Anda di halaman 1dari 60

Interpretasi Data Klinik (IDK) Hematologi

Gilang Rizki Al Farizi, M.Farm., Apt


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang
Program Studi S-1 Farmasi
Gilangrizki.alfarizi@gmail.com
Anatomi dan Fisiologi Darah (Umum)
Outline
Proses Hematopoisis

RBC dan Interpretasi Data Klinik

WBC dan Interpretasi Data Klinik

Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data Klinik

6 Laju Endap Darah (LED)


Apa kalian pernah menonton film ini? Ya
film Hataraku Saibou
Anatomi dan Fisiologi Darah (Umum)
 Fungsi distribusi:
a. transport oksigen dari organ paru dan
 Volume darah  5-6 L pria dan 4-5 nutrisi yang diserap oleh usus  ke seluruh
L wanita (8% dari total berat badan) jaringan tubuh
 Osmolaritas  280 - 300 mOsm b. Pembuangan  sisa metabolism  ke paru
atau 0,9% konsentrasi Nacl (garam (CO2) dan ginjal (urin)
fisiologi) c. Bagian dari system hormone  hormone
endokrin  ke organ target e.g hormone
pancreas
 Jumlah darah  bergantung pada uk.tubuh,  Fungsi regulasi:
jumlah cairan tubuh, jumlah elektrolit, dan a Hemostasis volume caiaran tubuh 
jumlah jar.adiposa mempertahankan tekanan onkotik dan osmotik
 Ph darah  7,35 – 7,45 (bergantung pada b. Mempertahankan suhu tubuh  distribusi panas
kodisi fisiologis) ke jar.tubuh

 Komponen darah  plasma 55% (air dan  Fungsi pertahanan tubuh


protein) dan sel darah 45% (eritsrosit, a. Aktivasi platelet dan plasma  kerusakan
leukosit, dan platelet) jaringan (factor pembekuan)
 3 fungsi utama darah  distribusi, b. Aktivasi dan sintesis sel imun  White Blood Cell
regulasi, dan pertahanan tubuh (WBC) dan complement  melindungi tubuh dari
infeksi
Istilah umum yang sering digunakan

1. White Blood Cell (WBC)  leukosit (sel darah putih)  komponennya:


neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit dan monosit
2. Red Blood Cell (RBC)  eritrosit (sel darah merah)  Komponennya:
Mean Corvuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin
(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
3. Platelete  Trombosit  keping darah
4. Hb  Hemoglobin  metal protein  mengikat oksigen
5. Hct Hematokrit  % volume RBC dari volume darah total
6. LED  Laju Endap Darah
7. Eritropoisis  proses pembentukan sel darah merah
8. Eritrositopenia  kerusakan sel darah merah
9. Leukopenia  kemitian sel darah putih
10. Trombositopenia  kerusakan trombosit
11. Agranulositosis  penurunan nilai leukosit (leukopenia) dan neutrophil
(neutropenia)
12. Protein plasma  albumin
13. Normal salin  cairan garam fisiologi
14. Agregasi  kumpulan platelete/trombosit yang saling menempel
Komponen Pembentuk Darah:

✔Sel darah merah (RBC)


✔Hematokrit
✔Hemoglobin
✔Sel darah putih (WBC)
✔Komponen sel darah putih
✔Trombosit/Platelet.
Pembentukan Sel Darah (Haematopoisis)

W.C Poller et.al., 2020


• Sel darah dibentuk di organ  liver, limfa 
usia kehamilan 6 minggu (trisemester II)
• sumsum tulang (bone marrow) dan tymus
(trisemster III)
• Prod.sel darah  diluar sumsum tulang 
extra medullary heematopoisis
• Sumsum tulang  produksi Heamatoposis
Stem Cell (HCS) dan progenitor sel  sel
dewasa (mature)  dalam pembuluh darah
dalam dalam bentuk dan fungsi yang berbebda
• Sel progenitor  digunakan dalam proses
haematopoisis  umur 3-4 bulan pada tikus 
manusia?
Pemeriksaan Darah Lengkap Meliputi:

✔Hemoglobin
✔Hematokrit/Hct ( PCV )
✔Eritrosit
✔MCV, MCH, MCHC
✔Lekosit dan hitung jenisnya (differential count)
✔Trombosit
✔Laju Endap Darah
Struktur Sel Darah Merah (Red Blood Cell)
 Eritrosit atau sel darah merah  masa paruh sekitar 120 hari
 Tidak berinti  sel “mati” selama waktu paruhnya
 Merupakan deferensiasi dari sel retikulosit sebagai sel progenitornya
 Mengandung 65% air dan 33% Hemoglobin (Hb)
 Komposisi elektrolit Na+ 8 mmoL/L, K+ 90 mmoL/L, Cl- 55 mmoL/L
dari volume sel total
 Kandungan air relative rendah  zat-zat seperti glukosa dan urea 
berdifusi sangat rendah  pengukuran glukosa dan urea darah tidak
sebaik dengan plasma
 Pengaturan keseimbangan eritrosit dipengaruhi oleh beberapa factor 
ertiropoitin, vitamin B12, Folat, Besi (Fe2+), Tembaga
 Hormon eritropoitin  berkaitan dengan penyakati kronis  pasien
gagal ginjal kronis (GGK) sintesa eritropoitin
 Vitamin B12 dan Folat  kondisi anemia  anemia permiosa dan
megaloblastik
Struktur Sel Darah Merah (Lanjutan)

 Nilai normal retikulosti dalam darah 0,5


–2%
 Peningkatan jumlah retikulosit 
produksi sel darah merah dipercepat
contoh kasus anemia hemolitik, cycle cell
(sel sabit) dan keganasan, perdarahan,
luka bakar
 Penurunan jumlah retikulosit 
penurunan produksi di sumsum tulang
contoh kasus anemia defisiensi besi,
anemia aplastic, anemia permiosa, infeksi
kronis, dan kemoterapi

Anonim., 2001
RBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Indikator Pria Wanita

Eritrosit 4,4 – 5,6 x 106 sel/mm3 3,8 - 5,0 x 106 sel/mm3

Plasma
55%

Hematokrit 40 – 50 % 35 – 45%

Hemato
krit 45%
Hemoglobin 13—18 g/dL 12- 16 g/dL
Hemoglobin

Nilai normal :
Pria : 13 - 18 g/dL
SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/
Wanita : 12 - 16 g/dl
SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
Deskripsi
�Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai
alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2).
�Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri
dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme
(mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen
merah)
Struktur Hb
� Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
� Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri)
berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang
kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua.
� Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen.
Implikasi Klinik
� Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama
anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme,
perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan.
� Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi
(polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal
jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah
dataran tinggi.
Implikasi Klinik (Lanjutan)

� Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami


perdarahan dan luka bakar.
� Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat
keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau
perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.
Faktor Pengganggu

� Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai


Hb demikian juga Hct dan sel darah merah.
� Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
� Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis
mulai aktif)
Faktor Pengganggu (Lanjutan)

� Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat

peningkatan volume plasma.

� Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb


Hal yang harus diwaspadai
1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct
dan sel darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit
dapat menyebabkan penurunan nilai ketiganya.
2. Nilai Hb < 5 g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal
jantung dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler
clogging sebagai akibat hemokonsenstrasi
Hal yang harus diwaspadai
⮚ Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya
nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut,
transfusi merupakan pilihan yang tepat.
⮚ Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia
biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga
terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada
kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah
Tatalaksana
⮚ Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya
nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut,
transfusi merupakan pilihan yang tepat.
⮚ Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia
biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga
terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada
kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah
Hematokrit

Nilai normal
Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi

Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap

volume darah total.


Implikasi Klinik
� Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),

reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan

hipertiroid.

� Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia

sedang hingga parah

� Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan

paru-paru kronik, polisitemia dan syok


Implikasi Klinik (Lanjutan)

� Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada

ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau

mikrositik

� Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.

� Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%


Implikasi Klinik (lanjutan)

� Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi

demikian juga Hb dan sel darah merahnya

� Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada kehamilan

� Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.


Faktor Pengganggu

� Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk bayi

lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct

pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki.

� Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur

lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah

pada kelompok umur ini.


Hal Yang Harus Diwaspadai

🡪 Nilai Hct 60% terkait dengan pembekuan darah spontan


Eritrosit

Nilai normal:
Pria:

4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L

Wanita:
3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-

paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke

paru-paru oleh Hb.


Implikasi Klinik
� Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia,
serta respon terhadap terapi anemia.

� Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan
fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat
juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika,
antiretroviral.

� Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,


diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran
tinggi.
Indeks Eritrosit
 1. Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah
 Dibagi 3 kategori: normositik (ukuran normal), mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), dan makrositik (ukuran > 100 fL)
 Perhitungan adalah sebagai berikut:

MCV = x 10 fl = 80 – 94 fL (normal)

2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah nilai yang mengindikasikan kandungan Hb rata-rata dalam
sel darah merah
 Dibagi 3 kategori: normokrom, hipokrom dan hiperkromik
 Perhitungan adalah sebagai berikut:

MCH = x 10 pg = 26 – 32 pg (normal) akurat untuk pemeriksaan Hb automatik

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah untuk mengukur konsentrasi rata-rata Hb
dalam sel darah merah nilainya semakin kecol semakin bagus
 Perhitungannya adalah sebagai berikut

MCHC = x 100 gram/L = 30 – 36 g/L (normal) akurat untuk pemeriksaan Hb manual


Klasifikasi(Lanjutan)
Anemia

Berdasarkan hasil hitung MCV (fL)

MCV > 100 MCV 80 -100 MCV < 80


Makrositik Normositik Mikrositik

Langkah awal mengklasifikasi jenis anemia secara morfologi


Place Your Picture Here And
Send To Back
Anemia Makrositik
1. Anemia Megaloblastik
 Ukuran sel darah besar (> 100 fL)
 Perubahan spesifik pada kromatin inti (Hb)
 Contoh kasus anemia mikrositik ditemukan pada pasien:
a. Defisiensi vitamin B12/Folat  pasien yang mengkonsumsi obat
penekan asam lambung (acid supresive) terutama gol.PPI jangka
panjang 
oksidasi pembentukan suksinil
Get a modern KoA dalam
PowerPoint pembentukan
Presentation that is Hb juga designed.
beautifully
sangat memerlukan vitamin B12 sebagai co-enzim
b. Pasien dengan terapi methotrexate (kemoterapi)  blok enzim
dihidrofolat reductase  tetrahidrofolat tidak terbentuk 
sintesis DNA menjadi terhambat
c. Herediter  keturunan
2. Anemia Makrositik Non-Megaloblastik
 Bukan karena hambatan sintesa DNA
 Contoh kasus terjadi pada pasien anemia hemolitik dan perdarahan  sel eritrosit
tampak membesar
Drug Induced Anemia Megaloblastik (Mikrositik)

CS Hesdorffer et.al., 2015


Place Your Picture Here And
Send To Back
Anemia Mikrositik
 Ukuran sel eritrosit kecil (< 80 fL)
 Klasifikasi anemia mikrositik dapat dibedakan berdasarkan
manifestasi penyakit yang mendasari:
a. Gangguan metabolism besi:
Anemia defisiensi besi
anemia penyakti perniosa
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
b. Gangguan sintesa Globin:
Talesemia  herediter
c. Gangguan sistesa porfitin dan heme
Place Your Picture Here And
Send To Back
Anemia Normositik
 Anemia normositik memiliki bentuk sel eritrosit normal (8– 100 fL) 
jumlah sel eritrosit sedikit  produksi terganggu/berkurang
 Anemia bukan penyakit  tanda/sign dari suatu penyakti sehingga data
riwayat perlu diketahui untuk mengklasifikasi tipe anemia pada pasien
 Klasifikasi anemia mikrositik dapat dibedakan berdasarkan manifestasi
penyakit yang mendasari:
a. Anemia disertai dengan peningkatan produksi eritrosit 
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
terdapat banyak bentuk imatur  anemia perdarah contoh
pasien
luka bakar
b. Anemia karena keganasa  leukemia dan myeloma
c. Penurunan sekresi eritropoitin  anemia insufiensi ginjal
dan anemia pada pasien dengan ggn endokrin
d. Infeksi parasite  ascaris lumbricoides  rentan
mengalami anemia jika infeksi tidak diberikan terapi
adekuat
Lanjut???
Struktur Sel Darah Putih (White Blood Cell)
 Sel darah putiih/white blood cell  merupakam respon
selular  pertahanan terhadap infeksi
 Sesuai morfologi  dikelompokkan menjadi 2
kategorik yaitu tipe myeloid sel (granulosit dan
monosit) dan linfoid sel (sel b atau sel plasma, sel T,
dan sel NK)
 Sel myeloid  sel progenitor  produksi sumsum
tulang  merupakan imunitas selular non spesifik 
second line non specific immunity
 Sel limfoid  2 organ  primary lomphoid organ
(sumsum tulang dan tymus) dan secondary lymphoid
organ (limfe (lymphatic route), organ limfa, dan lumen
usus besar)  imunitas spesifik (specific immune
respon)
Sel Neutrofil  berfungsi
sebagai pertahanan
terhadap infeksi bakteri
jumlahnya paling banyak
diantara golongan sel darah
putih lainnya

Sel Eosinofil  berfungsi


untuk pertahanan terhadap
infeksi parasite contoh:
E.hystolitica (amebiasis),
infeksi askariasis (cacing
kermi) dll.
Sel Basofil ada kaitannya
juga dengan reaksi alergi
dan berfungsi sebagai
pertahanan terhadap
parasite

Sel Mast  sel yang


memproduksi histamin
yang berfungsi sebagai
renspon alergi. Mast sel
berikatan dengan
immunoglobulin E (igE)
Sel makrofag dan sel dendrit 
merupakan sel monosit yang
berfungsi memfagosit bakteri atau
sel-sel tubuh yang terinfeksi, dan
fungsi sebagai apoptosis (memakan
sel tubuh yang mati/rusak).
Selain itu juga memiliki fungsi
sebagai Antigen Presenting Cell
Bersama dengan komplemen 
mempresentasikan antigen
bakteri/virus  yang dibaca oleh sel
T (CD4+) kemudian di eliminasi
oleh NK dan sel T sitotoksik
(CD8+)  lebih lanjut pelajaran
imunologi bakteri
Struktur Sel Darah Putih (White Blood Cell)

Klasifikasi lainnya yang biasa juga digunakan mengkelompokkan WBC adalah Granulosit (neutrophil, eosinophil dan
basophil) dan agranulosit (limfosit/limfoid dan monosit). Agranulositosis (agranulosis/granulopenia)  leukopenia berat
 kematian sel neutrofil  sering muncul pada ESO kemoterapi atau pada kasus infeksi berat
WBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Indikator Nilai Normal
Leukosit 3200 – 10.000/mm3
Atau
4000 – 11.000/mm3

Implikasi klinik :
 Leukositosis (10.000/mm3)  merupakan sebuah sign atau tanda klinis bukan diagnosis  jika
terjadi infeksi/inflamasi lihat juga gejala lainnya seperti demam (calor),nyeri (dolor), kemerahan
(rubor) pada trauma jaringan atau SIRS (systemic inflammatory response syndrome)  namun Plasma
leukositosis juga bisa terjadi karena selain infeksi seperti ESO obat, perdarahan dan nekrosis 55%
jaringan  jangan terburu-buru dalam menginterpretasi
 Nilai krisis leukositosis 30.000 – 5.000/mm3  gangguan produksi di sumsum tulang yang dapat Platelet &
leukosit <
disebabkan oleh leukemia 5%
 Leukopenia  penurunan jumlah leukosit < 4000/mm3  karena beberapa factor seperti infeksi
berat (sepsis), ESO obat, anemia aplastic/permiosa, multiple myeloma
 pada infant (bayi usia 6 - 1 tahun)  konsentrasi leukosit 10.000 – 20.000/mm3  sering salah Hemato
interpretasi krit 45%
 Untuk meminimalisir risiko miss interpretasi biasanya seorang apoteker klinis juga mengkaji nilai
WBC deferensial  terutama neutrophil pada kasus infeksi
WBC dan Interpretasi Data Klinik (IDK) (Lanjutan)
WBC Differensial Neutrofil Neutrofil Bands Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
segment
Nilai normal (%) 36 - 73 0-12 0-6 0-2 15 - 45 0 -10

Jumlah absolut 1260 - 7300 0 - 1440 0 - 500 0 - 150 800 – 4000 100-800
(/mm3)

Implikasi klinik:
 Natriofilia  peningkatan jumlah sel neutrophil biasanya dipicu oleh infeksi bakteri  diiringi dengan peningkatan
WBC  pasien yang rentan mengalami infeksi adalah pasien immunocompromise (pasien HIV, TB), pasien diabetes
melitus type 2, pasien dengan terapi imunosupresi, selain itu pasien trauma jaringan seperti luka bakar, kecelakaan
(luka terbuka) juga dapat meningkatkan produksi sel neutrophil
 Shift to left  peningkatan neutrophil segment (imature neutrofil)  dipicu akibat kondisi infeksi sedang – berat, obat
sitostatika, leukemia, trauma jaringan berat (luka bakar) dan perdarahan
 Shift to right  peningkatan neutrofil band (mature neutrophil)  kekurangan vitamin B12 dan asam folat pada kasus
anemia
 Eosinofil dan basophil  peningkatan dipicu oleh alergi dan infeksi parasite  ditunjang dengan pemeriksaan lain 
seperti kultur tinja dan lactoferrin  amoebiasis
 Limfosit  peningkatan karena virus dan bakteri  didukung dengan pemeriksaan lain  Imunoglobulin dengan
metode PCR  infeksi Covid-19
 Monosit  peningkatan karena virus dan bakteri  jarang dilakukan pemeriksaan
Absolute Neutrophile Count (ANC)
  Absolute Neutrophile Count (ANC)  digunakan untuk menghitung derajat neutropenia
 Hasil hitung biasanya digunakan apoteker klinis untuk meminimalisir efek samping myelosupresi pada pasien
dengan terapi obat-obatan sitostatika
 ESO sitostatika  neutropenia  menyebabkan pasien rentan infeksi  harus dihitung  untuk menentukan
pemberian terapi antibiotic profilaksis
 ESO beberapa obat lain  antipsikotik  clozapine  mempercepat apoptosis dan metabolitnya memiliki efek
sitotoksik
 Melihat kondisi infeksi lain  paling berbahaya adalah sepsis
 Rumus hitung adalah:

ANC (mm3) =

Interpretasi hasil hitung adalah sebagai berikut:

Derajat Neutropenia Hasil Hitung


Normal ANC 1500 – 8000/mm3
Neutropenia <1500/mm3
Mild Neutropenia 1000 – 1500/mm3
Moderate Neutropenia 500 – 999/mm3
Severe Neutropenia <500/mm3
Profound Neutropenia <100/mm3
Absolute Neutrophile Count (ANC)
Perhitungan ANC  melalui
aplikasi “calculator” Medscape 
pada huruf F “Febrile Neutropenia”
 lalu klik ”Absolute Neutrophile
Count”  sesuaikan dengan hasil
pemeriksaan lab:
1. leukosit/WBC (/mm3)
2. Jumlah absolut total neutrophil
(/mm3)
3. Jumlah absolut neutrophil bands
(/mm3)
Absolute Neutrophile Count (ANC)
Gambar dibawah merupakan nilai normal dari ANC dapat menggunakan klasifikasi
berdasarakan derajat normal –berat atau grade 1 - 4

V Muturi-Kioi et.all., 2016


Drug Induced Agranulocytosis

F Andersohn et.all., 2007


Drug Induced Agranulocytosis (Lanjutan)
Grafik disamping merupakan time frame
antara nilai normal sel neutrophil (garis
putih) dan onset agranulositosis (garis biru
muda)
Contoh obat clozapine onset agranulositosis
terjadi pada hari ke-12 setelah terapi hari
pertama  tentu akan berbeda tiap individu
 perlu penelitian lebih lanjut mengenai
onset pada gen asia selatan (indonesia) 
terutama polimorfisme pada enzim sitokrom
P450 (F Andersohn et.all., 2007)
Struktur Trombosit/Platelet
 Platelet  defferensial dari sel myeloid  sel progentornya megakariosit (mature
megakaryocyte)  terbentuk platelet/trombosit/keeping darah
 Produksi dipengaruhi  trombopoietin  hormone glikoprotein yang diproduksi oleh
orang live dan ginjal  disekresi juga oleh fibroblast, sel endotel pembuluh darah dan
leukosit
 Trombosit  elemen terkecil dalam pembuluh darah  teraktivasi setelah kontak dengan
dinding endotelia (sel dinding pembuluh darah)  ukurannya 2-4 µm (mikron)
 Masa paruh trombosit 5-7 hari
 2/3 (60 – 75%) dari total trombosit  pembuluh darah dan 1/3 (25 – 40%)  berada di
dalam organ limfa
 Struktur platelete/tromboit dikategorikan menjadi 4 zona
a. Peripheral zone/membrane plasma  banyak terdapat glikoprotein
(GPIb/IX/X; GPVI; GPIIb/IIIa)  bersifat adesif terutama untuk sel
endotel yang mengalami kerusakan  juga mengandung collagen,
fibrinogen
b. Sol-gel zone/platelete sitoplasma  microfilamien  protein
kontraktil (aktin, myosin, trombosistenin)  platelet bisa berubah-
ubah bentuk
C. Organel zone  alfa granul (faktor V, faktor VII, fibrinogen, platelete-drived growth
factor) dan dense/delta (ADP, kalsium, dan serotonin)
D. Membrane zone  reponsibel terhadap Tromboxane A2 (TXA2)
Tahapan Pembentukan Platelete Plug
 Platelete dan protein-protein dalam proses hemostatis  tidak ada kerusakan
sel endotel  endotel akan melepaskan nitrit okside, prostasiklin dan
perubahan bentuk energi (ADP dan ATP) menjadi adenosin  tidak terjadi
agregasi (penempelan) platelet-platelet dan platelete-sel endotel
 Platelete plug  primary hemostatis  tahap awal pembentukan trombus

1. Tahap adesi:Von Willebrand Factor  protein pertama yang


menempel pada endotel yang rusak  menarik platelete untuk
agregasi  berikatan dengan glikoprotein Ib/IX (GPIb/IX) tahap
adesi
2. Tahap agregasi: Setelah aktif, protein lain  GIIb/IIa pada
membrane plasma  berikatan dengan fibrinogen  diaktivasii oleh
thrombin dan kalsium menjadi fibrinogen  membentuk factor X-
Xa (tahap kedua hemostatis)  platelet saling berikatan silang
melalui fibrinogen
3. Tahap sekresi: platelet aktif  produksi ADP, serotonin, dan
tromboxan A2 (TXA2)
4. Prokoagulasi  aktivasi factor V (proacclerin  tahap awal
pembentukan cloting jalur 2
Tahapan Pembentukan Clot (Clot Formation)

 Pembentukan clot  secondary hemostatic 


setelah thrombus (platelet plug) terbentuk 
dilapisi oleh clot  kuat dan stabil 
pembentukan jaringan baru
 Pembentukan oleh factor-factor koagulasi
(pembekuan) darah  reaksi dikatalis oleh
enzim dan oksigen
 Terdiri dari 2 jalur  ekstrinsik (jika
kerusakan pada jar.tissue) dan intrinsic (jika
kerusakan terjadi pada endotel pembuluh
darah)
Esktrinsik Intrinsik
Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
Indikator Nilai Normal
Trombosit 170 – 380 x 103/mm3

Implikasi klinik:
 Trombisitosis  peningkatan jumlah trombosit  inflamasi, polisistema vera, trauma jaringan, stress dan atritis
rheumatoid, kanker
 Trombositopenia  penurunan jumlah trombosit  infeksi (malaria dan virus dangue), sirosis hepatic, ESO obat-
obatan (heparin, kinin, antibiotic gol.penisilin, dan asam valproate) dan obat-obatan lain seperti sitostatika, penyakit-
penyakit seperti idiopatik trombositopenia purpura, anemia hemolitik
 Nilai kritis < 20 x 103/mm3  mempengaruhi waktu pembekuan darah  risiko perdarahan  ditandai dengan pteki
dan ekimosis (perdarahan gusi)
 Selain trombosit diperlukan indicator untuk menilai fungsi koagulasi  phrotrombin time (PT), thrombine time (TT),
activated Partial Thromboplastin Time (aPTT), dan International Normalized Ratio (INR)  terutama pada tahap
kedua pada proses hemostasis
Faktor Pembekuan dan Interpretasi Data Klinik (IDK)
 INR  indicator untuk evaluasi terapi warfarin pada
Indikator Nilai Normal
pasien jantung (kongesti disertai afib dan PJK)  nilai
Protrombin Time (PT) 10 – 15 detik INR merupakan rasio antara PT actual (lab) pasien dan
Trombin Time (TT) 16 – 24 detik PT normal (rata-rata)  nilai jarang dicantumkan di
dalam rekam medis  sehingga harus di hitung
aPTT 21 – 45 detik
 Rumus hitung sebagai berikut:
INR 0,8 – 1,2 detik
INR= 𝑃𝑇 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 ( 𝐿𝑎𝑏 )=𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
0,8 – 1,2 detik
Implikasi klinik:  
 Waktu PT memanjang  dipengaruhi oleh kondisi 𝑃𝑇 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 )
 ESO  memanjangnya waktu pembekuan perlu
defisiensi vit k  asupan vit K kurang adekuat, penyakit diwaspadai terapi anti trombotik/antiplatelet (aspilet,
liver, anemia hemolitik, obstruksi sal.empedu, ticlopin, dipiridamol, clopidogrel), antikoagulan
malabsorbsi lemak, penyakti kibat mutasi seperti (heparin, warfarin), trombolitikl (streptokinase,
hemophilia (produksi salah satu factor koagulasi tidak urokinase, dan alteplase/rt-PA (recombinant tissue
terbentuk  mutasi protein) dan autoimin (mempercepat plasminogen activator)
proses degradasi factor koagulasi) dan penyakit infeksi  Penelitian  polimorfisme gen enzim CYP2D 
spt malaria dan mempngerangi proses metabolism di liver  kadar
 Waktu PT memendek  konsumsi vit k adekuat  warfarin meningkat  waktu INR memanjang
terkandung dalam sayur-sayur hijau
 Sama halnya dengan PT  waktu aPTT, TT, dan INR
memanjang karena factor-factor diatas
Polimorfisme Enzim CYP2C9 Pada Kadar Warfarin
 Warfarin  gol. Antikoagulan  secara luas digunakan pada terapi pasien jantung coroner, kongesti jantung
disertai dengan atrial fibrilasi  menstabilkan plaque dan menghancurkan klot
 Di metabolism di liver  enzim CYP2C9 dan CYP4F2  motabolit inaktif warfarin
 Pada beberapa kasus  polimorfisme pada enzim metabolism  kadar warfarin dalam darah meningkat 
waktu INR memanjang  risiko perdarahan
 Perbedaan ras  mempengaruhi terutama ras Asia  poor metabolizer (metabolisme lambat)

Populasi CYP2C9*2 CYP2C9*3 Efek Metabolisme Implikasi Klinik Terhadap


rs1799853 rs1057910 Warfarin/Kumarin Niali INR
Africa- 5% 1–3% Menurun Meningkat
Amrica
Asian <1% 6 – 10 % Menurun Meningkat
Caucasia 11 - 13 % 6 – 10 % Menurun Meningkat

 penting  berhubungan dengan safety  pengaturan dosis pada awal terapi dan sebagi evaluasi terapi warfarin
 Penerapan belum optimal di Indonesia  focus SDM dibidang farmakogenetik masih terbatas
 Bisa menjadi prototype  penerapan farmakogenetika dan sebagai dasar pertimbangan terapi pada pasien
Laju Endah Darah (LED)

Nilai normal :

Pria : <15 mm/1jam

Wanita : <20 mm/1jam


Deskripsi

✔ LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi

plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma.

✔ LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta

gravitasi bumi.
Implikasi Klinik
� nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya tuberkulosis,

arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, Systemic Lupus Erythematosus (SLE),

penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III.

� nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel

sabit, Hipofi brinogenemia, serum protein rendah Interaksi obat dengan hasil

laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison


Terimakasih
Selamat Belajar
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai