Anda di halaman 1dari 72

Konsep Pemeriksaan

Hematologi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang aspek darah, khususnya mengenai
kelainan sel-sel darah, serta bahan-bahan
terlarut di dalam cairan darah yang erat
kaitannya dengan fungsi sel-sel darah.
Pemeriksaan Hematologi Dasar
 Pemeriksaan darah tepi
adalah pemeriksaan hematologis terhadap
spesimen darah yang diperoleh dari darah
perifer
(vena, arteri, dan kapiler)
Pemeriksaan darah rutin (Darah
Lengkap/DL)
Pemeriksaan ini terdiri atas:
1. Pengukuran kadar haemoglobin (Hb)
2. Penentuan laju endap darah (LED)
3. Penghitungan jumlah eritrosit
4. Penghitungan jumlah lekosit
5. Penentuan nilai hematokrit/Ht
(Packed Cell Volume/PCV)
6. Nilai MC (MCV, MCH, MCHC)
Pemeriksaan darah lengkap
ditujukan untuk :
1. Keperluan skrining (uji saring) adanya
kemungkinan kelainan hematologis
2. Menunjang diagnosa kelainan darah
3. Membantu mencari adanya
kelainan/penyakit lain yang mendasari
terjadinya kelainan hematologis yang
sudah terdiagnosa
Pengukuran Kadar Haemoglobin
(Hb)
Haemoglobin merupakan pigmen darah yang
terdapat pada membran sel darah merah,
merupakan senyawa yang terdiri dari ikatan
antara molekul globin dan heme (senyawa zat
besi)

Pemeriksaan haemoglobin:
1. Pemeriksaan kuantitatif
2. Pemeriksaan kualitatif
Pemeriksaan Kuantitatif
 Yaitu pemeriksaan yang ditujukan untuk
mengukur kadar Hb dalam darah (g%,
artinya dalam 100 ml darah terdapat 1 gr Hb)

 Saat ini ada 2 macam cara yang masih luas


penggunaannya :
1. Metode Sahli
2. Metode Sianmethemoglobin
1. Metode Sahli
Keuntungan : metode sangat sederhana, bisa
dikerjakan siapa saja, biaya murah, sangat
praktis untuk pemeriksaan bd side.
Kerugian : kurang akurat, hasil pembacaannya
dipengaruhi faktor subyektif

Prinsip pemeriksaan :
Hb+HCl 0.1N berubah menjadi asam hematin
yang berwarna coklat. Intensitas warna yang
terjadi dibandingkan dg warna tabung standard
secara visual
Peralatan dan Reagens yang dipakai :
 Pipet Sahli, yaitu pipet kapiler dengan volume 0.02
ml
 Tabung hemometer
 Tabung warna standard
 Pengaduk dari gelas
 Pipet Pasteur
 Larutan HCl 0,1 N
 Akuades
 Lancet

Bahan pemeriksaan :
 Darah vena dengan antikoagulan
 Darah perifer
2. Metode Sianmethemoglobin
Keuntungan : metode ini direkomendasikan WHO karena
merupakan cara yang paling sensitif, memiliki akurasi dan
presisi yang tinggi, pengaruh subyektif rendah dan dapat
digunakan untuk memeriksa sampel dalamjumlah banyak
sekaligus.
Kerugian : cara ini hanya bisa dilaksanakan di laboratorium
karena memerlukan alat pembaca khusus yaitu
spektrofotometer

Bahan pemeriksan :
- darah vena dengan antikoagulan EDTA
- darah kapiler

PrinsipPemeriksaan :
Feri sianida (dlm larutan Drabkin) methemoglobin
Methemoglobin+sianida sianmethemoglobin dan intensitas
warnanya diukur dg spektrofotometer
 Nilai rujukan :
Wanita : 11.4-16.1 g% (SI : 7.4-9.9 mmol/L)
Laki-laki : 13.4-17.7 g% (SI : 8.4-10.9 mmol/L)
 Peningkatan kadar Hb
Fisiologis : penduduk daerah dataran tinggi, reaksi
eritrositosis
Patologis :
- Hemokonsentrasi (pemekatan darah) mis dehidrasi,
pembendungan tll lama
- Polisitemi (Primer : Polisitemia Vera ; Sekunder :
PPOM, Payah jantung kongestif)
 Penurunan kadar Hb
Fisiologis : pada kehamilan
Patologis :
- Anemia
- Overhidrasi (kandungan cairan tubuh melampaui
normal)
Pemeriksaan Kualitatif

 Dapat ditentukan jenis Hb (HbF : dominan


pada masa janin; HbA : dewasa)
 Bila sampai dewasa tidak mampu
membentuk HbA sbg pengganti HbF akan
mengakibatkan kelainan yang disebut
thalassemia
Laju Endap Darah (LED)
 Laju Endap Darah adalah kecepatan sedimentasi darah di
dalam tabung tertentu yang diukur dengan jalan mengamati
tinggi plasma yang ditinggalkan oleh eritrosit yang mengendap
setelah didiamkan selama 1 jam (mm/jam)
 Proses pengendapan eritrosit terdiri dari 3 fase : fase
pembentukan rouleaux, fase sedimentasi, fase
pemampatan/konsolidasi
 LED dipengaruhi beberapa faktor :
Faktor teknis : suhu dan kemiringan tabung
Faktor endogen :
- Kadar protein darah (kadar fibrinogen dan globulin)
Hiperfibrinogenemi dan kondisi yang disertai peningkatan
kadar globulin menyebabkan peningkatan LED, albumin
sebaliknya akan menurunkan kecepatan pengendapan
darah
- faktor seluler (jumlah dan morfologi eritrosit)
- rasio plasma : eritrosit ( peningkatan rasio ini
menyebabkan peningkatan LED)
 Nilai N (dengan metode Westergen)
Wanita : 2-20 mm/1 jam
Laki-laki : 2-13 mm/1 jam

 LED meningkat pada :


1. Kehamilan
2. Anemia pada umumnya
3. Penyakit infeksi (Appendisitis akut, TBC,
Artritis rematoid, infeksi virus)
4. Neoplasma
5. Mieloma multipel
 LED menurun pada :
1. Polisitemia
2. Anemia
- Sferositosis
- Sickle cell
- Mikrositer (defisiensi Fe)
3. Hipofibrinogenemi
Pemeriksaan Hematokrit
 Pemeriksaan hematokrit atau lebih dikenal dengan
PCV (Packed Cell Volume) adalh pemeriksaan
yang ditujukan untuk mengukur prosentase dari
eritrosit terhadap volume darah keseluruhan
 Manfaat pemeriksaan ini bersama dengan
pemeriksaan Hb dan eritrosit adalah untuk
menunjang diagnosa dan untuk uji saring anemi
 Prinsip pemeriksaan
Darah dengan EDTA dimasukkan ke dalam
tabung tertentu (tabung Wintrobe) kemudian
disentrifus sehingga SDM termampatkan di dasar
tabung. Tinggi kolom SDM diukur dan ditentukan
prosentasenya terhadap tinggi kolom darah
keseluruhan (tinggi SDM+tinggi plasma)
 Nilai rujukan
Wanita : 40-42%
Laki-laki : 45-47%
 Meningkat pada :
1. Peningkatan jumlah eritrosit absolut
(Polisitemi)
2. Peningkatan jumlah eritrosit relatif
(penurunan jumlah plasma : dehidrasi)
 Menurun pada :
1. Anemia, kecuali anemia makrositik
2. Peningkatan volume plasme : overhidrasi,
gagal ginjal menahun
 Dengan mengetahui nilai PCV, kadar HB dan jumlah eritrosit, nilai absolut
eritrosit dapat dihitung dan berdasarkan hasil penghitungan nilai absolut
dapat ditentukan jenis anemi berdasarkan morfologi eritrosit
 MCV (Mean Corpuscular Volume=Volume rata-rata SDM)
PCV (dalam persen) x 10
Jumlah eritrosit (dalam juta)
Harga N : 81-85 µ3
 MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin=Kadar hemoglobin rata-rata pada tiap
sel)
Hemoglobin (dalam g%) x 10
Jumlah SDM (dalam juta)
Harga N : 27-32 pg
 MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration=Konsentrasi
hemoglobin rata-rata)
Kadar hemoglobin x 100
PCV (dalam persen)
Harga N : 30-35 g%
Pada penderita anemi,
Jika MCV meningkat
MCH meningkat anemia makrositik
MCHC normal atau menurun
Jika MCV menurun anemia hipokromik mikrositik
MCH dan MCHC menurun
Jika ketiganya dalam batas normal, maka jenis aneminya adalah anemi
normokromik normositik
Penghitungan Jumlah Sel-sel Darah
 Komponen padat darah terdiri dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit), dan sel pembekuan darah
(trombosit)
 Penghitungan jumlah sel darah meliputi
penghitungan jumlah dari sel-sel tersebut di
atas

 Prinsip pemeriksaan
Darah diencerkan memakai pengencer
tertentu (untuk mempermudah
penghitungan) kemudian dihitung dengan
menggunakan kamar hitung Improved
Neubauer, di bawah mikroskop
Penghitungan Jumlah Lekosit
 Tujuan : menghitung banyaknya lekosit yang
terdapat dalam 1mm3 darah
 Nilai rujukan :
Wanita : 4300-11300/mm3
Laki-laki : 4700-10300/mm3
 Meningkat (lekositosis) :
- penyakit infeksi akut (appendisitis akut,
influenza)
- penyakit infeksi kronis (tbc, pneumonia)
- penyakit keganasan (karsinoma, lekemi,
mieloma multipel, polisitemia vera)
- dehidrasi (karena hemokonsentrasi)
 Menurun (lekopeni) :
- penyakit infeksi bakteriil yang menghasilkan
toksin yang menekan aktifitas sutul
(salmonella)
- keracunan bahan kimia atau obat-obatan yang
menekan sutul, misalnya penggunaan salisilat
dalam jangka waktu lama
- anemia aplastik, anemia hipoplastik
- stadium awal lekemi
- penyakit keganasan yang menginfiltrasi sutul
- overhidasi
Penghitungan Jumlah Eritrosit

 Tujuan : menghitung jumlah eritrosit dalam 1mm3


darah
 Nilai rujukan
Wanita : 3.900.000 – 4.820.000/mm3
Laki-laki : 4.330.000 -5.950.000/mm3
 Meningkat : fisiologis (orang di dataran tinggi),
patologis (polisitemi, dehidrasi)
 Menurun : fisiologis (kehamilan), patologis (anemi
karena penyebab apapun, overhidrosis)
Retikulosit
 Normal : 0.2-2.0 % dari jumlah eritrosit
 Meningkat (retikulositosis) :
 1-2 mgg setelah perdarahan akut
 Destruksi eritrosit meningkat

 Setelah terapi Fe pada anemia megaloblastik dan


anemia kurang besi
 Menurun : pada anemia aplastik
Penghitungan Jumlah Trombosit
 Trombosit berfungsi dalam proses pembekuan darah,
membentuk sumbatan dimana endotel mengalami
perlukaan
 Nilai rujukan :
Wanita/laki-laki sama : 150.000 – 400.000/mm3
 Meningkat : rektif trombositosis, trombositemi, CML
(lekemi mielositik kronik)
 Menurun (trombositopeni) :
- Produksi menurun :
anemia aplastik/hipoplastik
- Pemakaian meningkat :
DIC (Disseminated intravascular coagulation)
- Penghancuran meningkat :
ITP (Idiopathic trombocytopenic purpura)
- Lekemi mieloblastik akut (AML)
Pemeriksaan Hapusan Darah
 Prinsip pemeriksaan
Setetes darah (dengan/tanpa antikoagulan)
dipaparkan di atas gelas obyek, kemudian
diwarnai dengan cat Romanowsky dan sel-
selnya diamati di bawah mikroskop

 Meliputi : hitung diferensisl dan evaluasi


hapusan darah
Hitung diferensial
 Adalah hasil penghitungan jumlah dari masing-masing
jenis lekosit yang dinyatakan dalam persen, mis : eos 3%
artinya dalam 100 butir sel darah putih terdapat 3 buah
eosinofil
 Hasil hitung jenis dihidangkan dalam bentuk diagram
Schilling :
Eos / Bas / St / Sg / Ly / Mo
Nilai rjkan 1-2 / 0-1 / 3-5 / 54-62 / 25-33 /3-7
 Manfaat : bisa diperoleh informasi mengenai
penyimpangan jumlah lekosit lebih rinci.
 Dalam darah tepi terdapat 5 jenis lekosit : eosinofil,
basofil, stab, segmen, limfosit dan monosit yang memiliki
fungsi yang khas.
 Dalam keadaan normal sangat sulit untuk menemukan sel
lekosit muda dalam darah. Jika ada, hal ini menunjukkan
peningkatan aktifitas sutul
 Interpretasi hitung diferensial :
Shift to the left : St meningkat, menandakan
peningkatan aktifitas sutul, mis pada kasus infeksi
berat
Degenerative shift to the left, jika disertai
leukopeni : demam tifoid
Regenerative shift to the left, jika disertai
leukositosis : pneumonia, sepsis, leukemia
Shift to the right : Sg meningkat, mis pada
apendisitis akut
Relative lymphocytosis : prosentase limfosit
meningkat, tapi jumlah absolut lekosit normal
bahkan menurun, mis : demam tifoid, lekemi
limfositik kronik maupun akut
Evaluasi hapusan darah

 Dari pemeriksaan ini kita mendapat informasi


mengenai morfologi (bentuk), ukuran dan
kromasi (pewarnaan-khusus untuk eritrosit),
adanya sel-sel muda, dan kesan jumlah lekosit dan
trombosit.
ERITROSIT
 Eritrosit normal merupakan sel yang tidak berinti,
pandangan frontal berbentuk bulat, pandangan lateral
berbentuk cakram (bikonkaf)
 Pada pewarnaan Wright berwarna pink keunguan
 Jika dilihat dari frontal berbentuk lingkaran dengan bagian
tepi berwarna lebih gelap dari bagian tengahnya. Bagian
tengah yang berwarna pucat disebut central pallor area
 Pada eritrosit normal, diameter central pallor area tidak
lebih dari 1/3 diameter selnya. Hal ini untuk menilai
kromasi eritrosit, yaitu mencerminkan banyaknya
kandungan Hb eritrosit.
Jika lebih dari 1/3 disebut hipokrom
 Untuk menilai ukuran eritrosit, lazimnya dibandingkan
dengan ukuran inti limfosit kecil.
Ukuran eritrosit normal yang sama besar dengan inti
limfosit muda disebut normositik.(6-8 mikron)
Ukuran eritrosit yang lebih kecil disebut mikrositik
Ukuran yang lebih besar disebut makrositik
Penilaian bentuk, ukuran dan kromasi
eritrosit dinyatakan dalam istilah sebagai
berikut :
 Normokrom-normositik : artinya kromasi, ukuran dan
bentuk eritrosit dalam batas normal
 Hipokrom-mikrositik : artinya kromasi dan ukuran
eritrosit di bawah batas normal
 Normokrom-makrositik : artinya kromasi eritrosit dalam
batas normal tetapi ukurannya lebih dari normal
 Anisositosis : artinya ukuran eritrosit bermacam-macam
 Poikilositosis : artinya bentuk eritrosit bermacam-macam
 Polikromatofil : terdapat banyak eritrosit berukuran besar
dengan kromasi lebih gelap yang sebenarnya adalah
bentuk peralihan antara eritrosit muda yang masih berinti
dengan eritrosit dewasa yang tidak berinti lagi. Sel ini
mengandung benang-benang retikulum dan disebut
retikulosit
Kelainan bentuk eritrosit :
 Sel target : bentuknya seperti gambar sasaran panahan, di
tengah gelap dikelilingi lingkaran terang. Sel ini sering
terlihat pada anemi karena kekurangan besi dan pada
talassemi
 Sel sickle : bentuk eritrosit seperti sabit, sering ditemukan
pada anemi sel sabit (sickle cell anemia)
 Ovalosit : bentuk eritrosit tidak bulat, melainkan oval,
sering terlihat pada penderita malaria karena plasmodium
ovale dan anemi makrositik
 Anulosit : bagian yang pucat melebar ke tepi, sehingga
eritrosit terlihat seperti cincin, sering dijumpai pada anemi
kekurangn besi yang berat
 Sel helmet : kadang disebut fragmentosit. Sebenarnya sel
ini tidak dapat disebut sel lagi karena bukan sel yang utuh,
melainkan serpihan eritrosit yang rusak (pecah) biasanya
ditemui pada hapusan darah penderita anemi hemolitik
Sickle Sel
Eritoblast
LEKOSIT

 Evaluasi lekosit terdiri atas :


penentuan kesan jumlah, ada/tidaknya sel-sel abnormal, ada/tidaknya
sel-sel muda

 Dari bentuk intinya ada 2 jenis lekosit :


1. PMN (Poli morfo nuclear) :
intinya terpecah-pecah dan masing2 bag dihubungkan oleh
filamen. Termasuk di dalamnya : Eosinofil, Basofil, Netrofil
(St dan Sg)
2. MN (mono nuclear) :
bentuk intinya bulat, utuh dan tidak terpecah. Termasuk
anggota MN : limfosit dan monosit

 Dengan melihat ada/tidaknya granula dalam sitoplasma :


1. Granulocytic series
2. Agranulocytic series
NAMA SEL UKURAN SEL INTI SITOPLASMA

Eosinofil Sedang PMN, biasanya terdiri dari 2 lobus Jumlah cukup, berisi granula
besar-besar, berwarna
merah

Basofil Sedang PMN, biasanya terdiri dari 2 lobus, tertutup Jumlah cukup, berisi granula
granula sitoplasma besar-besar, berwarna biru
tua

Stab (Netrofil) Sedang PMN, filament belum terbentuk sempurna Jumlah cukup, berisi granula
halus, berwarna netral (pink-
biru)

Segmen Sedang PMN, bisa terdiri dari 2-5 segmen Jumlah cukup, berisi granula
(Netrofil) halus, berwarna pink-biru

Limfosit Kecil dan sedang MN, bulat, eksentris, hamper memenuhi seluruh Berwarna biru muda, kadang
isi sel. Kromatin inti padat terdapat granula azurofilik
(merah). Limfosit kecil :
jumlah sedikit

Monosit Besar MN, berbentuk ginjal, ukuran besar, tetapi tidak Jumlah banyak, warna abu-
memenuhi isi sel, jalinan kromatin inti renggang abu, sering terdapat vakuola
Eusinofil Limfosit

Monosit Neutrofil
TROMBOSIT
 Evaluasi trombosit meliputi kesan jumlah dan
morfologinya
PEMERIKSAAN FAAL
HEMOSTASIS
 Hemostasis adalah berhentinya pengaliran darah. Jika
sebuah arteri kecil/arteriole mengalami kerusakan
sehingga terjadi pendarahan, maka segera akan terjadi
perubahan-perubahan setempat yang mengakibatkan
berhentinya perdarahan tersebut.
 Yang berpengaruh terhadap hemostasis ialah : sifat-sifat
pembuluh darah, jumlah dan fungsi trombosit, dan faktor-
faktor pembekuan darah.
 Sebagai pemeriksaan penyaring untuk mengetahui faktor-
faktor apa yang mengganggu proses hemostasis,
pemeriksaan laboratorium yang sering dikerjakan pada
penderita-penderita dengan gejala perdarahan ialah:
 Penghitungan trombosit
 Waktu pendarahan (bleeding time)
 Waktu pembekuan darah (clotting time)
 Retraksi bekuan (clot retraction)
 Waktu protrombin plasma (plasma protrombin time=PPT) = one
stage protrombin time
 Activated Partial Thromboplastin Time = APTT
Waktu Perdarahan
(Bleeding Time)

 Merupakan pemeriksaan penyaring untuk menilai fungsi


vaskuler dan trombosit
 Ada dua cara:
1. Cara Duke
2. Cara Ivy
Cara Duke
Alat-Alat Reagensia
 Stopwatch

 Lancet steril

 Kertas saring
Teknik
 Letakkan handuk pada pundak penderita
 Bersihkan cuping telinga dengan alcohol 70%
 Peganglah cuping telinga antara ibu jari dan telunjuk
sedemikian rupa sehingga kulitnya agak tegang
 Tusuk dengan lancet pada bagian bawahnya dan pegangan
dilepaskan
 Ketika titik darah mulai terlihat, peganglah stopwatch
 Darah yang menetes dihisap dengan kertas saring setiap ½
menit, tetapi tidak boleh menyentuh lukanya
 Kalau darah tidak keluar lagi, stopwatch dihentikan

(Hal ini terlihat pada kertas saring yang tidak


menunjukkan adanya titik darah lagi)
 Harga normal: 1 – 3 menit
Catatan
 Kadang-kadang darah tak keluar setelah ditusuk.
Mungkin karena tusukan kurang dalam. Ulangilah pada
telinga yang lain. Kalau perdarahan lebih dari 5 menit,
secara aktif perdarahan harus dihentikan dengan cara
memijat tempat perdarahan dan diplester.
 Laporan ditulis: waktu perdarahan lebih dari 5 menit
Cara Ivy
Alat-Alat dan Reagensia
 Stopwatch

 Tensimeter

 Kertas saring

 Disposable lancet (steril)


Teknik
 Pasang tensimeter pada lengan atas dan pertahankan
tekanannya 40 mm Hg selama pemeriksaan.
 Kulit pada lengan bawah sedikit distal dari fossa cubiti
dibersihkan dengan alcohol 70%.
 Tusuk dengan lancet steril
 Setelah tampak titik perdarahan, pasanglah stopwatch
 Tiap ½ menit darah yang keluar dihisap dengan kertas
saring dengan tidak menyentuh luka.
 Setelah perdarahan berhenti, waktu dicatat.
 Harga normal: 1 – 7 menit
Catatan
 Tusukan tidak boleh di atas vena.

 Sebab-sebab kesalahan: tusukan terlalu dalam/dangkal


atau tekanan tensimeter tidak tetap.
 Jika perdarahan berlangsung lebih dari 10 menit,
pemeriksaan distop dan perdarahan dihentikan.
 Laporan ditulis: waktu perdarahan lebih dari 10 menit

 Masa perdarahan memanjang terdapat pada keadaan :


 Trombositopenia
 Purpura Henoch-Schonlein
Waktu Pembekuan Darah (Clotting Time)
(Menurut Lee & White)
Merupakan pemeriksaan penyaring yang kurang sensitif untuk
menilai faktor-faktor koagulasi

Prinsip:
Darah diambil dari vena dan waktu antara saat darah
masuk semprit sampai darah membeku adalah waktu
pembekuan darah.
Alat-alat dan Reagensia:
 Tabung serologis dengan diameter 8 mm

 Waterbath 37°C

 Stopwatch

 Semprit 5 ml.
Teknik
 Di dalam sebuah rak sediakan 3 tabung serologis diameter
8 mm, yang bersih dan kering. Diletakkan semuanya
dalam waterbath 37°C.
 Dengan semprit 5 ml ambil darah vena dengan hati-hati
dan cepat.
 Saat darah masuk semprit, stopwatch dipasang
 Darah tersebut dimasukkan ke dalam masingmasing
tabung sebanyak 1 – 1,5 cc
 Tunggu 4 menit, kemudian setiap ½ menit tabung I
dimiringkan,untuk melihat apakah darah sudah
membeku.
 Setelah tabung I membeku kemudian tabung II
dimiringkan seperti tabung I. Demikian seterusnya pada
tabung III, diulang setiap ½ menit sampai darah membeku
dan dicatat.
 Waktu pembekuan yaitu waktu darah mulai memasuki
semprit sampai darah membeku pada tabung III.
Harga normal: 5 – 15 menit
Catatan
 Diameter tabung sangat memengaruhi hasilnya. Makin
sempit makin pendek hasilnya.
 Penusukan vena harus terjadi dengan mudah dan cepat
agar tidak tercampur cairan jaringan.
 Suhu waterbath 37°C dan bersihnya tabung sangat
penting. Pada suhu 37°C pembekuan darah 2 kali lebih
cepat daripada pembekuan dalam suhu kamar.
Retraksi Bekuan (Clot Retraction)
(Metode: Mac Farian)
Prinsip:
Volume serum yang terjadi pada darah bila dibiarkan
membeku pada suhu 37°C yang dinyatakan sebagai
persentase terhadap volume darah mula-mula.
Alat-Alat dan Reagensia:
 Tabung centrifuge yang berskala dengan interval 0,1 ml,
panjangnya 10 cm.
 Glasssord panjang 10 cm (kayu)

 Waterbath 37°C
Teknik
 Ambil darah vena 5 cc

 Masukkan ke dalam tabung centrifuge tadi

 Masukkan aplikator kayu (glassord)

 Inkubasi dalam waterbath 37°C selama 1 jam.

 Setelah 1 jam, keluarkan aplikator yang telah ditempeli


gumpalan darah sambil ditiriskan.
 Diukur volume serum yang terjadi.

Vol. Serum
Dilaporkan: x 100% serum
Vol. Darah
Harga normal: Retraksi bekuan= 44 – 64% serum
Waktu Protrombin Plasma (Plasma Protrombin
Time=PPT) = One Stage Protrombin Time

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai adanya defisisensi


faktor-faktor koagulasi yang berperan pada jalur ekstrinsik
dan jalur bersama

Prinsip:
Waktu protrombin adalah waktu pembekuan plasma
yang terjadi bila calcium dalam konsentrasi yang optimal
dan tromboplastin jaringan yang kuat dan berlebihan
ditambahkan pada plasma tersebut dalam keadaan standard
Alat-Alat dan Reagensia
 Tromboplastin-calsium reagent (ortho-Brain
Thromboplastin)
 Plasma control dan plasma penderita

 Waterbath 37°C

 Tabung serologis 13 x 100 mm

 Stopwatch

 Mikropipet 0,2 & 0,1 ml


Teknik
 Inkubasikan ortho-Brain tromboplastin pada 37°C
selama 5menit.
 Plasma penderita 0,1 ml dimasukkan kedalam tabung
serologis, dan diinkubasikan selama 1 – 2 menit.
 Semprotkan/tambahkan 0,2 ml ortho-Brain
tromboplastin ke dalam plasma tadi, bersamaan itu
pasanglah stopwatch. Kocok dan inkubasikan pada 37°C
selama 6 – 7 detik.
 Amati bekuan gel yang terjadi dengan cara memiringkan
tabung tadi, lalu hentikan stopwatch.
 Kerjakan pula hal tersebut di atas dengan menggunakan
plasma control (sebagai pembanding)
Harga normal: 11 – 14 detik

Memanjang pada penyakit hati kronis dan defisiensi vitamin


K
Digunakan untuk pemantauan antikoagulan oral
Activated Partial Thromboplastin Time =
aPTT
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai adanya defisiensi
faktor-faktor koagulasi yang berperan pada jalur intrinsik
dan jalur bersama

Prinsip:
 Partial thromboplastin time adalah waktu pembekuan dari
plasma yang terjadi bila cephalin yang berlebihan dan
calcium dalam konsetrasi optimal ditambahkan pada plasma
tersebut.

 Untuk memberi kontak yang lebih sempurna pada faktor-


faktor pembekuan, dapat ditambahkan kaolin atau celite
activated partial thromboplastin time.
Alat-alat dan Reagensia
 Activated thrombofax

 Larutan CaCl2 dan plasma penderita

 Waterbath

 Stopwatch

 Tabung reaksi 13 x 100 mm

 Mikropipet 0,1 ml
Teknik
 Inkubasikan activated thrombofax dan larutan CaCl2
0,02M pada 37°C selama 5 menit.
 Campurkan 0,1 ml plasma 0,1 ml activated thrombofax,
kocok, lalu inkubasikan pada 37°C selama 5 menit.
 Tambahkan ke dalam campuran tadi 0,1 ml CaCl2 0,02 M.
Bersamaan dengan itu pasanglah stopwatch. Inkubasikan
37°C selama 20 – 25 detik.
 Amatilah timbulnya bekuan gel dengan cara memiringkan
tabung tersebut. Hentikan stopwatch jika bekuan telah
timbul.
 Harga normal: 25 – 40 detik.

Memanjang pada hemofilia A dan hemofilia B


Dilakukan untuk pemantauan terapi heparin
PROSEDUR TEKNIK
PERBANKAN DARAH
Penentuan Gol Darah Sistem ABO
 Golongan darah adalah ciri khusus darah dari
suatu individu karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah
 Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh).
GOLONGAN DARAH

Gol Darah Aglutinogen pada Aglutinin dalam Kemungkinan


sel darah merah plasma transfusi
A A Anti-B Golongan A dan
O
B B Anti-A Golongan B dan
O
AB A dan B Tidak keduanya Semua golongan

O Tidak ada Anti-A dan Anti- Hanya bisa


B golongan O
Faktor Rhesus
 Merupakan suatu aglutinogen

 Individu yang memiliki faktor ini disebut Rh+ (85%


populasi), sedangkan 15% populasi disebut Rh-
 Bila seseorang dg Rh- menerima darah dari donor dg
Rh+, maka aglutinogen akan merangsang aglutinin
anti-Rh yang disebut anti-D. Apabila transfusi
diberikan dengan darah Rh+ untuk kedua kalinya
maka sel darah merah donor akan diaglutinasi dan
dihancurkan (hemolisis)
Penentuan gol darah sistem ABO
Alat-alat :
 Antisera titer tinggi yang memenuhi syarat
 Porselen putih/gelas obyek
 Gelas pengaduk
 Lancet steril
 Kapas alkohol 70%
 Alat pemusing
 Tabung reaksi diameter 10x75mm
Cara langsung (metode slide)
 Porselen ditandai A, B dan AB dari kiri ke kanan

 Teteskan 1 tetes antisera anti-A, anti-B dan anti-AB

 Tambahkan 1 tetes contoh darah disebelah antisera


tersebut
 Campur antisera dan darah memakai pengaduk

 Goyangkan porselen dengan arah lingkaran agar


senantiasa dan darah lebih tercampur selama 2 menit
 Amati ada atau tidak aglutinasi dan catat hasilnya
Cara tidak langsung :
Prinsip : menentukan jenis aglutinin serum seseorang
menggunakan suspensi sel darah yang telah diketahui
golongannya
 Sediakan 2 tabung kering dan bersih yang ditandai A
dan B
 Masukkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes
serum
 Tambahkan 1 tetes suspensi sel A 2-5% pada tabung
A dan 1 tetes suspensi sel B 2-5% pada tabubg B
 Goyangkan tabung agar isinya tercampur, lalu
dipusing 1000rpm selama 1 menit
 Resuspensi dan amati ada atau tidak aglutinasi, dan
diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik
Reaksi Silang (Medium salin)
 Tujuan : mencari kemungkinan adanya
aglutinin dan antibodi tak lengkap didalam
darah dan resipien
 Indikasi : dilakukan sebelum transfusi untuk
melihat apakah secara in vitro darah donor dan
resipien telah cocok
Alat-alat
 2 tabung centrifuge masing-masing untuk mencuci darah donor dan
resipien. Beri tanda CD untuk donor dan CR untuk resipien
 6 tabung reaksi. Beri tanda CD untuk suspensi eritrosit donor, CR
untuk suspensi eritrosit resipien, SD untuk serum donor, SR untuk
serum resipien, M untuk reaksi mayor dan m untuk reaksi minor
 Gelas obyek
 Cara :
 Cucilah eritrosit donor dan resipien masing-masing 4x dengan salin
 Buat suspensi eritrosit 2% (1 tetes eritrosit donor yang telah dicuci
ditambah larutan salin 49% kedalam tabung reaksi CD, eritrosit
resipien ke dalam tabung CR)
 Teteskan 1 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi eritrosit 2%
kedalam tabung reaksi M. Campurkan dan teteskan 1 tetes serum
donor dangan 1 tetes suspensi eritrosit 2% kedalam tabung reaksi m.
Campurkan
 Pusingkan kedua tabung M dan m selama 1 menit pada 1000rpm
 Resuspensikan dan periksalah adanya aglutinasi secara mikroskopis
dan makroskopis

Anda mungkin juga menyukai