Anda di halaman 1dari 14

Tes Hematologi Rutin

Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap DPL- (complete blood count/full
blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel
darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL
digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia,
infeksi, dan banyak penyakit lainnya.
HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:
Jumlah sel darah putih
Jumlah sel darah merah
Hemoglobin
Hematokrit
Indeks eritrosit
jumlah dan volume trombosit
Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal
parameter Laki-Laki Perempuan
Hitung sel darah putih (x 10
3
/L) 7.8 (4.411.3)
Hitung sel darah merah (x 10
6
/L) 5.21 (4.525.90) 4.60 (4.105.10)
Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.017.5) 13.8 (12.315.3)
Hematokrit (%) 46 (4250) 40 (3645)
MCV (fL) 88.0 (80.096.1)
MCH (pg) 30.4 (27.533.2)
MCHC 34.4 (33.435.5)
RDW (%) 13.1 (11.514.5)
Hitung trombosit (x 10
3
/L) 311 (172450)
Spesimen
Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi
perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta
kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya
tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan
pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.
Hemoglobin
Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin
(alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen.
Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut
jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa,
dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di
laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara
sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua
macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin,
methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli
tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya 10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,
mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya
diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari
umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada
orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin
menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 12,5 g/dl.
Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya
mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 14,8 g/dl. Pada laki-laki
dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 16 g/dl sedangkan pada perempuan
dewasa antara 12 14 g/dl.
Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan
ditentukan 10 g/dl.
Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian
cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti:
Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin,
rifampin, dan trimetadion.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung
kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa
dan gentamicin.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,
misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,
berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).
Hematokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology
analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2,
yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
Nilai normal HMT:
Anak : 33-38%
Laki-laki Dewasa : 40-50%
Perempuan Dewasa : 36-44%
Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia,
leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis
hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus
peptikum.
Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat,
asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka
bakar.
Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti
hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu
menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang
digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g,
aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat
dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
Dewasa laki-laki : 4.50 6.50 (x10
6
/L)
Dewasa perempuan : 3.80 4.80 (x10
6
/L)
Bayi baru lahir : 4.30 6.30 (x10
6
/L)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 5.20 (x10
6
/L)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 5.70 (x10
6
/L)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 5.80 (x10
6
/L)
Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis,
mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi
berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit
kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (10
6
/L)
Normal 80-96 fl
Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (10
6
/L)
Normal 27-33 pg
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit
rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan
terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan
nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia
hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8m, semakin tinggi variasi ukuran
sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
Hitung Trombosit
Adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama
dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ L berpotensi untuk
terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.
Jumlah Normal: 150.000-400.000 /L
Hitung Leukosit
Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah.
Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,
mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator
yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada
bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/l. Jumlah leukosit tertinggi
pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /l. Setelah itu jumlah leukosit turun
secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/l.
Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 10.000/l.
Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih
dari 11.000/l. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan
penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara
automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual
dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang
diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu 2%, sedang pada cara manual
kesalahannya sampai 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit
untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai
alat ini.
Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4000-10.000/ L
Bayi / anak : 9000-12.000/ L
Bayi baru lahir : 9000-30.000/ L
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus
dan haid.
Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut,
misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi
miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia
hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun
gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya:
aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin,
litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline,
vankomisin, dan streptomycin.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/L darah. Karena pada
hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu
leukopenia disebabkan netropenia.
Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus,
malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik,
anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama
saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika,
antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin,
cefalosporin, dan kloramfenikol)
Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat
lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan
patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung
jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai
dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung
jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam
persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung
leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/L.
Tabel 2. Hitung Jenis Leukosit
Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal Kurang dari nilai
normal
Basofil 0,4-1%
40-100/L
inflamasi, leukemia,
tahap penyembuhan
infeksi atau inflamasi
stress, reaksi
hipersensitivitas,
kehamilan,
hipertiroidisme
Eosinofil 1-3%
100-300/L
Umumnya pada keadaan
atopi/ alergi dan infeksi
parasit
stress, luka bakar, syok,
hiperfungsi
adrenokortikal.
Neutrofil 55-70%
(2500-7000/L)
Bayi Baru Lahir
61%
Umur 1 tahun 2%
Segmen 50-65%
(2500-6500/L)
Batang 0-5% (0-
500/L)
Inflamasi, kerusakan
jaringan, peyakit
Hodgkin, leukemia
mielositik, hemolytic
disease of newborn,
kolesistitis akut,
apendisitis, pancreatitis
akut, pengaruh obat
Infeksi virus,
autoimun/idiopatik,
pengaruh obat-obatan
Limfosit 20-40%
1700-3500/L
BBL 34%
1 th 60%
6 th 42%
12 th 38%
infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal
ginjal, SLE, pemberian
steroid yang berlebihan
Monosit 2-8%
200-600/L
Infeksi virus, parasit,
anemia hemolitik, SLE<
RA
Leukemia limfositik,
anemia aplastik
Anak 4-9%
Laju Endap Darah
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji
yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan
Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut
sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International
Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen.
Prosedur pemeriksaan LED yaitu:
1. Metode Westergreen
o Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah
citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA
yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
o Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
1. Metode Wintrobe
o Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat.
Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai
tanda 0.
o Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
Nilai Rujukan
1. Metode Westergreen:
Laki-laki : 0 15 mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam
1. Metode Wintrobe :
Laki-laki : 0 9 mm/jam
Perempuan 0 15 mm/jam
Referensi
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin
Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor :
Huriawati Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC;
2004.
Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara
Books; 2008. hal. 17-35.
Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical
diagnosis. 2
nd
ed. Stuttgart: Thieme; 2004.
Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henrys
clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21
st
ed. Editor: McPherson RA,
Pincus MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.














UJI NARKOBA

PEMERIKSAAN 4
I. JUDUL : PEMERIKSAAN NARKOBA
II. TANGGAL PRAKTIKUM :
III. METODE : Immunochromatografi Kompetitif
IV. TUJUAN : mengetahui ada tidaknya Narkoba dalam sample urine pasien.
V. PRINSIP : Pada strip mengandung konjungat drugs IgG anti narkoba, dimana subtrat urin yang
mengandung drugs (AMP/THC/MOR) akan bereaksi dengan konjungat dimana hasil (+)
ditandai dengan terbentuknya garis merah pada test, (-) pada control.
VI. DASAR TEORI
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba",
istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa
yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan,
narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini
persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba)

Jenis-jenis Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan
berbahaya yang telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk
bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai
sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup
bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The
Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai
risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan
akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah
memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997
tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
(http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba)
Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang mengandung
substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S) merupakan Antibodi Pendeteksi dalam
Strip oleh narkoba sampel/urine Antigen dalam Sample atau narkoba yang telah
dikonjugasi enzim Antigen dalam Strip Test (ada dan terfiksir di zone T). Jika dijenuhi
oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan
berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang
berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian
dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang batas
pemeriksaan/CUTOFF), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan narkoba-
enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna
penuh (gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu).
Valid tidaknya test dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S suatu kontrol
validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi spesifiknya
narkoba, maka baik pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di bawah ambang batas
pemeriksaan atau tidak ada sama sekali narkobanya, semuanya tidak akan menjenuhi dan
hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone S ke zone C untuk menemui dan
mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzim-
substrat yang berwarna di zone C.
(http://abiluvummi.wordpress.com/2011/01/31/laporan-immunologi-p-narkoba/)








VII. PRA ANALITIK
A. Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
B. Persiapan Sampel : urin sewaktu
C. Alat dan Bahan :
1. Strip test Narkoba
2. Urine
3. Timer
4. Wadah penampung Urine

VIII. ANALITIK
1. Simpan sampel pada suhu kamar, lalu buka bungkus strip dan gunakan sesegera mungkin.
2. Celupkan secara vertical strip pada specimen urine selama 10-15 detik, jangan melebihi batas
urine.
3. Tunggu terbentuknya garis. Baca hasil pada 5 menit, jangan lebih dari 10 menit.



IX. Interpretasi Hasil
1) Positif : Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)
2) Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T).
3) Invalid : Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T). atau terbentuk pita
pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita pink.

X. HASIL PEMERIKSAAN
NAMA PASIEN :
JENIS KELAMIN :
UMUR :
HASIL : negative (-) terbentuk 2 garis pada control dan test
XI. PEMBAHASAN
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Dalam Pemeriksaan Narkoba ada beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Rapid
Test. Rapis Test ini menggunakan Strip, dalam Strip Test tersebut ada yang menggunakan 3
Parameter yaitu Amphetamine (AMP), Marijuana (THC), Morphin (MOP) dan ada yang
menggunakan 6 Parameter yaitu Ampethamine (AMP), Methampethamine (METH),
Cocaine (COC), Morphine (MOP), Marijuana (THC), Benzodiazephine (BZO). Dalam
pemeriksaan kali ini kita memakai Strip Test dengan 3 parameter.
Strip test telah Dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dibuat dalam bentuk
imunokromatografi kompetitif kualitatif yang praktis, tidak memerlukan tenaga trampil dan
cepat (hasil dapat diperoleh dalam 3-10 menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki
sensitivitas sesuai dengan standard National Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang
SAMHSA), dan dengan spesifisitas 99,7%.
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan narkoba dengan mengunakan metode
Immunochromatografi Kompetitif dengan 3 parameter pemerikasaan yang ditandai hasil
positif dengan terbentuk hanya 1 garis yaitu pada area control, dan hasil negative dengan
terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test, dan invalid apabila terbentuk garis pada test
atau tidak terbentuk sama sekali garis.
Perlu diingat untuk pemeriksaan ini, pembacaan harus dilakukan saat 5 menit dan tidak
boleh melebihi 10 menit karena akan terbentuk hasil yang positif palsu.
Pada prkatikum kali ini dilakukan pemeriksaan pada pasien dan di perolah hasil yang
negative yaitu di tandai dengan terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test.

XII. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan terhadap pasien di peroleh hasil negative yaitu ditandai ndengan
terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar: Hasanuddin
University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Widal
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba
http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C
(http://id.wikipedia.org/wiki/HIV)
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-test-widal-atau-uji-widal.html
http://id.wikipedia.org/wiki/hepatitis_B
http://digilib.unimus.ac.id
http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha
http://www.djamilah-najmuddin.com/sifilis-pada-wanita
http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba
http://abiluvummi.wordpress.com/2011/01/31/laporan-immunologi-p-narkoba/
(http://caldoknotes.blogspot.com/2011/03/salah-satu-metode-tes-kehamilan.html)
(http://djjars.blogspot.com/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-
hormon_07.html#.UOu8JGfdJLU
http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Hepatitis-C-Virus-%28Indonesian%29.aspx)
http://gardamd.blogspot.com/2011/10/jenis-jenis-pemeriksaan-hivaids.html

Anda mungkin juga menyukai