Anda di halaman 1dari 8

Laporan Case Based Learning Hari, tanggal : Senin, 1 April 2024

Patologi Klinik Kelompok :7


Paralel : P1

CBL (Case Based Learning)

Hematologi dan Kimia Darah


Anggota Kelompok:

1. Zakia Auliya Dinanti B0401211097


2. Shofi Maulina Pramaningrum B0401211105
3. Darapuspa Widyadhari Aulia B0401211114
4. Rida Rahayu B0401211115

DIVISI PENYAKIT DALAM


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
IPB UNIVERSITY
2024
ABSTRACT:
Kuda merupakan hewan yang saat ini banyak diminati sebagai hewan pelihara untuk
olahraga. Kepedulian terhadap kesehatan kuda pun juga semakin meningkat. Uji hematologi
dan kimia darah dapat mengevaluasi nilai fisiologis dan patologis hewan. Seekor kuda
berumur 20 tahun dan berjenis kelamin betina mengalami anorexia, ataxia, gerakan berputar
(circling), gejala otot twitching dan ikterus.
Hasil uji hematologi menunjukkan nilai hematokrit dan sel darah putih tinggi.
Neutrofil mengalami peningkatan sementara limfosit mengalami penurunan. Hasil uji kimia
darah menunjukkan kadar ureum dan kreatinin rendah. Sementara enzim GGT, AST, SDH
serta bilirubin menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil temuan tersebut, kucing dalam
kasus ini didiagnosis menderita ensefalopati hepatik, sirosis hati atau penyakit surra. Namun
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG, CT Scan/MRI dan biopsi hati agar
penyakit yang diderita kuda tersebut dapat segera dilakukan tindakan pengobatan.

Kata kunci: kuda, hematologi, kimia darah, Hepatic Encephalopathy.

PENDAHULUAN pemeriksaaan hematologi untuk mendeteksi


kelainan dalam darah (Rogers 2011).
Kuda merupakan hewan yang sudah
didomestikasi sejak zaman prasejarah Parameter hematologi dan kimia
sebagai hewan untuk transportasi, hewan darah dapat berfungsi untuk mengevaluasi
ternak, hingga membantu kegiatan militer. nilai fisiologis dan patologis dari tubuh
Saat ini, kuda lebih sering digunakan untuk hewan dan manusia (Mikniene et al. 2014).
olahraga berkuda dan pengendaraan Hematologi atau pengecekan darah
sederhana untuk kesenangan. Ketertarikan merupakan salah satu pemeriksaan yang
masyarakat untuk memelihara kuda yang digunakan dalam berbagai macam penyakit
meningkat membuat kepedulian mengenai yang bertujuan mengetahui kondisi darah
kesehatan terhadap kuda juga semakin dengan memeriksa komponen-komponen
meningkat (Rahardjo 2018). yang ada pada darah untuk menegakkan
suatu diagnosis, mendapatkan diagnosis
Darah adalah komponen dasar diferensial, mengetahui seberapa parah
kehidupan yang merupakan jaringan penyakit, menentukan prognosis, dan pada
penghubung berupa cairan yang terdiri dari prosedur pembedahan juga dilakukan untuk
plasma dan sel darah. Darah bekerja sebagai memastikan apakah hewan dapat melakukan
alat angkut atau media transport untuk tindakan atau tidak (Septiana dan Halimudin
pengambilan makanan, zat-zat, dan oksigen 2017). Pada umumnya parameter dari
yang diperlukan tubuh, mengangkut bahan pemeriksaan hematologi terdiri dari
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pemeriksaan eritrosit, leukosit, trombosit,
pertahanan tubuh terhadap virus atau hemoglobin, dan hematokrit.
bakteri. Adanya kelainan darah menjadi
suatu tanda dari adanya gangguan atau Kimia darah mengacu pada enzim,
penyakit di dalam tubuh hewan. Inilah yang protein dan produk yang dihasilkan oleh
kemudian menjadi alasan pentingnya tubuh yang dapat membantu menentukan
masalah fungsi organ tubuh. Nilai kimia Hb 13.6 11-19
darah dapat menggambarkan fungsi organ
secara spesifik. Interpretasi dari nilai kimia MCV (fL) 46 37-59
akan memberikan pemahaman mengenai
MCH (%) 17,8 12.3-19.7
implikasi dan patofisiologi bagi
masing-masing nilai abnormal (Ambrojo et MCHC(%) 38,4 31-39
al. 2013). Secara umum, pengukuran nilai
kimia darah di dalam laboratorium klinik Platelet normal 72-183
antara lain untuk menguji fungsi hati, otot WBC(x10^3 20.6* 4.9-10.3
jantung, ginjal, gula darah, elektrolit dan /ul)
dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang
digunakan untuk membantu menegakkan Fibrinogen 800* 150-375
(mg/dL)
diagnosis anemia (Rahardjo 2018). Penilaian
fungsi dan gangguan organ hati dapat
dilakukan dengan mengukur enzim hepatik
dalam serum (Meyer dan Harvey 2004). Parameter Nilai Nilai
Gangguan ginjal dapat dilihat dengan normal
menghitung nilai blood urea nitrogen
(BUN) dan kreatinin. BUN merupakan hasil Neutrophils 16.69* 2.2-8.1
(segmented)
turunan dari amonia yang dihasilkan melalui
(x10^3/ul)
siklus urea selama proses metabolisme
protein di dalam hati. Urea masuk ke dalam Neutrophils 1.85 0-0.2 (0-2)
sirkulasi, difilter dan diekskresikan melalui (band)
ginjal. Kreatinin merupakan hasil akhir dari (x10^3/ul)
metabolisme kreatinin dan akan Lymphocyte 1.65* 1.7-5.8
diekskresikan melalui ginjal (Tunjungsari s (x10^3/ul)
2016).
Monocytes 0.21 0-1.0
REKAM MEDIK (x10^3/ul)
Sinyalemen
Eosinophils 0.0 0-0.8
Seekor kuda berumur 20 tahun (x10^3/ul)
berjenis kelamin betina.
Anamnesis Basophils 0.21 0-0.3
Kuda betina mengalami anorexia, (x10^3/ul)
ataxia, gerakan berputar (circling), gejala
otot twitching dan ikterus.
Hasil uji Hematologi
Parameter Nilai Nilai
Parameter Nilai Nilai normal
Normal
BUN 2* 7-25
RBC ((x 7,64 6.2-10.2 (mg/dL)
10^6/ul)
Creatinine 0.6 0.6-2.2
Hct (%) 35.4* 25-30 (mg/dL)
Total 7.0 5.7-8.0 sorbitol dehydrogenase (SDH). Enzim lain
Protein pada hati mungkin meningkat dalam plasma
(g/dL) atau serum pada penderita penyakit hati
namun tidak spesifik untuk hati yaitu laktat
Albumin 2.9 2.2-3.7 dehidrogenase (LDH), alkali fosfatase
(g/dL)
(ALP), alanine aminotransferase (ALT), dan
A/G ratio 0.7 0.62-1.46 aspartate aminotransferase (AST). GGT
sebagai indikator penyakit hati yang paling
GGT (U/L) 251* 5-24 sensitif pada kuda (House dan Elfenbein
AST (U/L) 580* 205-555 2017).
Asam empedu merupakan tes terbaik
SDH (U/L) 54* 0.3-7.0 yang menunjukkan fungsi hati. Peningkatan
ini menunjukkan berkurangnya aliran darah
T. Bilirubin 28.2* 0.5-2.3
(mg/dL) hepatik, kegagalan hati dalam mengeluarkan
asam empedu dari sirkulasi enterohepatik,
D. Bilirubin 5.6* 0.1-0.3 kegagalan hepatosit untuk
(mg/dL) mengkonjugasikan asam empedu untuk
Bile acids 202* 0.4-3.5 ekskresi, atau kegagalan ekskresi. Puasa
(umol/L) jangka pendek tidak mempengaruhi
konsentrasi asam empedu serum. Asam
NH3 79 19-94 empedu stabil dibekukan selama satu
(ug/dL) bulan.kegagalan hepatosit untuk
mengkonjugasikan asam empedu untuk
DIAGNOSA DIFFERENSIAL ekskresi, atau kegagalan ekskresi. Puasa
Berdasarkan anamnesa dan hasil uji jangka pendek tidak mempengaruhi
hematologi didapatkan diagnosa konsentrasi asam empedu serum. Asam
differensialnya adalah ensefalopati hepatik empedu stabil dibekukan selama satu bulan
(HE), sirosis hati, dan penyakit surra. (House dan Elfenbein 2017).
Namun, diperlukan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan CBC juga diperlukan
untuk memastikan kebenaran dari penyakit dalam diagnosis penyakit hati. Peningkatan
tersebut. WBC dan fibrinogen mungkin juga
Berdasarkan hasil hematologi dan menunjukkan penyebab penyakit hati yang
kimia darah masing-masing menunjukkan menular (House dan Elfenbein 2017).
HCT, WBC, Fibrinogen, neutrofil, limfosit,
BUN, GGT, AST, SDH, dan Total bilirubin Hepatic Encephalopathy
tinggi. hasil yang didapatkan diduga kuda Ensefalopati hepatik (HE)
tersebut mengalami dehidrasi sedang dan merupakan gangguan fungsi sistem saraf
masalah hati kronis. Konsentrasi bilirubin pusat (SSP) akibat adanya insufisiensi hati
total dan aktivitas enzim AST dan GGT atau portal-systemic shunting. HE secara
meningkat secara tidak normal. Diagnosis umum diklasifikasikan berdasarkan penyakit
penyakit hati adalah pengukuran konsentrasi hati yang mendasarinya dan evolusi
enzim hati dalam plasma atau serum. Enzim manifestasi neurologisnya (Cordoba 2014).
hati yang khusus untuk hati kuda adalah Bentuk ensefalopati hepatik yang paling
gamma-glutamyltransferase (GGT) dan umum terjadi akibat sirosis dan penyakit hati
kronis. Penyakit ini biasanya kadar enzim-enzim dalam darah dengan
dikelompokkan ke dalam dua kategori: mengamati zat-zat dalam darah yang
ensefalopati hepatik minimal, yang secara dibentuk sel hati. Enzim Alanin
klinis sulit dideteksi, dan ensefalopati Aminotransferase (ALT) dan Aspartat
hepatik terbuka, yang gejalanya biasanya Aminotransferase (AST) merupakan
terlihat jelas (Lu 2023). beberapa enzim yang digunakan sebagai
HE disebabkan oleh zat-zat yang indikator kerusakan hati (Antai et al. 2009,
dalam keadaan normal dimetabolisme secara Heegazy dan Fouad 2015). Enzim AST
efisien oleh hati. Secara umum diyakini berada dalam sel parenkim hati (Hozaimah,
bahwa dasar patofisiologi HE adalah 2007). Enzim AST juga terdapat di jantung,
nekrosis hepatosit, kegagalan fungsional, otot skelet, dan ginjal. Bila jaringan tersebut
dan akumulasi banyak zat beracun tanpa mengalami kerusakan akut, kadarnya dalam
detoksifikasi hati. Akumulasi racun tersebut serum meningkat. Peningkatan ini terjadi
memasuki sirkulasi melalui pintasan cabang karena pelepasan enzim secara intraseluler
samping yang terbentuk secara alami atau ke dalam darah yang disebabkan oleh
melalui pembedahan antara vena portal dan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan
melintasi sawar darah-otak ke otak, sehingga hati secara akut. Pada pemeriksaan biokimia
menyebabkan disfungsi sistem saraf pusat darah didapatkan nilai AST yaitu 580 U/L
(Lu 2023). dengan nilai normal 205-555 U/L. Hasil
tersebut sesuai dengan teori bahwa
Cirrhosis Hepatik (Sirosis Hati) peningkatan kadar transaminase (AST dan
Sirosis hati merupakan suatu fibrosis ALT) dalam darah disebabkan karena
atau pembentukan nodul pada hati. Sirosis terjadinya kerusakan pada sel hepatosit.
juga diketahui sebagai suatu kondisi Sesuai dengan letak enzim tersebut pada
sekunder dari suatu penyakit hati kronis. hepatosit, AST merupakan indikator yang
Fibrosis bisa muncul diakibatkan oleh sensitif untuk menentukan tingkat kerusakan
kerusakan pada hati yang disebabkan oleh dari sel hepatosit. Peningkatan AST
berbagai faktor seperti infeksi virus, faktor ditemukan pada kasus hepatitis, sirosis hati.
keturunan, kondisi autoimun, atau toxin
(Sharma dan John 2012). Adanya kerusakan Penyakit Surra/Trypanosomiasis
pada hati mampu menyebabkan Surra atau trypanosomiasis adalah
terbentuknya jaringan parut atau fibrosis. penyakit menular pada kuda yang
Awalnya, fibrosis tidak akan menimbulkan disebabkan oleh parasit Trypanosoma evansi
kerusakan fungsi pada hati, namun dengan dan harus dicegah penyebarannya. Penyakit
meluasnya kerusakan mampu menyebabkan Trypanosoma evansi pada kuda
hati kehilangan fungsi. Saat ini, penyebab menimbulkan angka kesakitan dan angka
utama dari sirosis hati adalah penyakit kematian yang cukup tinggi. Surra atau
hepatitis C, penyakit hati alkoholik, dan Trypanosoma evansi adalah penyakit
statohepatitis non alkoholik. Penyebab menular pada hewan yang disebabkan oleh
sirosis juga diperparah oleh beberapa faktor, parasit darah bernama Trypanosoma evansi
seperti umur, lingkungan, serta jenis melalui gigitan lalat penghisap darah.
makanan. Hewan seperti kuda merupakan hewan yang
Parameter kerusakan organ hati sangat peka terhadap Trypanosoma evansi
dapat diketahui dari perubahan aktivitas dan dan jika tidak ditangani dengan baik
akan berdampak fatal pada kuda.
Trypanosoma evansi merupakan parasit Ultrasonografi (USG)
yang bersirkulasi dalam sistem peredaran Penyakit hepatic encephalopathy
darah hewan dan disebarkan secara mekanis merupakan penyakit hati yang didasari dan
oleh lalat penghisap darah seperti lalat berasal dari manifestasi neurologis (Cordoba
Tabanus (OIE 2008). 2014). Pemeriksaan USG dilakukan untuk
Hepar sebagai pusat metabolisme mengetahui kondisi organ hati, dengan
tubuh, masuknya antigen Trypanosoma menggunakan probe cembung. Pada kasus
evansi ke dalam tubuh akan dimetabolisme hepatic encephalopathy USG dilakukan
di dalam hepar, sehingga akan menimbulkan pada area organ hati, contoh abnormalitas
gangguan dan kerusakan pada organ hepar yang ditemukan adalah adanya penebalan
akibat infeksi Trypanosoma evansi (Ibrahim dan berbentuk bulat pada lobus hati kanan
et al. 2010; Mekata et al. 2013). bagian caudal serta parenkim hati
Respon imun kuda terhadap infeksi menunjukan adanya hipereksogenisitas dan
T. evansi pada kuda kurang baik karena pola pembuluh darah menurun (Park et al.
faktor genetik, sehingga kuda sangat rentan 2021).
terhadap serangan infeksi T. evansi dan
penyakit berlangsung cepat/perakut, akut CT Scan / MRI
dan gejala klinis yang dapat diamati berupa Hepatic encephalopathy sangat
demam, anemia, edema, pincang karena mempengaruhi keadaan fungsi otak akibat
paralisis dan lebih lanjut terlihat gejala adanya zat-zat toksik dan perubahan kimia
syaraf berupa gerakan berputar. darah, kadar ammonia yang tinggi dalam
darah dapat menjadi racun bagi sistem saraf
Tabel diagnosa differensial otak. Sehingga dapat dilakukan diagnosa
Parameter HE Cirroc Surra penunjang untuk pemeriksaan otak, yaitu
/diagnosa his computerized tomography (CT-Scan) atau
differensia hepati Magnetic Resonance Imaging (MRI).
l c Beberapa hasil MRI pada kasus

Anorexia ✅ ✅ ✅ hepatic encephalopathy ditandai dengan


adanya edema vasogenik, hal ini terjadi
Ataxia ✅ ✅ ✅ karena menumpuknya cairan ekstrasel akibat

Gerakan
Berputar
✅ ✅ ✅ kerusakan pada darah di otak yang dapat
menyebabkan sel glia menjadi aktif
(Mahalini 2011). Selain pada otak,
(circling)

✅ ❌ ❌
pemeriksaan CT scan dan MRI juga dapat
Gejala otot menunjukan jika terdapat lesi pada organ
twitching hati (Sharma dan Nagali 2022).
Icterus ✅ ✅ ✅ Biopsi hati
PEMERIKSAAN PENUNJANG Biopsi merupakan pengambilan
Beberapa pemeriksaan penunjang sepotong organ atau jaringan hidup dan
yang dapat membantu menegakkan dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis
diagnosis untuk kasus ini diantaranya: untuk mengamati adanya kelainan pada
patologis organ (Wardhani 2010). Biopsi
hati menjadi pemeriksaan penunjang akhir Hozaimah S. 2007. Kadar SGOT dan SGPT
yang dapat dilakukan, namun jika pada pada tikus putih (Rattus novegicus)
pemeriksaan radiografi sudah terlihat adanya akibat konsumsi minyak jelantah
abnormalitas pada hati maupun otak biopsi bermerek dan tidak bermerek dari
tidak perlu dilakukan dikarenakan dapat beberapa kali penggorengan. J
menyebabkan risiko komplikasi dan harga Farmasi. 5: 10-19.
relatif mahal (Xu et al. 2020). Ibrahim MA, Aliyu AB, Sallau AB, Bashir
M, Yunusa I, and Umar TS. 2010.
SIMPULAN Sennaoccidentalis leaf extract
Berdasarkan data anamnesis, possesses antitrypanosomal activity
signalment, gejala klinis, dan pemeriksaan and ameliorates the trypanosome
hasil uji hematologi dan kimia darah, kuda induced anemia and organ damage.
didiagnosa mengalami hepatic Pharmacognosy Res. 2(3): 175-180.
encephalopathy, sirosis hati, atau penyakit Lu K. 2023. Cellular pathogenesis of hepatic
surra. Pemeriksaan penunjang yang perlu encephalopathy: an update.
dilakukan untuk memperkuat diagnosa Biomolecules. 13(2): 396.
penyakit ini adalah USG, CT Scan/MRI, Mahalini DS. 2011. Ensefalopati pada anak
serta biopsi hati. dengan sepsis. SINAS Sepsis pada
Anak dan Neonatus; 2011 Des 10;
PUSTAKA ACUAN Denpasar, Indonesia. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Antai AB, Eyong MU, Eteng EH, Itam Mekata H, Konnai S, Mingala CN, Abes
MEM, Ita SO. 2009. Serum protein NS, Gutierrez CA. 2013. Isolation,
and enzyme levels in rats following cloning, and pathologic analysis of
administration of ethanolic leaf extract Trypanosoma evansi field isolates.
of ageratum conyzoides (goat weed). Parasitol Res. 112(4):1513-1521.
Niger J Physiol Sci. 24(2):117-20. Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary
Ambrojo KS, Poggi JCG, Juzado AM. 2013. Laboratory Medicine : Interpretation
Use of laboratory testing diagnose and Diagnosis. St Louis (US) :
liver and billiary dysfunction in the Elsevier Inc.
horse. J of GHR. 10(1): 807-813. Mikniene Z, Maslauskas K, Kerziene S,
Cordoba J. 2014. Hepatic encephalopathy: Kucinskiene J, Kucinskas A. 2014.
from the pathogenesis to the new The effect of age and gender on blood
treatments. International Scholarly haematological and serum
Research Notices. 1(1):1-16. biochemical parameters in zemaitukai
Heegazy AMS, Fouad UA. 2015. Evaluation horses. Vet IR Zoo. 65(1): 37-43.
of lead hepatotoxycity: histological, Park KW, Lee EB, Park YJ, Jung JY, Kim
histochemical and ultrastructural JH, Jeong H, Seo JP. 2021. Hepatic
study. Forensic Med Anat Res. 2: Encephalopathy in a connemara pony.
70-79. Journal of Veterinary Clinics. 38(6):
House AM, Elfenbein J. 2017. The Icterus 299–304.
Equine: Diagnostic and Treatment Rahardjo KN. 2018. Profil hematologi dan
Option. Cabidigital Library: NAVC kimia darah pada kuda warmblood dan
CONFERENCE.
kuda G di Indonesia [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Rogers K. 2011. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta
(ID): EGC.
Sharma B, John S. 2021. Hepatic Cirrhosis.
Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing.
Septiana M, Halimuddin. 2017. Hematologi
pada pasien acute coronary syndrome.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan. 2(3): 1–7.
Tunjungsari L. 2016. Studi kasus kolik pada
kuda ditinjau dari gambaran
hematologi dan kimia darah [skripsi].
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Wardhani SR. 2010. Biopsi dalam bidang
dermatologi. Maranatha Journal of
Medicine and Health. 5(1): 14–24.
Xu JH, Yu YY, Xu XY. 2020. Management
of chronic liver diseases and cirrhosis:
current status and future directions.
Chin Med J. 133(22): 2647–2649.

Anda mungkin juga menyukai