Anda di halaman 1dari 157

PATOLOGI KLINIK DASAR

DIANE LUKITO SETIAWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SURABAYA
Visi
“menjadi program studi pendidikan dokter yang
unggul dalam pendidikan dan pengembangan
ilmu kedokteran yang berwawasan
interprofessional collaboration dan teknologi
kedokteran sehingga kehadirannya terpateri di
hati dan pikiran masyarakat.”
TIU
 Mahasiswa mengerti prinsip pemeriksaan dan mampu menjelaskan
hasil pemeriksaan Patologi Klinik

TIK
 Mahasiswa mampu menjelaskan hasil pemeriksaan Darah Lengkap
secara sederhana
 Mahasiswa mengetahui cara pemeriksaan retikulosit dan
perhitungannya.
 Mahasiswa mengetahui cara pembuatan dan pembacaan
hapusan darah tepi.
Kenapa belajar patologi klinik?

 Memberikan  Mendukung
gambaran keadaan pemeriksaan fisik
tubuh yang tidak
tampak dari luar

diagnosis dan terapi


yang tepat
Pencegahan
Fungsi Pemeriksaan Laboratorium

1. pemeriksaan penyaring atau skrining


( rule in, rule out, case finding, check up )
2. pemeriksaan konfirmasi
( diagnostik, definitif )
3. pemeriksaan pemantauan ( follow up )
4. pemeriksaan penderita gawat ( emergency )
5. pemeriksaan untuk persiapan operasi
Patologi (menurut kamus Dorland) cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari perubahan struktural dan fungsional pada jaringan dan
organ tubuh yang menyebabkan atau disebabkan oleh penyakit.

Patologi klinik(clinical pathology) adalah patologi yang diterapkan


pada pemecahan problem klinis khususnya penggunaan metode
laboratorium dalam diagnosis klinis.
tes laboratorium
( parameter laboratorium )

terdiri dari beberapa metode

contoh : tes penentuan kadar Hb


1. metode sahli
2. metode cyanmethemoglobin
tes penentuan kadar kalium
1. metode flame photometer
2. metode ion sensitive electrode (ISE)
3. metode enzimatik
Pemeriksaan Laboratorium 8
Hematologi Rutin Sederhana
 Pemeriksaan lab.hematologi yg paling
sering dilakukan
 Dapat dikerjakan dengan cara manual
atau dengan alat hitung sel darah otomatis.
 Cara manual sudah banyak ditinggalkan
tapi beberapa cara manual masih menjadi
metode acuan .
 Termasuk pemeriksaan ini : 9
- Kadar Hb
- Hematokrit (Hct) atau Packed Cell Volume (PCV)
- Hitung Eritrosit (RBC), leukosit(WBC), trombosit (Plt)
- Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
- Hitung Jenis leukosit
- Evaluasi Hapusan Darah Tepi
- Hitung Retikulosit
- Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan Darah Lengkap 10

 Yang dimaksud dgn pemeriksaan “Darah Lengkap”


yaitu pemeriksaan yang awalnya terdiri dari:

- penentuan kadar Hb
- Laju Endap Darah (LED)
- Hitung Leukosit
- Hitung Jenis Leukosit
- Hitung trombosit

ini untuk lab sederhana yang masih menggunakan cara


manual .
11

 Di lab. yang sudah menggunakan alat


elektronik/otomatik,pemeriksaan darah lengkap lazim
disebut dengan CBC (Complete Blood Count) dan
parameter yang diperiksa tergantung dari kemampuan
alat otomatik yang dipakai .
Contoh hasil CBC
Arti Pemeriksaan Darah 13
Lengkap
 Memberikan gambaran baseline kondisi tubuh
 Membantu menentukan diagnosis suatu penyakit .
 Memberi informasi adanya proses patologis dlm
darah/tubuh .
 Alat monitor kemajuan penderita atau mengetahui
efek/hasil suatu pengobatan
Penentuan Kadar Hb : 14
Metode Hematin Asam (Sahli)

 Prinsip : darah + lar.HCl → Hb diubah oleh HCl menjadi


hematin-asam .
 Setelah hematin-asam terbentuk sempurna (10 menit) →
diencerkan dgn aquades sampai warnanya sama dgn
warna standar → baca kadar Hb pada skala di tabung
Sahli
 Cara ini cepat, simpel, murah , tapi akurasinya kurang
(kesalahan 5-10%)
Alat yang diperlukan : 15

 Hemoglobinometer Sahli-Adam, terdiri dari :


- Gelas berwarna coklat (standar-
warna)
- Tabung Sahli berskala (dlm g%
atau g/dl).
- Pipet Sahli dgn volume 20 cmm .
- Pengaduk dari gelas.
- Pipet pasteur.
 Reagensia :
- larutan HCl 0.1N
- Akuadestilata .
16
Indeks Eritrosit 17

 Indeks Eritrosit :
 menentukan ukuran & kadar Hb dlm eritrosit
 dihitung menggunakan nilai RBC, Hb, dan PCV/HCT

 Termasuk Indeks Eritrosit :


1. MCV (Mean Cell Volume)
2. MCH (Mean Cell Hb)
3. MCHC (Mean Cell Hb Concentration)
- Rumus : 18
MCV :

MCV = PCV / ∑ Eri (juta/µL) x 10 (fL)


Nilai normal :
* Dewasa : 76-96 fL (80-100)
* Neonatus : 120 fL
* Bayi, 3 bln- 1 thn : 95 fL
* Anak, 3->6 thn: 76-92 fL
Normositik = MCV normal
Mikrositik = MCV < normal
Makrositik = MCV > normal
MCH : 19

 Kandungan Hb rata-rata dalam 1 eritrosit .


 MCH = Hb(g/dL) / Σ Eri (juta/µL) x 10
(dalam satuan pg)
• Nilai normal :
• Dewasa : 27 – 32 pg
• Anak,3 bln - 2 thn : 24 – 30 pg
MCHC 20

 Menunjukkan kadar Hb rata-2 dlm 1 eritrosit .


MCHC = Hb (g/dL) / PCV(%) x 100%
(satuan dalam % atau g/dl)
 Nilai normal :
Dewasa & anak = 30-35 g/dL
Bayi = 27 – 32 g/dL
Hipokrom = MCHC < normal
Normokrom = MCHC normal
21
- Catatan :
 Ada hubungan yg baik antara Kadar Hb, Jumlah Eritrosit,
dan PCV.
 Bila Hb/Juml.Eri/PCV < normal dapat dikatakan adanya
gejala Anemia .
 Bila Indeks Eritrosit dapat dihitung → dapat ditentukan
jenis anemia nya .
Hematokrit (Hct) / 22
Packed Cell Volume (PCV) :

 Prinsip :
darah dgn antikoagulan dimasukkan dalam tabung,
dipusingkan dgn kecepatan dan dalam waktu tertentu
sehingga sel darah merah akan dimampatkan .

 Tingginya kolom sel darah merah yg dimampatkan


dibaca sebagai Hematokrit (dinyatakan dalam % vol.sel
darah merah terhadap volume darah seluruhnya)
23
 Nilai hematokrit sebanding / sesuai dgn nilai kadar Hb dan
jumlah sel darah merah.
plasma

buffy coat

a Hct(PCV) = b/a x 100%

b sel darah
merah
24
 Jumlah Eritrosit
 Kadar Hb parameter Anemia
 Hematokrit

 Nilai normal Hct tergantung :


-Usia
-Jenis kelamin
-Geografis; Hct didataran tinggi > pesisir
- Harga normal Hematokrit : 25

 Saat lahir : 50-62%


 Usia 1 tahun : 31-39%
 Dewasa ♀ : 35-45%
 Dewasa ♂ : 40-50%
26
* Peningkatan Hematokrit :
 Polisitemia (Vera , Sekunder)
 Vol.plasma ↓ (Dehidrasi , combustio)
 Makrositosis, c:/ anemia megaloblastik

* Penurunan Hematokrit :
- Produksi eritrosit ↓
- Mikrositosis, c:/ anemia kurang besi, anemia
penyakit kronis
- Dilusi karena infus cairan
27
Laju Endap Darah ( LED )
 Yaitu kecepatan mengendapnya eritrosit dalam darah
dgn antikoagulan

 Kecepatan pengendapan dipengaruhi


- gaya gravitasi
- tekanan keatas akibat perpindahan plasma

 LED diukur dlm satuan mm/jam .


FASE LED
28

1 2 3

Pembentukan Sedimentasi Sedimentasi


Rouleaux cepat lambat

15 menit 30 menit 15 menit


pertama kemudian terakhir
29

Kurva Fase LED


( Sumber : ppt – Erythrocyte Sedimentation Rate - Anonim )
KEGUNAAN DALAM KLINIK 30

 LED sebagai penanda non spesifik penyakit.


 Secara garis besar, kegunaan dalam klinik meliputi :
1. Membantu menegakkan diagnosis penyakit
2. Membedakan diagnosis penyakit
3. Mengikuti perjalanan penyakit
31
Faktor yang mempengaruhi LED :
1. Faktor Sel Darah Merah
2. Faktor komposisi plasma
3. Faktor teknis
32
Faktor Sel Darah Merah :
a) Aglutinasi eritrosit & pembentukan rouleaux (makin
besar massa eritrosit, makin banyak rouleaux yg
terbentuk), makin cepat pengendapan .

b) Bentuk Eritrosit (bentuk Sferis, Bulan Sabit),


mempersulit pembentukan rouleaux
pengendapan lambat → LED ↓
c- Ukuran eritrosit ( makrosit 33
mempercepat pengendapan)

d- Jumlah eritrosit/cmm
jumlah eritrosit yang rendah
(anemia) mempercepat
pengendapan sel → LED ↑ .
2. Faktor Komposisi Plasma :
34

 Me↑nya makromolekul dlm plasma


 Me↑nya globulin > albumin
 Me↑nya fibrinogen

me< gaya tolak-menolak antar sel


→ pbtkn rouleaux lebih mudah →
LED ↑.
3. Faktor Teknis :
35

 Letak Tabung miring → LED ↑

 Diameter tabung/pipet LED lebih kecil


 Pemeriksaan tertunda > 2 jam
LED akan me↓
 Ekses antikoagulan
 Sebagian darah beku
PRINSIP 36
WESTERGREN WINTROBE
Darah – antikoagulan Darah – antikoagulan

Diencerkan (4:1) Tanpa diencerkan

Dimasukkan dalam Dimasukkan dalam


tabung Westergren, posisi tabung Wintrobe, posisi
vertikal vertikal

Darah akan mengendap Darah akan mengendap


ALAT WESTERGREN WINTROBE
37

Tabung Westergren Tabung Wintrobe

Rak Westergren Rak wintrobe

Pencatat waktu ( Timer ) Pencatat waktu ( Timer )


PERBEDAAN ANTARA
TABUNG WESTERGREN - WINTROBE 38

WESTERGREN WINTROBE
BAHAN 39

WESTERGREN WINTROBE
Darah ( 2 ml ) – antikoagulan Darah ( 1 ml ) - EDTA
diencerkan :
4 darah : 1 Natrium Sitrat 3.8%
Tanpa diencerkan
4 darah – EDTA : 1 Natrium Sitrat
3.8%
4 darah-EDTA : 1 NaCl 0,9 %
CARA PEMERIKSAAN 40
WESTERGREN
A. Dengan pipet westergren isap salin
sampai angka “150”  masukkan
kedlm botol kosong
B. Dengan pipet westergren isap
darah-edta sampai angka “0” 
masukkan kedlm botol diatas
C. Campuran dikocok
D. Dengan tabung westergren isap
campuran itu sampai tanda “0”
E. Tegakkan tabung pada raknya
F. Diamkan selama 1 jam (pasang
timer)
G. BACA HASILNYA (DALAM mm/jam)
( Sumber : ppt – Penuntun Praktikum
Hematologi – Patologi Klinik FK UNAIR –
CARA PEMERIKSAAN 41

WINTROBE
Masukkan darah-EDTA dalam
tabung Wintrobe sampai tanda 0

Letakkan tabung pada rak


Wintrobe dengan posisi vertikal

Baca setelah 1 jam

( Sumber : ppt – Penuntun Praktikum


Hematologi – Patologi Klinik FK UNAIR – 2009
CARA MEMBACA HASIL 42

( Sumber : ppt – Penuntun Praktikum Hematologi – Patologi Klinik FK UNAIR – 2009 )


LED

( Sumber : ppt – Penuntun Praktikum Hematologi – Patologi Klinik FK UNAIR – 2009 )


NILAI NORMAL 44

WESTERGREN
♂: 0 – 15 mm/jam
ϼ : 0 – 20 mm/jam

WINTROBE
♂ : 0 – 10 mm / jam
ϼ : 0 – 20 mm / jam
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN 45
•Polisitemia
•Hipofibrinogenmia
•Mikrositosis
•Poikilositosis
 Makrositosis •Peningkatan kadar
 Anemia albumin
•Sferositosis
 Kadar fibrinogen dan
globulin tinggi
 Nekrosis
 Radang
 Keganasan
Photometrical
capillary
stopped flow
kinetic
Darah - EDTA 175 μL diambil
PROSE dengan jarum dialirkan ke kapiler 47

S TEST Terjadi tabrakan antara sel darah merah


Aliran darah distop
( muatan - ) dan aglomerin ( muatan + )
-+ mendadak
sehingga terjadi pembentukan rouleaux
+ -
+ + + -
+
- + -+ +
+
- + - +- - Dibaca 1000x selama 20
detik

- + - Proses komputerisasi
-
++
- +
+
- +
+
+ -
- Keluar hasil ( print out )
Retikulosit : 48

 Retikulosit = Eritrosit muda, tak berinti, mengandung


sisa ribosom & RNA yang bereaksi dgn cat Brilliant
Cresyl Blue (BCB) atau New Methylene Blue (NMB)
membentuk presipitat granul / filamen berwarna
hijau-biru .

 Reaksi terjadi pada eritrosit hidup (belum difiksasi =


supravital)

 Karena lebih muda → ukuran > eritrosit


49
50
Pemeriksaan Retikulosit :
1. Cara manual :
- Pengecatan dgn Brilliant Cressyl Blue (BCB)
atau New Methylene Blue (NMB)

2. Cara Otomatik :
- Dengan alat hitung sel darah
elektronik/otomatik
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

51
 Ada 2 cara

MANUAL OTOMATIS
52
Hitung Retikulosit cara Manual (Pengecatan) :

 Reagensia :

R/ Brilliant Cresyl Blue 1 g


NaCl 0.85 g
Natr.Sitrat 0.40 g
Aquadest ad 100 ml
53
Prosedur Hitung Retikulosit ( BCB )

 Masukkan 2 tts darah-kapiler / darah-EDTA dan 2


tts BCB kedalam botol kecil .
 Campur baik-baik, tunggu 15 menit .
 Buat sediaan basah dan sediaan hapus kering .
Sediaan basah : teteskan 1 tts lar.darah-BCB
diatas gelas obyek dan tutup dgn cover-glass,
tepi cover-glass beri vaselin agar sediaan tidak
kering .
 1.Manual

54
Darah
+ BCB
EDTA 2 tts
2 tts Mencampur &
inkubasi 37ºC
slm 15-20’

Buat hapusan
dari campuran
tadi di gelas
obyek
Sediaan basah

55
C
COVER GLASS

Darah
campuran -Ditetskan dan Pembesaran
EDTA+BCB ditutup cover obyektif 100 x dg
glass. minyak imersi
- Bila perlu tepi
gelas penutup
ditutup vaselin.

Hitung
retikulosit
56

 Sediaan Kering: buat hapusan darah dari lar.darah-


BCB .

Sediaan basah / Sediaan kering → amati dibawah


mikroskop dgn obyektif 100x dan dengan minyak
imersi , hitung berapa retikulosit yg dijumpai
diantara 1000 eritrosit .
Sediaan kering

57
hitung
retikulosit
hapusan ditunggu
kering

Pembesaran
obyektif 100 x
dg minyak
imersi

Retikulosit : bulat, lbh besar drpd


eritrosit,warna biru,terdapat retikulin
dalam btk filamen biru tua/ungu.
(BCB 1000x)
- Catatan : 58

 Pada Anemia, jumlah cat dikurangi ( 1 vol. cat untuk 2


vol.darah )

 Hati-2 dalam menilai ‘retikulosit’ :


- Granula leukosit tercat dgn BCB
- Jangan tersisa endapan cat → endapan cat diatas
eritrosit dianggap retikulosit .

Angka Kesalahan : > 25%


59
Semakin banyak
granula filamentosa,
semakin imatur
retikulosit tersebut.
Penghitungan Retikulosit : 60
 Hitung retikulosit dalam 1000 eritrosit →nyatakan
dalam % /‰.

 Retikulosit dijumpai dalam sumsum tulang ; setelah


mengalami maturasi selama 2 hari → dilepaskan ke
darah tepi, beredar selama 1 hari untuk kemudian
menjadi eritrosit matur .

 Hitung retikulosit yg tepat → mencerminkan aktivitas


eritropoisis .
HASIL
% Retikulosit = jumlah retikulosit x100

61
1000 eritrosit

Contoh :
jika ditemukan 10 retikulosit
dalam 1000 eritrosit, maka
% retikulosit = 10 x 100
1000
% retikulosit = 1.0%
 Harga Normal
Dewasa : 0.5% -1.5 %
Bayi baru lahir : 2.5%- 6.5 %
Perhitungan retikulosit Absolut

62
Absolute Reticulocyte count(ARC) = % Reticulocyte x RBC
 Contoh :

pasien dengan retikulosit 2 % dan RBC 2,5 x 1012/L maka

jumlah ARC :
ARC = 2 x 2,5 x 1012 = 50 x 109 /L
100
63
 Pada Anemia didapat bias dlm penghitungan
retikulosit krn jumlah eritrosit relatif rendah sehingga
jumlah retikulosit yg terhitung relatif tinggi → perlu
koreksi :
PCV penderita

 Corrected Retic =% Retik x -----------------


PCV normal
(PCV normal ♂ = 45% ; ♀ = 40%)
64
 Pada kondisi tertentu Corrected Retic msh blm
menggambarkan eritropoisis krn pengaruh Shift
Retic (retik yg berada di darah tepi lebih lama
sebelum menjadi eritrosit matur)
Besarnya shift sebanding dgn rangsangan
eritropoitin .
 Koreksi :
Corrected Reticulocyte
Indeks Prod.Retik = ----------------------------
(IPR) Maturation Time
(didarah tepi)
Maturation time retikulosit 65
INTERPRETASI HASIL

66
 Retikulosit meningkat pada keadaan :

1.Anemia hemolitik

2.Anemia defisiensi besi yang mendapat terapi besi

3.Anemia Sideroblastik

4.Thalassemia

5.Perdarahan akut dan kronis


 Retikulosit menurun pada keadaan :

67
1.Anemia Aplastik

2.Penurunan produksi eritrosit dalam sumsum


tulang.

IPR < 2 : Respons sumsum tulang inadekuat


IPR > 3 : Respons sum.tulang adekuat
 Pada Perdarahan, selama sumsum tulang msh baik, 6 jam

68
kemudian terjadi reaksi eritropoisis, 2-3 hari kemudian terjadi pe↑
retikulosit (maks pd hari 6-10)

 Pada anemia dengan sumsum tulang yang masih baik ,jumlah retikulosit
meningkat  jika tidak meningkat maka kemungkinannya :

1.Gangguan sumsum tulang : hipoplasi,infiltrasi sel-sel ganas.

2.Kekurangan bahan untuk eritropoisis : Fe,vitamin B12, asam folat , protein.

3.Kadar eritropoitin rendah misalnya pada penyakit ginjal

4.Eritropoisis tidak efektif misalnya pada anemia megaloblastik.


CARA OTOMATIS

69
 Berkembangnya teknologi kedokteran pemeriksaan
retikulosit dengan alat otomatis (Sysmex XE-2100).
 Cat : Polymethine

cat akan bereaksi dengan RNA retikulosit menghasilkan


sel yang berfluoresensi yg dapat dihitung dengan flow
cytometer.

 Nilai ambang untuk pemisahan ini ditentukan oleh


intensitas fluoresensi dan ukuran partikel.
RET SCATTERGRAM

 Metode flowcytometry laser semikonduktor (λ633nm)

70
dengan distribusi dua dimensi

sinar pencar depan sinar fluoresensi lateral


(forward scatter light )

digambarkan sebagai scattergram.

 Sumbu x intensitas sinar fluoresensi lateral

 Sumbu y sinar pencar depan


 Scattergram dibagi dalam tiga zona RET

71
berdasarkan intensitas cahaya fluoresensi dan
rasio retikulosit pada tiap zona terhadap total
jumlah retikulosit yang terhitung.

LFR
• Low Fluorescence Ratio

MFR
• Medium Fluorescence Ratio

HFR
• High Fluorescence Ratio
 Jumlah retikulosit normal : 72

- lebih tinggi pada Wanita drpd pria


- lebih tinggi pada neonatus(setelah 1 minggu akan
turun ke level orang dewasa)
- lebih tinggi pada orang yg hidup di dataran tinggi
(ketinggian > 1800 m)
HITUNG SEL DARAH & HAPUSAN
DARAH TEPI
Hitung Leukosit 74

 Jumlah leukosit dinyatakan dalam jumlah/µL atau jumlah x 109/L .

 Nilai normal :
4 thn-Dewasa : 5000-11000/µL atau 5–11 x 109/L.
Neonatus : 10000-30000/cmm
Usia 1 minggu : 10000/cmm

 Variasi diurnal : jumlah pd siang hari > pagi .


Leukosit ↑ pada olah raga, tegang, cemas .
- Komposisi Jenis Leukosit :
75

 Neutrofil : 2.0 – 7.5 x 109/l


 Eosinofil : 0.04 – 0.4 x 109/l
 Basofil : 0.02 – 0.1 x 109/l
 Limfosit : 1.5 – 4.0 x 109/l
 Monosit : 0.2 – 0.8 x 109/l
76

* Leukositosis :
= jumlah leukosit > normal
paling sering karena neutrofil ↑(neutrofilia)
dan limfosit yg ↑ (limfositosis)

* Leukopenia :
= Jumlah leukosit < normal
77
Variasi Jumlah Neutrofil :

 Jumlah neutrofil di darah tepi dipengaruhi :

1. neutrofil yang masuk sirkulasi darah


2. neutrofil yang keluar dari sirkulasi darah
3. Distribusinya.
4. Kombinasi ketiga diatas .
78
Distribusi Neutrofil dalam darah :

 Circulating Granulocyte Pool (CGP):


- yaitu neutrofil yang beredar di sirkulasi
- CGP ini yang terhitung pada Hitung Leukosit .
 Marginated Granulocyte Pool (MGP):
- yaitu neutrofil yang berada sepanjang dinding pembuluh darah.
 Total Granulocyte Pool (TGP) :
- yaitu CGP + MGP
79
Perubahan pola distribusi Neutrofil :
 Olah-raga
 Epinefrin → me↑ CGP sampai 50% ,
 Hipoksia me↓ MGP, tapi TGP
 Stres tetap → pseudoneutrofilia
Faktor2 yg mempengaruhi mobilisasi
80
neutrofil dari sum.tulang ke sirkulasi :

 Bakteri / organisme
 Endotoksin → merusak dinding sinusoid .
 Besarnya pori-pori dinding sinusoid .
 Tingkat maturasi sel: neutrofil batang / segmen dapat
lewat pori2 dgn Ø 1 μm ; promielosit dapat lewat pori2
dgn Ø 8 μm .
81
Keadaan2 dgn jumlah leukosit patologis :

1.Neutrofilia :
- Infeksi sistemik (bakteri, jamur, virus, spirochaetes) →
kadang2 didahului oleh transient neutropenia .
- Anak bereaksi lebih intensif daripada dewasa .
- Kortikosteroid (neutrofilia tapi reaksi penderita
terhadap infeksi lebih lemah krn mobilisasi neutrofil ke
jar.↓)
82
2.Neutropenia :

- neutropenia berat = agranulositosis


- Penyebab:
# produksi di sumsum tulang ↓
# produksi neutrofil tidak efektif
(pada anemia megaloblastik karena
obat2 antifolat)
# mobilisasi neutrofil keluar dari sirkulasi.
# perubahan distribusi antara CGP dan MGP
 Pada infeksi bakteri berat → neutropenia dgn shift to the 83
left krn prod.sum.tulang tdk mengatasi pemakaian
neutrofil di perifer .
 Brucellosis & Salmonellosis → menekan sumsum tulang →
neutropenia .
 Infeksi virus → pemakaian neutrofil di perifer ↑ →
netropenia , kemudian timbul limfositosis .
 Hipersplenisme → destruksi neutrofil ↑ → neutropenia.
 Obat (amidopyrin) → otoantibodi thdp neutrofil →
netropenia .
 Endotoksin dosis rendah → mobilisasi CGP ke MGP →
pseudonetropenia → baru kemudian terjadi leukositosis
atau penekanan sum.tulang oleh toksin (terjadi
lekopenia)
84
Hitung leukosit :

1. Cara Manual (Kamar Hitung =


hemositometer) → perlu pipet, kamar-hitung,
lar.pengencer (Turk, as.asetat 3%) dan mikroskop .

2. Alat Hitung Otomatis (metode elektronik)


Hitung leukosit harus dikoreksi bila dijumpai banyak
normoblast dlm darah tepi .
85
1. Hitung leukosit dgn Kamar-Hitung :

 Hisap darah kapiler atau darah-EDTA dgn pipet leko dari


Thoma sampai tanda ‘0.5’ kemudian hisap
lar.pengencer (TURK) sampai tanda ’11’ (pengenceran
20x)
 Buang 4-5 tetes lar. dari pipet selanjutnya masukkan
lar.darah kedalam kamar-hitung
 Letakkan kamar-hitung dibawah mikroskop → hitung
jumlah leukosit dalam 4 Kotak-W (dgn obyektif 10x)
86
- Kalkulasi :

 Misalnya juml.leukosit dlm 4 kotak-W = N .


Vol.4 Kotak-W= 4x1x1x0.1 mm3= 0.4mm3.

 Jumlah leukosit / mm3 =

1/0.4 x dilusi x N = 2.5 x 20 x N = 50 N


87
- Catatan :

 Pengenceran leukosit sebaiknya menggunakan pipet mikro (lebih


akurat)
 Beda jumlah leukosit antara 1 kotak dgn kotak lainnya < 12 sel
 Pengenceran diatur tergantung jumlah leukosit .
 Konsensus sel yg dihitung / tdk dihitung
 Angka kesalahan : 15%
- Nilai Normal Jumlah leukosit :
88

 ♂, dewasa : 4.0 – 11.0 x 109/l


♀, dewasa : 4.3 – 11.3 x 109/l

 Neonatus : 10 - 26 x 109/l
Bayi, 1 thn : 6 - 18 x 109/l
Anak,4-7 thn : 5 - 15 x 109/l
Anak,8-12 thn : 4.5 – 13.5 x 109/l
- Hitung Jenis leukosit : 89

 Yaitu menghitung dan mengelompokkan


leukosit sesuai jenisnya yg tampak di HDT untuk
menentukan jumlah relatif tiap jenis leukosit .
 Umumnya dihitung 100 leukosit, tapi makin
banyak leukosit yg diamati, makin baik .
 Pengamatan leukosit dilakukan pada counting
area , leukosit dijumpai < 100, buat HDT baru
sehingga diperoleh 100 sel.
90
 Normal ada 6 jenis leukosit : (manual)
Eosinofil / Basofil / Stab neutrofil / Segmen
neutrofil / Limfosit / Monosit .

 Pada Hitung leukosit dgn alat otomatis,


neutrofil stab tak dapat dibedakan dari
neutrofil segmen .

 Angka kesalahan : 10 – 15%


91

https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=imgres&cd=&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwibwPWZ4enVAhXBpI8KHch-
ArsQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fwww.slideshare.net%2Fmrmodaq%2Fblood-
film&psig=AFQjCNH-7joU2Az3E0sA_gmwqM8c4D6lrA&ust=1503454122436052
92

- Neutrofil dlm berbagai tingkat maturasi : (1,3)


neutrofil-batang, (2,4) neutrofil-segmen, (5) mielosit
93

- Basofil : granula-spesifik yg berwarna gelap, ireguler


dan menutupi gambaran inti sel .
94
95
96
Neonatus Usia 4 Usia 4 Usia 6 Dewasa
minggu tahun tahun
Eosino 1 – 3% 1 – 3% 1 – 3% 1 – 3% 1 – 3%

Basofil 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1%

Stab 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1% 0 – 1%

Segmen 37-57% 25 – 25-45% 45-50% 50-65%


45%
Limfosit 25-35% 45-65% 40-60% 40-45% 25-40%

Monosit 4 – 8% 5 – 9% 4 – 8% 4 – 8% 4 – 10%
97
 Jumlah absolut masing2 jenis leukosit =
% jenis leukosit x jumlah leukosit/mm3

 penyebab Eosinofilia :
- Reaksi alergi
- Scarlet Fever
- Parasit
- Leukemia eosinofilik
 penyebab neutrofilia :
- Appendicitis dan infeksi bakteri
- Leukemia mielositik
 penyebab Limfositosis :
98
- Infeksi virus
- Mononukleosis Infeksiosa
- leukemia limfositik

 penyebab Monositosis :
- Tuberkulosis
- Subacute Bacterial Endocarditis(SBE)
- Leukemia monositik
Sistim Penggolongan Hitung Jenis
99
Neutrofil:

 Neutrofil :
 Neutrofil imatur(mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit,
neutrofil-batang)
 Neutrofil matur (neutrofil-segmen)
* Neutrofil (menurut Arneth, Cooke, Ponder) :
- Neutrofil imatur ( berlobus satu)
- Neutrofil matur (ber lobus 2-5) → yaitu Neutrofil segmen .
- Istilah “shift” untuk Neutrofil :
100

 Shift to the left :


yaitu pe↑ proporsi neutrofil imatur/berlobus satu
(neutrofil-batang pada hitung jenis)

 Shift to the right :


yaitu pe↑ proporsi neutrofil matur/berlobus
banyak (neutrofil-segmen pada hitung jenis)
101
 Shift to the left → ada pe↑ neutrofil yg lebih
muda dari sum.tulang krn infeksi atau
keradangan akut .
 Shift to the left + leukopenia = degenerative
shift to the left , terjadi karena infeksi yg
disertai penekanan sum.tulang
 Shift to the left + leukositosis = regenerative
shift to the left , terjadi krn infeksi dgn
stimulasi produksi sel di sum.tulang (pada
pneumonia)
102

Bila ada Shift to the right :


 Hitung rata2 jumlah lobus dari 100-200 neutrofil
→ bandingkan dgn nilai normal lobus neutrofil
(1,6 – 2.4 lobus/neutrofil)

 Shift to the right dijumpai pada anemia


megaloblastik dan hipersegmentasi herediter .
103

- Beberapa versi penggolongan Neutrofil


:
 Schilling :
Neutrofil dibagi atas Mielosit(0%), metamielosit
(0%), Neutrofil-batang (2-6%) dan neutrofil-
segmen (55-75%)
 Forley :
Neutrofil imatur (mieloblas-neutrofil-batang)= sel
non-filament
Neutrofil-matur (neutrofil-segmen) =sel filament
Hitung Trombosit : 105

 Fungsi trombosit :
- menghentikan perdarahan
- menjaga keutuhan dinding kapiler
 Jumlah normal : 150-400 x 109/l
 Trombositosis :
- Polisitemia Vera, Trombositemia idiopatik,
Leukemia mielositik kronis, pasca splenektomi .
Hitung Trombosit cara Tidak Langsung :
106

 Buat HDT dgn Wright / Giemsa Juml.Trombo/lp x


1000

FN-22 11 lp

FN-18 22 lp

FN<18 40 lp
 FN→menggambarkan Ø lp,
tercantum di lensa okuler
mikroskop
107

Hapusan Darah Tepi


 Dapat dilakukan dalam 2 cara :

1. Dengan Cover-glass .

2. Dengan Gelas Obyek (cara slide)


→ paling banyak dilakukan .
108
-Cara membuat Hapusan Darah
(cara Slide) :
 1 tetes darah kapiler/darah-EDTA di dekat
salah satu ujung tepi gelas obyek .
 Pegang gelas-penggesek (cover-glass atau gelas obyek
lain) dgn tepinya membentuk sudut ± 300 dgn gelas
obyek dan tetesan darah didalam sudut tsb .
 Geser penggesek kebelakang menyentuh tetesan
darah → darah merata sepanjang tepi penggesek .
109
 Gerakkan penggesek dgn cepat kedepan →
darah tergesek tipis merata diatas gelas obyek .
 Keringkan hapusan diudara .
 Tebal/tipis hapusan tergantung :
- besar tetesan darah
- kecepatan menggesek gelas
penggesek
- sudut antara penggesek dan gelas
obyek gerakan pelan & sudut < 300 → tipis .
Gerakan cepat & sudut > 300 → tebal .
110
111
- Sudut penggesekan dgn gelas obyek dan HDT
yang ideal dgn counting area nya :
112
 Leukosit tak boleh menggerombol dibagian 113
ekor hapusan → distribusi tdk merata .
Biasanya krn gelas obyek kotor/gesekan
terlalu pelan .

 Hapusan yang terlalu cepat dikeringkan →


larutan di luar sel cepat kering (lbh pekat) →
air keluar dari dalam sel → krenasi .
Macam cat yang digunakan :
114

 Dapat dipakai beberapa modifikasi cat


Romanowsky a.l :

- Wright
- Giemsa
- May-Grunwald-Giemsa
- Jenner
- dll
- Cat WRIGHT : 115

 Terdiri dari eosin (asam) dan biru-metilen (dgn pelarut


metanol ; bersifat basa)
 Eosin memberi warna merah ;
Biru-metilen memberi warna biru .
 pH dipertahankan antara 6.4 – 6.8 dgn menggunakan
larutan buffer .
 Leukosit yg lebih menarik eosin (lbh merah) disebut
eosinofil , menarik cat basa (lbh biru) disebut basofil,
dan menarik asam/basa sama kuat disebut neutrofil
 Larutan Buffer :
116
yaitu buffer phosphat (pH 6.4) :
R/ KH2PO4 6.63 g
Na2HPO4 3.20 g
Aquadest ad 1000 ml
 Cara pengecatan Wright :
- hapusan kering fiksasi dgn melapisinya dgn cat
Wright (2 menit)
- tambahkan buffer 1-1.5 x vol.cat , campur dgn
meniup bbrp kali (± 20 menit) sampai timbul warna
metalik, lalu cuci dgn air kran dan keringkan .
 Catatan : 117
perhatikan – waktu fiksasi, pH, lama
pengecatan dan posisi horizontal hapusan
selama menuangi cat / buffer .

 Cat GIEMSA :
R/ Giemsa 1.0 g
Metanol 100 ml
panaskan 500C / 15 menit (sesekali dikocok)
→ saring
Larutan Buffer : Buffer air .
- Cara pengecatan Giemsa :
118

 Fiksasi hapusan kering dgn metanol .


 Tuangi hapusan dgn cat Giemsa (stok Giemsa encerkan
dgn buffer 4-5x vol.cat)
 Biarkan 20-30 menit
 Cuci dgn buffer-air atau air biasa (hati2)
 Keringkan hapusan (miringkan pada satu sisinya)
- Penilaian Hapusan Darah : 119
1. Pemeriksaan dengan obyektif 10x :
- Penilaian hapusan darah :
kualitas hapusan harus baik, cukup tipis, tak boleh ada
endapan cat, sel tercat baik, leukosit tidak menggerombol
di ekor .
- Penaksiran jumlah leukosit :
20-30 leko/lp ~ leko 5 x 109/l
40-50 leko/lp ~ leko 10 x 109/l
- Penaksiran proporsi jenis leukosit
- Ada/tidaknya sel-sel abnormal
2. Pemeriksaan dgn obyektif 100x dengan 120
minyak imersi :

- Eritrosit – kesan warna, ukuran, dan


bentuk eritrosit (warna jingga ~
kandungan Hb dalam eritrosit)
Catat bila ada warna/ukuran/bentuk
abnormal .

- Leukosit – kesan morfologi dan proporsi


jenis leukosit (hitung jenis leukosit)
- Trombosit – kesan jumlah & 121
morfologi trombosit :
FN-22 : trombo 13-36/lp
FN-18 : trombo 10-22/lp juml.normal
FN-<18: trombo 4-10/lp

Morfologi trombosit bisa kecil, normal, besar


dan giant thrombocyte (sebesar eritrosit)

- Sel-sel lain – adanya sel-sel non hemopoitik


 Bila pada hapusan darah dijumpai banyak 122
normoblast → koreksi hitung leukosit (krn inti
normoblast terhitung sebagai leukosit)
 Cara koreksi :
Hitung normoblast dalam 100 leukosit (N)
 Rumus :
100
Juml.Leuko koreksi = --------- x Σ leukosit awal
100 + N
- Morfologi Eritrosit :
123

 Warna :
normal eritrosit berwarna jingga dgn central
palor (CP) ± 1/3 grs tengah eritrosit (disebut
normokrom)
Bila CP≥ ½ grs tengah = hipokrom
 Ukuran Eritrosit :
± seukuran inti limfosit kecil (normositer)
Bila < inti limfosit kecil = mikrositer
Bila > inti limfosit kecil = makrositer
- Bentuk Eritrosit :
124

 Normal : Bulat , Bikonkaf (bagian tepi lebih tebal


daripada bagian tengah) → bagian tengah lebih sedikit
Hb → tercat lebih pucat .
 Morfologi abnormal :
- Anisositosis : ukuran eri bervariasi
- Poikilositosis : bentuk eri bervariasi
- Hipokrom
- Sferosit : eri berbentuk bola → lebih
kecil dan tercat lebih gelap dpd eritrosit
normal .
125
126
127
128
129
- Sferosit = eritrosit yang bundar, tercat lebih
gelap dan ukurannya lebih kecil .Seringkali
herediter .
- Leptosit = Planocyte ; eritrosit dgn CP 130
yang luas (hampir sama dgn Ø eritrosit)
- Ovalosit (eliptosit) = bentuk eritrosit yg oval 131
seringkali herediter
- Stomatosit = eritrosit dgn CP berbentuk celah 132
karena bentuk eritrosit yg seperti mangkuk .
- Sel Target = codocyte ; dibagian tengah 133
CP didapatkan bagian yg tercat gelap .
- Sel Krenasi (crenated cell = Echinocyte) 134
- Gambaran Anisositosis = eritrosit dengan 135
ukuran yang bervariasi .
- Fragmentosit = schistocyte , yaitu fragmen 136
pecahan eritrosit (pada proses hemolisis)
- Acanthocyte = eritrosit dgn taju-taju yang 137
runcing dan tidak beraturan panjangnya
- Tear Drop Cells = dacryocyte ; eritrosit 138
berbentuk tetesan air .
- Formasi Rouleaux = tumpukan eritrosit 139
seperti tumpukan uang logam (stack , stalk of
coins)
140
141
- Cincin Cabot :

 Inklusi berbentuk benang dgn formasi cincin


(angka ‘8’) , ungu kemerahan yang diduga
merupakan sisa mikrotubuli yang membentuk
spindle pada proses mitosis .
142
- Howell-Jolly body (tanda ►) , adalah sisa inti dan
Pappenheimer bodies (tanda →) = granula siderotik
yang mengandung besi (tercat dengan pengecatan
besi atau = Siderosit)
143
- Basophilic stippling (tanda →)- bintik2 inklusi basofilik
hasil agregat dari ribosom , menyolok pada keracunan
timah (Lead intoxication)
- Heinz bodies : tampak dgn pengecatan supravital 144
(Methyl-violet), partikel presipitat Hb dgn lokasi dekat tepi
membran eritrosit , tanda kerusakan oksidatif eritrosit .
146
- Morfologi Abnormal leukosit : 147

 Tanda-2 degenerasi toksik neutrofil


1. Granulasi toksik (toxic granulation)
granula2 gelap dalam sitoplasma neutrofil krn pe↑
aktivitas fosfatase alkali dari granula primer .
2. Vakuolisasi neutrofil (vacuolization)
yaitu lubang pada sitoplasma akibat degenerasi krn
aktivitas fagositosis.

Tanda2 toksik misal pd infeksi berat/sepsis .


- Granula Toksik & Vakuola dalam sitoplasma 148
neutrofil , biasanya dijumpai pada infeksi bakterial
berat / septikemia .
 Anomali Pelger-Huet : 149
yaitu kegagalan inti neutrofil ber-
segmentasi. Inti bersegmen ≤ 2 dgn
kromatin inti padat .
Kelainan ini herediter , kecuali pada
leukemia sering dijumpai Pseudo Pelger-
Huet .
 Smudge dan Basket-cell :
yaitu hasil disintegrasi inti leukosit yg rusak ,
sering pada limfosit yg fragil (leukemia
Limfositik)
- Anomali Pelger-Huet : kegagalan segmentasi 150
herediter → inti ≤ 2, kromatin padat menggumpal .
151
 Auer Rod :
yaitu bentukan batang berwarna merah
pada sitoplasma mieloblas atau monoblas.

 Limfosit Atipik :
yaitu limfosit dgn inti yg tidak khas (atipik),
mirip monosit (monositoid) atau sel plasma
(plasmasitoid)
- Auer Rod dlm sitoplasma mieloblas pada 152
AML .
Auer Rod dlm sitoplasma mieloblas pada 153
AML .
- Sel Limfosit Atipik ( inti yg plasmasitoid ) 154
,biasanya pada infeksi virus .
- Sel Limfosit Atipik (inti monositoid) 155
Daftar Pustaka
 Soedewo, Fery. 2011. Kuliah Hematologi FK UNAIR: Pemeriksaan
Darah Tepi Sederhana.
 Dacie and Lewis. 2011. Practical Hematology 11th edition.
 Williams Hematology 8th edition.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai