PATOLOGI KLINIK
“Hematologi”
KELOMPOK B2
KUPANG
2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
90 120
87
130 98
Jumlah = 525
= 5.250.000
= 5,25 x 106
B. Parameter RBC
PCV (Hematokrit) = 37 %
PCV x 10
MCV =
Total RBC
37 X 10
=
5,25 X 10 6
370
=
5,25 X 10 6
= 70,47 x 106 fl
Hb x 10
MCH =
Total RBC
10 X 10
=
5,25 X 10 6
100
=
5,25 X 10 6
= 19,05 x 106 pg
Hb x 100
MCHC =
PVC
10 X 100
=
37 %
= 27%
Jumlah Eritrosit
Konsentrasi Hemoglobin
PCV
Indeks Eritrosit
5 X 21
X X X
10 X 17
(Kamar hitung leukosit)
= 5+21+10+17
= 43×50
= 2.150
= 2,15×103/mm3
o Neutrofil
Pada hewan secara kinetik sel netrofil cenderung melekat pada
endotel pembuluh darah membentuk Marginal Neutrofil Pool (MNP)
sel-sel ini tidak ikut terhitung dalam perhiitungan leukosit. Juga
neutrofil dapat bergerak secepat eritrosit dn plasma didalam arteri dan
vena membentuk Circulating Neutrophil Pool (CNP). Pada anjing dan
sapi besarnya jumlah neutrofil pada MNP adalah sam dengan jumlah sel
neutrofil pada CNP. Pada pemeriksan diferensial counting leukosit
secara rutin, jumlah neutrofil yang diperoleh adalah berkisar seperti
dalan Circulating Neutrophil Pool (CNP).
Neutrofil merupakan pertahanan efektif terhadap mikroba
terutamaa bakteri. Fungsi neutrofil sebagai pertahanan antibakteri
melalui beberapa mekanisme efektif yaitu: kemotaksis (kemampuan
neutrofil tertarik ketempat infeksi dan peradangan) dan sebagai
fagositosis (neutrofil mempunyai untuk memakan dan menghancurkan
mikroba).
o Monosit
Monosit berasal dari sumsum tulang, kemudian masuk kedalam
sirkulasi darah dan berubah menjadi makrofag di dalam jaringan.
Monosit hanya berada sementara di sumsum tuulang lalu akan
dilepaskan dalam sirkulasi darah langsung dari pembelahan promonosit
dan setelah bersikulasi yang bersifat sementara kemudian akan
meninggalkan darah dan memasuki jaringan untuk menjadi matur dan
melaksanakan tugas utamanya.
Fungsi monosit dalam memfagositosis partikel besar
/makromolekuler seperti fungi dan protozoa serta membuang sel-sel
yang rusak dan mati. Monosit darah dan makrofag jaringan merupakan
sel yang sama yang berada dalam lokasi yang berbeda, setelah berada
didalam jaringan makrofag membentuk organel dan enzim yang
memungkinkankan melakukan fagositosis dan mampu mempercepat
aktivitas fagositik.
o Eusinofil
Eusinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplsmanya
lebih kasar serta mempunyai afinitas eosin yang berwarna merah seperti
warna merah jingga dan intinya jarang lebih dari tiga lobus. Mielosit
eosinofil dapat dibedakan dengan netrofil tetapi stadium lebih awal tdak
dapat dibeddakan dengan prekursor neutrofil.
Waktu transit dalam darah lebih lama dari neutrofil, eosinofil
beperan khusus dalam respon elerg, pertahanan terhadap parasit dan
pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi. Eosinofil
mempunyai peranan dalam peristiwa hipersensivitas, misalnya kasus
elergi dan reaksi anafilaksis.
Granula eosinofil mengandung antihistamin yang berperan
dalam proses hipersensitif, sehingga sel ini mempunyai spesialisasi
didalam proses detoksikasi terhadap histamin. Fungsi eosinofil terutama
pada proses penetralan protein asing terutama terhadap reaksi antigen
dan antibodi.
o Basofil
Sel ini jarang sekali ditemukan dalam darah kebanyakan hewan
secara normal dan basofil mempunyai graanula sitoplasma yang
mentupi inti. Granula basofil mempunyai afinitas zat warna biru atau
basa dan mengandung serotonin, heparin dan histamin dan berfungsi
dalam mencegah terjadinya proses pembekuan dara, statis pembuluh
darh didaerah yang mengalami peradangan.
Didalam jaringan basofil berubah menjadi sel mast dan
mempunyai tempat pelekatatan immunogllobulin E (IgE) dan
degranulasinya (pecahnya granulasi) disertai dengan pelepasan
histamin. Agen fisik dan kimia dapat menyebabkan degranulasi basofil.
o Limfosit
Limfosit dalam darah perifer bermigrasi melalui
venulapascakapiler kedalam subtansi kelenjar getah bening atau
kedalam limpa dan limfosit juga mampu memproduksi zat antibodi
yaitu: Ig,G,IgM,IgA terutama terjadi dalam limfoid. Limfosit kembali
ke darah perifer melalui aliran limfatik eferen dan ductus
thoracicus.Fungsi utama limfosit sebagai agen fagosit yang bersifat
terbatas (hanya dapat memfagosit partikel yang bersifat mikro) serta
berhubungan dengan antibodi huumeral dan seluler.
Kelainan Bentuk
Acantosis : Eritrosit yang pada permukaanya mempunyai 3-12 dengan
ujung tumpul yang tidak sama panjang.Mekanisme terbentuknya
kelainan ini belum diketahui.Diketahui bahwa kadar kolesterol
membran eritrosit pada kelainan ini meningkat dan jumlah lecithin pada
membran menurun.
Kelainan ini dapat dijumpai pada : Defisiensi vitamin
D,hipotiroidisme,penyakit hati kronik dan abetalipoproteinemia
kongenital.
Eliptosit : bentuk seperti elip atau oval. Juga disebut ovalosit. Bila ada
dalam jumlah yang besar mungkin disebabkan karena anomali bawaan,
ovalositosis.
Sferosit : eritrosit lebih kecil, lebih bulat, dan lebih padat warnanya
daripada eritrosit normal. Tidak didapat bagian yang pucat ditengah sel.
Leptosit : disebut juga sel target karena dibagian tengah eritrosit yang
pucat terdapat lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit.
Kelainan Ukuran
Mikrosit : eritrosit lebih kecil daripada eritrosit normal, dengan ukuran
< 6μm.Selain itu pada gambar di bawah ini menunjukan poikilositosis
yaitu menunjukan perbedaan bentuk eritrosit yang bervariasi/
iregularitas bentuk eritrosit.
Kelainan Warna
Hipokrom : warna pucat pada bagian tengah, erotrosit lebih besar dari
biasanya.
Diferensial Leukosit
1. Perhitungan nilai presentasi dan Nilai absolut pada Neutrofil.
Neutrofil : 35%.
Absolut = 35% × Total Leukosit
= 35% × 2,15×103/mm3
= 16,2µL
Eusinofil : 12%
= 12% × 2,15×103/mm3
= 5,6 µL
Basofil : 6%
Absolut = 6%×2,15×103/mm3
= 2,79 µL
Limfosit : 40%
Absolut = 40%×2,15×103/mm3
= 18,6 µL
Monosit : 7%
Absolut = 7%×2,15×103/mm3
= 3,25 µL
Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Techinicians. Missouri (US): Mosby.
Duncan JR, Prase KW. 1977. Veterinary Laboratory Medicine. Clinical Pathology
Lowa (US): The Lowa state Univetsity Pr.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia (US):
Saunders Company.
Mbassa GK, Poulsen JS. 1993. Reference Range for Hematological Value in
Landrace Goats. Small Rum Res.
Siswanto. 2011. Gambaran sel darah merah sapi bali (studi rumah potong). Buletin
Veteriner Undayana. 3(2):99-105. Swenson, M.J. 1984. Dukes Physiologi
of Domestic Animals. 10th ed.Cornel University Press, Ithaca.
Thrall, M.A., D.C. Baker, and E.D. Lassen. 2004. Veterinary Hematology and
Clinical Chemistry. Wiley-Blackwell, Iowa. Utama, I.H. 2001.
Karakteristik anemia sapi bali. J. Vet. 2(1):13-16.