organisme tersebut.Beberapa istilah penting yang perlu
diketahui, antara lain :
1. Simbiose, merupakan bentuk hidup bersama dua jenis organisme yang bersifat
permanen dan tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa jenis simbiose, yaitu :
a. Simbiose mutualisme, yaitu simbiose yang saling menguntungkan bagi
kedua jenis organisme tersebut.
b. Simbiose komensalisme, yaitu simbiose dimana satu pihak mendapat
keuntungan sedangkan yang lain tidak dirugikan.
c. Simbiose parasitisme, yaitu simbiose dimana satu jenis mendapatkan
makanan dan keuntungan, sedangkan yang lain dirugikan bahkan dibunuh.
d. Simbiose obligat, yaitu bentuk simbiose dimana parasitnya tidak dapat
hidup tanpa hospes.
e. Simbiose fakultatif, yaitu simbiose dimana parasitnya dapat hidup walaupun
tanpa hospes.
f. Simbiose monoksen, yaitu simbiose dimana parasitnya hanya dapat hidup
pada satu spesies hospes.
g. Simbiose poliksen, yaitu simbiose yang menghinggapi lebih dari satu
spesies.
h. Simbiose parasit permanen, yaitu bnetuk simbiose dimana parasitnya
selama hidupnya tetap pada hospesnya.
i. Simbiose parasit temporer, yaitu bentuk simbiose dimana parasit pada
hospesnya hanya sewaktu-waktu.
2. Hospes, yaitu organisme yang merupakan tempat atau organisme yang dihinggapi
parasit. Dikenal ada beberapa jenis hospes,yaitu :
a. Hospes defenitif, yaitu hospes dimana terdapat parasit dalam stadium
dewasa di dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan secara seksual.
b. Hospes paratenik, yaitu hospes dimana parasit hanya terdapat dalam
stadium larva dan tidak dapat berkembang menjadi stadium dewasa dan
tidak terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat
ditularkan kepada hospes defenitif karena parasit dalam stadium ini
merupakan stadium infektif.
c. Hospes intermediate (perantara), yaitu hospes dimana parasit di dalamnya
menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada hospes/manusia yang
lain.
d. Hospes reservoir, yaitu hewan yang mengandung parasit yang sama
dengan parasit manusia dan dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia.
e. Hospes obligat, yaitu hospes tunggal yang merupakan satu-satuny spesies
yang dapatmenjadi tuan rumah dari parasite dewasa.
f. Hospes alternatif, yaitu hospes utama yang mengandung parasit namun ada
spesies lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasite
dewasa.
g. Hospes insidental, yaitu bila suatu spesies secara kebetulan dapat
mengandung parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah
spesies lain.
3. Vektor, yaitu hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangbiakan dari parasit,
dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya. Biasanya yang
berperan sebagai vektor adalah serangga.
4. Zoonosis, yaitu parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.
Secara umum, pembagian parasit berdasarkan atas jenis parasit tersebut yaitu
kelompok tumbuhan atau kelompok binatang. Atas dasar ini parasit dibagi menjadi
:
1. Zooparasit, yaitu parasit yang berupa makanan. Zooparasit dibagi menjadi 3 yaitu :
protozoa, metazoa (bersel banyak) seperti cacing dan arthropoda (antara lain :
serangga).
2. Fitoparasit, yaitu parasit yang berupa tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari bakteri
(dianggap tumbuhan) dan fungi/jamur.
3. Spirochaeta dan Virus. Sebagian besar ilmuwan sependapat bahwa kelompok ini
tidak dimasukkan ke dalam kelompok binatang atau tumbuhan.
Selain pembagian tersebut di atas, parasit dapat dibagi berdasarkan letak atau
tempat dimana parasit tersebut hidup. Sehingga dikenal istilah :
1. Endoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.
2. Ektoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di luar/dipermukaan tubuh hospes.
Parasitologi yang mempelajari hubungan antara manusia dan penyebab
kesakitan atau kematian bagi manusia disebut Parasitologi kedokteran (Medical
parasitologi). Penyebab kesakitan dan kematian pada manusia tesebut dapat dari
protozoa, helminthes (kelompok cacing), arthropoda, fungi (jamur) dan virus.
Selain pembagian parasit sebagaimana di atas, klasifikasi parasit dapat
berdasarkan jenis organisme parasit, sehingga pembagian parasit sebagai berikut
:
1. Protozoa, parasit yang berasal dari protozoa dibagi dalam 4 kelas, yaitu : Sporozoa,
Rhizopoda, Flagellata/Mastighopora, dan Ciliata.
2. Helminthes (Helmin atau kelompok cacing), helmintes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu
: Nemathelmintes,(antara
lain Nematoda dan Plathelmintes (termasuk Trematodadan Cestoda).
3. Fungi/Jamur
4. Arthropoda. Dimana arthropoda yang penting dalam bidang kesehatan, adalah
kelas Hexapoda (insekta) yang terdiri dari 7 ordo.
B. Protozoologi
1. Defenisi
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup
sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel satu yang
dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel
yang merupakan kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya.
2. Morfologi
Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian,antara lain:
a. Sitoplasma, terdiri dari :
1) Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari hialin yang jernih dan
homogen dengan struktur yang elastis. Fungsinya sebagai :
a) Alat pergerakan,
b) Mengambil makanan,
c) Ekskresi,
d) Respirasi, dan
e) Mempertahankan diri.
2) Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang berbutir-
butir dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat
vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing,
dan benda kromatoid.
b. Nukleus atau inti, adalah bagian terpenting yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur
metabolisme.
3. Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi (berkembang biak), yaitu :
a. Cara aseksual (berkembang biak tanpa perkawinan)
b. Cara seksual (berkembang biak melalui perkawinan antara mikrogamet dan
makrogamet)

4. Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit pada manusia dalam dunia kedokteran
dibagi dalam 4 kelas, yaitu :
a. Kelas Rhizopoda
Dari kelas Rhizopoda ini dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan
morfologi dari intinya, yaitu :
1) Genus entamoeba dengan inti Entamoeba
Inti entamoeba, yaitu kariosom kecil terletak dibagian tengah inti
(eksentris atau sentris), disekeliling membran inti terdapat banyak
granula kromatin. Yang termasuk dalam genus ini ada beberapa
spesies, yaitu :
a) Entamoeba histolytica
b) Entamoeba coli
c) Entamoeba hartmani
d) Entamoeba gynggivalis
2) Genus Endolimax dengan inti Endolimax
Inti endolimax, kariosomnya besar dibagian tengah inti, bentuk tidak
beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut
akromatik, tidak mempunyai kariosom perifer. Yang termasuk genus ini
adalah spesies Endolimax nana.
3) Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba
Inti iodamoeba, kariosomnya besar terletak di bagian tengah inti
dikelilingi butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang
termasuk genus ini adalah spesies Iodamoeba butschili.
4) Genus Dientamoeba
Parasit kecil, hanya terdapat stadium trofozoit yang mempunyai
2 inti dientamoeba, kariosomnya di bagian tengah inti terdiri dari
beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang
dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. Yang
termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba fragilis.
Manusia merupakan hospes dari 7 spesies Rhizopoda yang 6
diantaranya berhabitat di rongga usus besar, yaitu : E. histolytica, E. coli,
E. hartmani ,E.nana, I. butschili, dan D. fragilis, sedangkan satu spesies
yaitu E. gynggivalis hidup di rongga mulut manusia. Dari 7 spesies ini
hanya Entamoeba histolytica yang patogen sedang 6 spesies lainnya
tidak patogen dan hidup komensal pada manusia. Terdapat
juga Amoeba yang hidup bebas dan patogen, yaitu spesies Naegleria
fauleri dari genus Naegleriadan Achanthanoeba culbertsoni dati
genus Achanthanoeba.

b. Kelas Ciliata
Kelas ciliata adalah golongan protozoa yang mempunyai badan yang
diliputi oleh silia, terdiri dari benang yang berasal dari ektoplasma yang
pendek dan halus dan sama panjang. Silia ini merupakan bulu getar yang
dapat bergerak. Dari kelas ini hanya satu genus dan satu spesies yang
penting dalam ilmu kedokteran, yaitu Balantidium coli.
c. Kelas Mastigophora (Flagellata)
Parasit dari kelas ini merupakan protozoa yang mempunyai satu atau
lebih flagel yang mempunyai kekuatan untuk bergerak. Parasite ini dibagi
menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu :
1) Flagellata intestinalis, oral, dan genital yang menginfeksi saluran
pencernaan, rongga mulut, dan tractus urogenital. Dari golongan ini
yang patogen hanya ada dua spesies, yaitu :
a) Giardia lamblia
b) Trichomonas vaginalis
2) Flagellata darah dan jaringan, yang menginfeksi sistem vaskular dan
bermacam jaringan tubuh. Dari golongan ini yang patogen terdapat dua
genus, yaitu :
a) Genus Leishmania yang terdiri dari spesies L. donovani, L. tropica,
dan L. brasiliensis.
b) Genus Trypanosoma, yang terdiri dari spesies T. rhodesiense, T.
gambiense, dan T. cruzi.
Hampir semua golongan flagellata mempunyai stadium trofozoit dan
stadium kista, kecuali genus Trichomonas, yang hanya mempunyai
stadium trofozoi. Stadium trofozoit mempunyai beberapa flagel yang
keluar dari bleparoplas. Juga terdapat membran bergelombang yang
mempunyai dasar costa. Kadang-kadang ada struktur yang tampak
sebagai garis dari anterior ke posterior yang disebut axostyl. Ada
beberapa flagellata yang mempunyai sitosoma. Cara berkembangbiak
dari protozoa ini secara aseksual dengan belah pasang longitudinal.
d. Kelas Sporozoa
Parasit yang termasuk kelas sporozoa ini berkembangbiak bergantian
secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan ini dapat terjadi dalam
satu hospes yang ditemukan pada Coccidia, sedang pada Haemosporidia
diperlukan dua macam hospes yang berlainan jenis. Perkembangbiakan
secara aseksual disebut Schizogoni dan perkembangbiakan secara
seksual disebut Sporogoni. Parasite ini dapat hidup di dalam atau di luar
berbagai macam vertebrata dan invertebrata. Spesies dari sporozoa yang
dapat menginfeksi manusia terdiri dari :
1) Coccidia, yang terdiri dari :
a) Genus Eimeria
b) Genus Isospora
c) Genus Toxoplasma
2) Haemosporidia, yang terdiri dari :
a) Plasmodium
5. Protozoa yang menginfeksi manusia
a. Entamoeba histolytica
1) Defenisi
Parasit ini pertama kali ditemukan oleh “Lambl” tahun 1859, sedang
1875 “Losch” membuktikan sifat patogen dari parasit ini, dan Schaudinn
(1903) dapat membedakan jenis Amoeba yang patogen dan yang
apatogen.
Domain : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba histolytica
Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah
tropis dan subtropis daripada di daerah beriklim sedang. Hospes dari
parasit ini adalah manusia dan kera. Di Cina, anjing dan tikus liar
merupakan sumber infeksi bagi manusia. Walaupun bukan merupakan
faktor penting dalam penyebaran penyakit pada manusia, maka hewan-
hewan ini dianggap sebagai hospes reservoir dari E. histolytica.
Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan
keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung.
Namun pada ph netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif
untuk kemudian berkembang menjadi 4 tropozoit metakistik. Stadium ini
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi tropozoit di dalam usus
besar. Dirongga usus halus dinding kista dihancurkan , terjadi ekskistasi
dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang yang masuk kerongga usus
besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histilytica yang
patogen dan hidup di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan
gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolytica dapat tersebar ke hati,
paru-paru, dan otak.
2) Patologi dan Gejala Klinik
Masa inkubasi dari infeksi E. histolytica ini berkisar antara 4 sampai
5 hari. Saat stadium histolytica dari parasit ini memasuki mukosa usus
besar, maka pada stadium ini akan mengeluarkan enzim histolisin yang
akan menghancurkan jaringan, lalu stadium histolytica ini akan
memasuki lapisan submukosa setelah menembus lapisan muskularis
mukosa. Di lapisan submukosa, Amoeba ini akan memperbanyak diri
dengan cara pembelahan menjadi jumlah yang banyak dan membentuk
koloni dan menghancurkan jaringan di sekitarnya dan menjadi bahan
yang sudah dihancurkannya menjadi makanan.
Kemudian Amoeba akan bergerak ke segala arah dan menghancurkan
daerah submukosa dan akan membentuk abses yang akhirnya pecah
dan menimbulkan ulkus. Lesi yang terjadi merupakan ulkus-ulkus kecil
yang menyebar di mukosa usus. Ulkus ini pada irisan vertical
mempunyai gambaran seperti botol, yaitu dengan lubang yang sempit di
lapisan mukosa, tapi melebar pada dasarnya di lapisan submukosa.
Tepi ulkus ini tidak teratur agak meninggi bergerigi dan dasarnya
bergaung.
Stadium histolytica akan ditemukan pada dasar dinding ulkus. Bila
terjadi peristaltik usus maka stadium ini akan dikeluarkan bersama isi
ulkus ke rongga usus dan dapat menyerang mukosa usus di sekitarnya
dan dapat pula keluar dari tubuh manusia bersama tinja. Tinja yang
dikeluarkan dari tubuh penderita akan bercampur dengan lender dan
darah. Tempat yang sering dihinggapi oleh parasite ini adalah sekum,
rektum, dan kolon sigmoid. Bila infeksi berat maka dapat mengenai
seluruh kolon dan rektum.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yang
ditimbulkan seperti buang air besar disertai darah atau lendir, sakit perut,
hilangnya selera makan, berat badan turun, demam dan rasa dingin.
3) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a) Diagnosis klinik,
b) Diagnosis laboratorium,
c) Radio foto, dan
d) Tes immunologi.
Diagnosis untuk Amoebiasishistolytica dapat dibagi :
1) Amoebiasis intestinal akut
Amoebiasis intestinal akut terjadi jika seseorang mengalami
gejala yang berat dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 bulan.
Hal ini teradi karena peradangan akut di kolon dengan adanya ulkus
yang menimbulkan gejala yang dikenal syndrome disentri. Gejala
tersebut merupakan gejala yang terdiri dari diare encer dengan tinja
yang bercampur darah dan lendir.
Amoebiasis intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a) Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi sekitar 10 kali sehari disertai
demam dan sindroma disentri.
b) Laboratorium, ditemukan E. histolytica stadium histolytica pada
tinja encer yang bercampur darah. Pada pemeriksaan darah
terjadi leukositosis.
2) Amoebiasis intestinal kronis
Biasanya berupa gejala ringan tanpa demam, ada rasa tidak
nyaman di perut dan rasa mual disertai diare yang bergantian
dengan obstipasi. Tinja yang dikeluarkan biasanya padat, kadang-
kadang diliputi darah dan lendir yang tidak merata. Amoebiasis
intestinal kronis dapat ditegakkan dengan :
a) Gejala klinik, diare bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa
serbasi akut, biasanya terjadi sindroma disentri.
b) Laboratorium, menemukan E. hisolytica stadium kista pada tinja
yang agak padat. Pada pemeriksaan ini lebih sulit untuk
menemukan parasite ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan tinja
berulang sampai 3 kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan
reaksi serologi.
3) Amoebiasis hepatis
a) Pemeriksaan klinik, penderita datang dengan kesakitan,
membungkuk seperti menggendong perut sebelah kanan,
disertai demam, berat badan menurun, dan nafsu makan
berkurang atau sama sekali tidak ada nafsu makan. Pada palpasi
teraba hati yang membesar dengan nyeri tekan.
b) Laboratorium, dalam darah ditemukan leukositosis. Pada biopsy
dasar abses ditemukan E. histolytica stadium histolytica. Bila E.
histolytica tidak ditemukan maka dapat dilakukan tes serologi
seperti:
• Tes haemaglutinasi
• Tes immunologi

Pada rontgen foto biasanya ditemukan peninggian diafragma.


4) Amoebiasis paru (Pulmonary amoebiasis)
a) Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya,
hal ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas
dari Pulmonaryamoebiasis.
b) Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran
amoebiasis secara hematogen akan ditemukan E.
histolyticastadium histolytica.
4) Pengobatan
Drug of choise dari E. histolytica stadium histolytica pada dinding
usus besar, hati, dan lesi pada alat yang terkena penyebaran adalah :
a) Emetin hydro chlorida dan Dehydroemetin secara parenteral
Emetin hydro chloride efektif terhadap bentuk histolytika. Dan
tidak dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal
dan jantung. DHE kurang toksik dibandingkan Emetin Hydro
chlorida. Pemberian oral toksisitasnya tinggi dan absorpsinya
rendah.
Dosis :
• Dewasa : 65 mg/hari
• Anak > 8 tahun : < 20 mg/hari selama 4-6 hari atau 5-7 hari
• Anak < 8 tahun : < 10 mg / hari

b) Metronidazol
Metronidazol efektif terhadap bentuk histolytika dan kista.
Absorbsi pada pemberian oral baik, serta waktu paruh obat ini 8 – 10
jam. Metronodazol di ekskresikan malalui urin, air liur, ASI, cairan
vagina, dan cairan seminal.
Dosis :
• Dewasa : 3 x 750 mg / hari selama 5-10 hari
• Anak : 35 – 50 mg / KgBB / hari dalam 3 dosis
c) Iodochlor hydroxiquin atau Clioquinol
Efektif untuk bentuk kista. Hanya efektif untuk Amoebiasis
Intestinal. Pada pemberian oral, sebagian obat akan diserap ¼ dari
yang diberikan dan ditemukan di dalam urine.
Dosis :
Sediaan tablet 250 mg
• Dosis Dewasa : 3 x 650 mg selama 20 hari
• Dosis anak : 30 - 40 mg / KgBB / hari, terbagi dalam

tiga dosis
d) Paromomycin
Paromomycin termasuk dalam golongan aminoglycoside dan
bersifat amoebicida secara invitro maupun invivo. Bekerja langsung
terhadap Amoeba serta bersifat anti bakteri baik terhadap
organisme normal maupun patogen dalam usus. Pemberian oral
hanya sedikit yang di absorbs dan sangat toksik terhadap ginjal.
Dosis :
• 25 – 35 mg / KgBB / hari, dan terbagi dalm 3 dosis. Diberikan

bersama makanan selama 5 – 10 hari.


5) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan secara perorangan seperti mencuci
tangan dengan sabun sesudah mencuci anus, dan kebersihan
lingkungan seperti membiasakan memasak makanan dan minuman
dengan sempurna, menghindari makanan dan minuman yang
terkontaminasi dengan kotoran manusia. Tidak memakai tinja manusia
sebagai pupuk. Membuang tinja dan kotoran pada tempat yang tidak
akan terkontaminasi dengan makanan.
C. Helmintologi
1. Defenisi
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup
pada manusia yang berupa cacing.
Berdasrkan taksonomi, parasit cacing yang hidup pada manusia dibagi menjadi :
a. Nemathelminthes = cacing benang, yaitu yang berbadan bulat panjang
(silindris), mempunyai rongga badan,dan berjenis kelamin terpisah (jantan
dan betina),terdiri dari :
1) Nematoda intestinal
2) Nematode jaringan
b. Plathyhelminthes = cacing pipih, tidak mempunyai rongga badan, dan
biasanya mempunyai alat kelamin ganda atau hermafrodit, terdiri dari :
1) Trematoda (cacing daun)
a) Berbentuk daun
b) Tidak bersegmen
c) Mempunyai alat pencernaan
2) Cestoda (cacing pita)
a) Berbentuk pita
b) Badan beruas-ruas (bersegmen)
c) Tidak mempunyai alat pencernaan
2. Morfologi
Nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar di antara cacing yang hidup
sebagai parasit pada manusia. Cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak bersegmen, berbentuk bulat seperti benang, tubuh dilipiti kutikula.
b. Ukuran besar dan panjang berbeda-beda dari 2 mm sampai lebih dari 1
meter.
c. Mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan, saluran pencernaan,
sistem saraf, sisten ekskresi, dan sistem reproduksi yang terpisah
d. Pada umumnya bertelur, adapula yang vivipara atau berkembangbiak
secara partogenesis.
e. Bentuk yang sudah dewasa tidak bertambah banyak dalam tubuh manusia.
f. Pada umumnya mempunyai fase di luar tubuh hospes dengan atau tanpa
hospes perantara.
g. Telur atau larva yang dikeluarkan daritubuh hospes dengan berbagai cara,
sedangkan jumlah telur yang dikeluarkan dari tubuh hospes bervariasi
antara 20 – 200.000 butir sehari.
h. Larva dalam kehidupannya menglami pertumbuhan dengan pergantian kulit
i. Stadium infektif masuk ke dalam tubuh manusia dapat secara aktif tertelan
atau dimasukkan oleh vector dengan tusukan, gigitan, dan sebagainya.
3. Klasifikasi Parasit Cacing
a. Nemathelminthes (cacing benang)
1) Nematoda intestinal
Nematoda intestinal adalah nematoda yang berhabitat di saluran
pencernaan manusi dan hewan. Diantara nematoda intestinal ini
terdapat bebrapa spesies yang tergolong “Soil Transmitted Helminth”,
yaitu nematode yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium
infektif,memerlukan tanah dengan kondisi tertentu, diantaranya Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris
trichuria, Strongiloides stercoralis, dan beberapa
spesies Trichostrogylus.Sedangkan yang tidak memerlukan
tergolong Soil Transmitted Helminth adalah Oxyuris
vermicularis dan Trichinella spiralis

2) Nematoda jaringan
Dalam mempelajari nematode jaringan, perlu diketahui istilah yang
penting yaitu Periodisitas. Periodisitas adalah istilah yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis dari infeksi nematoda jaringan pada manusia.
Periodisitas adalah periode saat mikrofilaria (larva dari nematoda
jaringan) berada dalam darah tepi. Periodisitas ini ada beberapa
macam, yaitu :
a) Periodisitas nocturna yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi
pada malam hari
b) Periodisitas diurnal yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi
pada siang hari.
c) Sub-periodisitas nocturna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah
tepi malam hari lebih banyak dari pada siang hari.
d) Sub-periodisitas diurna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah
tepi siang hari lebih banyak daripada malam hari.
e) Non-periodik, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi sama
siang dan malam, jadi setiap saat mikrofilaria dapat ditemukan dalam
darah tepi.
Diantara nematoda jaringan yang penting dalam dunia kedokteran,
ada beberapa spesies, yaitu :
a) Wuchereria bancrofti
b) Bruhia malayi
c) Brugia timori
d) Loa-loa
e) Oncocerca volvulus
f) Dipetalonema perstans
b. Plathyhelminthes (cacing pipih)
1) Trematoda (cacing daun)
Pembagian trematoda berdasarkan habitatnya, antara lain :
a) Trematoda hati (liver flukes)
- Clonorchis sinensis
- Opisthorchis felinus
- Opisthorchis viverini
- Fasciola hepatica
b) Trematoda usus (intestinal flukes)
- Fasciolapsis buski
- Heterophyes heterophyes
- Watsonius watsoni
- Metogonimus yocogaway
- Gastrodiscoides hominis
- Echino stomatidae
c) Trematoda paru-paru (lung flukes)
- Paragonius westermani

d) Trematoda darah
- Schistosoma japonicum
- Schistosoma mansoni
- Schistosoma haematobium
2) Cestoda (cacing pita)
Cestoda terbagi dalam 2 ordo, yaitu :
a) Ordo Pseudophyllidea
b) Ordo Cyclophillidea
Bentuk badan seperti pita dan terdiri dari skolek, leher antara skolek
dan badan, serta strobila. Cyclophillidea umumnya mempunyai satu
hospes perantara, sedang Pseudophyllidea mempunyai dua hospes
perantara.
4. Cacing yang menginfeksi manusia
a. Oxyuris vermicularis (Enterobius vermicularis, Linnaeus 1758)
1) Defenisi
Taksonomi Enterobius vermicularismenurut Jeffry dan Leach adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Metazoa
Philum : Nemathelmintes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Plasmidia
Ordo : Rhabditia
Famili : Oxyuroidea
Genus : Enterobius
Spesies : Enterobius vermicularis
Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, didekat usus besar.
Cacing ini berukuran 8-13 mm pada betina dan 2-5 mm pada jantan,
mulut mempunyai pelebaran seperti sayap disebut alae, bulbus
esofagusnya jelas, ekor runcing, dan badan kaku, uterus gravid penuh
berisi telur. Cacing betina dalam sehari dapat menghasilkan telur
sebanyak 10.000-11.000 butir. Telur lonjong asimetris dengan dinding
dua lapis. Dalam waktu 6 jam telur dilipatan anus akan menjadi infektif.
Manusia akan terinfeksi dengan termakannya telur secara autoinfeksi
dan retro infeksi.
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Tahap pertama, telur cacing
berpindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, sprei, dan
mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut
anak dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara
kemudian tertelan.
Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus
halus dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina
bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk
menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur
tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari
cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat
bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu
ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat
dan cacing muda dapat masuk kembali ke
dalam rektum dan usus besar bagian bawah.
2) Patologi dan Gejala Klinik
Gejala terpenting adalah pruritus ani yang disebabkan karena cacing
betina yang bermigrasi ke daerah anus sehingga penderita merasa gatal
dan menggaruk sehingga menimbulkan luka disekitar anus. Keadaan ini
sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu
tidurnya dan menjadi lemah.
Selain pruritus ani, gejala lainnya yaitu berkurangnya nafsu makan,
berat badan menurun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi
menggertak dan insomnia.
3) Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan cara anal swab, yaitu
pemeriksaan dengan mengadakan hapus anus penderita dengan
menggunakan kertas selofan, kemudian kertas dihapuskan ke kaca
benda object glass untuk dibuat preparat, disini baru akan dapat terlihat
telur cacing tersebut. Guna menghindari hasil negatif palsu hendaknya
specimen apusan perianal ini diambil sebelum daerah perianal terpapar
air dalam pencucian.
4) Pengobatan
Pada pengobatan dianjurkan seluruh keluarga dari penderita diberi
pengobatan pyrantel pamoat, mebendazole, albendazole, memiliki
efektifitas yang tinggi untuk mengobati infeksi cacing ini. Albendazole
diberikan dengan dosis 400 mg per oral dosis tunggal pada anak > 2
tahun. Anak < 2 tahun diberikan 100 mg. mebendazole diberikan dengan
dosis 100 mg per oral dosis tunggal. Pyrantel pamoat diberikan dengan
dosis 10 mg / KgBB. Keseluruhan obat jika diperlukan dapat diulangi 2
– 4 minggu kemudian.
5) Pencegahan
Menjaga kebersihan kuku dan pakaian, membiasakan makan
makanan yang terlindungi dari pencemaran, membiasakan anak selalu
mengganti pakaian setelah mandi, serta membersihkan lantai rumah
setiap hari dan tidak memakai alas kaki ke dalam rumah.

D. Entomologi
1. Defenisi
Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga. Akan
tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang
mempelajari artropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan
kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya
(Millepodadan Centipoda). Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin
- entomon bermakna serangga dan logosbermakna ilmu pengetahuan.
Entomologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang serangga dan
hewan yang termasuk filum Arthropoda yang mempunyai hubungan dengan ilmu
kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.
2. Morfologi umum
Serangga pada umumnya mempunyai 4 tanda morfologi yang khas, yaitu :
a. Badan beruas-ruas
b. Umbai-umbai (appendages) beruas-ruas
c. Mempunyai eksoskelet
d. Bentuk badan simetris bilateral
Bentuk badan yang beruas-ruas itu disebelah luar dilapisi oleh lapisan khitin
yang pada bagian tertentu mengeras dan membentuk eksoskelet yang
berfungsi sebagai penguat tubuh dan pelindung alat dalam serta tempat
melekatnya otot, pengaturan penguapan air, dan penerus rangsangan yang
berasal dari luar dan pengatur suhu tubuh.
Umbai-umbai yang beruas-ruas akan tumbuh menurut fungsinya, kepala
akan tumbuh menjadi antenna dan mandibular. Pada thorax tumbuh menjadi
kaki dan pada abdomen tumbuh menjadi kaki pengayuh yang
disebut swimmerets.
Arthropoda ini juga mempunyai saluran pencernaan, saluran pernapasan
yang disebut trakea, dan saraf yang terdiri dari otak dan ganglion, perdaran
darah terbuka, dan sistem reproduksi dengan jenis kelamin terpisah jantan dan
betina.
3. Siklus hidup
Dalam proses pertumbuhanya Arthropoda menjadi lebih besar, sehingga
eksoskelet yang membungkus tubuhnya akan terdesak dan pecah lalu terjadi
pengelupasan kulit dan tumbuh eksoskelet yang baru. Untuk pertumbuhan serangga
ini dipengaruhi oleh hormon “juvenile” dan untuk pengelupasan kulit dipengaruhi oleh
“ecdyson”. Selama masa pertumbuhannya, serangga mengalami perubahan brntuk
yang disebut metamorfosis, yang dibagi menjadi dua yaitu :
a. Metamorfosis sempurna yang terdiri dari stadium: telur – larva – pupa –
dewasa.
b. Metamorfosis tidak sempurna yang terdiri dari stadium: telur – larva – nimfa
– dewasa.
4. Peranan dalam dunia kedokteran
a. Serangga sebagai penular penyakit
Dalam menularkan penyakit serangga ini dapat melalui dua cara, yaitu
:
1) Penularan secara mekanik
2) Penularan secara biologic
b. Serangga sebagai parasit
Serangga yang hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit
kepada manusia berdasarkan habitatnya dapat dibagi menjadi :
1) Endoparasit yang hidup atau mengembara didalam jaringan tubuh
manusia sebagai hospes.
2) Ektoparasi yang hidup pada permukaan tubuh hospes.
3) Parasit permanen, yaitu seluruh atau sebagian besar hidupnya
menghinggapi satu hospes dan tidak pindah-pindah.
4) Parasit periodik (tidak permanen), yaitu parasit yang berpindah-pindah
dari satu hospes ke hospes laindalam lingkaran hidupnya.

c. Serangga sebagai pengandung toksin


Serangga sebagai pengandung toksin dapat memasukkan toksinnya
kepada manusia dengan cara :
1) Kontak langsung
2) Gigitan
3) Sengatan
4) Tusukan
d. Serangga sebagai penyebab alergi pada orang yang rentan
Serangga sebagai penyebab alergi dapat ditemukan pada tungau debu,
dan tusukan nyamuk dapat menimbulakan gatal-gatal,
5. Pembagian Arthropoda
Berdasarkan penting perananya dalam dunia kedokteran, maka filum arthropoda
dibagi sebagai berikut :
a. Kelas Insecta
b. Kelas Arachnida
c. Kelas Crustacea
d. Kelas Chilopoda
e. Kelas Diplopoda
Penyakit yang disebabkan oleh serangga
a. Pedikulosis
1) Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan
rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.
Pedikulosis adalah penyakit yang disebabkan infestasi dari tuma
Pediculus humanus var. capitis.
2) Morfologi dan gejala klinis
Pediculus humanus capitis dari genus Pediculus, family
Pediculidae, ordo Anoplura, kelas Insekta.
Bentuk tuma ini lonjong, pipih dorso-ventral, berukuran 1,0-1,5 mm,
warna kelabu, kepala berbentuk segitiga yang mempunyai mata,
sepasang antenna yang terdiri dari 3 segmen yang menyatu dan
abdomen yang terdiri dari 9 ruas yang menyatu, mempunyai 3 pasang
kaki, yang setiap kaki dilengkapi dengan kuku yang dipergunakan untuk
berjalan dari satu helai rambut ke helai yang lain dengan menjepit
rambut dengan kukunya. Tuma ini dapat berpindah dari satu hospes ke
hospes yang lain.metamorfosis tidak sempurna, telur (nits) berwarna
putih direkatkan pada rambut dengan perekat kitin. Tuma ini menghisap
darah sedikit demi sedikit dalam waktu lama. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan daritelur-nimfa-dewasa kira-kira 18 hari dan tuma
dewasa dapat hidup selama 27 hari.
Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur,
nimfa dan dewasa. Setelah perkawinan, kutu betina dewasa akan
menghasilkan 1 sampai 6 telur per hari selama 30 hari. Telur kutu
berbentuk oval dan umumnya berwarna putih. Telur diletakkan oleh
betina dewasa pada pangkal rambut (sekitar 1 cm dari permukaan kulit
kepala) dan bergerak ke arah distal sesuai dengan pertumbuhan
rambut. Telur kutu ini akan menetas setelah 7-10 hari, dengan
meninggalkan kulit atau selubungnya pada rambut.
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai
kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa
dalam waktu 9-12 hari setelah menetas. Untuk hidup, nimfa
membutuhkan makanan berupa darah.
Kutu dewasa mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-
abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu kepala
tidak bersayap, memipih di bagian dorso-ventral dan memanjang. Kutu
dewasa dapat merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23
cm per menitnya. Rentang hidupnya sekitar 30 hari dan dapat bertahan
hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari.
3) Patogenesis dan gejala klinis
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan tuma dan mulutnya
pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala
atau leher. Air liur yang merangsang timbulnya papel merah dan rasa
gatal yang hebat.
Pada infeksi berat bisa terjadi infeksi sekunder hingga helaian
rambut akan melekat satu dengan lain dan mengeras. Dapat ditemukan
banyak tuma dewasa, telur, dan eksudat nanah yang berasal dari luka
gigitan yang meradang. Keadaan yang berat ini disebut “Plica palonica”
yang mungkin pula akan ditumbuhi jamur. Infestasi mudah terjadi
dengankontak langsung.
4) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu
keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang
menempel di rambut.
5) Pengobatan
a) Permethrin 1 % merupakan pengobatan kutu yang paling aman,
paling efektif dan paling nyaman. Digunakan secara topical dalam
waktu 10 menit.
b) Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga
bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak
karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang digunakan
piretrin.
c) Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah
pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk
membunuh kutu yang baru menetas.
d) Malathion tersedia dalam bentuk lotion 0,5% dan 1% digunakan
untuk kutu di kepala selain itu pula dapat digunakan anti parasit
lainnya seperti Ivermectin, Lindane, Isopropyl myristate , Spinosad.
e) Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak
dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka
kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia
6) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan dan
menghindari kontak dengan pengandung tuma ini. Pemberantasan
dilakukan dengan tangan, sisir, atau dengan menggunakan insektisida
golongan klorida (BHC). Pengobatan sebaiknya dilakukan setelah
mencukur rambut dikepala yang terinfeksi tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata parasitologi berasal dari kata parasitosyang berarti jasad yang mengambil
makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah
ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di
dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian
atau seluruhnya dari organisme tersebut.
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang
hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel
satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok.
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang
hidup pada manusia yang berupa cacing. Berdasrkan taksonomi, parasit cacing
yang hidup pada manusia dibagi menjadi dua
yaitu nemathelmintes dan Platyhelminthes.
Entomologi berasal dari dua kata Latin yaitu entomon bermakna serangga
dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Jadi, entomologi kedokteran adalah ilmu
yang berisi kajian tentang serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda
yang mempunyai hubungan dengan ilmu kedokteran serta bagaimana cara
pemberantasannya.
B. Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka
perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Maka dari itu,
sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya.
DAFTAR PUSTAKA

harty-parasitologi.blogspot.com/
(Diakses pada tanggal 6 Desember 2014 pukul 12.15 WITA)
firanuudianhusada.blogspot.com/p/parasitologi-a.html
(Diakses pada tanggal 6 Desember 2014 pukul 13.05 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Parasitologi
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 09.20 WITA)
vitasernavianti.wordpress.com/2013/10/27/makalah-entomologi/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 10.00 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Entomologi
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 11.35 WITA)
Rosdiana safar, Hj. 2009. Parasitologi kedokteran. Yrama widya
ADAM, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar mikrobiologi parasitologi
untuk perawat. Jakarta: EGC
M. Hasyimi. 2010. Mikrobiologi parasitologi untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai