Anda di halaman 1dari 30

B\AB I

PEDAHULUAN
Pemeriksaan darah rutin adalah pemeriksaan terhadap sampel darah yang
dilakukan tanpa indikasi tertentu. Biasanya sebagai dasar pemeriksaan laboratorium
selanjutnya. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari pemeriksaan Haemoglobin (Hb),
Hematokrit (Hct), Eritrosit, Leuosit, Trombosit, Laju Endap Darah (LED),
Protrombin Time (PT), aPTT, INR dan Fibrinogen.
Pemeriksaan laboratorium dapat dikelompokkan sebagai pemeriksaan
awal (screening) dan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan awal dimaksudkan untuk
mendeteksi adanya suatu penyakit sedini mungkin agar intervensi dapat dilakukan
lebih efektif. Umumnya pemeriksaan penapisan relatif sederhana dan mempunyai
kepekaan tinggi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada pasien yang memiliki gejala,
tanda klinik, riwayat penyakit atau nilai pemeriksaan penapisan yang abnormal.
Pemeriksaan diagnostik ini cenderung lebih rumit dan spesifik untuk pasien secara
individual.
Beberapa pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu paket yang
disebut profi atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi
ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati. Tata nama, singkatan dan rentang nilai normal
hasil pemeriksaan yang biasa digunakan dapat berbeda antara satu laboratorium
dengan laboratorium lainnya, sehingga perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan
hasil pemeriksaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah
lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofi
l (segmented dan bands), basofi l, eosinofi l, limfosit dan monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan
remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur
di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis
dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera
vaskuler atau trauma.
2.1.1 Hemoglobin (Hb)
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 9,9 mmol/L

Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang
dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl.

Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai


kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl.

Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas
kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl.

Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl


sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.

Deskripsi:
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai
protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom
besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung
dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri)
berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena)
berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas
angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah.
Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan
keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang
masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu anion HCO3). Penetapan anemia
didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai
adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum,
jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan
status anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit.
Implikasi klinik :
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan
zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan
kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar),
penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi.

Polisitemia ada 3 macam yaitu

Polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya


keganasan hematologi

Polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat


berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada kelainan jantung
3

bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena peningkatan kadar


eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang menghasilkan
eritropoietin berlebihan

Polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat


kehilangan plasma misal pada luka bakar.

Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka


bakar.
Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons
terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia.
Faktor pengganggu
Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb demikian juga
Hct dan sel darah merah.
Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan
ditentukan 10 g/dl.
Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat
meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa
Hal yang harus diwaspadai
1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel darah merah.
Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan penurunan nilai ketiganya.
2. Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung dan kematian.
Nilai Hb < 7 g/dl merupakan indikasi transfusi. Nilai >20g/dL memicu kapiler
clogging sebagai akibat hemokonsenstrasi

Tatalaksana
Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai
hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfusi merupakan
terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka
diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat.
Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya
terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah
pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat diganti
dengan tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya produksi eritropoetin
maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan tranfusi.
2.1.2.Hematokrit (Hct)
Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi:
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
Implikasi klinik:
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct
sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru
kronik, polisitemia dan syok.
Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.
Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil),
nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume
yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
5

Faktor pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian
juga Hb dan sel darah merahnya.
Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada kehamilan
Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan gender. Nilai normal untuk bayi lebih
tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada wanita
biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur lebih
dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada kelompok
umur ini.
Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.
Hal yang harus diwaspadai
Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct >60%
terkait dengan pembekuan darah spontan
2.1.3 Eritrosit (sel darah merah)
Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi:
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas
sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk
bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler
yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi
produksi eritrosit.

Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam
sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan
kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari
sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (system
retikuloendotelial).
Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu:
1.Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah)
2. Prorubrisit (sintesis Hb)
3.Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat)
4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat)
5. Retikulosit (inti diabsorbsi)
6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).
Implikasi klinik :
Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta
respon terhadap terapi anemia
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi
ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi
karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
Sel darah merah meningkat pada :

Primer : polisitemia vera

Sekunder : penyakit paru, tempat tinggi, perokok, Hb pathy, penyakit


ginjal

Relatif : dehidrasi

Susunan Sel Darah Merah


1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L)
Nilai normal : 80 100 (fL)
Deskripsi :
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV
menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik
(ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran
kecil >100 fL).
Implikasi klinik :
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia
pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik,
kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik.
Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal.
MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa
mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung.
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28 34 pg/ sel
Deskripsi:
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam
sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik,

hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk


mendiagnosa anemia.
Implikasi Klinik:
Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3). Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi
Hemoglobin Korpuskuler rata rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 36 g/dL
Deskripsi:
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah;
semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung
pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran
sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH.
Implikasi Klinik:
MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4). Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi:
Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian
dari rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan jumlah
retikulosit mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah dipercepat; penurunan
9

jumlah retikulosit mengindikasikan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
berkurang.
Implikasi Klinik:
Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena kerusakan sumsum
tulang dengan anemia karena pendarahan atau hemolisis (kerusakan sel darah) karena
pendarahan atau hemolysis akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien
dengan sumsum tulang yang normal.
Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel sabit
dan metastase karsinoma.
Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini menandakan
sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal anemia kekurangan
besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi).
Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan efektifi tas
pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada anemia kekurangan besi,
jumlah retikulosit akan meningkat 20%; peningkatan secara proporsional terjadi
ketika dilakukan transfusi pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum
diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).
2.1.4 Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 10.000/mm3 SI : 3,2 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan
antibodi.
Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
Agranulosit: limfosit dan monosit

10

Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam


jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan
jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino
dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi,
penyimpanan dan pelepasan leukosit. Perkembangan granulosit dimulai dengan
myeloblast (sel yang belum dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang
menjadi promyelosit, myelosit (ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan
bands (neutrofi l pada tahap awal kedewasaan), dan akhirnya, neutrofi l.
Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast (belum dewasa)
kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya menjadi limfosit (sel
dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast (belum dewasa)
kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi monosit (sel dewasa).
Implikasi klinik:

Nilai

krisis

leukositosis:

30.000/mm3.

Lekositosis

hingga

50.000/mm3

mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit


yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita
kanker post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan
leukosit walaupun tidak dapat dikatakan infeksi.
Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak ditemukan
anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia.
Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis, toksin,
leukemia dan keganasan adalah penyebab lain leukositosis.
Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan
jumlah sel darah putih

11

Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3.


Penyebab leukopenia antara lain:
1. Infeksi virus, leukemia.
2. obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
3. Anemia aplastik/pernisiosa
4. Multipel myeloma

Gambar 2.1 Nilai Normal Sel Darah Putih


Deskripsi:
Neutrofi l melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofi l melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofi l melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat

12

1) Neutrofi l
Nilai normal: Segment : 36% - 73% SI unit : 0,36 0,73
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 0,12
Deskripsi
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini memegang
peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan dengan penyakit noninfeksi
seperti artritis reumatoid, asma dan radang perut.
Implikasi klinik:
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri
dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferatif.
Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofi l, dapat disebabkan oleh
penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi
virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat.
Shift to left atau peningkatan bands (sel belum dewasa) terjadi ketika neurofil muda
dilepaskan kedalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh infeksi, obat kemoterapi,
gangguan produksi sel (leukemia) atau perdarahan.
Shift of the right atau peningkatan segment (sel dewasa) terjadi pada penyakit hati,
anemia megalobastik karena kekurangan B12 dan asam folat, hemolisis, kerusakan
jaringan, operasi, obat (kortikosteroid)
Peningkatan jumlah neutrofil berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi.
Derajat neutrofi lia sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami inflamasi.
Jika peningkatan neutrofi l lebih besar daripada peningkatan sel darah merah total
mengindikasikan infeksi yang berat.
Pada kasus kerusakan jaringan dan nekrosis (seperti: kecelakaan, luka bakar,
operasi), neutrofi lia terjadi akibat peningkatan zat neutrofi lik atau mekanisme lain
yang belum diketahui.

13

Faktor pengganggu
Kondisi fisiologi seperti stres, senang, takut, marah, olahraga secara sementara
menyebabkan peningkatan neutrofil.
Pemberian steroid: puncak neutrofi lia pada 4 hingga 6 jam dan kembali normal
dalam 24 jam (pada infeksi parah, neutrofilia tidak terjadi)
Paparan terhadap panas atau dingin yang ekstrim
Umur:
Anak-anak merespon infeksi dengan derajat leukositosis neutrofilia yang lebih
besar dibandingkan dewasa
Beberapa pasien lanjut umur merespon infeksi dengan derajat netrofil yang lemah,
bahkan ketika terjadi infeksi parah
Resistensi
Orang pada semua kisaran umur dalam kondisi kesehatan lemah tidak merespon
dengan neutrofilia yang bermakna
Myelosupresif kemoterapi
Hal yang harus diwaspadai
Agranulositosis (ditandai dengan neutropenia dan leukopenia) sangat
berbahaya dan sering berakibat fatal karena tubuh tidak terlindungi terhadap mikroba.
Pasien yang mengalami agranulositosis harus diproteksi terhadap infeksi melalui
teknik isolisasi terbalik dengan penekanan pada teknik pencucian tangan.
2) Eosinofil
Nilai normal : 0% - 6%
Deskripsi
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada tahap akhir
infl amasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil juga aktif pada

14

reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan
untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.
Implikasi klinik:
Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau jumlah absolut
lebih dari 500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit
Addison, reaksi alergi, penyakit collagen vascular atau infeksi parasit.
Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi. Eosipenia dapat
terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid).
Eosinofi lia dapat disamarkan oleh penggunaan steroid dan dapat meningkat dengan
L-triptofan.
Faktor pengganggu
Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu meningkat dari
siang hingga setelah tengah malam. Karena itu, jumlah eosinofil serial seharusnya
berulang pada waktu yang sama setiap hari.
Situasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik menyebabkan
penurunan eosinofil
Setelah pemberian kortikosteroid, eosinofi l menghilang.
Hal yang harus diwaspadai
Eosinofil dapat tertutup oleh penggunaan steroid. Berikan perhatian pada
pasien yang menerima terapi steroid, epinefrin, tiroksin atau prostaglandin.
3) Basofil
Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi:
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan
histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil biasanya tinggi.
Jaringan basofil disebut juga mast sel.
15

Implikasi klinik :
Basofilia adalah peningkatan basofi l berhubungan dengan leukemia granulositik
dan basofi lik myeloid metaplasia dan reaksi alergi
Basopenia adalah penurunan basofi l berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres,
terapi steroid jangka panjang.
4) Monosit
Nilai normal : 0%-11%
Deskripsi:
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai
lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk
kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon.
Implikasi klinik:
Monositosis berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasite tertentu serta
kolagen, kerusakan jantung dan hematologi.
Monositopenia biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi mengindikasikan
stres, penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik dan imunosupresan.
5) Limfosit
Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi:
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah infl amasi pada tahap awal dan tahap akhir proses
inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler

16

tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan limfatikus dan nodus limfa.
Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada sirkulasi.
Implikasi klinik:
Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan gangguan
hormonal
Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan trauma.
Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe sel yang dapat
muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid, setelah transfusi darah dan respon
terhadap stres.
Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur histokompabilitas.
Faktor pengganggu
Limfositosis pada pediatri merupakan kondisi fi siologis pada bayi baru lahir yang
meliputi peningkatan sel darah putih dan limfosit yang nampak tidak normal yang
dapat keliru dengan keganasan sel.
Olahraga, stres emosional dan menstruasi dapat menyebabkan peningkatan
limfositosis.
Hal yang harus diwaspadai:
Penurunan limfosit < 500/mm3 menunjukkan pasien dalam bahaya dan
rentan terhadap infeksi, khususnya infeksi virus. Harus dilakukan tindakan untuk
melindungi pasien dari infeksi.
2.1.5 Trombosit (platelet)
Nilai normal : 170 380. 103/mm3 SI : 170 380. 109/L
Deskripsi
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk
17

dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh
trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.
Implikasi klinik:
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma,
sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan
multipledysplasia syndrome.
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam
jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.
Faktor pengganggu
Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah olahraga, trauma
atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama kehamilan
Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan
Hal yang harus diwaspadai
1. Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan keganasan
2. Pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim (>1000 x
103/mm3)

akibat

gangguan

myeloproliferatif,

lakukan

penilaian

penyebab

abnormalnya fungsi platelet.


3. Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 103/mm3 terkait dengan
kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan, peteki dan
ekimosis
18

4. Jumlah platelet > 50 x 103/mm3 tidak secara umum terkait dengan perdarahan
spontan
Perawatan pasien
Interpretasi hasil pemeriksaan dan lakukan monitor yang sesuai. Amati tanda dan
gejala perdarahan saluran cerna, hemolisis, hematuria, petekie, perdarahan vagina,
epistases dan perdarahan gusi. Ketika nampak hemorrhage, lakukan tindakan
emergensi untuk mengendalikan perdarahan dan hubungi dokter
Transfusi patelet dilakukan jika jumlah platelet <20 x 103/mm3 atau terjadi
perdarahan lesi tertentu. Satu unit konsentrasi platelet meningkatkan jumlah 15 x
103/mm3
Tata Laksana Trombositopenia
Pada kondisi rendahnya platelet yang kritis, transfusi platelet dapat
dilakukan untuk memberikan peningkatan sementara. Transfusi platelet biasanya
memiliki waktu paruh yang lebih pendek dan kecuali jika kondisi penyebab
sudah diatasi, maka sering diperlukan transfusi ulang.
Dalam kondisi nilai platelet yang rendah secara signifi kan (kurang dari 50 x
109/L) penting memastikan tidak ada obat yang mempengaruhi fungsi platelet yang
ada. Termasuk semua obat antiplatelet dan obat antiinfl amasi non steroid.
Trombositopenia

yang

terkait

dengan

auto-imun

biasanya

diatasi

dengan

kortikosteroid. Jika diduga terjadi reaksi karena alergi obat, maka hentikan obat yang
diduga menyebabkan reaksi alergi tsb.
Tatalaksana Trombositemia
Jika terjadi infl amasi dapat diberikan kortikosteroid dan bila terjadi infeksi
diberikan antibiotik dan harus dilakukan pemantauan ketat munculnya efek samping
yang tidak diinginkan. Pada kondisi terjadi peningkatan produksi platelet di atas 1500
x 109/ L, dapat diberikan obat antiproliferatif, namun dapat mengalami trombosis.
Oleh karena itu pemberian aspirin atau obat antiplatelet lain dapat dipertimbangkan
19

bagi pemberian pasien yang mengalami risiko kardiovaskular, serebrovaskular, atau


pasien yang pernah mengalami trombotik karena tingginya nilai platelet.
2.1.6 Laju Endap Darah (LED)
Nilai normal:
Pria <15mm/1 jam
Wanita <20mm/1 jam
Deskripsi:
LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta
perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan
luas permukaan sel serta gravitasi bumi.
Implikasi klinik
Nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya tuberkulosis,
arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit Hodkins, gout, Systemic
Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan
III. Peningkatan nilai LED > 50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan
melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein
dalam serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes,
reumatoid

factor. Sedangkan

peningkatan

nilai

LED

>100mm/jam

selalu

dihubungkan dengan kondisi serius, misalnya: infeksi, malignansi, paraproteinemia,


primary

macroglobulinaemia,

hiperfi

brinogenaemia,

necrotizing

vaskulitis,

polymyalgia rheumatic.
Nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,
Hipofi brinogenemia, serum protein rendah Interaksi obat dengan hasil laboratorium:
etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison.

20

2.1.7 Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)


Nilai normal: 10 15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar laboratorium)
Deskripsi:
Mengukur secara langsung kelainan secara potensial dalam system
tromboplastin ekstrinsik (fi brinogen, protrombin, faktor V, VII dan X).
Implikasi klinik:
Nilai meningkat pada defisiensi faktor tromboplastin ekstrinsik, defisiensi
vit.K, DIC (disseminated intravascular coagulation), hemorrhragia pada bayi baru
lahir, penyakit hati, obstruksi bilier, absorpsi lemak yang buruk, lupus, intoksikasi
salisilat. Obat yang perlu diwaspadai: antikoagulan (warfarin, heparin)
Nilai menurun apabila konsumsi vit.K meningkat
2.1.8 International Normalized Ratio (INR)
Nilai normal: 0,8 1,2
Deskripsi:
Menstandarkan nilai PT antar laboratorium. Digunakan untuk memantau
penggunaan warfarin
2.1.9 aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)
Nilai normal : 21 45 detik ( dapat bervariasi antar laboratorium)
Rentang terapeutik selama terapi heparin biasanya 1,5 2,5 kali nilai normal
(bervariasi antar laboratorium)
Deskripsi :
21

Mendeteksi defi siensi sistem thromboplastin intrinsik (faktor I, II, V, VIII,


IX, X, XI dan XII). Digunakan untuk memantau penggunaan heparin.
Implikasi klinik:
Meningkat pada penyakit von Willebrand, hemofi lia, penyakit hati, defi siensi
vitamin K, DIC. Obat yang perlu diwaspadai: heparin, streptokinase, urokinase,
warfarin)
Menurun pada DIC sangat awal, hemorrhagia akut, kanker meluas (kecuali
mengenai hati)
2.1.10 Waktu Thrombin (Thrombin Time/TT)
Nilai normal : dalam rentang 3 detik dari nilai kontrol (nilai kontrol: 16-24 detik),
bervariasi antar laboratorium.
Deskripsi:
pemeriksaan yang sensitif untuk defi siensi fi brinogen
Implikasi klinik:
Meningkat pada DIC, fi brinolisis, hipofi brinogenemia, multiple mieloma, uremia,
penyakit hati yang parah. Obat yang perlu diwaspadai: heparin, low-molecular-weight
heparin/LMWH,

urokinase,

streptokinase,

asparaginase.

60%

kasus

DIC

menunjukkan TT meningkat. Pemeriksaan TT kurang sensitif dan spesifi k untuk DIC


dibandingkan pemeriksaan lain
Menurun pada hiperfi brinogenemia, hematokrit >55%
2.1.11 Fibrinogen
Nilai normal: 200 450 mg/dL atau 2,0 4,5 g/L (SI unit)
Nilai kritis: < 50 atau > 700 mg/dL
Deskripsi:
22

Memeriksa lebih secara mendalam abnormalitas PT, aPTT, dan TT. Menapis
adanya DIC dan fi brinogenolisis.
Implikasi klinik:
Meningkat pada: penyakit infl amasi contoh: arthritis reumatoid, infeksi, infark
miokard akut, stroke, kanker, sindrom nefrotik, kehamilan dan eklampsia
Menurun pada: DIC, penyakit hati, kanker, fi brinolisis primer, disfibrinogenemia,
meningkatnya antitrombin III
2.2 Intepretasi Diagram Scattergram

Gambar 2.2 Gambaran Scattergram pada orang normal

23

1. Red Blood Cell (RBC) Scattergram

Gambar 2.3 RBC V/HC

24

Gambar 2.4 Eritrosit histogram

Histogram RBC, menggunakan garis batas 100 fl (garis merah)

Ditengah : Normositer

Bergeser ke kiri : Mikrositer

Bergeser ke kanan : Makrositer

Distribusi RC meluas RBC anisositosis

Gambar 2.5 RBC Scattergram

25

Gambar 2.6 Retikulosit Scattergram


2. Leukosit

26

Gambar 2. 7 Differential Scattergram

Gambar 2.8 WBC- BASO Scattergram


3. Trombosit (Platelet)

27

Gambar 2.9 Platelit optical Scattergram

Gambar 2.10 Platelet cytogram

28

DAFTAR PUSTAKA

Dharma R, Imannuel S, Wirawan R. Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin.


Cermin Dunia Kedokteran.1983 (30):27-31

Fischbach F, Dunning MB. A manual of Laboratory and Diagnostic Test. 8th Ed.
Lippincot Williams&Wilkins. Philadelphia;2009: 57-144
Ganda subrata. 2009. Penuntun Praktikum Laboratorium Klinik. FKUI. Jakarta.
Hughes J. Use of laboratory test data: process guide and reference for pharmacists. 2004.
Pharmaceutical Society of Australia.

Morris MW. Davey FR. Basic examination of Blood. In : Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methodes. Hendry JB.Ed.20th Ed. WB
Saunders. Philadelphia. 2001: 479-517
Ronald AS, Richard aMcP. 2005. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium edisi 11.
Jakarta : EGC.

29

Sutedjo, AY. 2008. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta :
Amara books.

30

Anda mungkin juga menyukai